Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

“ILMU KEPERAWATAN DASAR I”

NAMA NIM
ROSALINA. J. BATKUNDE P2113066

STIKES PASAPUA AMBON


PRODI KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjantkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas tuntunan dan rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan makalah.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari
dosen mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 1.

Penulis menyadari sungguh bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan untuk itu kritik dan saran yang membangun dari dosen sangat
dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata sekali lagi Penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga
makalah ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.

Ambon, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................................
ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................................

A. Kompartemen dan Komposisi Cairan Tubuh...............................................4


B. Teori Asam Basa..........................................................................................7
C. Derajat Kesamaan Larutan (pH)...................................................................8
D. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit...........................................................9
E. Sistem Buffer
Tubuh...................................................................................12
F. Larutan Isotonik, Hipotonik dan
Hipertonik...............................................13

BAB III. PENUTUP...................................................................................................

A. Kesimpulan .................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada
bayi dan anak total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu
70-80%.Di dalam tubuh,sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi
antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan seperti paru-
paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling
rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi.Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis
yang melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Oleh karena
itu, makalah ini dibuat untuk mendapatkan informasi mengenai Nutrisi dan
Metabolisme.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-
partikelbermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena
(IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur
sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan.Untuk
mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian, dan
keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun
berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya.Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolit dalam
tubuh dapat mengakibatkan overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia,
hipokalemia, hiperkalemia, dan hipokalsemia.Dengan demikian, keseimbangan
cairan dan elektrolit merupakan komponen atau unsur vital pada tubuh manusia.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana kompartemen dan komposisi cairan tubuh


2. Bagaimana teori asam basa
3. Bagaimana derajat kesamaan larutan (ph)
4. Bagaimana larutan elektrolit dan non elektrolit
5. Bagaimana sistem buffer tubuh
6. Bagaimana larutan isotonik, hipotonik dan hipertonik

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kompartemen dan komposisi cairan tubuh


2. Mengetahui teori asam basa
3. Mengetahui derajat kesamaan larutan (ph)
4. Mengetahui larutan elektrolit dan non elektrolit
5. Mengetahui sistem buffer tubuh
6. Mengetahui larutan isotonik, hipotonik dan hipertonik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kompartemen dan Komposisi Cairan Tubuh


 Kompartemen Cairan Tubuh

Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu


:cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal
dengan berat badan 70 kg, total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat
badan atau sekitar 42 L. Persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur,
jenis kelamin dan derajat obesitas.
1. Cairan Intraselular (CIS)
40% dari BB total adalah CIS. Cairan Intraselular adalah cairan yang
terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh
adalah cairan intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70
kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi yang merupakan cairan
intraselular.
2. Cairan Ekstraselular (CES)
20% dari BB total adalah CES. Cairan Ekstraselular adalah cairan diluar sel.
Ukuran relatif dari (CES) dapat menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Pada bayi baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh terkandung didalam cairan
ekstraselular (CES). Setelah ber usia 1 tahun, volume relatif dari (CES)
menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hamper sebanding
dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
CES dibagi menjadi:
A) Cairan interstisial (CIT)
Adalah cairan disekitar sel, pada orang dewasa volume cairan interstisial
kira-kira 8L Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Volume Relatif
(CIT) bergantung dengan ukuran tubuh, pada bayi baru lahir volume cairan
interstisial kira-kira 2 kali lebih besar dibanding orang dewasa.
B) Cairan intravaskular (CIV)
Adalah cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif
dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah
orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB).3 L (60%) dari jumlah tersebut
adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM,
atau eritrosit) yang mentransporoksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang
penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai
tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung
pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari
darah adalah mencakup :
- pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
- transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
- pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
- transpor hormon ke tempat aksinya
- sirkulasi panas tubuh
C) Cairan Transelular (CTS)
Adalah cairan yang terkandung didalam rongga khusus dari tubuh.
Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan
cairan
intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu volume (CTS) dapat
mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak
kedalam dan keluar ruang transelular 5 setiap harinya. Sebagai contoh,
saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi
sampai 6-8 L per-hari.

