Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ILMU DAN TEKNOLOGI MARITIM

Disusun oleh :

FADILAH SAHDA
J1A121259
E
KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALUOLEO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Kemaritiman berjudul
“Ilmu dan Teknologi Maritim”.
Makalah ini membahas tentang Ilmu dan teknologi dalam bidang maritim,
potensi teknologi maritim di Indonesia, dan riset laut ilegal. Dalam menyelesaikan
makalah ini telah dilakukan untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan
keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang dimiliki,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi
penulis pribadi dan mahasiswa pada umumnya. Semoga pembahasan yang
dikemukakan dapat menjelaskan setiap materi dengan baik, sehingga dapat
diterima dan dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dibutuhkan untuk memperbaiki dan meningkatkan tulisan
selanjutnya.

Kendari 10 Januari 2022

Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................. 1
DAFTAR ISI........................................................................ 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan.............................................................................. 4
D. Manfaat............................................................................. 4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ilmu dan Teknologi Maritim........................................ 5
B. Pengenalan Bidang Teknologi Maritim...................................... 5
C. Teknologi Maritim di Indonesia............................................... 6
D. Potensi Indonesia sebagai Negara Maritim.................................. 8
E. Riset Laut Ilegal................................................................... 9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 12
B. Saran................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia bagi banyak Indonesianis asing dari dulu sampai sekarang adalah
sebuah ‘mukjizat’ (miracle). Mengapa? Tidak lain karena bagi mereka
sulitmembayangkan Indonesia yang begitu luas dan jarak bentangannya sama
denganantara London dan Istanbul, bisa bertahan dalam satu kesatuan negara-
bangsa.
Lihat, berapa banyak negara-bangsa yang ada di kawasan antara London
danIstanbul. Padahal, wilayah tersebut merupakan daratan yang menyatu
denganmasyarakat yang relatif homogen, baik secara kultural maupun agama.
Tidak hanya itu, Indonesia adalah negara kepulauan; istilah benua maritim yang
belakangan ini dipopulerkan, sementara sebenarnya tidak dapat
menutupikenyataan bahwa wilayah Indonesia sesungguhnya terpisah satu sama
lain oleh lautan dan selat yang demikian banyak. Hasilnya, Indonesia merupakan
negara yang memiliki banyak kelompok etnis lengkap dengan sistem sosial,
budaya, dan bahasanya masing-masing.Dewasa ini kita mengetahui bahwa
maritim berhubungan dengan laut. Dimana segala sesuatunya dibahas tentang al
positif dan negative yang terjadi dalam dunia maritim. Maritim merujuk kepada
kata maritim yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti navigasi atau
maritim.Pemahaman maritim yaitu segala aktifitas pelayaran dan perniagaan yang
berhubungan dengan kelautan atau biasa disebut dengan pelayaran niaga.
Berdasarkan terminologi maritim berarti ruang/wilayah permukaan laut yang
terdapat kegiatan seperti pelayaran, lalu lintas, jasa-jasa kelautan, dan lain
sebagainya.
Kemaritiman menjadi sangat penting bagi kelanjutan pertumbuhan dan
perkembangan bangsa Indonesia. Sebagaimana diketahui, dua periga
atau 63% wilayah Indonesia adalah laut, dengan panjang 81.000 Km. Laut
merupakan potensisum ber daya maritim yang sangat kaya. Sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8
juta km² yang terdiri dari wilayah teritorial sebesar 3,1 juta km² dan wilayah ZEEI
2,7 juta km², mempunyai 17.480 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang
95.181 km. Dengan potensi yang sedemikian besar, secara otomatis terkandung
keanekaragaman sumberdaya alam laut baik hayati maupun non hayati
menjadikan sektor kelautan sebagai penunjang perekonomian penting bagi
Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas, oleh karena itu dirasa perlu untuk
membahas tentang Ilmu dan Teknologi Maritim.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mendefinisikan ilmu dan teknologi maritim.
2. Menjelaskan pengenalan bidang teknologi maritim.
3. Mengetahui teknologi maritim di Indonesia.
4. Mengetahui potensi Indonesia sebagai Negara maritim
5. Menjelaskan tentang riset laut ilegal.

