Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1
1.1 TUJUAN
Tujuan dari laporan tugas besar ini adalah :
1) Membuat suatu perencanaan link gelombang mikro dengan
menggunakan Pathloss 5.0
2) Mengetahui parameter apa saja yang ada dalam merencanakan sebuah
link gelombang mikro.
3) Menganalisis hasil perencanaan link gelombang mikro untuk melihat
apakah sistem yang di rancang sudah baik.

2
BAB II
DASAR TEORI

3
BAB III
PROSES PERANCANGAN

3.1 TAHAP PERANCANGAN SIMULASI


Dalam tugas besar ini dilakukan simulasi menggunakan pathloss 5.0
sebagai software untuk merancang sistem gelombang mikro point to point.
Adapun tahap perancangan simulasi sebagai berikut:
1. Klasifikasi link gelombang mikro.
2. Menentukan perangkat link komunikasi gelombang mikro.
3. Perencanaan Frekuensi.
4. Perencanaan Topologi.
5. Mengukur Path Profile.
6. Melakukan teknik penanggulangan Fading.
7. Perhitungan Link Budget.
8. Melihat Availability dari sistem yang telah dirancang.

3.2 KLASIFIKASI LINK GELOMBANG MIKRO


Berdasarkan range frekuensinya, link gelombang mikro yang digunakan
pada perancangan ini adalah short haul. Link ini beroperasi pada frekuensi tinggi
yaitu 2 GHz dan dengan demikian menjangkau jarak yang lebih pendek. Link ini
dipengaruhi oleh multipath dan rain fading. Pada frekuensi yang lebih tinggi saat
panjang lintasan hanya beberapa kilometer, fenomena multipath tidak mempunyai
dampak yang signifikan tetapi walau bagaimanapun, dampak hujan berpengaruh
besar pada link jenis ini. Spesifikasi frekuensi link yang digunakan sebagai
berikut:
Frekuensi band 2 GHz
1. Daya jangkau maksimal 10 km
2. Rain fading
3. Diameter antena 1.83 m dengan gain 29.451 dBi
4. Hanya untuk polarisasi vertikal
5. Atenuasi atmosfer 0,03 dB/km

4
3.3 LOKASI SITE
Perancangan simulasi microwave dalam tugas besar ini berada pada 2 titik
link yang saling terhubung antara IT Telkom Purwokerto dengan Sokaraja.

Tabel 3.1 Lokasi Site Microwave


No Site Name Longitude Latitude Elevation
1 IT Telkom Purwokerto 109 15 01.14 E 07 26 04.93 S 70.60 m
2 Sokaraja 109 17 20.76 E 07 27 01.68 S 50.53 m

5
1. Memasukan informasi kordinat masing-masing lokasi.
2. Memasukan informasi topografi daerah (Map Database) .
3. Memberikan informasi penghalang atau obstacle diantara pemancar dan
penerima.
4. Memasukkan ketinggian optimum antena.
5. Memasukkan informasi mengenai data antena, feeder, radio, tipe cuaca,
frekuensi kerja, pengkanalan frekuensi yang akan digunakan.
7. Memasukkan daerah hujan.
8. Memasukkan hasil profil propagasi gelombang radio ruang bebas yang
telah dikonfigurasi.
9. Menampilkan hasil perhitungan link budget dalam bentuk Report.

kualitas dan kehandalan sistem tetap d pe


terjaga. Secara sederhana link budget
i ng
dirumuskan sebagai berikut :
p iri

a m
n G
Dimana,
c ai
Received
a n : Penguatan
Power : Daya yang diterima penerima
r Losses : Rugi-
Transmitt
rugi
k
ed Power
a
: Daya
3.5.1 Jalur Transmisi
n
yang Gelombang Mikro

