Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
Gigi dan rongga mulut dapat menjadi fokus infeksi yang kemudian
mempengaruhi kondisi sistemik seseorang. Salah satu faktor yang
menyebabkan hal tersebut adalah penjalaran atau penyebarannya ke organ lain.
Hal ini menjadi sangat penting untuk dipelajari karena seorang dokter
diharuskan menatalaksana pasien secara holistik, di mana di dalamnya
termasuk eradikasi sumber infeksi, menghentikan penyebaran infeksi, dan
mengatasi infeksi yang telah timbul. Oleh karena itu, proses penyebaran infeksi
dari satu fokus ke organ lain perlu untuk dipelajari. Rongga mulut memiliki
berbagai macam organisme yang berkembang. Oleh karena itu, kemungkinan
rongga mulut menjadi fokus infeksi cukup besar apalagi bila terdapat
ketidakseimbangan antara faktor host, agen, dan lingkungan.
Pembengkakan yang terjadi rongga mulut yang dapat terlihat baik secara
intraoral maupun ekstraoral merupakan salah satu tanda adanya infeksi, dan
apabila diawali oleh rasa sakit gigi pada daerah yang mengalami
pembengkakan maka dapat dicurigai terjadi infeksi odontogenik.
Infeksi odontogenik adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak, dalam sulcus
gingival, dan mukosa mulut. Etiologi tersering adalah bakteri kokus aerob
gram positif, kokus anaerob gram positif, dan batang anaerob gram negative.
Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies, gingivitis, dan
periodonititis. Jika bakteri mencapai jaringan yang lebih dalam melalui
nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi
odontogenik.
BAB II
PEM BAHASAN
Skenario
Seorangpasien wanita berusia19 tahun, datang keklinik gigi dengan keluhan
rasa sakit yang kompleks pada pipi sebelah kanan bawah belakang, disertai
pembengkakan, dan kemerahan, tidak bisa membuka mulut optimal. Pasien
merasa demam. Awalnya empat hari yang lalu pasien mengalami sakit gigi yang
luar biasa.
Kata / kalimat kunci
y
W anita usia 19 tahun
y
Rasa sakit yang kompleks
y
Pipi sebelah kanan bawah belakang
y
Pembengkakan
y
K emerahan
y
T idak bisa membuka mulut optimal
y
Demam
y
4 hari yang lalu pasien mengalami sakit gigi yang luar biasa
P ertanyaan - pertanyaan penting
1.Apa yang dimaksud dengan infeksi odontogenik, macam ± macam infeksi
odontogenik, serta bagaimana gambaran klinisnya?
2.Apa saja etiologi dari infeksi?
3.Bagamana mekanisme penyebaran infeksi?
4 .Apa kasus ini ada hubungannya dengan pertumbuhan gigi M 3, mengingat
di skenario dinyatakan bahwa rasa sakit kompleks pada pipi sebelah kanan
bawah belakang?
5. Bagaimana hubungan terjadinya trismus (tidak bisa membuka mulut
optimal) dengan pipi bengkak?
6.M engapa pasien mengalami gejala demam?
7.Bagaimana penegakan diagnosa pada kasus?
8 .Bagaimana perawatan yang tepat pada kasus?
9.Antibiotik apa saja yang dapat digunakan pada terapi infeksi?
10. Bagaimana evaluasi yang dilakukan stelah perawatan
Abses sublingual
Ada dua ruang sublingual diatas musculus mylohyoid, kekanan dan kekiri
dari garis tengah. Ruang ini dibagi oleh ketebalan fascia. Abses yang
terbentukpada ruang ini diketahui sebagai abses sublingual.
Lokasi anatomi. Ruang sublingual pada bagian atas dibatasi oleh mukosa
pada dasar mulut,bagian bawah oleh musculus mylohyoid,bagian anterior
dan lateral oleh permukaan sebelah dalam badan mandibula, medial oleh
septum lingual,dan posterior oleh tulang hyoid.