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi dari ilmu dan teknologi maritim.
2. Untuk mengetahui pengenalan di bidang teknologi maritim.
3. Untuk mengetahui teknologi maritim di Indonesia.
4. Untuk mengetahui potensi Indonesia sebagai Negara maritim.
5. Untuk mengetahui tentang riset laut ilegal.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui definisi dari ilmu dan teknologi maritim.
2. Dapat mengetahui pengenalan di bidang teknologi maritim.
3. Dapat mengetahui teknologi maritim di Indonesia.
4. Dapat mengetahui potensi Indonesia sebagai Negara maritim.
5. Dapat mengetahui tentang riset laut ilegal.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ilmu dan Teknologi Maritim


Laut merupakan sumber kehidupan manusia selain daratan dan udara.
Khususnya di Indonesia, perairan laut Indonesia mencapai 2/3 bagian. Manfaat
laut bermacam-macam, yaitu sebagai sarana transportasi, pertahanan keamanan,
sumber energi, pertambangan, perikanan dan protein hasil laut lainnya, obat-
obatan dan makanan, serta pariwisata dan lain sebagainya. Dari situ pandangan
tentang laut menjadi terbuka, bahwa laut juga menarik untuk dimanfaatkan dan
dipelajari.
Maritim, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut.
Kemaritiman menujukan sebagai sebuah kegiatan yang berhubungan dengan
navigasi (pelayaran) dan berfokus pada pergadangan (ekonomi). Sedangkan
teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup manusia.
Sehingga dari beberapa pengertian atau definisi di atas dapat didefinisikan
bahwa ilmu dan teknologi maritim adalah ilmu yang mempelajari tentang
keseluruhan sarana untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kelangsungan
dan juga kenyamanan hidup manusia. yang di pakai di bidang kelautan khususnya
berhubungan dengan pelayaran (navigasi) serta berfokus pada kegiatan ekonomi.
Teknik kelautan pada dasarnya mempelajari tentang rekayasa pada
bidang Offshore ( Lepas pantai ) dan pantai. Khususnya pelajari tentang
pemanfaatan serta pengelolaan laut untuk sarana dan prasarana transportasi laut ,
seperti pelabuhan, dermaga, kapal dan lain sebagainya serta mempelajari sumber
daya, seperti pencemaran laut, erosi dan lain sebagainya. Adapun akar dari teknik
kelautan yaitu berdasar pada mekanika, dinamika fluida, geologi, bangunan lepas
pantai, dan fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan seperti dermaga.
Sedangkan Teknologi Kelautan pada dasarnya adalah ilmu yang
mepelajari rekayasa yang ditujukan untuk memanfaatkan laut seperti media
transportasi dan sumber daya dan ruang. Teknologi kelautan ini merupakan
turunan dari teknik perkapalan.

2.2 Pengenalan Bidang Teknologi Maritim


Perkembangan teknologi tidak terlepas dari kehidupan
manusia,penggunaan teknologi mensyaratkan adanya peningkatan kualitas
manusia sebagai pelakunya. Bidang Teknologi Maritim merupakan bidang yang
memfokuskan pengkajian kepada penggunaan teknologi, proses dalam teknologi
dan sistem dalam teknologi yang digunakan dalam operasi maritim. Penggunaan
teknologi di bidang kemaritiman perlu memperhatikan dampaknya sehingga di
harapkan dengan penggunaan teknologi di bidang kemaritiman dapat tercapai
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sehingga kebutuhan
sekarang dan masa mendatang dapat terpenuhi.
Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2014 tentang kelautan pada bab 2
pasal dua dijelaskan bahwa penyelenggaraan kelautan di laksanakan berdasarkan
11 asas, yakni:
a. keberlanjutan;
b. konsistensi;
c. keterpaduan;
d. kepastian hukum;
e. kemitraan;
f. pemerataan;
g. peran serta masyarakat;
h. keterbukaan;
i. desentralisasi;
j. akuntabilitas; dan
k. keadilan.

Jadi pemanfaatan teknologi dibidang maritim harus memperhatikan ke 11 asas


ini. Segalah bentuk teknologi yang dapat merusak ataupun mencemari laut tidak
digunakan agar fungsi laut tersebut tidak berkurang. Alih teknologi begitu
pentingnya sehingga konvensi hokum laut PBB 1982 juga perlu mengatur
mengenai penggalakan pengembangan dan alih teknologi kelautan.
Dalam pasal 266 Konvensi Hukum Laut PBB disebutkan bahwa:
1. Negara-negara langsung atau melalui organisasi-organisasi internatsional
yang kompeten, harus bekerja sama sesuai dengan kemampuannya untuk
menggalakkan secara aktif pengembangan dan alih ilmu kelautan serta
teknologi kelautan dengan cara dan syarat-syarat yang adil dan wajar.
2. Negara-negara harus menggalakkan pengembangan ilmu pengetahuan
kelautan dan kemampuan teknologi Negara-negara berkembang, termasuk
Negara-negara tak berpantai dan letak geografisnya tidak beruntung dalam
hal eksplorasi, eksploitai,
3 konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut.