Site IT Telkom:
26 04.93
𝐺𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐿𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = 7 + +
60 = 7.434702778°
3600
1 01.1
5 4 = 109.2503167°
𝐺𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐵𝑢𝑗𝑢𝑟 = 109 +
6 + 3600
0
60 𝑠 𝐵𝑢𝑗𝑢𝑟 = 109 +
1 60
Site Sokaraja:
𝐺
27 𝑎
𝐺𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐿𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = 7 + 𝑟𝑖
6
01.68
+ =
3600 7.4504
20.76 66667°
+
3600
=
109.28
91°

7
Selanjutnya menentukan jarak antara kedua site dengan menggunakan
rumus jarak sederhana, untuk garis lintang dikalikan dengan nilai 110.3 km dan
untuk garis bujur dikalikan dengan 111.32 km perderajat, maka jarak antar garis
lintang dan garis bujur adalah :

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐿𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = |𝐺𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐿𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑖𝑡𝑒 1 − 𝐺𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐿𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑖𝑡𝑒 2| × 110,3


= |7.434702778 − 7.450466667| × 110,3 = 1.738756957 𝑘𝑚

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐵𝑢𝑗𝑢𝑟 = |𝐺𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐵𝑢𝑗𝑢𝑟 𝑆𝑖𝑡𝑒 1 − 𝐺𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐵𝑢𝑗𝑢𝑟 𝑆𝑖𝑡𝑒 2| × 111,32


= |109.2503167− 109.2891| × 111,32 = 4.317356956 𝑘𝑚

Dengan ini dapat dihitung jarak antara Site IT Telkom dan Site Sokaraja
adalah :

𝑃𝑎𝑡ℎ 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ = √(𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐿𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔)2 + (𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐵𝑢𝑗𝑢𝑟)2

= √(1.738756957)2 + (4.317356956)2 = 4,65 𝑘𝑚

3.5.2 Gain Antena


Karakteristik antenna yang paling penting adalah gain. Hal ini untuk
mengukur kemampuan antenna dalam memancarkan gelombang pada arah
tertentu. Pada dasarnya, sebuah antenna memancarkan energi secara sama ke
segala arah atau disebut antenna omnidirectional atau isotropis, namun pada
sistem komunikasi gelombang mikro diharapkan antenna memiliki tingkat
kesearahan yang tinggi. Gain dari sebuah antenna menjelaskan seberapa besar
jumlah energi yang terpancar secara isotropis dapat diarahkan menjadi suatu
beam. Semakin sempit suatu beam, maka semakin tinggi tingkat kesearahan
antenna sehingga menjadikan gain semakin tinggi. Berikut persamaan gain antena
:
𝐺 = 20 log 𝑓 + 20 log 𝑑 + 10 log 𝜂 + 20,4
Antena dalam laporan ini menggunakan frekuensi 2 GHz berdiameter 1,83 m serta
efisiensi antena 60%, maka gain antena yang dihasilkan adalah :
𝐺 = 20 log 2 + 20 log 1,83 + 10 log 0,6 + 20,4
= 31.596 − 10.457 − 2,596 + 20,4 = 29.451 𝑑𝐵𝑖

8
3.5.3 Free Space Loss (FSL)
𝐹𝑆𝐿 = 92.45 + 20 log 𝑓 + 20 log 𝐷
= 92.45 + 20 log 2 + 20 log 5.48
= 92.45 + 6.0205 + 14.7756
= 113.2461 𝑑𝐵

3.5.4 EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)


𝐸𝐼𝑅𝑃 = 𝑃𝑇𝑥 + 𝐺 − 𝐿𝑇𝑥
= 30 𝑑𝐵𝑚 + 29.451 𝑑𝐵 − 3 𝑑𝐵
= 56.451 𝑑𝐵𝑚

3.5.5 IRL (Isotropic Received Level)


didapatkan dari persamaan berikut:
𝐼𝑅𝐿 = 𝐸𝐼𝑅𝑃 − 𝐹𝑆𝐿
= 56.451− 113.2461
= −56.7951 𝑑𝐵𝑚

