Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN STATUS KARIES GIGI

ANAK SEKOLAH DASAR KOTA MALANG


Rara Warih Gayatri
Mardianto
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang
e-mail: rarawg@yahoo.com

Abstract: This study aims to describe the caries status of primary school children in the
city of Malang. The method used is descriptive method with cross-sectional design and
was conducted in two elementary schools, SDN Kauman 2 and SDN Percobaan 2
Malang. The sampling method used is random sampling with the variable being
measured is characteristic of primary school children by age, gender and DMF-T index.
Techniques of data collection used are interviews and observations. The observation
aims to conduct dental examinations using diagnostic tools 2 pieces of glass mouth. The
data analysis is done by counting the total number of DMF-T each of the research
subjects and the mean DMF-T of whole sample. Conclusion of the data results was
analyzed using DMF-T index according to the WHO. The result of this study is DMF-T
index of primary school children in the city of Malang is 5.75. The conclusion of this
study is the prevalence of dental caries in elementary school in Malang city students is
high. The need for policy improvements related to ease of access to obtain the services
of dental and oral health care facilities for primary school children. Besides, the need
for oral health program of comprehensive primary school with good coordination of
related partnership. Further research on dental caries and risk factors is necessary.

Keywords: caries, DMF-T, elementary school children

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status karies anak
sekolah dasar di Kota Malang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
desain potong lintang (cross-sectional) dan dilakukan di 2 SD yaitu SDN Kauman 2
Malang dan SD Percobaan 2 Malang. Metode sampling yang digunakan merupakan
metode random sampling dengan variable yang diukur adalah karakteristik anak
sekolah dasar berdasarkan usia dan jenis kelamin serta indeks DMF-T. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi dengan melakukan
pemeriksaan gigi menggunakan alat bantu diagnostic 2 buah kaca mulut. Analisa data
dilakukan dengan cara menghitung jumlah total DMF-T masing-masing subyek
penelitian dan rerata DMF-T seluruh sampel. Kesimpulan hasil analisa data disesuaikan
dengan pengukuran indeks DMF-T menurut WHO. Hasil dari penelitian ini adalah
indeks DMF-T anak sekolah dasar di Kota Malang adalah 5,75. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah prevalensi karies gigi siswa sekolah dasar kota malang adalah
tinggi. Perlu adanya perbaikan kebijakan terkait kemudahan akses memperoleh layanan
fasilitas kesehatan gigi dan mulut bagi anak sekolah dasar. Selain itu perlu adanya
program kesehatan gigi dan mulut yang komprehensif di sekolah dasar disertai
koordinasi yang baik dari pihak terkait. Penelitian lanjutan mengenai karies gigi dan
faktor resikonya sangat diperlukan untuk perbaikan penelitian ini.

