Anda di halaman 1dari 6

Prosiding The 11th Industrial Research Workshop and National Seminar

Bandung, 26-27 Agustus 2020

Simulasi Pengaruh Kenaikan Temperatur Superheat terhadap


Kinerja AC Split dengan Refrigeran R-410a Menggunakan
Aplikasi CoolPack
Mutiara Citra Lestari1, Andriyanto Setyawan2, Tandi Sutandi3
1
Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012
E-mail : mutiara.citra.tptu416@polban.ac.id
2
Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012
E-mail : andriyanto@polban.ac.id
3
Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012
E-mail : ade.tandi@gmail.com

ABSTRAK

Pada penelitian ini dilakukan simulasi pengaruh kenaikan temperatur superheat pada kinerja AC split menggunakan
aplikasi coolpack dengan mengasumsikan temperatur lingkungan 25°C, temperatur kondensasi 40°C, temperatur
evaporasi 2°C dan 6°C, temperatur superheat 0-10 K serta efisiensi isentropik 0,4-1. Besaran-besaran yang diamati
adalah kerja kompresor, beda entalpi kondenser, efek refrigerasi, koefisien kerja (COP) dan efisiensi mesin. Secara
umum temperatur superheat ini berguna untuk menjaga refrigeran yang masuk ke kompresor 100% berfasa gas
sehingga tidak menyebabkan liquid suction. Hasil dari simulasi yang dilakukan menunjukan bahwa setiap kenaikan
temperatur superheat 1 K akan mengakibatkan kenaikan nilai kerja kompresi (qw) 0,59%-0,61%, kenaikan nilai beda
entalpi kondenser (qc) 0,56%, kenaikan nilai efek refrigerasi (q e) 0,55%, penurunan nilai COPaktual sebesar 0,04%-
0,06% dan penurunan nilai efisiensi sistem sebesar 0,04%-0,06.

Kata Kunci
Superheat, kerja kompresor, beda entalpi kondenser, efek refrigerasi, COP, efisiensi

1. PENDAHULUAN meningkatkan unjuk kerja mesin pendingin salah


satunya dengan proses superheating. Disamping
Teknologi mesin refrigerasi dan tata udara memegang meningkatkan unjuk kerja, superheating juga bertujuan
peranan penting dalam kehidupan modern saat ini, untuk menghindari kompresor dari blocking. Blocking
baik dalam penggunaan untuk skala domestik, adalah keadaan dimana pada ruang kompresi pada
komersial maupun industri. Prinsip kerja mesin kompresor masih terdapat fluida cair sehingga piston
pendingin atau refrigerasi adalah proses memindahkan tidak bisa mengkompresi fluida kerja secara maksimal
panas (kalor) dari suatu ruangan sehingga temperatur dan bisa mengakibatkan kompresor rusak [5].
ruangan tersebut lebih rendah dari temperatur
lingkungannya. Fluida kerja di dalam mesin pendingin Pada penelitian ini dilakukan simulasi menggunakan
disebut refrigerant, refrigeran menyerap panas dari aplikasi coolpack untuk mengetahui pengaruh
suatu ruangan/lokasi dam membuangnya ke lokasi kenaikan temperatur superheat terhaap kinerja sistem,
lain. Mesin pendingin yang paling banyak digunakan dimana temperatur superheat divariasikan dari 0-10 K.
saat ini adalah mesin pendingin dengan siklus
kompresi uap. Mesin pendingin siklus kompresi uap 2. TINJAUAN PUSTAKA
memiliki komponen utama yaitu kompresor,
kondenser, evaporatot dan katup ekspansi [6]. Air conditioner (AC) adalah alat yang digunakan
untuk mengondisikan udara dalam ruangan sehingga
Perkembangan dan penerapan mesin pendingin pada mencapai kenyamanan termal. Pengondisian udara
perumahan maupun pada perkantoran saat ini adalah proses memperlakukan udara sehingga dapat
mengalami peningkatan yang pesat. Saat ini para mengontrol temperatur, kelembaban, kebersihan dan
konsumen tidak hanya menginginkan udara yang sejuk distribusi udara secara bersamaan untuk memenuhi
dan nyaman tapi juga mulai memperhitungkan persyaratan ruang yang dikondisikan [1].
performa mesin tersebut. Nilai performa dapat
dinyatakan dengan unjuk kerja. Dalam usaha untuk