9
3.5.6 RSL (Received Signal Level)
𝑅𝑆𝐿 = 𝐼𝑅𝐿 + 𝐺𝑅𝑥 − 𝐿𝑅𝑥
𝑅𝑆𝐿 = −56.7951 + 29.451 − 3 = −30,3441 𝑑𝐵𝑚

3.5.7 Hoploss
𝐿ℎ = 𝐹𝑆𝐿 + 𝐿𝑇𝑥 + 𝐿𝑅𝑥 + 𝐿𝐴𝑡𝑚 − (𝐺𝑇𝑥 + 𝐺𝑅𝑥)
𝐿ℎ = 113.2461 + 3 + 3 + 0.03 − (29.451 + 29.451) = 60,3741 dB

3.5.8 Fading Margin


𝐹𝑀 = 30 log 𝐷 + 10 log(𝑎 × 𝑏 × 2.5 × 𝑓) − 10 log 𝑈𝑛𝐴𝑣𝑝𝑎𝑡ℎ − 60

3.5.9 Availability

10
BAB IV
HASIL ANALISIS

Pada simulasi tugas besar ini site IT Telkom Purwokerto dan site Sokaraja
dijadikan bahan untuk pengamatan link microwave yang dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak pathloss 5. Pathloss 5 berfungsi untuk melakukan
perancangan transmisi komunikasi radio gelombang mikro. Beberapa file
penunjang yang harus digunakan pada Pathloss 5 adalah sebagai berikut, yaitu
basis data hujan, informasi perangkat antena radio IDU, ODU, pengkanalan
frekuensi serta peta digital.

Gambar 4.1 Path Profile

Pada path profile dapat dilihat panjang lintasan dari IT Telkom


Purwokerto ke Sokaraja sebesar 5,8 km. Frekuensi yang digunakan adalah 2 GHz
dikarenakan jarak link IT Telkom ke Sokaraja kurang dari 10 km. Site IT Telkom
Purwokerto memiliki elevasi 70.60 meter diatas permukaan laut dan site Sokaraja
berada pada elevasi 50.53 meter diatas permukaan laut. %F1 = 100 (perhitungan
fresnel zone) menunjukkan bahwa link yang disimulasikan Line of Sight (LOS).

11
Gambar 4.2 Transmission Details

Pada gambar 4.2 didapatkan azimuth pada site IT Telkom Purwokerto


112.16° dan site Sokaraja 292.15°. Perangkat antena yang digunakan dalam
simulasi ini adalah model VHLP2-370 dengan gain 29.451 dB. Dalam
perhitungan link budget dengan hasil simulasi tidak memiliki perbedaan yang
cukup signifikan dimana hasil free space loss yang diperoleh bernilai 113.2461
dB dan EIRP 56.451 dBm. Level daya yang diterima (received signal level)
sebesar −30,3441 dBm. Availability pada 2 link tersebut mencapai 99.94%
dengan kegagalan sebanyak 19756.05 detik setiap bulannya. Analisa dari hasil
tersebut bahwa sistem microwave yang dibuat antar kedua site sudah cukup baik.

12
BAB V
KESIMPULAN

1. Gelombang mikro merupakan bentuk komunikasi yang memanfaatkan


gelombang radio sebagai sarana untuk membawa suatu pesan sampai ke
tempat tujuannya.
2. Terdapat dua komponen utama dalam link gelombang mikro seperti yang
yaitu Indoor Unit (IDU) dan Outdoor unit (ODU) serta terdapat multiplexer
dan combiner sebagai komponen pendukungnya.
3. Perhitungan link budget merupakan perhitungan yang menghitung semua
penguatan dan rugu-rugi dari pemancar, melalui suatu medium ke penerima.
4. Penghitungan secara manual dengan nilai yang tercantum pada aplikasi
pathloss akan sedikit berbeda karena pada penghitungan manual hanya
dilakukan penghitungan angka empat di belakang koma saja sedangkan pada
aplikasi pathloss menghitung semuanya.

13
14

Anda mungkin juga menyukai