Kata kunci: karies, DMF-T, anak sekolah dasar

Hampir 90 % anak – anak usia sekolah di harus bisa dicegah akan tetapi tetap
seluruh dunia menderita karies gigi menjadi penyakit kronis yang utama pada
(Bagramian dkk, 2009). Sementara itu, anak usia 6-11 tahun (25%) serta remaja
menurut Centers of Control disease usia 12-19 tahun (59%). Di Indonesia,
Prevention (CDC, 2013), meskipun prevalensi karies gigi juga cukup tinggi.
karies gigi merupakan penyakit yang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Nasional tahun 2007, kesehatan gigi dan mulut itu sendiri.
prevalensi karies di Indonesia mencapai Menurut survey yang dilakukan oleh
72,1% dan skor DMF-T mencapai 4,8. Dewanti (2012) menunjukan bahwa
Hal ini juga didukung oleh Survey terdapat hubungan yang signifikan antara
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun rendahnya tingkat pengetahuan kesehatan
2009 yang menunjukkan bahwa gigi dan mulut anak-anak SDN Pondok
penduduk Indonesia yang menderita Cina 4 Depok dengan buruknya perilaku
karies gigi sebesar 73%. Sementara pada memelihara kesehatan gigi dan mulut.
kelompok anak-anak, dalam SKRT tahun Merujuk dari gambaran kondisi
2001 yang dilakukan Rahardjo (2007), tingginya prevalensi karies gigi pada
terdapat 76,2 % anak Indonesia pada anak usia sekolah dasar khususnya di
kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai
10 anak) mengalami gigi berlubang. latar belakang faktor penyebab, maka
Temuan ini juga didukung oleh data perlu juga kiranya dilakukan survey
Kementrian Kesehatan Republik prevalensi karies gigi pada anak sekolah
Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2009 dasar di Kota Malang. Data terkini
yang menunjukan sebanyak 89% anak mengenai prevalensi karies gigi anak
Indonesia di bawah 12 tahun menderita sekolah dasar di Kota Malang dirasa
karies gigi. perlu guna menunjang penelitian lebih
Definisi karies itu sendiri adalah lanjut mengenai kesehatan gigi dan mulut
penyakit jaringan gigi yang ditandai pada anak sekolah dasar. Saat ini, data
dengan kerusakan jaringan, dimulai dari prevalensi karies gigi yang terkumpul
permukaan gigi meluas kearah pulpa secara nasional dari berbagai provinsi,
(Riyanti, 2005). Karies gigi dapat terjadi masih terdata tahun 2007 (Riskesdas,
pada setiap orang yang dapat timbul pada 2007). Adapun gambaran profil sekolah
suatu permukaan gigi dan dapat meluas dasar di Kota Malang saat ini memiliki
kebagian yang lebih dalam dari gigi 325 sekolah dasar dengan rincian 193
(Riyanti, 2005). Faktor utama penyebab sekolah dasar negeri dan 132 sekolah
karies yaitu host, mikroorganisme, dasar swasta (Dinas Pendidikan Kota
substrat dan ditambah faktor waktu Malang, 2015). Menurut Badan Pusat
(Sondang dan Hamada, 2008). Selain itu, Statistik (BPS) Kota Malang (2014),
faktor resiko yang mempengaruhi jumlah siswa sekolah dasar yang terdata
keparahan karies antara lain pengalaman dan tersebar di 5 kecamatan (
karies, sosial ekonomi, usia, jenis Kedungkandang, Sukun, Klojen,
kelamin, pendidikan, geografis, dan Blimbing dan Lowokwaru) sejumlah
perilaku terhadap kesehatan gigi 76.542 murid baik negeri maupun swasta
(Sondang dan Hamada, 2008). dan 10.322 murid sekolah dasar dibawah
Pada umumnya, keadaan kebersihan kementrian agama.
mulut anak lebih buruk dikarenakan anak
lebih banyak makan makanan dan METODE
minuman yang menyebabkan karies Desain rencana penelitian ini adalah
dibanding orang dewasa. Hal ini sesuai penelitian deskriptif kuantitatif yang
dengan pernyataan Machfoeds dan Zein menggunakan rancang bangun cross
(2005), anak-anak umumnya senang sectional. Penelitian ini dilakukan di 2
makan gula-gula, dan apabila anak terlalu dua sekolah dasar yaitu Sekolah Dasar
sering makan gula-gula dan jarang Negeri Kauman 2 dan Sekolah Dasar
membersihkannya, maka gigi-giginya Negeri Percobaan 2 kota Malang pada
banyak yang mengalami karies. Selain itu bulan Mei – Oktober 2015. Metode
juga tingkat kesadaran untuk memelihara sampling yang digunakan adalah random
kesehatan gigi dan mulut oleh anak-anak sampling dari jumlah populasi
sendiri juga masih tergolong rendah yang seluruhnya sebanyak 718 anak sekolah
mana hal ini juga dipengaruhi oleh dasar. Besar sampel dalam penelitian ini
rendahnya pengetahuan tentang menggunakan rumus Krejeie & Morgan
diperoleh sebesar kurang lebih 251 anak adalah gigi yang dicabut karena karies
sekolah dasar. Pengumpulan data diawali gigi atau gigi permanen yang
dengan memberikan informed consent diindikasikan untuk pencabutan seperti
kepada subyek penelitian yang mahkota gigi yang sudah hancur atau
selanjutnya pengisiannya diwakili oleh terdapat sisa akar. Sementara nilai Filled
orang tua subyek peneliti. (F) adalah gigi yang ditambal atau
Teknik pengumpulan data dengan ditumpat karena karies dan dalam
melakukan pemeriksaan pada gigi keadaan baik. Teknik analisis data
menggunakan alat diagnostic kaca mulut dilakukan dengan menjumlahkan
dan sonde. Nilai Decayed (D) adalah gigi komponen nilai D, M, F kemudian rerata
yang berlubang karena karies gigi, DMF-T adalah jumlah seluruh nilai DMF
dimana ketika pada pemeriksaan ujung dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.
sonde tersangkut pada cavitas. Keadaan Klasifikasi hasil rerata DMF-T kemudian
lain yang termasuk dalam kategori ini disesuaikan dengan makna indeks DMF-
yaitu karies dengan kavitas besar yang T menurut WHO, 2003:
melibatkan dentin Nilai Missing (M)

Kategori DMF-T
Sangat rendah 0,8 – 1,1 2.
Rendah 1,2 – 2,6
Sedang 2,7 – 4,4
Tinggi 4,5 – 6,5
Sangat Tinggi > 6,5

HASIL bulan Agustus – Nopember 2015.