315
Prosiding The 11th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 26-27 Agustus 2020

Mesin tata udara jenis split (Split AC System) akan lebih aman dibandingkan dengan refrigeran
merupakan salah satu jenis mesin tata udara yang dalam kondisi fasa campuran, karena fasa cair
paling mudah dijumpai penggunaannya di ruangan refrigeran dapat mengakibatkan kerusakan pada
kantor atau ruangan komersial seperti hotel, resturant, kompresor. Namun bila superheating terlalu tinggi
dan toko-toko penjual kebutuhan. Jenis ini pada akan menyebabkan tingginya suhu pada discharge
umunya memiliki kapasitas pendinginan kecil sampai kompresor, tingginya suhu discharge selain akan
menengah. AC Split memiliki dua bagian utama, meningkatkan daya input juga akan mengurangi usia
yaknik indoor dan outdoor unit. Indoor unit dipasang kompresor [4].
di dalam ruangan yang dikondisikan, dan terdiri atas
kipas dan koil evaporator. Outdoor unit atau dikenal
sebagai condensing unit terletak di luar ruangan yang
dikondisikan, dan terdiri atas kompresor dan
kondenser [3].

Gambar 3. Superheat pada diagram P-h

3. METODOLOGI
Gambar 1. Siklus refrigerasi kompresi uap
Mulai
Prinsip kerja AC dalam mengondisikan udara ruangan
menggunakan sistem refrigerasi kompresi uap. Sistem
refrigerasi kompresi uap memiliki komponen yang
paling sederhana dibandingkan dengan sistem Studi Literatur
refrigerasi lainnya. Komponen utama pada sistem
refrigerasi ini yaitu kompresor, kondenser, alat
ekspansi, dan evaporator [2]. Gambar 2 dibawah ini Data rancangan awal
menunjukkan skema dari sistem refrigerasi kompresi
uap.
Input Data

Pengolahan Data Menggunakan


Aplikasi CoolPack

Tidak
Sesuai

Gambar 2. Diagram P-h siklus refrigerasi kompresi Ya


uap
Output Data
Proses superheat dimulai setelah refrigeran
meninggalkan evaporator dan berlanjut sepanjang
suction line sampai masuk ke kompresor. Adanya
Selesai
superheating pada suction line dapat berdampak
positif maupun negatif. Dampak positif dari adanya
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
superheating membuat fasa refrigeran yang akan
masuk ke dalam suction kompresor adalah berfasa gas
Penelitian ini dilakukan secara eksprimen
superheat. Fasa refrigeran dalam kondisi superheat
menggunakan aplikasi coolpack dengan asumsi

316
Prosiding The 11th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 26-27 Agustus 2020

temperatur kondensasi 40°C, temperatur evaporasi 2°C 80,000


dan 6°C , temperatur superheat 0-10 K, nilai efisiensi

Kerja kompresi (kJ/kg)


0.4
isentropik 0,4-1. Tujuan dari penelitian ini adalah 70,000
untuk mengetahui pengaruh kenaikan temperatur 60,000 0.5
superheat terhadap kinerja sistem. Kinerja sistem yang 50,000 0.6
dimaksud adalah kerja kompresi, efek refrigerasi, beda
40,000 0.7
entalpi kondenser, COP dan efisiensi.
30,000 0.8
20,000
Untuk mendapatkan kerja kompresi, efek refrigerasi, 0.9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
beda entalpi kondenser, COP dan efisiensi dapat 1
menggunakan persamaan berikut : Temperatur superheat (K)

(1) Gambar 5 Grafik pengaruh kenaikan temperatur


superheat terhadap kerja kompresi dengan temperature
(2) evaporasi 2°C
(3)
70,000

Kerja kompresi (kJ/kg)