2.3 Teknologi Maritim di Indonesia


Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan banyak berbatasan dengan
berbagai negara di sekitarnya merupakan lokasi yang sangat rawan akan konflik
perbatasan. Terlebih indonesia merupakan wilayah strategis yang terletak dekat
dengan beberapa titik jalaur pelayaran dunia, salah satunya adalah selat malaka,
yang merupakan urat nadi perekonomian yang menjadi tangung jawab tiga negara
yaitu adalah indonesia, Singapura, dan Malaysia. Potensi besar yang dimiliki selat
malaka sebenarnya sama pentinnya denan Terusan Suez dan terusan Panama,
karena selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan anara Samudra Hindia
dan Samudera Pasifik serta penghubung tiga dari negara-negara penduduk
terbesar seperti India, Indonesia dan Cina. Di samping itu potensi besar lainnya
adalah sebanyak 1200 kapal melintasi selat malaka setiap harinya, 22 kapal super
ultra large dengan mengangkut antara sperlima dan seperempat perdanganan laut
dunia. Potensi besar ini seharusnya menjadi sebuah perhatian pemerintah dalam
meningkatkan pertahanan laut indonesia.
Disamping Selat Malaka, Konflik Laut Cina Selatan merupakan isu hangat
dan memerlukan penyelesaian secara komperhensif dengan melibatkan berbagai
pihak terkait. Makin pentingnya posisi indonesia dengan meningkatnya volume
perdagangan merupakan sebuah potensi besar yang seharusnya mampu di dukung
dengan kekuatan maritim yang memadai. Ini merupakan sebuah realita jika
sampai saat ini indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi besar dalam
jalur perdangangan di asia maupun di dunia. Tentunya hal ini membutuhkan
strategi dalam menjaga keamanan dan perbatasan  indonesia melihat potensi besar
yang dimiliki indonesia. Diplomasi Indonesia akan lebih efektif jika didukung
dengan kekuatan militer yang handal dan memadai. Pasalnya kedepan konflik
perbatasan yang terjadi kian meningkat hal ini di sampaikan oleh Kasal 
Laksamana  TNI Marsetio.
Sebuah pemaduan unsur antara kekuatan militer dan diplomasi guna
mengamankan kepentingan nasional merupakan kepentingan primer yang
seharusnya mampu di sadari oleh berbagai pihak yang berperan saat ini.
Penggunaan kekuatan Angkatan Laut dalam masa damai dan perang adalah
praktik yang lumrah. Inilah yang dikenal dengan istilah gun boat (diplomasi kapal
perang) dan selanjutnya muncul istilah naval diplomacy. Melihat hal ini
keterbutuhan akan teknologi pertahanan merupakan sesuatu yang dijadikan
sebuah prioritas melihat keterbutuhan kedepan yang sangat mendesak. Tentunya
kedepan indonesia harus meningkatkan kekuatan pertahanan yang saat ini
dimiliki, harapannya indonesia bukan hanya menambahkan kuantitas Alusista
sebagai penjaga pertahanan pertama, namun mamapu meningkatkan kwalitas
Alusista kedepannya. Dengan upaya membangun industri pertahanan negara yang
maksimal harapannya ketergantungan terhadap asing dan hobi membeli
peralatanbekas kedepannya mampu diminimalisir.
Melihat keterbutuhan yang sangat medesak tentang Alusista, angin segar pun
datang dengan di tetapkannya Undang-undang Industri Pertahanan Negara (IPH).
