Anda di halaman 1dari 5

Nama: Asrinaldi Juli Alfarazi

Npm: E1D018026

MK: Matekom

Kelas: B

Dosen: Reswita, Sp.MM

Soal:

1. Apa yang anda ketahui tentang integral dan bagaimana penerapannya di bidang
ekonomi ?
2. Apa yang anda ketahui tentang matrik dan penerapannya di bidang ekonomi ?

Jawaban:

1. Integral adalah bentuk penjumlahan berkesinambungan (kontinu) yang merupakan


anti turunan atau kebalikan dari turunan. Penerapannya di bidang ekonomi Banyak diantara
materi kalkulus yang diterapkan dalam bidang ekonomi, diantaranya fungsi transenden yang
terdiri dari fungsi logaritma dan fungsi eksponen, limit, diferensial fungsi sederhana,
diferensial fungsi majemuk, dan integral. Proses mencari surplus produsen dan surplus
konsumen ini adalah mengintegralkan fungsi penerimaan dan penawaran dengan harga atau
batas tertentu dan tentang integral tak tentu.

A. Aplikasi Integral Tertentu dalam Surplus Konsumen dan Surplus


Produsen

a. Surplus Konsumen

Konsumen yang mampu atau bersedia membeli barang lebih tinggi (mahal) dari
harga equilibrium P0 akan memperoleh kelebihan (surplus) untuk tiap unit barang yang dibeli
dengan harga P0. Pada saat equilibrium, jumlah total pengeluaran (total expenditure)
konsumen = P0.X0 yang dalam gambar ini adalah luas empat persegi panjang 0ABC,
sedangkan konsumen yang tadinya bersedia membeli barang ini lebih tinggi dari harga
P0 akan menyediakan uang yang banyaknya = luas daerah yang dibatasi kurva demand yang
sumbu tegak P, sumbu mendatar X, dan garis ordinat x = x0 (yakni = luas daerah 0ABF).
Karena itu, besarnya surplus konsumen yakni selisih antara jumlah uang yang
disediakan dikurangi dengan jumlah pengeluaran nyata konsumen sehingga surplus
konsumen dapat dinyatakan sebagai berikut:

SK = Luas 0ABF – Luas 0ABC = Luas daerah CBF = oʃxof(x).dx – P0.X0


Jika dari fungsi demand p = f(x) maka hasil dari 0ʃaf(x).dx adalah jumlah uang
yang disediakan.
b. Surplus Produsen
   Surplus produsen adalah selisih antara hasil penjualan barang dengan jumlah
penerimaan yang direncanakan produsen dalam penjualan sejumlah barang. Pada saat harga
terjadi price equilibrium P0 maka penjual barang yang bersedia menjual barang ini dibawah
harga po akan memperoleh kelebihan harga jual untuk tiap unit barang yang terjual yakni
selisih antara po dengan harga kurang dari po.
Sedangkan, pada saat equilibrium, penjual barang ini akan menerima hasil
penjualan barang sejumlah P0 . X0 yang dalam gambar adalah luas empat persegi panjang
0ABC, sedangkan sebenarnya penjual barang ini bersedia menerima sejumlah uang yang
banyaknya = luas daerah yang dibatasi kurva supply dengan sumbu P, sumbu X dan garis
ordinat x = xo (yakni luas daerah 0ABE), maka penjual barang ini akan memperoleh surplus
produsen (penjual) sebanyak berikut ini:
SP = Luas 0ABC – Luas daerah 0ABE = P0.X0 – oʃxcg(x).dx
Contoh kasus
Diketahui fungsi permintaan dan penawaran

D: p = –1/2 x2 – 1/2 x + 33
S: p = 6 + x

Dapatkan besarnya surplus konsumen pada saat terjadi markwt equilibrium (ME).


Penyelesaian:
ME terjadi pada saat D = S

–1/2 x2 – 1/2 x + 33 = 6 + x
–1/2 x2 – 11/2 x + 27 = 0
X2 + 3x – 54 = (x + 9) (x – 6) = 0
Jadi, kuantitas equilibrium xo = 6 unit price equilibrium po = 6 + 6 = 12 satuan rupiah.
Karena market equilibrium terjadi pada xo = 6 dan po = 12 maka;
SK = 0ʃ6(-1/2 x2 – 1/2 x + 33).dx – 12.6
       = [-1/6 x3 – 1/4 x2 + 33x]60
= (-1/6 63 – 1/4 62 + 33.6) – (0) – 12.6
                          

                           = (-36 – 9 + 198) – 72

                 = 81

Angka itu adalah selisih antara jumlah uang yang disediakan konsumen dengan jumlah uang
yang dibelanjakan. Berdasarkan contoh diatas, surplus produsen adalah:

SP = 12.6 – 0ʃ6 (6 + x)dx


      = 72 – [6x + 1/2 x2]60
      = 72 – ((6.6 + 1/2 62)-0)
      = 72 – 54

      = 18

2. Matriks adalah kumpulan bilangan yang disusun secara baris atau kolom atau
kedua-duanya dan di dalam suatu tanda kurung. Bilangan-bilangan yang membentuk
suatu matriks disebut sebagai elemen-elemen matriks.