(4) 0.4
60,000
0.5
(5) 50,000
0.6
40,000
(6) 0.7
30,000
Dimana, 0.8
Kerja kompresi (kJ/kg) 20,000
0.9
Panas yang dilepas oleh kondenser (kJ/kg) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Efek refrigerasi (kJ/kg) Temperatur superheat (K) 1
Coefficient of performance
Efisiensi mesin (%)
Gambar 6 Grafik pengaruh kenaikan temperatur
Entalpi saat refrigeran masuk kompresor (kJ/kg)
superheat terhadap kerja kompresi dengan temperature
Entalpi saat refrigeras masuk kondenser (kJ/kg)
evaporasi 6°C
Entalpi saat masuk evaporator (kJ/kg)
Temperatur evaporasi °C
Dapat dilihat pada gambar 5 dan gambar 6 pengaruh
Temperatur kondensasi °C
kenaikan temperatur superheat terhadap kerja
kompresi. Dimana sumbu X merupakan variasi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN temperatur superheat yang dimulai dari 1 K hingga 10
K dengan range 1 K dan sumbu Y merupakan nilai
Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa, semakin tinggi kerja kompresi. Dapat dilihat Setiap kenaikan 1 K
temperatur Superheat maka kerja kompresi akan temperatur superheat membuat kerja kompresor
semakin naik hal tersebut dapat dilihat pada gambar 3. bertambah 0,59%-0,61 %, kerja kompresi sendiri
merupakan selisih antara entalpi masuk kondenser (h2)
dengan entalpi masuk kompresor (h1) dengan naiknya
temperatur superheat nilai dari h1 dan h2 akan semakin
besar yang menyebabkan kerja kompresi bertambah..
Sedangkan dengan naiknya temperatur evaporasi dari
2°C menjadi 6°C dan semakin tingginya nilai efisiensi
isentropik membuat penurunan pada kerja kompresi
sebesar 14,30%. Penurunan tersebut terjadi karena
nilai entalpi keluar kompresor (h2) semakin turun. Dari
persamaan h2-h1, dengan nilai h1 semakin tinggi dan
nilai h2 yang semakin turun maka didapatlah nilai
kerja kompresi yang semakin menurun.

317
Prosiding The 11th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 26-27 Agustus 2020

250,000 165,000
Beda Entalpi Kondenser 0.4

Efek refrigersi (kJ/kg)


240,000 0.4
163,000
230,000 0.5 0.5
161,000
220,000
(kJ/kg)

0.6 159,000 0.6


210,000
200,000 0.7 157,000 0.7
190,000 0.8 155,000
0.8
180,000 1 3 5 7 9 11
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.9 0.9
Temperatur superheat (K)
Temperatur Superheat (K) 1

Gambar 7. Grafik pengaruh kenaikan temperatur Gambar 9 Grafik Pengaruh Temperatur Superheat
superheat terhadap beda entalpi kondenser dengan terhadap Efek Refrigerasi dengan temperatur evaporasi
temperatur evaporasi 2°C 2°C

240,000 0.4 170,000 0.4


Beda Entalpi Kondenser

Efek refrigerasi (kJ/kg)


230,000
0.5 165,000 0.5
220,000
210,000 0.6 0.6
(kJ/kg)

160,000
200,000 0.7 0.7
155,000
190,000
0.8 0.8
180,000 150,000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.9
Temperatur Superheat (K) 1 Temperatur superheat (K) 1