ETIO L OGI TERJA DINYA INFEKSI3
y
Infeksi microbial,misalnya bakteri piogenik,virus
y
Reaksi hipersensivitas, terjadibila perubahan kondisi respons imunologi
mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihnya reaksi imun yang akan
merusak jaringan.
y
Agen fisik, kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat
melalui trauma fisik, ultraviolet atau radiasi ion,terbakar atau dingin yang
berlebihan (frostbite).
y
Bahan kimia iritan dan korosif, bahan kimiawi yang menyebabkan korosif
(bahan oksidan,asam, basa) akan merusak jaringan, yang kemudian akan
meprovokasi terjadinya proses radang. Disamping itu, agen penyebab
infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik yang mengiritasi dan
langsung mengakibatkan radang.
y
Nekrosis jaringan, aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan
berkurangnya pasokan oksigen dan makanan pada daerah yang
bersangkutan, yang akan mengakibatkan terjadinya kematian jaringan.
K ematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya
infeksi. Pada tepi daerah infark sering memperlihatkan suatu respon akut.
P ER TU M B UH A N M 3 Y A N G TID A K S EMP U R N A S EB A GA I
SA L A H SA TU PENYEBA B TERJA DINYA INFEKSI4
y
Infeksi bakteri pada jaringan di sekitar gigi yang baru tumbuh sebagian.
Poket yang terbentuk di sekitar gigi yang erupsi sebagian memungkinkan
terjadinya infeksi pada gigi yang bersangkutan
y
Gigi molar tiga merupakan gigi yang sering kali terlibat
y
T rauma yang berasal dari gigi molar atas yang berkontak dengan
operkulum di atas molar ketiga rahang bawah merupakan faktor yang
memperparah lesi.
y
Akibatnya terjadi pembengkakan di bawahdan di atas sudut mandibula
dapat disertai pus yang keluar dari operkulum tersebut.
y
Pada insiden ini ditemukan kesulitan membuka mulut.
PENYEBA RA N INFEKSI RONGGA MUL UT5
Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui
beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi
melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan langsung infeksi dalam jaringan,
dan
penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau
teraspirasinya materi infektif.
1.
Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen)
Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di sekitarnya
merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini meningkatkan
kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke
dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan inflamasi juga akan semakin
meningkatkan aliran darah yang selanjutnya menyebabkan semakin banyaknya
organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah. Vena-vena yang berasal
dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena pterigoid yang
menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan vena
maksilaris interna melalui vena emisaria.K arena perubahan tekanan dan edema
menyebabkan penyempitan pembuluh vena dan karena vena pada daerah ini
tidak
berkatup, maka aliran darah di dalamnya dapat berlangsung dua arah,
memungkinkan penyebaran infeksi langsung dari fokus di dalam mulut ke kepala
atau faring sebelum tubuh mampu membentuk respon perlawanan terhadap
infeksi tersebut.M aterial septik (infektif) yang mengalir melalui vena jugularis
internal dan eksternal dan kemudian ke jantung dapat membuat sedikit
kerusakan.
Namun, saat berada di dalam darah, organisme yang mampu bertahan dapat
menyerang organ manapun yang kurang resisten akibat faktor
-faktor predisposisi
tertentu.
2 . Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)
Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya dengan
aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah menjalar
ke kelenjar limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat anastomosis pembuluh
darah dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir. Akan tetapi anastomosis
tersebut tidak ditemukan pada rahang bawah.
K elenjar getah bening regional yang terkena adalah sebagai berikut:
Sumber infeksi
KGB regional
Gingiva bawah
Submaksila
Jaringan subkutan bibir bawah
Submaksila, submental, servikal profunda
Jaringan submukosa bibir atas dan bawah
Submaksila
Gingiva dan palatum atas
Servikal profunda
Pipi bagian anterior
Parotis
Pipi bagian posterior
Submaksila, fasial
Banyaknya hubungan antara berbagai kelenjar getah bening memfasilitasi
penyebaran infeksi sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai kepala atau
leher atau melalui duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh lainny
PENEGA KA N DIA GNOSA
4
RIW AYAT PENYAK IT
Riwayat penyakit terdiri dari 3 tahapan :
1.T ahap perkenalan yang singkat
y
Sapa pasien
y
Hilangkan kecanggungan
y
Catat data pasien termasuk nama, jenis kelamin, tanggal lahir atu
umur (penyakit yang berhubungan dengan usia, sebagian besar
penderita kanker mulut berusia40 tahun ke atas), alamt, nomor
telepon, pekerjaan (pendidikan, status sosial ekonomi)
Pada 24 iagnose diketahui : jenis kelamin perempuan, usia 19 tahun
2.M endengarkan keluhan pasien
K eluhan ini merupakan sebab mengapa pasien datang ke dokter gigi
K eluhan pasien pada scenario : rasa sakit yang kompleks serta pembengkakan
pada pipi sebelah kanan bawah belakang, dan tidak 24iag membuka mulut
secara optimal.
