peneliti bidang Biologi molekuler dan Genetika. Prinsip umum kerja PCR adalah
menggandakan potongan DNA tertentu dengan bantuan enzim. Sejak ditemukan pertama kali
mesin PCR (nama lainnya Thermal Cycler) oleh Karry Mullis pada tahun 1984, kini hampir
semua kegiatan di bidang biologi molekuler, genetika, kedokteran hingga forensik tidak lepas
dari PCR. Wajar jika The Royal Swedish Academy of Sciences mengganjar Mullis dengan
Hadiah nobel pada tahun 1993.
Prinsip kerja PCR adalah menggandakan potongan DNA tertentu dari seluruh untaian DNA,
baik yang berasal dari DNA sel inti (nukleus) maupun organel sel seperti DNA mitokondria
(mtDNA) atau Ribosom (rDNA). Untuk mendapat potongan DNA, diperlukan Primer yang
berfungsi untuk menandai dimana ujung DNA yang akan digandakan. Primer biasanya
berpasangan, yaitu Primer forward untuk menandai ujung depan untai DNA dan Primer
Reverse untuk menandai dari ujung belakang. Karena DNA terdiri dari 2 untai pilinan ganda
(double strand), maka DNA Primer forward bekerja pada strand yang satu sementara Primer
Reverse bekerja pada untai pilinan yang satunya.
Untuk melakukan penggandaan, dibutuhkan bahan baku DNA buatan, namanya dNTP. Masih
ingat 4 jenis ribosa DNA kan? yups .... Adenine, Guanine, Cytosin dan Thymine. Nah... untuk
PCR diperlukan dNTPa untuk Adenine, dNTPg, dNTPc dan dNTPt untuk masing-masing gula
ribosa. Biasanya campuran dNTP-dNTP ini dalam istilah bahasa Inggris cukup disingkat dNTP's.
Untuk merakit untai DNA buatan dari dNTPs ini, dibutuhkan bantuan enzyme Taq polymerase.
Enzyme ini bekerja optimal pada suhu tinggi hingga 100 derajat celcius. Taq polymerase
dipanen dari sebuah bakteri bernama Thermus aquaticus yang ditemukan di sumber air panas,
makanya hasil enzyme nya tahan panas dan tidak rusak pada suhu air mendidih.
Ada 3 tahap dalam kerja PCR, yaitu Denaturing, Annealing dan Extension.
1. Denaturing adalah proses memisahkan 2 untai pilinan DNA. Pada tahap ini, ikatan
hidrogen yang menyatukan kedua pilinan itu terlepas sehingga masing-masing akan
menjadi untai tunggal. Biasanya suhu Denaturing berkisar antara 92-94 derajat celcius.
2. Annealing adalah tahapan dimana primer forward dan reverse mencari pasangannya di
untai-untai DNA. Jika pas..... maka dia akan melekat. Suhu Annealing biasanya
berkisar antara 40-55 derajat Celcius. Suhu yang biasanya umum dipakai adalah 50-52
derajat C.
3. Setelah itu, mesin PCR akan kembali memanaskan 'sup DNA' lagi ke suhu 72 derajat
celcius agar Taq polymerase bekerja menggandakan potongan DNA. Pertama ia,
maksudnya si Taq, membaca primer seperti layaknya pesawat terbang lari di landasan
pacu sebelum take off.
Biasanya ketiga tahap ini diulang sebanyak 30 kali untuk mendapatkan 1.073.741.766 atau
satu miliar tujuh pulih tiga juta tujuh ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus enam puluh
enam -
Mesin PCR (Thermocycle)
PROSEDUR PCR
System kerja PCR terjadi pada siklus yang berulang-ulang sebanyak 20-30 kali. Dimana setiap
siklus terdiri atas 3(tiga) tahapan reaksi, sebagai berikut :
1. Denaturasi :disini terjadi pemecahan DNA target (virus ikan/udang) dari ntaian ganda
(double-stranded DNA) menjadi untai tunggal (single standed DNA) dengan cara
pemanasan 95°C
2. Annealing : terjadinya penempelan primer pada DNA untai yunggal pada suhu 56°C,
primer akan menempel pada pangkal dan ujung dari masing-masing DNA untai tunggal
yang komplementer sehingga menjepit suatu daerah tertentu dari sequence DNA target.
3. Extension : proses pemanjangan primer dengan bantuan enzym polymerase pada suhu
74°C. proses ini merupakan akhir yang hasilnya adalah terbentuk 2 buah DNA untai
tunggal baru yang komplemen terhadap sequence DNA target
Hasil sintesa DNA dalam satu siklus berperan sebagai cetakan (template) siklus berikutnya
sehingga jumlah DNA target menjadi berlipat pada setiap akhir siklus. Dengan proses ini DNA
target meningkat secara ekponensial, sehingga setelah 30 siklus akan menjadi milyaran (2 30)
amplifikasi DNA target. Selanjutnya DNA penyakit (virus dll) jumlahnya akan menjadi berlipat
ganda sehingga dapat dideteksi dengan menggunakan electroporesis, gel agarosa, setelah diberi
pewarna Ethidium Bromida (ETBr). Hasil electroforesis yang berupa band DNA dan dapat
dilihat dengan menggunakan alat UV transilluminator dan didokumentasikan dengan camera
digital atau biasa/polaroid.
PCR alat deteksi penyakit yang disebabkan oleh mikroorgamisma patogen yang unggul dalam
hal kecepatan, spesifitas dan sensitifitasnya sehingga bisa dijadikan metoda unggulan dalam
mendiagnosa suatu penyakit pada ikan/udang, manusia, tanaman maupun binatang lainnya. PCR
dapat melihat adanya kandungan virus dalam tubuh ikan secara tepat, cepat, dan praktis. Hasil uji
PCR juga dapat dipakai untuk pernyataan tingkat kesehatan ikan/udangdalam bentuk sertifikasi
benur/benih bebas virus WSSV, TSV, KHV dan IHHNV.
Dimasa mendatang PCR akan menjadi metoda pilihan /andalan untuk mendiagnosa berbagai
macam penyakit dengan cakupan yang sangat luas.(PRATIWI)