 Komposisi Cairan Tubuh

Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh


meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan
tubuh ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur
individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati total berat
badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relative lebih besar dibandingkan
orang dewasa dan lansia. Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan
ekstrasel. Dua pertiga bagian (67%) dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan
intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%) berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES).
CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau
15% dari total berat badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau
5% dari total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen
lain yang ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, volumenya
diabaikan karena kecil, yaitu
cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na + dan Cl-
terutama terdapat pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion
protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit
dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena
adanya barier yang
memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan
intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan
plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan
dan elektrolit antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan
di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar
kompartmen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
 Gangguan Keseimbangan Cairan
1. Kekurangan volume cairan ekstraselular atau hipovolemia
Didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik yang disertai
kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume
isotonik seringkali diistilahkan dengan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk
kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh
dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan
cairan inetrstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan
ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan cairan
eksternal yaitu:
a. Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan
elektrolit secara seimbang.
b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air
daripada elektrolit.
c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit
daripada air.
Kehilangan cairan eksrta sel secara berlebihan menyebabkan volume
ekstrasel berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan dini,
tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab
osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang
lama, kadar urea, nitrogen dan kreatinin meningkat dan menyebabkan
perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh
dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketahui.
Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida/natrium akan
menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan serta berkeringat
dalam waktu lama dan terus menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan
gangguan pada hypothalamus, kelenjar gondok, ginjal, diare, muntah secara terus-
menerus dan lain-lain.
2. Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan.
Yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan
cairan pada intersitisial). Normalnya, cairan interstisial tidak terikat dengan air,
tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan.
Kelebihan volume cairan ekstraselular dapat terjdi bila natrium dan air
keduanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan terkumpulnya
cairan isotonik yang berlebihan pada cairan ekstraselular (hipervolemia) maka
cairan akan berpindah ke kompartemen cairan interstitial sehingga menyebabkan
edema. Edema adalah penumpukan cairan interstitial yang berlebihan, edema
dapat terlokalisir atau generalisata.
Piiting edema merupakan edema yamg ada pada darah perifer atau akan
berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan
oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan
yang edema tidak digerakan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting
edema
tidak menunjukan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi
dan trauma yang menyebabkan membekunya cairan pada permukaan jaringan.
Kelebihan cairan vaskular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan
cairan ke permukaan interstisial.
Edema anasarka
adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh. Peningkatan tekanan hidrostatik
yang sangat besar menekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler paru
sehingga menyebabkan edema paru, dan dapat mengakibatkan kematian.
Manifestasi edema
paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan adanya suara nafas ronnchi
basah. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat
mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan
cairan ke jaringan paru. Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering timbul adalah
edema perifer (pitting edema), asites, kelopak mata membengkak, suara nafas
ronnchi basah, penambahan berat badan secara tidak normal atau sangat cepat,
dan nilai hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan
cairan bersifat akut

B. Teori Asam Basa

Arni Wiyati dalam Kimia (2020:9), Arrhenius menjabarkan asam sebagai


zat yang ketika dimasukkan dalam air menghasilkan ion hydronium (H+). Lebih
jelasnya, asam diidentikan dengan zat yang berupa kovalen polar dan akan larut di
air. Sedangkan basa menurut Arrhenius adalah zat yang dapat menghasilkan ion
hidroksida (OH-) ketika ditaruh di dalam air. Kendati bisa larut juga dalam air,
basa ternyata memiliki perbedaan dengan asam ada pada ion yang dihasilkan
nantinya.
Teori Asam Basa Menurut Bronsted-Lowry Bronsted-Lowry
mendeskripsikan asam dan basa dengan jenis larutan yang bermacam-macam.
Lengkapnya, asam adalah zat yang mampu memberikan ion H+ (donor proton),
sedangkan basa menerima H+ (akseptor proton). Dari pengirim dan penerima
proton ini, maka sifat asam basa dari sebuah benda yang dilarutkan di larutan
dengan kandungan zat berbeda dapat diidentifikasi.