Hasil penelitian mengenai gambaran Objek penelitian berusia 6 sampai 12
status karies gigi anak sekolah dasar di tahun, terdiri dari 136 siswa perempuan
Kota Malang, dilakukan pada 284 siswa dan 148 siswa laki-laki. Distribusi
yang terdiri dari 138 siswa SDN Kauman frekuensi objek penelitian dapat
2 Malang dan 146 siswa SDN Percobaan digambarkan pada tabel dan pie chart
2 Malang. Penelitian ini dilakukan pada berikut:

Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden:


No. Sekolah Laki-Laki Perempuan
1. SDN Kauman 2 Malang 73 67
2. SDN Percobaan 2 Malang 72 72
Total 145 139

139
145 laki-laki
perempuan

Gambar 1 Diagram distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin:

Adapun data keseluruhan diperoleh staf sekolah kooperatif selama proses


dari pemeriksaan klinis DMF-T oleh pengambilan data berlangsung. Data
dokter gigi dengan dibantu oleh tim hasil penelitian gambaran status karies
peneliti. Objek penelitian, para guru dan selanjutnya disusun secara sistematis
dalam bentuk tabel yang memuat tersebut dianalisa dan disajikan dalam
identitas, usia, jenis kelain dan hasil bentuk tabel hasil pemeriksaan def-
pemeriksaan def-t/DMF-T siswa sekolah T/DMF-T sebagai berikut:
dasar di kota Malang. Kemudian data

Tabel 2 Hasil Pemeriksaan def-t siswa sekolah dasar di Kota Malang (Oktober 2015)
Komponen Jenis Kelamin Jumlah
Perempuan Laki-Laki
D 372 440 812
E 305 286 591
F 9 4 13
Total 686 730 1416

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa komponen exfoliasi dibanding pada laki-
siswa sekolah dasar usia 6-12 tahun di laki dengan 305 gigi yang hilang atau
kota Malang menunjukkan gambaran telah dicabut. Pada nilai komponen
status kesehatan gigi (def-t) yang berbeda filling, siswa sekolah SD perempuan
antara laki-laki dan perempuan. Pada sebanyak 9 dan pada laki-laki 4.
komponen nilai decay, laki-laki lebih Sementara itu, hasil pemeriksaan DMF-T
tinggi dibanding perempuan dengan 440 siswa sekolah dasar di Kota Malang
gigi berlubang. Sementara itu, perempuan (Oktober 2015).
lebih tinggi pada nilai

Tabel 3 Hasil pemeriksaan DMF-T siswa sekolah dasar di Kota Malang (Oktober 2005)
Komponen Jenis Kelamin Jumlah
Perempuan Laki-Laki
D 107 106 213
M 0 0 0
F 4 1 5
Total 111 107 218

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa Filling pada perempuan dan laki-laki
hasil pemeriksaan DMF-T siswa sekolah menunjukan angka berturut-turut 4 dan 1.
dasar usia 6-12 tahun di kota Malang Adapun nilai decay, missing dan filling
menunjukkan kemiripan antara laki-laki secara total dapat diamati pada tabel
dan perempuan, terutama pada nilai berikut ini:
Decay. Sementara itu, nilai komponen

Tabel 4 Tabel hasil pemeriksaan def-t dan DMF-T siswa sekolah dasar kota
Malang (Oktober 2015)
Komponen Indeks Jumlah
def-t DMF-T
Decay 812 213 1025
Exfoliated/Missing 591 0 591
Filled 13 5 18
Total 1416 218 1634

