Etiologi
autoimmune yang menyebabkan destruksi sel & pankreas. Hal ini mengakibatkan
kehilangan insulin absolut (Lazear, 2014). DMT1 terjadi pada individu yang rentan
secara genetik setelah melewati fase preklinis dengan lama waktu yang bervariasi dan
biasanya dengan kerusakan sel B pankreas akibat proses autoimun yang membutuhkan
terapi insulin seumur hidup. Karakteristik DMT1 yaitu adanya respon autoantibodi yang
menyerang baik insulin maupun GAD65 atau keduanya pada usia anak-anak. Mekanisme
patofisiologi DMT1 melibatkan proses kehilangan fungsi sekresi sel islet 3 pankreas,
disebabkan oleh kematian sel yang bersifat selektif akibat respon autoimun yang
melibatkan mekanisme seluler dan imunitas humoral (Alshiekh, Larson, Ivarsson, &
Lemmark, 2017).
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi, mewarisi suatu
Kecendrungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human
leucocyte antigen) tertentu HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Sembilan puluh lima persen pasien
berkulit putih (Caucasian) dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA yang spesifik
(DR3 atau DR4). Resiko terjadinya. diabetes tipe I meningkat tiga hingga lima kali lipat
pada individu yang yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA ini. Resiko tersebut
meningkat sampai 10 hingga 20 kali lipat pada individu yang memiliki tipe HLA DR3
Pada diabetes melitus tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun Respon ini
merupakan respons abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang di anggap sebagai jaringan asing
Autoantibodi terhadap sel pulau Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi
pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbul tanda klinis
diabetes tipe 1 Riset dilakukan untuk mengevaluasi efek preparat imunosupresif terhadap
perkembangan penyakit pada pasien diabetes tipe 1 yang baru terdiagnosis atau pada
pasien pradiabetes (pasien dengan antibodi yang terdeteksi tetapi tidak memperlihatkan
gejala klinis diabetes). Riset lain menyelidiki efek protektif yang di timbulkan insulin
dengan dosis kecil terhadap fungsi sel beta (Brunner & Suddart, 2014).
dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan yang menyatakan
bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai
noninsulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Bentuk DM ini bervariasi mulai yang
dominan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif sampai defek sekresiinsulin. Pada
diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja dijaringan perifer (insulin
terjadinya defisiensi insulin relatif Kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini.
DM tipe 2 umumnya terjadipada usia > 40 tahun. Pada DM tipe 2 terjadi gangguan
pengikatan glukosa oleh reseptornya tetapi produksi insulin masih dalam batas normal
sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin. Walaupun demikian pada
insulin pada diabetes tipe2 masih belum diketahui faktor genetik memang peranan dalam
2. Obesitas berat badan lebih dari dari 120% dari berat badan ideal ( kira-kira terjadi pada
90%)
4. Riwayat adanya gangguan tolerasi glukosa (IGT) atau gangguan glukosa puasa
5. Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg hyperlipidemia, kolesterol atau trigliserida lebih
hormon yang diproduksi oleh usus halus, bertanggung jawab untuk homeostasis glukosa dalam
tubuh. Sel yang memproduksi hormon ini berkumpul dalam kelompok sel yang disebut Pulau
Langerhans yang terdiri atas tiga tipe sel yang berbeda (LeMone, Priscilla., 2016).
1. Sel alfa memproduksi hormon glukagon, yang menstimulasi pemecahan glikogen di hati,
pembentukan karbohidrat di hati, dan pemecahan lemak di hati dan jaringan adiposa.
Fungsi utama glukagon adalah menurunkan oksidasi glukosa dan meningkatkan kadar
(pembentukan glukosa dari lemak dan protein), glukagon mericegah glukosa darah turun
di bawah kadar tertentu ketika tubuh berpuasa atau di antara waktu makan. Pada
kebanyakan orang, kinerja glukagon dipicu ketika glukosa darah turun di bawah 70 mg/dl
menembus membran sel ke dalam sel. yang mengurangi kadar glukosa darah. Insulin
memindahkan asam amino ke dalam sel untuk sintesis protein. Setelah sekresi oleh sel
beta, insulin masuk ke sirkulasi porta, menuju langsung ke hati, dan kemudian dilepaskan
ke dalam sirkulasi umum. Insulin yang beredar berikatan dengan cepat ke sisi reseptor
jaringan perifer (khususnya sel otot dan lemak) atau dihancurkan oleh hati atau ginjal.
Pelepasan insulin diatur oleh glukosa darah; insulin meningkat ketika kadar glukosa
darah meningkat, dan menurun ketika kadar glukosa darah menurun. Ketika seseorang
menyantap makanan, kadar: insulin mulai naik dalam hitungan menit. mencapai puncak
dalam 3-5 menit, dan kembali ke nilai dasar dalam 2-3 jam (Porth SC Mathn, 2009).
Amilin adalah hormon pengatur-glukosa yang juga disekresikan oleh sel heta bersama
insulin yang memengaruhi kadar glukosa pasca-prandial (habis makan). Hormon ini
merusak sekresi glukagon dan memperlambat laju pergerakan glukosa ke usus halus
3. Sel delta memproduksi somatostatin, yang bekerja dalam islet Langerhans untuk
menghambat produksi glukagon dan insulin. Selain itu juga memperlambat motilitas
Selain itu, usus halus memproduksi hormon yang menurunkan glukosa darah setelah asupan
disekresikan dari usus halus untuk meningkatkan pelepasan insulin. setelah makanan dicerna.
Peningkatan Insulin yang distimulasi hormon setelah pencemaan makanan disebut efek inkxetin.
Bentuk injeksi hormon ini, eksenatida (Byetta), adalah tiruan inkretin yang digunakan dalam