Matriks digunakan untuk menyederhanakan penyampaian data, sehingga mudah untuk


diolah. Penggunaan matematika terbukti sangat menunjang kemajuan teori ekonomi. Analisis
ekonomi saat ini semakin spesipik, akurat dan efisien. Asumsi-asumsi ekonomi yang abstrak,
yang bila diverbalkan membutuhkan berlembar-lembar kertas, dengan model matematika
dapat dijelaskan secara eksplisit dengan menjabarkan beberapa persamaan saja. Tidak
mengherankan bila dewasa ini penggunaan matematika dalam analisis ekonomi semakin
intensif digunakan.

Berbeda halnya dengan matematika murni, yang menggunakan simbol-simbol yang


umum digunakan yaitu x, y, z, simbol-simbol dalam matematika ekonomi dan bisnis sesuai
dengan variabel ekonominya, misalnya harga = P (price), biaya = C (cost), kuantitas = Q
(quantity), tabungan = S (saving) dan lain sebagainya. Matriks merupakan salah satu konsep
matematika yang digunakan dalam bidang ekonomi. Salah satu perkembangan yang menarik
dari penerapan aljabar matriks dalam bidang ekonomi adalah analisis masukan–keluaran
(input–output analysis), yang telah diperkenalkan dan dikembangkan pertama kali pada tahun
1936 oleh Wassily W. Leontief dari Harvard University. Analisis masukan–keluaran
merupakan suatu model matematika untuk menelaah struktur perekonomian yang saling kait
mengait antar sektor atau kegiatan ekonomi. Model ini lazim diterapkan untuk dapat
menganalisis sistem perekonomian secara makro, nasional ataupun regional. Analisis
masukan–keluaran bertolak dari anggapan bahwa suatu sistem perekonomian terdiri atas
sektor-sektor yang saling berkaitan, masing-masing sektor menggunakan keluaran dari sektor
lain sebagai masukan bagi keluaran yang akan dihasilkannya, kemudian keluaran yang
dihasilkan merupakan masukan pula bagi sektor lain. Sudah barang tentu, selain menjadi
masukan bagi sektor lain, terdapat pula keluaran dari sesuatu sektor yang menjadi masukan
bagi sektor itu sendiri dan sebagai barang konsumsi bagi pemakai akhir. Dengan demikian
apabila suatu data input-output dari berbagai sektor dikumpulkan dan ditabelkan maka akan
diperoleh tabel yang berbentuk matriks, dan tabel demikian dalam analisa input-output
dinamakan tabel transaksi.

Langkah awal dalam analisis masukan-keluaran adalah menyusun suatu tabel yang
dinamakan matriks transaksi atau matriks masukan-keluaran. Dari tabel matriks transaksi
tersebut akan diperoleh sebuah persamaan yang mengambarkan hubungan masukan-keluaran
antarsektor. Nilai setiap unsur dalam matriks transaksi akan menghasilakan suatu rasio yang
dinamakan koefisien teknologi. Jika semua koefisien teknologi yang ada dihitung dan hasil-
hasilnya disajikan di dalam suatu matriks, maka diperolehlah sebuah matriks teknologi. Jika
ditulis secara ringkas dengan notasi matriks, hasil dari matriks transaksi adalah : U dan X
masing-masing adalah vektor-kolom permintaan akhir dan vektor-kolom secara keluaran
total, I adalah matriks satuan, sedangkan A adalah matriks teknologi yang dibentuk
berdasarkan matriks transaksi. Jika matriks I – A nonsingular, yakni jika , maka ia akan
mempunyai balikan.

Dalam hal ini U = (I – A) X dapat ditulis menjadi Ini berarti bahwa jika matriks A dan
vektor U diketahui, maka vektor X dapat dicari secara langsung menurut kaidah perkalian
matriks. Dengan kata lain jika masing-masing koefisien masukan antar sektor dan permintaan
akhir untuk setiap sektor diketahui datanya, maka dapatlah dihitung keluaran total dari tiap
masing-masing sektor. Lebih lanjut, dengan dapat dihitungnya keluaran total sektoral akan
dapat pula dihitung keluaran total nasional (GDP atau GNP).

Anda mungkin juga menyukai