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa dianalisa dengan menggunakan rumus


komponen decay menunjukkan nilai total indeks def-t/DMF-T menurut WHO.
1025. Sementara nilai missing total Adapun hasil analisa indeks DMF-T /
adalah 591 dan filling adalah 18. Hasil def-t penelitian ini dapat disajikan pada
pemeriksaan def-t/DMF-T selanjutnya tabel berikut:
Tabel 5 Indeks def-t/DMF-T siswa SD berdasarkan jenis kelamin di Kota Malang
(Oktober 2015)
Jenis Kelamin Indeks Total
def-t DMF-T
Laki-Laki 5,03 0,74 5,77
Perempuan 4,93 0,79 5,72

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa 5,72. Adapun indeks def-t dan DMF-t
indeks def-t/DMF-T secara umum pada secara total dapat disajikan pada tabel 6
laki-laki sedikit lebih tinggi dibanding berikut ini:
pada perempuan yaitu 5,77 dibanding

Tabel 6 Indeks def-t/DMF-T siswa SD di Kota Malang (Oktober 2015)


Indeks Nilai
def-t 4,98
DMF-T 0,77
Total 5,75

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa Salah satu faktor resiko karies
indeks def-t pada siswa sekolah dasar adalah tingkat kebersihan mulut yang
baik laki-laki dan perempuan adalah 4, buruk (WHO, 2012). Buruknya
98. Sementara itu, untuk indeks DMF-T kebersihan mulut salah satunya
kedua jenis kelamin adalah 0, 77, disebabkan karena perilaku menjaga
sehingga pada indeks def-t/DMF-T total kebersihan mulutnya kurang. Anak usia
diperoleh angka 5,75. antara 6-12 tahun atau anak usia sekolah
masih kurang mengetahui dan
PEMBAHASAN memelihara kebersihan gigi dan mulut
Hasil analisa data yang telah (Depkes, 1999). Selain itu, anak-anak
disajikan dalam tabel selanjutnya dikaji umumnya senang makan makanan yang
dengan teori yang berlaku. Indeks DMF- manis dan jarang membersihkannya,
T (total) pada penelitian ini menunjukan sehingga gigi geliginya banyak yang
nilai 5,75. Klasifikasi indeks DMF-T mengalami karies (Zein, 2005 dalam
dalam penelitian ini menurut WHO Listriana, 2011). Dalam penelitian ini,
(2003) adalah tinggi sebab dalam rentang dapat diperkirakan juga bahwa salah satu
4,5 - 6,5. Indeks DMF-T tinggi faktor resiko tingginya angka DMF-T
mengindikasikan bahwa prevalensi karies anak sekolah dasar di Kota Malang
gigi siswa sekolah dasar usia 6-12 tahun (Oktober 2015) adalah kebersihan mulut
di Kota Malang yang pemeriksaannya yang kurang akibat perilaku menjaga
dilakukan pada bulan Oktober 2015 kebersihan mulut yang tidak sesuai.
adalah tinggi. Seringnya mengkonsumsi makanan
Karies gigi merupakan penyakit manis oleh anak-anak memang tidak
kronis dengan prevalensi yang cukup terelakkan. Sementara, makanan
tinggi pada anak usia sekolah dasar (6-11 mengandung gula sebagai salah satu
tahun) (CDC, 2014). Sementara itu, faktor yang menyebabkan karies gigi.
menurut WHO (2000), target pelayanan Hal ini didukung dengan penelitian oleh
kesehatan gigi 2010 antara lain anak Rosidi, dkk (2013) yang menyatakan
umur 5 tahun 90 % bebas karies dan anak bahwa terdapat hubungan yang signifikan
umur 12 tahun mempunyai antara kejadian karies gigi dengan
tingkatkeparahan kerusakan gigi (Indeks konsumsi makanan yang kariogenik.
DMF-T) sebesar 1. Terkait dengan target Seperti diketahui bahwa, glukosa yang
tersebut, maka temuan dalam penelitian terkandung dalam makanan manis
ini dianggap belum sesuai dengan merupakan faktor utama terjadinya karies
harapan WHO. gigi selain S.mutans pada permukaan
enamel gigi (Hakan et al., 2013). skor decay cenderung seiring dengan
Lamanya waktu paparan glukosa pada peningkatan usia murid (Darwita dan
permukaan gigi adalah prinsip dasar Wisnu, 2000). Faktor ekonomi