Sebuah harapan besar dalam bidang pertahanan diharapkan bukan hanya menjadi
sebuah retorika semata melainkan menjadi sebuah hal inplementatif yang mampu
menjadikan indonesia menjadi negara yang lebih bermartabat dalam permasalan
keamanan dan pertahanan. Melihat grafik APDN tentang Alusista terlihat kian
membaik dari yang sebelumnya 72,54 Triliun pada tahun 2012 saat ini menjadi 77
triliun pada tahun 2013 harapannya anggaran ini mampu terserap semuanya untuk
meningkatkan Alusista Indonesia kedepannya. Walaupun secara kasat mata
anggaran indonesia cukup tinggi namun, jika kita bandingkan dengan negara-
negara tetangga yang mempunyai wilayah lebih kecil ternyata indonesia memiliki
anggaran jauh lebih kecil dari negara-negara tersebut, menurut International
Institute or Strategic Studies (IISS), Singapura pada 2011 memiliki pengeluaran
sebesar US$9,66 miliar untuk belanja Alusista. Jumlah tersebut hampir dua kali
lipat ari negara tetangga lainnya seperti Thailand (US$5,52 miliar), (Malaysia
(US$4,54 miliar), dan Vietnam (US$2,66 miliar). Hal ini menunjukkan bahwa
negara sekelas singapura menjadikan Alusista sebagai sebuah priritas yang layak
di perhatikan. Sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai 54.700 km,
hal ini menjadi evaluasi besar jika indonesia menjadikan pertahanan sebagai
prioritas kelas dua kedepannya.
Jika kita menegok tentang pertahanan laut indonesia saat ini kita bisa melihat
bahwa sampai saat ini indonesia hanya memiliki dua kapal selam, terlebih lagi
jika kita melihat bagaimana kondisi pertahanan laut lainnya dari kapal-kapal yang
dimiliki TNI AL saat ini kurang lebih 148 kapal perang berbagai kelas dan jenis 2
kapal layar tiang tinggi, kapal patroli yang panjangnya kurang dari 36 meter yang
biasa disebut KAL atau kapal angkatan laut yang berjumlah 317 unit. Kemudian
dari beberapa kapal tersebut ternyata adalah kapal ex Jerman dan kapal
peninggalan perang dunia kedua. Tentunya melihat tersebut kondisi kapal sudah
di pastikan tidak dalam kondisi maksimal.Disamping itu untuk memantau kondisi
perairan indonesia memiliki 15 stasiun yang di kendalikan oleh Bakormala
(Badan Kordinasi Keamanan Laut Republik Indonesia), diantaranya Rescue
Coordinating Centre (RCC) yang terletak di Ttanjung Balai Karimun, Maritime
Rescue Coordinating Centre (MRCC) Batam, RCC Natuna, RCC Sambas, GS
Bangka Belitung, RCC Bali, RCC Tarakan, RCC Kupang, MRCC Ambon, RCC
Jayapura, RCC Tual, RCC Merauke, (Ground Station) GS MRCC Bitung dan
Puskodal Jakarta. Dengan menggabungkan kekuaan pertahanan laut yang ada dari
segi peralatan tempur dan IT tentunya hal tersebut harus senantiasa di tingkatkan
untuk mendapatkan kekuatan pertahanan dan keamanan laut yang kuat. Karena
saat ini pertahanan dan keamanan merupakan hal yang sangat mendesak untuk
terus senantiasa di tingkatkan.
Harapan besar dengan ditingkatkannya anggaran pertahanan indonesia
kedepan indonesia akan mampu meningkatkan kekuatan pertahanan yang dimiliki
saat ini. Hal tersebut tentunya akan menjadi sebuah pendukung berbagai