3.T anya jawab terstruktur
R iwayat keluhan utama
T erdiri atas berbagai pertanyaan sebagai berikut
y
K apan pertama kali keluhan tersebut dirasakan?
y
Sudah berapa lama pasien mengalami pembengkakan?
y
Apakah ada rasa sakit? (rasa sakit menunjukkan adanya infeksi
misalnya abses atau selulitis, trauma atau infeksi sekunder karena
tumor ganas dan kista. Lesi lain biasanya tidak menimbulkan rasa
sakit)
y
Pernahkah ada cairan yang keluar dari lesi? (pada infeksi akan keluar
caran secara spontan, intraoral atau ke daerah wajah)
y
Apakah ada rasa raba yang hilang (tanpa rasa) di bibir bawah atau
wajah? (dapat menunjukkan adanya lesi yang berkembang dengan
cepat atau pembuluh saraf yang langsung terlibat)
Pada 25iagnose diketahui awalnya4 hari yang lalu pasien mengalami rasa
sakit gigi yang luar biasa. Setelah itu, terjadi pembengkakan pada sisi
sebelah kanan bawah belakang dan pasien mengeluhkan ada rasa sakit
yang kompleks
R iwayat medis
y
Dapat memberikan tanda penting untuk diagnosis
y
Riwayat medis yang tidak lengkap dapat menimbulkan risiko bagi
kesehatan pasien, dokter gigi, juga staf pendukung lainnya.
R iwayat gigi terdahulu
y
Seberapa sering anda menyikat gigi dan berapa lama?
y
Seberapa sering anda mengunjungi dokter gigi sebelumnya?
y
K apan terakhir mengunjungi dokter gigi anda dan apa yang dilakukan
oleh dokter gigi tersebut?
y
Pernahkah anda bermasalah dengan perawatan sebelumnya?
Dari riwayat gigi terdahulu dapat diketahui bahwa kemungkinan infeksi
dapat disebabkan oleh perawatan endodontic sebelumnya (apabila gigi
yang mengalami sakit pernah dirawat endodontic dan ternyata terjad
Penicillin
Penicillin adalah antibiotic yang paling sering digunakan. Baik yang alami
maupun semisintetis mempunyai aktivitas bakteriosidal spectrum luas, dan
bekerja dengan kalan mengganggu pembentukan dan keutuhan dinding sel
bakteri. Penicillin adalah obat utama untuk mengobati sebagian besar penyakit
infeksi orofasial dan untuk profilaksis pada pasien risiko tinggi terhadap infeksi,
apabila tidak ada riwayat alergi.
Erythromycin
Erythromycin adalah antibiotic yang penting karena bisa digunakan untuk orang
yang alergi terhadap penicillin. Erythromycin efektif terhadap bakteri gram
positif
yang peka terhadapnya. Obat ini biasanya tidak efektif untuk bakteri gram
negative. Erythromycin menghambat sintesis proteinpada bakteri, bisa bersifat
bakteriostatis terhadap bakteri tertentu dan bakteriosid terhadap bakteri yang
lain.
Cephalosporin
Cephalosporin secara structural dan farmakologis mirip dengan penicillin, yang
bisa menjelaskan reaksi alergnik-silang antara kedua kelompok tersebut
(kemungkinannya 5-10%, tetapi bisa lebih rendah apabila diberikan secara oral).