Gambar 8. Grafik pengaruh kenaikan temperatur


superheat terhadap beda entalpi kondenser dengan Gambar 10 Grafik pengaruh temperatur superheat
temperatur evaporasi 6°C terhadap efek refrigerasi dengan temperatur evaporasi
6°C
Gambar 7 dan 8 menunjukan pengaruh kenaikan
temperatur superheat terhadap beda entalpi kondenser. Dua grafik diatas (Gambar 9 dan 10) menunjukan
Pada gambar tersebut sumbu x merupakan nilai hasil dari semakin tinggi temperatur superheat dan
temperatur superheat yang dimulai dengan 1 K hingga temperatur evaporasi maka semakin besar efek
10 K dengan range 1 K dan sumbu y merupakan nilai refrigerasi yang dihasilkan. Sumbu X pada dua gambar
beda entalpi kondenser. Dari hasil simulasi yang diatas merupakan variasi temperatur superheat yang
ditampilkan pada grafik menunjukkan semakin tinggi dimulai dari 1 K sampai 10 K dengan range 1 K dan
temperatur superheat maka semakin tinggi pula beda sumbu Y pada gambar merupakan nilai efek
entalpi kondenser, setiap kenaikan 1 K temperatur refrigerasi. Setiap kenaikan temperatur superheat 1 K
superheat membuat nilai beda entalpi kondenser naik membuat nilai efek refrigerasi naik sebesar 0,55%-
0,56%. Beda entalpi kondenser dapat diperoleh dari 0,56% dan dengan naiknya temperatur evaporasi
persamaan h2–h3, kenaikan temperatur superheat membuat nilai efek refrigerasi naik sebesar 1%.
berdampak pada semakin tingginya nilai h2, dengan Kenaikan ini disebabkan karena dengan bertambahnya
nilai h2 yang semakin tinggi dan nilai h3 tetap maka temperatur superheat dan temperatur evaporasi akan
beda entalpi kondenser akan semakin besar. Namun, terlihat pada diagram P-h nilai entalphi masuk
dengan naiknya temperatur evaporasi dari 2°C menjadi kompresor (h1) semakin besar. Nilai efek refrigerasi
6°C dan naiknya efisiensi isentropik 0,4-1 membuat (qe) sendiri diperoleh dari persamaan h1-h4 dengan
nilai beda entalpi kondenser turun sebesar 2,02%. Hal nilai h1 yang semakin tinggi dan nilai h4 tetap maka
ini disebabkan karena pada diagram P-h terjadi nilai dari efek refrigerasi akan semakin besar. Namun
penurunan nilai entalpi masuk kondenser (h2). Dengan bertambahnya nilai efisiensi isentropik tidak
menggunakan persamaan h2-h3 dimana h2 nilainya berpengaruh pada nilai efek refrigerasi sehingga pada
semakin kecil dan nilai h3 tetap maka nilai beda grafik hanya terlihat satu garis lurus meskipun nilai
entalphi kondenser akan semakin kecil. efisiensi isentropik bervariasi.

318
Prosiding The 11th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 26-27 Agustus 2020

6,000 85,00%
0.4

Efisiensi mesin (%)


0.4 75,00%
5,000 0.5
COPaktual

0.5 65,00%
4,000 55,00% 0.6
0.6
3,000 45,00% 0.7
0.7
35,00%
2,000 0.8
0.8 25,00%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.9
Temperatur superheat (K) 0.9
Temperatur superheat (K) 1
Gambar 11. Grafik pengaruh temperatur superheat
terhadap COP aktual dengan temperatur evaporasi 2°C
Gambar 13. Grafik pengaruh temperatur superheat
terhadap efisiensi mesin dengan temperatur evaporasi
7,000
0.4 2°C
6,000
COPaktual

5,000 0.5 85,00% 0.4

Efisiensi mesin (%)


4,000 75,00%
0.6 0.5
65,00%
3,000
0.7 55,00% 0.6
2,000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.8 45,00% 0.7
35,00%
Temperatur superheat (K) 0.9 0.8
25,00%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.9
Gambar 12. Grafik pengaruh temperatur superheat Temperatur superheat (K) 1
terhadap COP aktual dengan temperatur evaporasi 6°C
Gambar 14. Grafik pengaruh temperatur superheat
Pada gambar 11 dan 12 merupakan grafik pengaruh terhadap efisiensi mesin dengan temperatur evaporasi
kenaikan temperatur superheat terhadap nilai COPaktual. 6°C
Sumbu x pada gambar merupakan nilai temperatur
superheat yang dimulai dari 0 K sampai 10 K dengan
Gambar 13 dan gambar 14 menunjukan pengaruh
range 1 K dan sumbu y merupakan nilai COPaktual.
kenaikan temperatur superheat terhadap efisiensi
Setiap kenaikan temperatur superheat 1 K akan terjadi
mesin. Sumbu x pada gambar merupakan nilai
penurunan nilai COPaktual sebesar 0,04%-0,06%
temperatur superheat yang dimulai dari 0 K sampai 10
sedangkan dengan naiknya temperatur evaporasi dan
K dengan range 1 K dan sumbu y merupakan nilai
naiknya efisiensi isentropik membuat nilai COPaktual
efisiensi mesin dalam (%). Setiap 1 K kenaikan
naik sebesar 13,39%. Nilai COP sendiri didapat dari
temperatur superheat mengakibatkan turunnya nilai
pembagian nilai efek refrigerasi (qe) dan nilai kerja
efisiensi mesin sebesar 0,04%-0,06%. Sedangkan
kompesi (qw). Dengan bertambahnya temperatur
dengan naiknya temperatur evaporasi dari 2°C menjadi
superheat maka akan berdampak pada naiknya kerja
6°C membuat efisiensi mesin naik sebesar 1,79%.
kompresi (qw) dan naiknya kerja kompresi akan
berpengaruh pada turunnya nilai COPaktual karena Efisiensi sistem sendiri diperoleh dari pembagian
faktor pembagi (kerja kompresi) cenderung naik COPaktual dengan COPcarnot. Telah diketahui pula
sedangkan faktor pembilang (efek refrigerasi) nilainya kenaikan temperatur superheat mengakibatkan
turunnya nilai COPaktual, dengan naiknya COPaktual dan
tetap. Dan telah diketahui bahwa kenaikan temperatur
evaporasi berdampak pada naiknya efek refrigerasi COPcarnot konstan maka nilai efisiensi sistem akan
dan turunnya kerja kompresi karena faktor pembagi semakin kecil. Dan kenaikan temperatur evaporasi
(kerja kompresi) cenderung turun sedangkan faktor mengakibatkan naiknya nilai COPaktual, dengan
pembilang (efek refrigerasi) cenderung naik, maka naiknya nilai COPaktual dan COPcarnot konstan makan
COPaktual akan mengalami kenaikan. efisiensi sistem akan semakin tinggi.

319
Prosiding The 11th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 26-27 Agustus 2020

5. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Dari hasil penelitian yang dilakuka dapat dikatakan [1] Althouse, Andrew D. 2004 Modern Refrigeration
bahwa semakin tinggi temperatur superheat akan and Air Conditioning, hlm 727. Bracciano : The
menaikan nilai entalpi masuk kompresor (h1) dan nilai Coodheart-Wittcox Company Inc.
entalpi masuk kondenser (h2). Kenaikan pada nilai [2] Dossat, Roy J. 1981 Principle of Refrigeration
entalpi ini juga berdampak pada naiknya kerja and Air Conditioning Second Edition. Jhon
kompresi, efek refrigerasi, beda entalpi kondenser, Willey and Sons, New York.
menurunnya nilai COP dan menurunnya nilai efisiensi [3] Setyawan, Andriyanto dan M.Nuriyadi. “Kajian
mesin. Pemanfaatan Kondensat Hasil Pengembunan
pada Evaporator Untuk Menghemat Energi Pada
Setiap kenaikan temperatur superheat 1 K akan AC Split Kapasitas 1 PK”. Jurnal RACE. 3(2).
mengakibatkan kenaikan nilai entalpi masuk 316. 2009
kompresor (h1) sebesar 0,20%-0,21%, kenaikan nilai [4] Sumeru, K.2018. Subcooling pada Siklus
entalpi masuk kondenser (h2) sebesar 0,24%, kenaikan Refrigerasi Kompresi Uap.
nilai kerja kompresi (qw) 0,59%-0,61%, kenaikan nilai [5] Prabowo, Lendy. “Pengaruh Variasi Tingkat
beda entalpi kondenser (qc) 0,56%, kenaikan nilai efek Superheating pada Evaporator terhadap Unjuk
refrigerasi (qe) 0,55%, penurunan nilai COPaktual Kerja Instalasi AC”. Universitas Brawijaya. 2012
sebesar 0,04%-0,06% dan penurunan nilai efisiensi [6] Rasta, I Made dan Putu Wijaya Sunu. “Pengaruh
sistem sebesar 0,04%-0,06. Superheat Terhadap Performansi Sistem Air
Conditioning Jenis Water Chiller”. Politeknik
Negeri Bali. 2017

320

Anda mungkin juga menyukai