diplomasi yang terjadi pada wilayah konflik antara indonesia dan negara
sekitarnya. Dengan meningkatnya kondisi pertahanan laut indonesia tentunya
akan membuat indonesia menjadi lebih bermartabat di mata negara tetangga.
Di abad globalisasi seperti sekarang ini harus muncul kreasi dan inovasi
Pengembangan Teknologi di Industri Kemaritiman Indonesia supaya mampu
mengeksplorasi sumber daya laut dengan mandiri. Melalui pembenahan pada
bidang maritim tentu akan berdampak juga pada peningkatan ekonomi negara
dengan menyeluruh. Sehingga untuk mempercepat kemandirian di bidang maritim
maka dibutuhkan kolaborasi yang padu dari pemerintah dan pihak swasta.Guna
mewujudkan negara maritim Indonesia, ada tiga hal penting yang harus ditangani
yaitu sumber kehidupan, perdagangan dan ketahanan laut. Tanpa adanya
penguasaan teknologi maritim, tentu Indonesia tak akan mampu mengetahui
dengan akurat dan menyeluruh mengenai apa dan seberapa banyak kekayaan yang
terpendam di kawasan laut Indonesia. Ketidaktahuan tersebut akan memposisikan
Indonesia pada kondisi lemah di setiap agenda diplomasi internasional. Diplomasi
yang baik tak akan bisa dibuat bila tetap menggunakan pondasi sains dan
teknologi yang dangkal. Diplomasi untuk mengupayakan harkat dan harga diri
bangsa pun tidak akan bisa diperoleh kalau tanpa adanya pengetahuan mengenai
kekayaan sumber daya alam juga kemampuan manusianya.
Keahlian dalam penguasaan teknologi kelautan adalah aset nasional agar
sanggup memanfaatkan kekayaan laut nusantara dengan optimal sehingga harus
lebih dikembangkan khususnya lewat penambahan aktifitas riset maupun
peningkatan sektor strategis. Penanganan kekayaan kelautan harus berpusat pada
kegiatan yang menggunakan potensi sumber daya yang dimiliki demi
mensejahterakan masyarakat,yang diimbangi usaha mempertahankan
keberlanjutannya dengan menaati prinsip ekologis. Teknologi yang diciptakan
harus tetap mempertahankan keseimbangan kepentingan ekonomi sekaligus
keseimbangan ekologi. Berbagai macam teknologi berbasis keseimbangan
ekonomi-ekologi ini harus digunakan sebagai prinsip pokok
dalam pemanfaatan kekayaan laut, diantaranya pada teknologi penangkapan
ikan,budidaya ikan maupun biota laut, sekaligus teknologi pengolahan yang
digunakan. Selanjutnya adalah bioteknologi dalam mengeksplorasi biodiversitas
untuk bahan baku industri dan sumber plasma nutfah pada kegiatan pemuliaan
ikan ataupun biota laut lainnya. Kemudian teknologi eksplorasi minyak dan gas
bumi, bahan tambang lainnya dan kekayaan energi terbarukan. Teknologi
konservasi sumber daya laut yang bisa juga diperluas pada peluang
pemanfaatannya sebagai lokasi pariwisata bahari.
Pemanfaatan teknologi itu bermula dari kenyataan minimnya pengawasan
terhadap teritorial laut Indonesia hingga mengharuskan pemakaian Teknologi
Informasi kelautan. Kita lihat juga mulai digunakannya radar pantai produksi
dalam negeri maupun pemanfaatan sumber daya manusia lulusan TI dari putra
putri Indonesia sendiri. Hal tersebut suatu saat pasti akan menghidupkan kemauan
untuk selalu menjaga laut Indonesia tetap lestari walaupun banyak di-eksplorasi.