Cephalexin, cephaloglycin, cefadroxil, cephradine bisa digunakan secara oral dan
bisa diabsorbsi dengan baik di dalam saluran gastrointestinal. Cephalosporin
bersifat bakterisid terhadap sebagian besar jenisStreptococcus dan
Staphylococcus tetapi tidak efektif terhadap sebagian coccus gram negatif dan
batang yang sering terlibat dalam infeksi orofasial. Cephalosporin jangan
digunakan sebagai antibiotic utama tetapi sebaiknya digunakan sebagai
cadangan
untuk kasus-kasus dimana tes sensitivitas menunjukkan bahwa obat tersebut
adalah yang paling efektif
Metronidazole
M etronidazole adalah anti protozoa mulut (
T richomonas, Entamoeba) dan anti-
bakteri. Cara kerja bakteriosidnya dengan jalan mengganggu sintesis DNA. Obat
ini bisa diabsorpsi dengan baik apabila diberikan secara oral, dan terserap dengan
baik pada kebanyakan cairan dan jaringan tubuh termasuk saliva dan cairan
serebrospinal.M etronidazole efektif untuk bakteri anaerob. Apabila digunakan
pada kasus campuran (anaerob dan aerob), maka perlu ditambahkan antibiotic
yang sesuai untuk infeksi aerob. Pada kondisi penyakit hepar yang parah,
dosisnya dikurangi. Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual, disertai
dengan sakit kepala, anoreksia dan kadang-kadang muntah
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi: masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme didalam tubuh yang
menyebabkan kerusakan pada sel-sel dan jaringan tubuh
Infeksi odontogenik: infeksi yang disebabkan oleh kerusakan gigi akibat dari
adanya kerusakan pada gigi.
Perkembangan infeksi odontogenik
y
Abses merupakan suatu tahap infeksi dalam jaringan dimana sel
-sel
mengalami inflamasi disertai leukosit, kalau sudah terjadi fluktuasi dapat
dilakukan insisi.
y
C ellulitis berasal dari bahasa latin C ellula yang berarti ruang kecil.
C ellulitis merupakan infeksi yang menyebar pada jaringan, dan ditandai
dengan inflamasi eksudat dan edema.
y
Ludwig´s Angina (nama lain dari rasa tercekik dan susah bernapas) atau
Phlegmon merupakan Celulitis bilateral yang berkembang cepat pada
ruang sublingual dan submaksilla.
Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui
beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi
melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan langsung infeksi dalam jaringan,
dan
penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau
teraspirasinya materi infektif.
Dari kata kunci yang didapatkan pada skenario, kemungkinan terjadi
infeksi
odontogenik (gigi yang sakit merupakan vocal infeksi), dimana terjadi
inflamasi dan terb entuk ab ses.
Adapun pem bengkakan (a bses) yang mungkin terjadi dengan gejala
trismus,
demam, dan terjadi pada regionb awahb elakang di antaranya :
y
A bses dentoalveolar akut
y
A bses submandibular
y
A bses submasseter
y
A bses pterigomandibular
DAFT AR PUST AK A
1.Pedersen, GordonW . 1996. Buku Ajar Praktis BedahM ulut. Jakarta :
Penerbit BukuK edokteran EGC
.
2.Fragiskos, F. D. Oral surgery. Berlin : Springer-Verlag Berlin Heidelberg,
2007. P. 206-37.
3.Patologi umum dan sistemik. Vol. 1/ J.C.E. Underwood ; editor edisi bahasa
Indonesia, Sarjadi ± Ed. 2 ± Jakarta : EGC, 1999. Hal. 232-3
4 .Birnbaum, warren. Dunne, Stephen.M. Diagnosis kelainan dalam mulut. Alih
bahasa : hartono ruslijanto. Jakarta. EGC. 2009. P.122-4
5.http://lawalangy.wordpress.com/2007/06/09/mengenal-tanda-sepsis-akibat-
infeksi-odontogenik/. 2007.
6.M ecchan. J. G, Seymour . R. A.Drug dictionary for dentistry. New york,
oxford university press, 2002