terbentuknya karies gigi. Asam yang (penghasilan) menjadi salah satu asumsi
diproduksi oleh bakter sebagai hasil tingginya nilai decay pada anak usia
fermentasi glukosa tersebut akan sekolah (Darwita dan Wisnu, 2000). Hal
bertahan selama 20-40 menit pada ini dapat diasumsikan bahwa anak
permukaan gigi (Hakan et al., 2013). sekolah tidak memeriksakan gigi yang
Variabel jenis kelamin pada karies untuk dilakukan perawatan pada
penelitian ini juga menunjukkan sarana kesehatan yang layak (Darwita
perbedaan hasil indeks DMF-T. Adapun dan Wisnu, 2000). Menurut CDC (2000)
hasil dari penelitian ini, indeks DMF-T faktor status sosial ekonomi
pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan mempengaruhi prevalensi karies
pada perempuan. Hal ini diprediksi gigi.Dalam penelitian ini tidak melihat
terkait dengan factor minat untuk hubungan antara faktor social ekonomi
memeriksakan gigi ke dokter gigi. dengan prevalensi karies gigi pada anak
Menurut Burt dan Eklund (2006), sekolah dasar. Sehingga, perlu adanya
perempuan cenderung mengunjungi penelitian lebih lanjut.
dokter gigi untuk perawatan kesehatan Sementara itu, komponen missing
giginya dibandingkan laki-laki. atau exfoliated pada penelitian ini
Perbedaan hasil indeks DMF-T laki-laki menunjukan nilai 591. Hal ini dapat
dan perempuan pada penelitian ini, secara diasumsikan pada masa sekolah dasar
umum berbeda dengan hasil penelitian (usia 6-12 tahun) terjadi masa pergantian
yang lain. Menurut Luckas dan gigi susu ke gigi permanen sehingga
Largaespadda (2006), prevalensi karies terdapat beberapa gigi yang hilang pada
gigi pada perempuan lebih tinggi saat dilakukan pemeriksaan (American
dibandingkan pada laki-laki. Hal ini Academy of Pediatric, AAP, 2010).
disebabkan karena erupsi gigi pada Siswa sekolah dasar juga sering kali tidak
perempuan lebih awal dibandingkan pada bisa menjelaskan penyebab gigi yang
laki-laki sehingga paparan gigi terhadap hilang apakah dikarenakan karies gigi
substansi kariogenik dianggap lebih lama atau hilang secara alami (Hiremath,
(Luckas dan Largaespadda, 2006). Selain 2011). Oleh karena itu, nilai missing atau
itu, perempuan lebih mudah untuk exfoliated dalam penelitian ini dianggap
mendapatkan akses terhadap persediaan cukup banyak.
makanan termasuk juga lebih seringnya
perempuan dalam mencicipi makanan KESIMPULAN
selama proses penyiapan makanan sehari- Dalam penelitian ini, telah diperoleh
hari (Luckas dan Largaespadda, 2006). beberapa kesimpulan terkait prevalensi
Untuk wanita dewasa, kehamilan juga karies gigi pada anak usia sekolah dasar
merupakan faktor resiko yang yang berada di sekolah dasar kota
meningkatkan prevalensi kerusakan gigi Malang (SDN Kauman 2 dan SDN
termasuk karies gigi (Luckas dan Percobaan 2 Malang). Pengukuran
Largaespadda, 2006). prevalensi karies gigi menggunakan
Tingginya nilai decay (1025) dan indeks DMF-T pada anak usia 5-12 tahun
rendahnya nilai filling (18) pada baik laki-laki dan perempuan. Adapun
penelitian ini juga menjadi perhatian. Hal nilai indeks DMF-T pada penelitian
ini didukung oleh penelitian yang menunjukan nilai 5, 75 yang bermakna
dilakukan oleh Darwita dan Wisnu prevalensi karies gigi anak sekolah dasar
(2000) bahwa peningkatan skor DMF-T Kauman 2 dan Percobaan 2 Malang
pada murid-murid sekolah dasar pada adalah tinggi (WHO,2003).
umumnya yang terbesar adalah Sementara itu, indeks DMF-T pada anak
komponen decay dibandingkan dengan sekolah dasar laki-laki menunjukkan
skor missing dan filling. Peningkatan lebih tinggi dibandingkan pada anak