2.4 Potensi Indonesia sebagai Negara Maritim


Luas lautan dibandingkan luas daratan di dunia mencapai kurang lebih 7
berbanding 3, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara di dunia
yang memiliki kepentingan laut untuk memajukan maritimnya. Seiring
perkembangan lingkungan strategis, peran laut menjadi signifikan serta dominan
dalam mengantar kemajuan suatu negara. Alfred Thayer Mahan, seorang Perwira
Tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam bukunya “The Influence of Sea
Power upon History” mengemukakan teori bahwa sea power merupakan unsur
terpenting bagi kemajuan dan kejayaan suatu negara, yang mana jika kekuatan-
kekuatan laut tersebut diberdayakan, maka akan meningkatkan kesejahteraan dan
keamanan suatu negara. Sebaliknya, jika kekuatan-kekuatan laut tersebut
diabaikan akan berakibat kerugian bagi suatu negara atau bahkan meruntuhkan
negara tersebut.
Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua
pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan
adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km) yang
menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara
yang memiliki garis pantai terpanjang didunia. Kekuatan inilah yang merupakan
potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia.
Data Food and Agriculture Organization di 2012, Indonesia pada saat ini
menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah
China dan India. Selain itu, perairan Indonesia menyimpan 70% potensi minyak
karena terdapat kurang lebih 40 cekungan minyak yang berada di perairan
Indonesia. Dari angka ini hanya sekitar 10 persen yang saat ini telah dieksplor dan
dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum
merasakan peran signifikan dari potensi maritim yang dimiliki yang ditandai
dengan belum dikelolanya potensi maritim Indonesia secara maksimal. Dengan
beragamnya potensi maritim Indonesia, antara lain industri bioteknologi kelautan,
perairan dalam (deep ocean water), wisata bahari, energi kelautan, mineral laut,
pelayaran, pertahanan, serta industri maritim, sebenarnya dapat memberikan
kontribusi besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan, bahwa bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Meskipun begitu tidak dapat dipungkiri
juga bahwa kekayaan alam khususnya laut di Indonesia masih banyak yang
dikuasai oleh pihak asing, dan tidak sedikit yang sifatnya ilegal dan
mementingkan kepentingan sendiri.
Dalam hal ini, peran Pemerintah (government will) dibutuhkan untuk bisa
menjaga dan mempertahankan serta mengolah kekayaan dan potensi maritim di
Indonesia. Untuk mengolah sumber daya alam laut ini, diperlukan perbaikan
infrastruktur, peningkatan SDM, modernisasi teknologi dan pendanaan yang
berkesinambungan dalam APBN negara agar bisa memberi keuntungan ekonomi
bagi negara dan juga bagi masyarakat.
Sebagaimana halnya teori lain yang dikemukakan oleh Alfred Thayer Mahan
mengenai persyaratan yang harus dipenuhi untuk membangun kekuatan maritim,
yaitu posisi dan kondisi geografi, luas wilayah, jumlah dan karakter penduduk,
serta yang paling penting adalah karakter pemerintahannya.Selain perbaikan dan
perhatian khusus yang diberikan dalam bidang teknologi untuk mengelola sumber
daya alam di laut Indonesia, diperlukan juga sebuah pengembangan pelabuhan
dan transportasi laut untuk mendorong kegiatan maritim Indonesia menjadi lebih
modern dan mudah digunakan oleh masyarakat. Diharapkan juga peran swasta
untuk mendukung jalannya pemberdayaan laut ini, supaya program-program ini
tidak hanya bergantung pada dana APBN saja.
Dari sisi pertahanan, penguasaan laut berarti mampu menjamin
penggunaan laut untuk kepentingan nasional dan mencegah lawan menggunakan
potensi laut yang kita miliki. Pemerintah perlu segera menyelesaikan percepatan
batas wilayah laut agar dapat memberikan memberikan kepastian atas batas
wilayah negara dan dapat mempererat hubungan bilateral antara negara yang
berbatasan, serta mendorong kerja sama kedua negara yang berbatasan di berbagai
bidang termasuk dalam pengelolaan kawasan perbatasan, misal  terkait pelayaran,
kelautan dan perikanan.
Selain itu dengan adanya kepastian batas wilayah laut dapat terpelihara
kedaulatan suatu negara dan penegakkan hukum di wilayah perairan. Seperti yang
diketahui, Indonesia memiliki perbatasan maritim dengan 10 (sepuluh) negara
yaitu dengan India (Landas Kontinen, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)), Thailand
(Landas Kontinen, ZEE), Malaysia (Laut Wilayah, ZEE, Landas Kontinen),
Singapura (Laut Wilayah), Vietnam (Landas Kontinen, ZEE), Filipina (ZEE,
Landas Kontinen), Palau (ZEE, Landas Kontinen), Papua Nugini (ZEE , Landas
Kontinen), Timor Leste (Laut Wilayah, Landas Kontinen, ZEE) dan Australia
(ZEE, Landas Kontinen). Dari sejumlah perbatasan itu, Indonesia telah
menyelesaikan sebagian penetapan batas maritim dengan India (Landas
Kontinen), Thailand (Landas Kontinen), Malaysia (sebagian Laut Wilayah,
Landas Kontinen), Singapura (sebagian Laut Wilayah), Vietnam (Landas
Kontinen), Filipina (ZEE), Papua Nugini (ZEE, Landas Kontinen) dan Australia
(ZEE, Landas Kontinen).
Berbagai upaya lainnya perlu dilaksanakan untuk menuju Indonesia
sebagai poros maritim dunia, antara lain penyempurnaan RUU Komponen
Cadangan dan Komponen Pendukung, penyelarasan sistem pendidikan dan
pelatihan kemaritiman, penguasaan kapasitas industri pertahanan khususnya
industri maritim, modernisasi armada perikanan, penguatan armada pelayaran
rakyat dan pelayaran nasional, pemantapan pengelolaan pemanfaatan laut melalui
penataan ruang wilayah laut, peningkatan litbang kemaritiman, dan diversifikasi
sumber energi terbarukan di laut.

2.5 Tantangan Riset Maritim


Sebagai negara kelautan, Indonesia tentu saja menyimpan potensi sumber
daya maritim yang besar, serta menjadi tantangan tersendiri untuk mengelolanya. 
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK) Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) melihat, tantangan yang dihadapi pemerintah Indonesia saat ini
dalam mengelola sumber daya maritim adalah terkait batas maritim dan
kriminalitas kelautan.Batas maritim bisa dicermati dari beberapa batas laut yang
belum terselesaikan dengan beberapa negara dan contoh kriminalitas kelautan bisa
dilihat dari illegal fishing atau pencurian ikan dan penangkapan ikan secara besar-
besaran yang merusak ekosistem laut.
Untuk menghadapi tantangan pengelolaan sumber daya maritim ini, maka
Indonesia perlu mempererat kerja sama dengan berbagai negara untuk mencari
solusi yang tepat. Indonesia harus semakin aktif mengajak negara tetangga untuk
kooperatif dan menghindari perselisihan terkait batas teritori maupun
permasalahan kelautan lainnya.
 Di sisi lain, potensi maritim Indonesia juga terlihat dari potensi ikan laut
Indonesia yang mencapai 6,5 juta ton per tahun atau 7,2 persen dari total potensi
di dunia. Awani Irewati, Peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI mencermati,
besarnya potensi perikanan Indonesia menarik nelayan negara lain untuk
menangkap secara ilegal di perairan Indonesia.
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization  (FAO) 2014, jumlah
pencurian ikan yang terjadi di Indonesia mencapai 11 – 26 juta ton yang nilainya
sekitar 10-23 miliar dolar Amerika Serikat. Fenomena eksploitasi ikan
menyebabkan berkurangnya pasokan ikan laut untuk kebutuhan nasional dan
menyebabkan meningkatknya kebutuhan impor.
Solusi untuk mengatasi permasalahan itu selain penegakan hukum dari
pemerintah Indonesia, juga harus ada kerja sama dengan negara tetangga agar
saling menjaga batas teritori masing-masing supaya tidak aga pelanggaran
pencurian ikan.
Terkait tantangan batas maritim, persoalan ini harus segera diselesaikan.
Sebab jika berlarut-larut, maka panjangnya proses negosiasi penentuan batas
maritim akan menghambat perencanaan pengelolaan sumber daya
kelautan.Kemudian, efek lanjutan yang dihadapi akan berdampak pada aktivitas
nelayan. Bila aktivitas nelayan terganggu dan menurun akibat ketidakjelasan batas
laut, maka hasil tangkapan tentu terganggu dan berimbas pada ketersediaan ikan
nasional.

2.6 Riset Laut Ilegal


Melihat potensi dan kekayaan alam Indonesia yang luar biasa, wilayah
nusantara menjadi surga riset ilegal kapal asing. Tujuannya tidak lain adalah
untuk kepentingan perusahaan, lembaga atau negara yang ingin menguasai bumi
khatulistiwa. Banyak data dan potensi sumber daya alam dicuri karena
ketidaktahuan dan ketidakpedulian bangsa ini. Sejak era reformasi, survei dan
pemetaan laut yang dilakukan pihak asing semakin marak terjadi. Mulai dari
kedok kerjasama institusi pemerintah dengan pihak asing,sampai dengan yang
jelas-jelas ilegal alias tidak memiliki izin dari pemerintah Indonesia.
Kegiatan tersebut tanpa sadar membawa konsekuensi bocornya data negara yang
seharusnya dirahasiakan. Informasi tentang medan laut dapat digunakan pihak
asing untuk menentukan taktik dan strategi militer, jika mereka ingin menguasai
wilayah Indonesia.
Sebenarnya negara telah memiliki peraturan kerjasama internasional di bidang
penelitian dan pengembangan, dengan adanya PP (peraturan pemerintah) No
41/2006, tentang perizinan kegiatan penelitian dan pengembangan oleh pihak
asing di Indonesia.
Peraturan pemerintah ini menetapkan ketentuan, persyaratan, kewajiban dan
larangan yang harus ditaati lembaga atau peneliti asing, mitra serta lembaga
penjamin kegiatan penelitian. Peraturan tersebut harus dilaksanakan pemerintah
untuk melindungi masyarakat, bangsa dan negara dari kemungkinan kerugian
yang ditimbulkan penelitian pihak asing. Seluruh penelitian harus mendapat izin
dari lembaga penanggung jawab, yaitu Kementerian Riset dan Teknologi, melalui
tim yang dibentuk Sekretariat Perizinan Peneliti Asing (TKPIPA). Tim ini
merupakan pokja interdept yang anggotanya terdiri dari Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Mabes POLRI, BIN, LIPI, BPPT, serta
kementerian lain yang disesuaikan dengan misi riset. Selain itu,
kapal survei asing yang akan digunakan di Indonesia juga harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan Kementrian Pertahanan dan Keamanan. Karena kapal
riset asing bukan sekadar lewat, tetapi membawa data informasi kondisi laut
Indonesia. Jika tidak berhati-hati data laut Indonesia bisa berpindah tangan.
Namun, pemerintah sendiri tidak konsekuen menjalankan peraturan
tersebut.Kondisi ini diperparah dengan terjadinya benturan antar peraturan yang
ada.Sebagai contoh, Undang-undang No 22/2001 yang mengatur tentang minyak
dan gas. Aturan ini memberikan peluang bagi pihak asing untuk melakukan
kegiatan survei dan pemetaan lepas pantai dengan cara mudah, yaitu cukup
memperoleh izin dari Dirjen Migas tanpa koordinasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan, seperti yang diatur peraturan sebelumnya. Padahal, sudah sangat
jelas bahwa penggunaan peneliti dan kapal asing harus mendapat persetujuan
Security Clearance dari pihak Kementerian Pertahanan dan Keamanan.
Indonesia memegang peranan penting dalam jalur perdagangan dunia.
Semakin meningkatnya ketergantungan dunia akan laut, perairan Indonesia
menjadi incaran penguasaan negara asing, terutama negara yang industrinya
sangat tergantung pada minyak bumi dan transportasi laut. Meningkatnya
kebutuhan minyak bumi dibuktikan dengan semakin intensifnya survei seismik
asing guna mencari wilayah-wilayah baru potensi minyak dan gas di dasar laut
Indonesia. Wilayah nusantara pun menjadi terbuka dari segala arah dan rentan
terhadap perkembangan lingkungan, baik global, regional maupun nasional.
Mengutip apa yang pernah ditulis Oseanolog Prof Illahude, keunikan dan
kompleksitas perairan Indonesia telah menjadi daya tarik para peneliti asing dari
berbagai negara. Hampir semua tipe dasar topografi ditemukan di Indonesia,
seperti continental shelves, continental , insular slope, basin laut dalam, palung
dan relung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi maritime di Indonesia mempunyai potensi besar dalam jalur
perdangangan di asia maupun di dunia. Tentunya hal ini membutuhkan strategi
dalam menjaga keamanan dan perbatasan  indonesia melihat potensi besar yang
dimiliki indonesia. Diplomasi Indonesia akan lebih efektif jika didukung dengan
kekuatan militer yang handal dan memadai.
Pada dasarnya potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dan memberi
kontribusi positif bagi pembangunan bangsa sangat luar biasa besarnya. Hal yang
sangat disayangkan adalah ketidakmampuan Indonesia memahami potensi laut
Indonesa yang sangat besar sekali dan metode serta teknis pengelolaan
sumberdaya kelautan yang berbasis teknologi sangat sulit diimplementasikan
karena tingkat penguasaan teknologi kelautan yang belum berkembang di
Indonesia. Penguasaan teknologi yang belum berkembang itu merupakan peran
masyarakat terdidik yang akan sangat diperlukan guna menemukan dan
memanfaatkan potensi-potensi yang belum dikelola dengan baik.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, Kami sangat mengaharapkan kritik dan saran dari
dosen dan mahasiswa untuk perbaikan makalah ini. Dan Semoga makalah ini
bermanfaat untuk mengetahui dan menambah wawasan yang lebih luas untuk
kearah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anshoriy,
Nasruddin. Negara Maritim Nusantara, Jejak Sejarah Yang Terhapus.
Yogyakarta; Tiara Wacana, 2008.
http://www.perumperindo.co.id/publikasi/artikel/171-potensi-indonesia-
sebagai-negara-maritim (22 April 2017)
https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/
0202_Pemberantasan_Illegal_Fishing_resize (23 April 2017)

Anda mungkin juga menyukai