Teori Asam Basa Menurut Lewis Dapat dikatakan bahwa teori ini lebih luas
dibanding dua teori yang telah disebutkan sebelumnya. Menurut Lewis, asam
merupakan akseptor pasangan elektron dan basa merupakan pendonor pasangan
elektron. Teori ini juga diklaim memiliki kelebihan dalam mengidentifikasi reaksi
asam-basa yang berada dalam benda padat, gas, dan medium pelarut lain (bukan
air biasa), serta tidak melibatkan transfer proton (teori Bronsted-Lowry).

C. Derajat Kesamaan Larutan (pH)

Dalam ilmu kimia larutan yang bersifat asam adalah larutan yang dapat
melepaskan ion H+ dan larutan bersifat basa apabila melepaskan ion OH+.
Konsep asam basa dikenalkan oleh Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
Dikutip dalam modul Interaksi Alam Basa dan Kehidupan (2018), tingkat
keasaman atau kebasaan larutan tergantung dari konsentrasinya dan dinyatakan
dalam molar.

Beberapa contoh asam yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari,


misalnya asam askorbat (vitamin C), asam sitrat dalam jeruk nipis/lemon, asam
malat dalam buah apel dan pir, asam tartat dalam buah anggur, asam folat dalam
pisang dan brokoli, dan asam asetat yang banyak digunakan untuk memasakan.
Asam yang terkandung dalam buah-buahan disebut asam organik. Sementara itu,
beberapa contoh basa yang banyak digunakan yaitu kapur sirih, amoniak pada
disinfektan, soda api untuk membersihkan air dan bahan untuk sabun. Tingkat
keasaman atau kebasaan suatu larutan ditentukan oleh derajat keasaman (pH
larutan) yang memiliki rentang 0-14. Asam kuat memiliki pH kurang dari 7,
sedangkan larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sementara larutan dikatakan
netral apabila memiliki pH = 7. Untuk mengidentifikasi asam basa secara
sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus.

Derajat keasaman atau pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan.


Derajat keasaman merupakan sifat kimia yang penting, seperti dalam darah dan
cairan tubuh lainnya. Kelebihan asam dalam tubuh akan dibuang oleh ginjal,
sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah
jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa
hari.

D. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Ilmuwan asal Swedia bernama Svante August Arrhenius, pada tahun 1887
menjelaskan tentang peristiwa hantaran arus listrik melalui larutan dengan teori
ionisasi.

Berdasarkan Arrhenius, larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik


karena di dalamnya mengandung ion-ion, yang dapat bergerak bebas. Ion-ion itu
lah yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik dalam larutan. Oleh sebab itu,
banyak sedikitnya ion yang terjadi pada ionisasi merupakan penentu dari besarnya
daya hantar listrik yang terkandung pada larutan elektrolit. Semakin banyak ion
dalam larutan, maka daya hantar listriknya akan semakin kuat. Dimana hal
tersebut tidak lah bisa ditemukan pada larutan non-elektrolit.

- Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit bisa disebut juga dengan konduktor elektrik. Jenis larutan
ini ada yang sifatnya kuat dan lemah. Larutan elektrolit kuat
Ciri-ciri larutan elektrolit adalah:

Larutannya mampu menghantarkan arus listrik dengan baik dan kuat.


Ditandai dengan lampu yang menyala, serta banyak mengandung gelembung gas
ketika diuji dengan alat penguji elektrolit.

Elektrolit kuat dalam air, akan terionisasi sempurna sehingga derajat


ionisasi (𝛼) = 1. 𝛼 = jumlah mol yang terionisasi : jumlah mol zat mula-mula
Larutan elektrolit kuat terdiri atas kelompok larutan-larutan basa kuat, asam kuat,
dan garam (kecuali garam merkuri). Pada larutan elektrolit kuat, senyawa dalam
air akan terionisasi sempurna dan menghasilkan ion-ion yang banyak.