perempuan yaitu 5,77 dibandingkan 5,72. tidak bergantung sepenuhnya ke
Dalam penelitian ini, tidak dikaji faktor tenaga kesehatan yang berkunjung
resiko yang mempengaruhi perbedaan ke sekolah.
indeks DMF-T pada laki-laki dan 3. Perlu adanya penelitan lanjutan
perempuan. Namun, asumsi determinan mengenai gambaran status karies
yang mempengaruhi yaitu anak laki-laki gigi anak sekolah dasar di Kota
cenderung enggan untuk memeriksakan Malang terutama dikaitkan dengan
gigi ke fasilitas kesehatan dibandingkan beberapa faktor resiko. Sehingga
dengan anak perempuan (Luckas dan diharapkan dapat menunjukan situasi
Largaespadda, 2006). dan kondisi yang lebih nyata dan
Dalam penelitian ini juga diperoleh selanjutnya memperoleh solusi yang
temuan nilai decay pada indeks DMF-T terbaik untuk mengurangi prevalensi
yang cukup tinggi baik pada laki-laki karies gigi anak sekolah dasar di
atau perempuan sementara nilai filling Kota Malang.
dianggap rendah.Hal ini menjadi
pengamatan, sebab terdapat asumsi DAFTAR RUJUKAN
bahwa anak-anak sekolah dasar tersebut American Academy of Pediatric (AAP).
tidak memeriksakan kondisi karies gigi 2010. A Pediatric guide to
yang dialaminya ke dokter gigi atau childrens’s oral health flip chart.
fasilitas kesehatan lainnya. Sementara (online),
nilai missing atau exfoliated, diasumsikan https://www2.aap.org/oralhealth/doc
cukup banyak dikarenakan pada usia s/OralHealthFCpagesF2_2_1.pdf.
sekolah dasar terjadi pergantian gigi Diakses tanggal: 24 Nopember 2015
geligi. Selain itu, anak usia sekolah dasar Bagramian, R., Godoy, F., Volpe, A.
kurang bisa menjelaskan riwayat 2009 ‘ The global increase in dental
terjadinya kehilangan gigi geliginya. caries. A pending public health
Beberapa kekurangan pada crisis’, (Online),
penelitian ini antara lain sample http://amjdent.com/Archive/2009/Ba
penelitian belum dapat digeneralisasikan gramian%20-
pada semua anak sekolah dasar di Kota %20February%202009.pdf. Diakses
Malang. Selain itu, variable jenis kelamin tanggal: 30 Maret 2015.
dan usia juga masih sangat terbatas untuk BPS. 2012. Data Statistik Indonesia,
menggambarkan status karies gigi anak (online), http://www.datastatistik-
usia sekolah. indonesia.com/portal/index.php?opti
on=com_content&task=view&id=93
SARAN 3&Itemid=965. Diakses tanggal 9
Dari kesimpulan diatas dapat februari 2013.
diajukan beberapa saran sebagai berikut: Burt, B.A dan Eklund. 2005. Dentistry,
1. Perlu adanya kebijakan terkait Dental Practice and The Community
th
kemudahan akses untuk 6 ed. Philadelphia, Sauders
mendapatkan perawatan kesehatan Company. P 194-195, 239-243
gigi dan mulut bagi anak usia Centers of Control Diseases Prevention
sekolah dasar. Dalam hal ini, tenaga (CDC). 2000. Recommendation for
kesehatan juga perlu untuk turut using fluoride to prevent and control
berpartisipasi aktif dalam dental caries in the United States,
memberikan pendidikan kesehatan (Online),
gigi dan mulut serta perlunya http://www.cdc.gov/mmwr/preview/
kunjungan rutin ke fasilitas mmwrhtml/rr5014a1.htm. Diakses
kesehatan gigi dan mulut yang ada. tanggal: 18 Nopember 2015.
2. Perlu adanya program peningkatan Centers of Control Diseases
kesehatan gigi dan mulut di sekolah Prevention (CDC). 2013. Preventing
yang komprehensiv yang termuat dental caries with community
dalam UKGS. Sehingga harapannya, programs, (online),
http://www.cdc.gov/oralhealth/publi 2015.Hiremath, SS. 2011. Textbook
cations/factsheets/dental_caries.htm. of preventive and Community
Diakses tanggal 30 Maret 2015. nd
Dentistry. 2 ed, (online),
Centers of Control Diseases Prevention https://books.google.co.id/books?id=