- Contoh larutan elektrolit kuat:

Basa = KOH, NaOH, radium (Ra), dan basa dari golongan I A dan II A
lainya (kecuali Be(OH)₂ dan Mg(OH)₂)
Asam = HCI, HBr, HI, HNO₃, HCIO₃, HCIO₄
Garam = NaCI, K₂SO₄, CaCI₂, AICI₃

- Larutan elektrolit lemah

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang masih bisa menghantarkan


listrik, tapi sifatnya lemah sehingga lampu tidak terlalu bisa menyala dengan
terang.

- Ciri-ciri larutan elektrolit lemah:

Senyawa dalam air terionisasi yang sebagiannya akan menghasilkan ion-ion


yang sedikit. Larutan elektrolit lemah terdiri atas larutan basa lemah dan asam
lemah. Menghantarkan jumlah listrik sedikit atau lemah Derajat ionisasi (𝛼), 0 <
(𝛼) < 1.

- Contoh larutan elektrolit lemah:

Basa = Be(OH)₂, Mg(OH)₂, dan beberapa basa dari logam transisi.


Asam = HNO₂, H₃PO₃, H₃PO₄, H₂SO₃, HCN, H₂CO₃, HF

- Larutan Non Elektrolit

Seperti namanya, larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat


menghantarkan arus listrik. Jika disekitar penghantar listrik (electrode) tidak
muncul gelembung-gelembung gas, dan lampu tidak menyala ketika diuji.

- Ciri-ciri dari larutan non-elektrolit:


Pada larutan non elektrolit, senyawa dalam air tidak mengalami proses
ionisasi. Larutan non-elektrolit tidak dapat terionisasi dalam air, maka 𝛼 = 0.
Larutan non-elektrolit terdiri atas kelompok senyawa organik molekular yang
larut.
Tidak menghantarkan arus listrik. Contoh larutan non-elektrolit diantaranya:

Sukrosa (C₁₂H₂₂O₁₁)
Glukosa (C₆H₁₂O₆)
Urea (CO(NH2)2),
Larutan etanol (C2H5OH)
Vitamin C.

Jenis Ikatan dalam Senyawa Elektrolit dan Non-elektrolit


Senyawa akan terbentuk apabila suatu unsur saling berikatan dengan satu sama
lain. Cara unsur-unsur yang berikatan dalam membentuk suatu molekul berbeda-
beda, yang akan dipengaruhi oleh sifat-sifatnya.

1. Senyawa ion

Senyawa ion adalah senyawa yang memiliki ion (meliputi basa dan garam),
contohnya adalah NaCl. NaCi terbentuk dari ion Na+ dan ion Cl-. Ikatan ini
terbentuk oleh atom logam dan atom non logam.

Senyawa ion yang dilarutkan atau dilekehkan dalam air, akan mengalami
ionisasi sempurna sehingga termasuk elektrolit kuat. Ion-ion NaCl dalam wujud
padatnya tidak dapat bergerak bebas, sehingga tidak bisa menghantarkan listrik.
Namun, apabila senyawa ion ini dilarutkan, maka ion-nya mampu bergerak bebas
sehingga bisa menghantarkan listrik.

2. Senyawa Kovalen

Senyawa kovalen terdiri dari molekul-molekul yang memiliki sifat netral


dan tidak dapat menghantarkan listrik. Namun, mengapa pada senyawa kovalen
HCl mampu menghantarkan listrik? Senyawa kovalen bersifat polar yang terdapat
gaya tarik menarik untuk memutuskan ikatan-ikatan tertentu antar molekul.
Sehingga, jika dilarutkan dalam air (pelarut polar) akan mengalami ionisasi yang
bisa menghantarkan listrik. Hanya larutan senyawa kovalen polar saja yang dapat
menghantarkan listrik, sedangkan senyawa kovalen non-polar tidak.