(CDC). 2014. Hygiene Related Tz9cWJ3yUycC&pg=PA194&lpg=
Disease: Dental dcaries (tooth PA194&dq=missing+or+exfoliation
Decay), (Online), +knowledge+children&source=bl&o
http://www.cdc.gov/healthywater/hy ts=PyfHQtiuQW&sig=O1R4saSFY
giene/disease/dental_caries.html. w2bk3cu-
Diakses tanggal: 16 Nopember 2015 oHYLWvSyQo&hl=en&sa=X&ved
Darwita, Risqi, R. dan Wisnu, Johanes. =0ahUKEwiS1pGNnoXKAhWLA4
2000. Kecenderungan karies gigi 4KHdSvCoIQ6AEIMTAE#v=onepa
pada anak sekolah dasar di Serpong ge&q=missing%20or%20exfoliation
dan Jakarta Barat, (Online), %20knowledge%20children&f=fals
http://download.portalgaruda.org/art e. Diakses tanggal: 24 Nopember
icle.php?article=341253&val=6661 2015
&title=KECENDERUNGAN%20P Listrianah., dan Malaka, Tan. 2011.
REVALENSI%20KARIES%20GIG Faktor-Faktor Yang Berhubungan
I%20PADA%20ANAK%20SEKOL Dengan Risiko Kejadian Karies
AH%20DASAR%20DI%20SERPO Dentis Pada Murid SMP Di Kota
NG%20DAN%20JAKARTA%20B Palembang,
ARAT. Diakses tanggal: 17
Nopember 2015. (Online),http://lppmbinahusada.net/e
Departemen Kesehatan R.I. Direktorat disi- 13. Diakses tanggal: 16
Jendral Pelayanan Medik, Direktorat Nopember 2015.
Kesehatan Gigi. 1999. Profil Lukacs, J.R. dan Largaespada, L.L. 2006.
Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Explaining sex differences in dental
Indonesia Pada Pelita VI. Jakarta: caries prevalence: saliva, hormones,
Depkes RI. halaman 17 – 69. and life-history etiologie, (Online)
Departemen Kesehatan Republik http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
Indonesia. 2008. Riset Kesehatan d/16788889. Diakses tanggal: 18
Dasar 2007, (Online), Nopember 2015.
https://www.k4health.org/sites/defau Machfoedz dan Zein. 2005. Menjaga
lt/files/laporanNasional%20Riskesd Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-
as%202007.pdf. diakses tanggal 31 anak Ibu Hamil. Yogyakarta ;
Maret 2015. Fitramaya
Dewanti. 2012. Hubungan tingkat
pengethauan tentang kesehatan gigi Riyanti E. 2005. Pengenalan dan
dengan perilaku perawatan gigi perawatan kesehatan gigi anak
pada anak usia sekolah di SDN sejak dini. [serial online],
Pondok Cina 4 Depok, [Online], http://resources. unpad.ac.id/unpad-
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20 content/uploads/ publikasidosen.
311320-S42783- Pdf. Diakses tanggal 30 Maret 2015.
Hubungan%20tingkat.pdf. Diakses Rosidi, Agus; Haryani, Siti dan
tanggal 30 Maret 2015. Adimayanti, Eka. 2013. Hubungan
Hakan, Colak; Coruh T.D; Mehmet, D. Antara Konsumsi Makanan
dan Mehmet,M. 2013. Early Kariogenik Dengan Kejadian Karies
childhood caries update: A review of Gigi Pada Anak SDN 1 Gogodalem
causes, diagnoses and treatmens, Kec. Bringin Kab.
(Online) Semaran,(Online),
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar http://download.portalgaruda.org/art
ticles/PMC3633299/. Diakses icle.php?article=179289&val=426&
tanggal: 18 Nopember title=HUBUNGAN%20ANTARA%
20KONSUMSI%20MAKANAN%2
0KARLOGENIK%20%20DENGA
N%20KEJADIAN%20KARIES%20 systems, (Online)
GIGI%20%20%20PADA%20ANA http://www.who.int/oral_health/a
K%20SDN%201%20GOGODALE ction/information/surveillance/en
M%20KEC.%20BRINGIN%20KA / . Diakses tanggal: 16 nopember
B.%20SEMARANG. Diakses 2015.
tanggal: 18 Nopember 2015 World Health Organization, (WHO).
Sondang P dan Hamada T. 2008. Menuju 2012.OralHealth,(Online)
gigi dan mulut sehat. Medan: USU http://www.who.int/mediacentre/fact
Press. h.4-15,4-24 sheets/fs318/en/. Diakses tanggal:
World Health Organization (WHO). 26 Nopember 2015.
2000. Oral health information

Anda mungkin juga menyukai