E. Sistem Buffer Tubuh


 Macam-Macam Buffer dalam Tubuh

Cairan tubuh merupakan cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia atau
hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Contoh cairan tubuh adalah:
Darah dan plasma darah, Sitosol, Cairan serebrospinal, Korpus vitreum maupun
humor vitreous, Serumen, Humor aqueous, Cairan limfa, Cairan pleura, Cairan
amnion. Adapun Fungsi Air / CairanTubuh:
1. Pelarut Universal

a. Senyawa bergerak lbh cepat dan mudah

b. Berperan dalam reaksi kimia contoh: Glucose larut dalam darah dan masuk
ke sel

2. Pengaturan Suhu Tubuh

a. Mampu menyerap panas dlm jumlah besar

b. Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas, contoh: Otot-otot


selama excercise

3. Pelican → mengurangi gesekan

4. Reaksi-reaksi Kimia → Pemecahan karbohidrat & pembentukan protein

5. Pelindung → Cairan Cerebro-spinal, cairan amnion

F. Larutan Isotonik, Hipotonik dan Hipertonik


- HIPOTONIK
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak
ke dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik, tekanan
osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga
menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi.

- ISOTONIK
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat
terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain,
sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak
melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak
sempurna. Larutan – larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang
berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Ini berbeda
dengan larutan – larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan pergerakan jaringan
molekul ketika dipisahkan oleh membran semipermeabel. Sebuah larutan yang
mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang normal
dan darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan
hipotonik. Minuman isotonik dapat di minum untuk menggantikan fluida dan
mineral yang digunakan tubuh selama aktifitas fisik.
- HIPERTONIK
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air
bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan
air mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma
akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.
Larutan Hipotonik, Isotonik dan Hipertonik(Kesehatan/Keperawatan) Tekanan
osmotik dalam cairan tubuh dipertahankan dalam rentang sempit yaitu 285 - 5
mOsm/L. Larutan-larutan dengan tekanan osmotik kira-kira sama disebut
isotonik. Larutan dengan tekanan
osmotik lebih rendah disebut hipotonik, dan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi
dari cairan tunbuh disebut hipertonik. larutan cairan parenteral semuanya
memiliki tiga jenis tekanan osmotik, yaitu larutan fisiologis isotonik, hipertonik
dan hipotonik. Larutan isotonik : Infus dengan tekanan sama seperti cairan tubuh
normal. Contoh : Normal Saline (Na Cl 0,9%), larutan Ringer Laktat Larutan
hipotonik : Infus dengan ekanan osmotik lebih rendah dari cairan tubuh. Contoh :
Dekstrosa 5% dan cairan rumatan (Seri KAEN) disebut hipotonis karena
kandungan glukosanya yang masuk kedalam tubuh akan cepat diserap dan
dimetabolisme dalam sel. Larutan hipertonik : infus dengan tekanan osmotik
lebih tiggi dari plasma darah
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat
dicapai jika terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi
berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan
terhindar dari ancaman-ancaman penyakit. Metabolisme merupakan suatu proses
dimana terjadi pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan
adanya perubahan energi. Proses metabolisme sangat penting bagi mahluk hidup,
karena melalui proses ininlah mahluk hidup dapat memperoleh energi untuk
bergerak dan melakukan aktivitas kehidupan. Dalam metabolisme terdapat dua
proses yaitu proses pembentukan ( anabolisme)dan proses penguraian
( katabolisme )
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/263535654/MAKALAH-BIOLOGI-
METABOLISME
http://agusp3b3.blogspot.co.id/2011/12/makalah-metabolisme.html

file:///D:/UNJA/BIOLOGI%20UMUM/BIOLOGI%20SEL
%20%20METABOLISME.htm
http://sainsbio4d.blogspot.co.id/2012/06/metabolisme-sel.html

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1. Jakarta:
EGC

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3.


Jakarta : Salemba Medika.

http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai