Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

POIN PENTING UU HARMONISASI


PERATURAN PERPAJAKAN NO. 7 TAHUN
2021

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pajak yang diampu
oleh Bapak Ganda Siahaan, SE, M.Ak., BKP

Disusun oleh
KALYANA MITTA NURBAITI
NIM : 201121005

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PRAMITA INDONESIA
Jl. Kampus Pramita, Binong, Kec. Curug, Tangerang
TANGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Hukum Pajak.

Dalam kesempatan ini pula penulis ucapkan banyak terimakasih kepada


pihak-pihak yang telah berperan memotivasi dan memberi dorongan sehingga
walaupun dalam penyusunan makalah ini saya banyak menemukan hambatan dan
kesulitan makalah ini dapat terselesaikan. Berikut rasa terimakasih saya panjatkan
kepada yang terhormat :

1. Bapak Ganda Siahaan, SE, M.Ak., BKP selaku dosen mata kuliah Hukum
Pajak,

2. Teman-teman penulis, dan

3. Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Harapan penulis dari penyusunan makalah ini yaitu semoga bahasan dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu yang terkait, serta
menambah wawasan bagi para pembacanya. Demikian penulis menyadari bahwa
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Sehingga penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini.

Tangerang, Maret 2022

Penulis

Page | ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..………………………………………………......... ii
DAFTAR ISI.……...……………………………………………………..... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang.…………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah.................................................……….. 1
C. Tujuan................................................................................. 1
D. Manfaat............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
A. Definisi UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan No. 7 3
Tahun 2021..........................................................................
B. Dasar Hukum UU No. 7 Tahun 2021.................................. 3
C. Pasal Baru dan Pasal yang Direvisi pada UU No. 7 3
Tahun 2021..........................................................................
D. Poin Penting UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan......... 4
BAB III PENUTUP................................................................................... 12
A. Kesimpulan......…………………………………………... 12
B. Saran......................................................................……….. 14
DAFTAR PUSTAKA..…………….…………………………………......... 15

Page | iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian yang
berkelanjutan dan mendukung percepatan pemulihan perekonomian,
diperlukan strategi konsolidasi fiskal yang berfokus pada perbaikan defisit
anggaran dan peningkatan rasio pajak, yang antara lain dilakukan melalui
penerapan kebijakan peningkatan kinerja penerimaan pajak, reformasi
administrasi perpajakan, peningkatan basis perpajakan, penciptaan sistem
perpajakan yang mengedepankan prinsip keadilan dan kepastian hukum, serta
peningkatan kepatuhan sukarela Wajib Pajak.

B. RUMUSAN MASALAH
Mengacu pada pembahasan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari UU No. 7 Tahun 2021?
2. Dasar hukum dari UU No. 7 Tahun 2021?
3. Apa saja Pasal Baru dan Pasal yang Direvisi pada UU No. 7 Tahun
2021?
4. Apa Poin Penting dalam UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan?

C. TUJUAN PENULIS
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk :
1. Untuk memenuhi tugas perkuliahan.
2. Membantu agar pembaca mengetahui tentang peraturan perpajakan
yang diterapkan pada saat ini.

Page | 1
D. MANFAAT
Manfaat yang didapatkan dari makalah ini yaitu :
1. Bagi mahasiswa
– Mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang peraturan
perpajakan terbaru.
– Menjadi sarana pembelajaran mahasiswa terhadap bidang
ekonomi sehingga dapat menyalurkan ilmu yang telah
didapatkan dari kampus kepada masyarakat setempat.

2. Bagi masyarakat
– Memperoleh informasi terkait peraturan pajak terbaru.
– Dapat mengetahui besaran pajak yang akan dibayarkan.

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan No. 7 Tahun


2021
UU HPP adalah bagian dari reformasi bidang perpajakan dengan tujuan
mendukung percepatan pembangunan nasional serta pemulihan ekonomi. UU
ini mengatur mengenai materi Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
memuat beberapa ketentuan yang diubah dan/atau ditambahkan antara lain
mengenai kerjasama bantuan penagihan pajak antarnegara, kuasa Wajib Pajak,
pemberian data dalam rangka penegakan hukum dan kerjasama untuk
kepentingan negara, dan daluwarsa penuntutan pidana pajak.

B. Dasar Hukum UU No. 7 Tahun 2021


Pasal 5 Ayat (1), Pasal 20, Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, UU Nomor 6 Tahun 1983, UU Nomor 7
Tahun 1983, UU Nomor 8 Tahun 1983, UU Nomor 11 Tahun 1995, UU
Nomor 11 Tahun 2016, UU Nomor 2 Tahun 2020 dan UU Nomor 11 Tahun
2020.

C. Pasal Baru dan Pasal yang Direvisi pada UU No. 7 Tahun


2021
– Pasal 8 ayat (4) tentang pengungkapan ketidakbenaran SPT saat
pemeriksaan.
– Pasal 13 ayat (3) tentang besaran sanksi pada saat pemeriksaan.
– Pasal 14 ayat (1) huruf i tentang penagihan atas wanprestasi
pembayaran angsuran/penundaan kurang bayar SPT Tahunan. 
– Pasal 25 dan pasal 27 tentang besaran sanksi pada saat upaya hukum.  
– Pasal 32 tentang kuasa wajib pajak.
– Pasal 32A tentang penunjukan pihak lain sebagai pemotong/pemungut.

Page | 3
– Pasal 34 ayat (3) tentang rahasia jabatan.
– Pasal 40 tentang daluwarsa penuntutan pidana pajak.
– Pasal 43A tentang pemeriksaan bukti permulaan dilaksanakan
berdasarkan surat perintah pemeriksaan bukti permulaan. 
– Pasal 44 ayat (2) tentang kewenangan penyidik pajak untuk melakukan
pemblokiran/penyitaan aset tersangka sesuai UU hukum acara pidana. 
– Pasal 44A tentang penghentian penyidikan.
– Pasal 44B mengenai perluasan ultimum remedium.   
– Pasal 44C tentang pidana denda tidak disubsider.  
– Pasal 44D tentang persidangan in absentia.
– Pasal 44E tentang pendelegesaian kewenangan.

D. Poin Penting UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan


1. Pajak Penghasilan (PPh)
Ada beberapa poin penting mengenai pajak penghasilan dalam UU HPP,
mulai dari PPh orang pribadi hingga penyusutan dan amortisasi.

– Tarif PPh orang pribadi

Pasal 7 ayat (1) dan ayat (3), serta pasal 17 ayat


(1) dan ayat (3) mengalami perubahan di UU HPP.
Keduanya berisikan pembahasan mengenai tarif dan
bracket pajak penghasilan orang pribadi. Lihat pada
tabel berikut untuk tarif PPh orang pribadi terbaru:

Lapisan Rentang Penghasilan Tarif


Tarif

I Rp0 – Rp60 juta 5%

Page | 4
II >Rp60 juta – Rp250 juta 15%

III >250 juta – Rp500 juta 25%

IV >Rp500 juta – Rp5 miliar 30%

V >Rp 5 miliar 35%

Penghitungan pajak penghasilan orang pribadi diterapkan atas


penghasilan yang jumlahnya melebihi batas PTKP. Besaran PTKP ini
masih sama dalam UU HPP, yaitu Rp54 juta untuk orang pribadi
belum menikah, tambahan Rp4,5 juta untuk wajib pajak kawin, dan
tambahan Rp4,5 juta untuk setiap tanggungan maksimal 3 orang. 
– Tarif PPh Badan
Tarif PPh Badan ditetapkan menjadi 22% yang berlaku untuk
tahun pajak 2022 dan seterusnya. Namun bagi pelaku UMKM
berbentuk badan dalam negeri, tetap diberikan insentif penurunan tarif
sebesar 50% sebagaimana yang diatur dalam pasal 31E. Sedangkan
bagi wajib pajak orang pribadi dengan peredaran bruto tertentu,
diberikan pengecualian pengenaan pajak terhadap peredaran bruto
sampai dengan Rp500 juta.  Pasal terdampak atas perubahan ini adalah
Pasal 17 ayat (1) huruf b.
– Penambahan Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2)
Pada UU PPh, belum ada pasal yang mengatur perlakuan PPh atas
penghasilan berupa bunga atau diskonto surat berharga jangka pendek
yang diperdagangkan di pasar uang secara tegas. Oleh karena itu,
terdapat perubahan pada pasal 4 ayat (2) huruf a dalam UU HPP yang
mengatur pajak atas penghasilan tersebut.
– Penyesuaian Ketentuan Penyusutan dan Amortisasi

Page | 5
Dalam UU HPP, mengatur memberikan pilihan bagi wajib pajak
dapat membebankan biaya penyusutan bangunan permanen dan
amortisasi harta tak berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari
20 tahun sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya berdasarkan
pembukuan wajib pajak. Pasal terdampak atas perubahan ini adalah
penambahan pada pasal 11 ayat (6a) dan pasal 11A ayat (2a),
perubahan pasal 11 ayat (7) dan pasal 11A ayat (1a). Serta,
penghapusan pasal 11 ayat (11).
2. Program Pengungkapan Sukarela (PPS)
UU HPP turut  memuat program pengungkapan sukarela (PPS),
sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan sukarela
wajib pajak dan diselenggarakan berdasarkan asa kesederhanaan,
kepastian hukum, serta kemanfaatan. PPS merupakan program pemberian
kesempatan kepada wajib pajak untuk melaporkan atau mengungkapkan
kewajiban perpajakan yang belum secara sukarela melalui:
– Kebijakan 1, pembayaran pajak penghasilan berdasarkan
pengungkapan harta yang tidak atau belum sepenuhnya dilaporkan
oleh peserta program pengampunan pajak. Subjek dari kebijakan
ini adalah wajib pajak orang pribadi dan badan peserta tax
amnesty. Basis aset dalam kebijakan ini adalah aset per 31
Desember 2015 yang belum diungkap pada saat mengikuti tax
amnesty. Tarif PPh Final yang dikenakan sebesar 11% untuk
deklarasi luar negeri, 8% untuk aset luar negeri repatriasi dan aset
dalam negeri, dan 6% untuk aset luar negeri dan aset dalam negeri
yang diinvestasikan dalam SBN/hilirisasi/renewable energy.

Page | 6
– Kebijakan 2, pembayaran pajak penghasilan berdasarkan
pengungkapan harta yang belum dilaporkan dalam SPT Tahunan
Pajak Penghasilan orang pribadi tahun pajak 2020. Subjek
kebijakan ini adalah wajib pajak orang pribadi, dengan basis aset
perolehan tahun 2016-2020 yang belum dilaporkan dalam SPT
Tahunan 2020. Tarif PPh Final yang dikenakan sebesar 11% untuk
deklarasi luar negeri, 14% untuk aset luar negeri repatriasi dan
aset dalam negeri, dan 12% untuk aset luar negeri dan aset dalam
negeri yang diinvestasikan dalam SBN/hilirisasi/renewable
energy.
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 
– Penghapusan dan Pembebasan PPN
UU HPP juga memuat tentang penghapusan dan pembebasan atas
Pajak Pertambahan Nilai pada beberapa sektor sebagai wujud
keberpihakan kepada masyarakat kecil.
a. Sektor yang Dibebaskan PPN
Makanan maupun minuman yang disajikan oleh warung
makan, restoran, hotel dan sejenisnya. Emas batangan, surat
berharga dan uang. Jasa bidang keagamaan; jasa bidang kesenian
dan hiburan; jasa bidang perhotelan; jasa yang disediakan
pemerintah untuk menjalankan sistem pemerintahan secara umum;
jasa bidang catering dan boga.
b. Sektor dengan Penghapusan PPN
Barang yang merupakan hasil dari aktivitas pengeboran
atau pertambangan yang asalnya adalah mengambil langsung dari
sumbernya; jasa pengiriman surat yang menggunakan perangko;
jasa penyiaran yang sifatnya bukan iklan; jasa telepon umum yang
memakai koin/uang logam; jasa pengiriman uang yang
menggunakan wesel.
c. Sektor dengan PPN Bebas Terbatas

Page | 7
Barang-barang golongan kebutuhan pokok yang sifatnya sangat
dibutuhkan oleh masyarakat; jasa pelayanan bidang medis; jasa
pelayanan bidang social; jasa bidang keuangan; jasa bidang
asuransi; jasa bidang pendidikan; jasa angkutan umum baik darat,
laut maupun udara di wilayah dalam negeri; jasa bidang tenaga
kerja.
– Kenaikan Tarif
Tarif PPN yang semula 10% akan naik menjadi 11% pada 1 April
2022, dan akan menjadi 12% yang paling lambat akan diberlakukan
pada tanggal 1 Januari 2025.  PPN dikenakan atas konsumsi BKP
dan/atau JKP di dalam Daerah Pabean. Karena itu, atas ekspor BKP
dan/atau JKP untuk konsumsi di luar Daerah Pabean dikenai PPN
dengan tarif 0%.
– Kemudahan dan Kesederhanaan
Dalam UU HPP cakupan PPN, terdapat perubahan peraturan
mengenai perhitungan, pemungutan, dan penyetoran PPN. Pada
perhitungan PPN, pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif PPN dengan dasar pengenaan pajak (DPP) yang meliputi harga
jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau lainnya. Lalu, untuk
kemudahan dalam pemungutan PPN, atas jenis barang/jasa tertentu
atau sektor usaha tertentu diterapkan tarif PPN ‘final’, misalnya 1%,
2%, atau 3% dari peredaran usaha, yang diatur dengan PMK.
4. NIK sebagai NPWP
Meskipun NIK juga berfungsi sebagai NPWP bukan berarti semua
WNI memiliki kewajiban untuk membayar pajak penghasilan atau PPh.
Hanya mereka para pemilik NIK yang telah memenuhi syarat dan
ketentuan untuk dikenakan PPh saja yang memiliki kewajiban membayar
pajak. Pemilik NIK dengan jumlah penghasilan per bulan maupun per
tahun sesuai dengan ketentuan yang telah dijelaskan pada bagian awal
sajalah yang harus membayar PPh.
5. Perubahan Tentang Sanksi Pajak

Page | 8
Setidaknya terdapat dua (2) skema perubahan mengenai sanksi pajak yang
diatur melalui UU HPP tersebut. Perubahan mengenai sanksi pajak dari
KUP yang sebelumnya digunakan yaitu:
– Sanksi pemeriksaan serta Wajib Pajak (WP) dimana yang
bersangkutan tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT).
– Sanksi setelah adanya upaya hukum namun pengadilan maupun
keputusan keberatan tetap mengusulkan ketetapan dari Dirjen Pajak.
– Merubah besaran sanksi yang diberikan untuk kerugian yang dialami
oleh negara.
Adapun perubahan mengenai sanksi pajak yang dimaksud yaitu :
– PPh yang dibayar dengan jumlah kurang dikenai sanksi berupa bunga
per bulan dengan menggunakan patokan besarnya suku bunga acuan
yang saat itu berlaku di pasar dan juga uplift factor sebesar 20%
dimana sebelumnya adalah 50%.
– PPh kurang yang dipotong sanksinya adalah pengenaan bunga
sebesar acuan dan juga uplift factor sebesar 20% dari sebelumya
100%.
– PPh dipotong tapi namun tidak disetorkan sanksinya sebesar 75%
sedangkan sebelumnya 100%.
– PPN dan PPnBM yang kurang dibayar sanksi pada KUP adalah 100%
menjadi 75% dalam UU HPP.

Page | 9
6. Pajak Karbon

Pemerintah menyepakati untuk menerapkan pajak karbon sebesar


Rp30 per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan yang
setara. Pajak karbon sendiri dikenakan atas emisi karbon, dengan subjek
pajak adalah orang pribadi atau badan yang membeli barang yang
mengandung karbon dan/atau melakukan aktivitas yang menghasilkan
emisi karbon. Pengenaan pajak ini dilakukan dengan memperhatikan peta
jalan pajak karbon dan/atau peta jalan pasar karbon. Pemerintah sendiri
menetapkan kebijakan peta jalan karbon, yaitu strategi penurunan emisi
karbon, sasaran sektor prioritas, keselarasan dengan pembangunan energi
baru dan terbarukan, dan/atau keselarasan antar berbagai kebijakan
lainnya.

Pengenaan pajak karbon dilaksanakan secara bertahap:

– Pengembangan mekanisme perdagangan karbon pada tahun 2021.

– Penerapan mekanisme pajak yang mendasarkan pada batas emisi (cap


and tax) untuk sektor pembangkit listrik terbatas pada pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU) batu bara pada tahun 2022 – 2024.

– Implementasi perdagangnan karbon secara penuh dan perluasa sektor


pemajakan pajak karbon dengan penahapan sesuai kesiapan sektor
terkait dengan memerhatikan kondisi ekonomi, kesiapan pelaku,
dampak dan/atau skala pada tahun 2025 dan seterusnya.

7. Ruang Lingkup Cukai

Secara garis besar, poin penting pengaturan cukai dalam UU HPP adalah
sebagai berikut:

– Penegasan dan penambahan jenis Barang Kena Cukai hasil tembakau


berupa rokok elektronik.

– Mengubah prosedur penambahan dan/atau pengurangan jenis Barang


Kena Cukai.

Page | 10
– Penegakan hukum pidana cukai dengan mengedepankan pemulihan
kerugian pada pendapatan negara.
8. Perpajakan Internasional
Terdapat ruang lingkup perpajakan internasional dalam UU HPP,
salah satunya mengenai pengaturan konsensus pemajakan global. Pada
peraturan sebelumnya, pemerintah berwenang untuk melakukan
perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran
pajak bergandan dan pencegahan pengelakan pajak. Maka di dalam UU
HPP, pengaturan tersebut berubah. Pemerintah berwenang untuk
membentuk dan/atau melaksanakan perjanjian dan/atau kesepakatan di
bidang perpajakan dengan pemerintah negara mitra atau yurisdiksi mitra
secara bilateral maupun multilateral dalam rangka:
– Penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan pajak.
– Pencegahan penggerusan basis pemajakan dan pergeseran laba.
– Pertukaran informasi perpajakan
– Bantuan penagihan pajak
– Kerja sama perpajakan lainnya.
Selain pengaturan tersebut, terdapat pengaturan lainnya yang
dibahas dalam ruang lingkup perpajakan internasional pada UU HPP, di
antaranya:
– Pengaturan Asistensi Penagihan Pajak Global
– Pengaturan Mutual Agreement Procedure (MAP)
– Pengaturan Instrumen Pencegahan Penghindaran Pajak
9. Reformasi Perpajakan untuk Kepatuhan yang Lebih Mudah
Guna mempermudah kepatuhan pajak, wajib pajak (orang pribadi
maupun badan), dapat menggunakan aplikasi penyedia jasa perpajakan
yang telah bekerja sama secara resmi dengan Dirjen Pajak. Salah satunya
adalah OnlinePajak. OnlinePajak hadir untuk menjadikan urusan bisnis
dan perpajakan lebih praktis. Wajib pajak dapat memanfaatkan fitur-fitur
yang tersedia di aplikasi untuk menjalankan kepatuhan perpajakan, seperti
bayar atau setor pajak menggunakan e-Billing dan PajakPay.

Page | 11
Pembayaran menjadi lebih mudah, tidak perlu antre, dan tidak khawatir
terkena denda karena terlambat setor.
Selain itu, terdapat fitur lainnya untuk mempermudah pengelolaan
bisnis dan pajak, seperti pelaporan pajak melalui e-Filing OnlinePajak,
mengelola faktur komersial dan faktur pajak, mengelola data dan pajak
karyawan, hingga membayar BPJS karyawan. Semua dalam satu aplikasi
terintegrasi yang dapat diakses lebih dari satu orang. Dengan begitu,
bekerja jadi lebih efisien dan efektif.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 UU HPP mengatur mengenai materi Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan memuat beberapa ketentuan yang diubah dan/atau
ditambahkan antara lain mengenai kerjasama bantuan penagihan pajak
antarnegara, kuasa Wajib Pajak, pemberian data dalam rangka
penegakan hukum dan kerjasama untuk kepentingan negara, dan
daluwarsa penuntutan pidana pajak.

Page | 12
 Dasar Hukum UU No. 7 Tahun 2021 Pasal 5 Ayat (1), Pasal 20, Pasal
23A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
UU Nomor 6 Tahun 1983, UU Nomor 7 Tahun 1983, UU Nomor 8
Tahun 1983, UU Nomor 11 Tahun 1995, UU Nomor 11 Tahun 2016,
UU Nomor 2 Tahun 2020 dan UU Nomor 11 Tahun 2020.
 Pasal Baru dan Pasal yang Direvisi pada UU No. 7 Tahun 2021 antara
lain : Pasal 8 ayat (4); Pasal 13 ayat (3); Pasal 14 ayat (1) huruf i; Pasal
25 dan pasal 27; Pasal 32; Pasal 32A; Pasal 34 ayat (3); Pasal 40;
Pasal 43A; Pasal 44 ayat (2); Pasal 44A; Pasal 44B; Pasal 44C; Pasal
44D; Pasal 44E.
 Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) dengan batas
minimal Rp. 5 juta setiap bulan setara dengan Rp. 60 juta/ tahun baru
akan kena pajak.
 Tarif PPh Badan ditetapkan menjadi 22% yang berlaku untuk tahun
pajak 2022 dan seterusnya.Bagi pelaku UMKM berbentuk badan
dalam negeri, tetap diberikan insentif penurunan tarif sebesar 50%.
 Penambahan Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang mengatur
perlakuan PPh atas penghasilan berupa bunga atau diskonto surat
berharga jangka pendek yang diperdagangkan di pasar uang secara
tegas.
 Penyesuaian Ketentuan Penyusutan dan Amortisasi
 Program Pengungkapan Sukarela (PPS)
– Kebijakan 1, pembayaran pajak penghasilan berdasarkan
pengungkapan harta yang tidak atau belum sepenuhnya
dilaporkan oleh peserta program pengampunan pajak.
– Kebijakan 2, pembayaran pajak penghasilan berdasarkan
pengungkapan harta yang belum dilaporkan dalam SPT
Tahunan Pajak Penghasilan orang pribadi tahun pajak 2020.
 Tarif PPN akan naik menjadi 11% pada 1 April 2022, dan akan
menjadi 12% yang paling lambat akan diberlakukan pada tanggal 1
Januari 2025. 

Page | 13
 NIK sebagai NPWP
 Perubahan Tentang Sanksi Pajak
– PPh yang dibayar dengan jumlah kurang dikenai sanksi berupa
bunga per bulan dengan menggunakan patokan besarnya suku
bunga acuan yang saat itu berlaku di pasar dan juga uplift
factor sebesar 20% dimana sebelumnya adalah 50%.
– PPh kurang yang dipotong sanksinya adalah pengenaan bunga
sebesar acuan dan juga uplift factor sebesar 20% dari
sebelumya 100%.
– PPh dipotong tapi namun tidak disetorkan sanksinya sebesar
75% sedangkan sebelumnya 100%.
– PPN dan PPnBM yang kurang dibayar sanksi pada KUP adalah
100% menjadi 75% dalam UU HPP.
 Pemerintah menyepakati untuk menerapkan pajak karbon sebesar
Rp30 per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan yang
setara.
 Ruang lingkup cukai : penegasan dan penambahan jenis Barang Kena
Cukai hasil tembakau berupa rokok elektronik, mengubah prosedur
penambahan dan/atau pengurangan jenis Barang Kena Cukai.
Penegakan hukum pidana cukai dengan mengedepankan pemulihan
kerugian pada pendapatan negara.
 Perpajakan internasional, Pemerintah berwenang untuk membentuk
dan/atau melaksanakan perjanjian dan/atau kesepakatan di bidang
perpajakan dengan pemerintah negara mitra atau yurisdiksi mitra
secara bilateral maupun multilateral.
 OnlinePajak hadir untuk menjadikan urusan bisnis dan perpajakan
lebih praktis. bayar atau setor pajak menggunakan e-Billing dan
PajakPay.

B. Saran

Page | 14
Dibutuhkan kesadaran bahwa ke tidak patuhan pajak akan menyebabkan
masalah dalam penyediaan kebutuhan publik. Kesadaran berupa etos wajib
pajak yang merasa sangat bersalah apabila tidak membayar pajak. Kesadaran
bahwa pajak yang dibayar adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Kesadaran
bahwa negara tidak perlu terlalu dibebani dengan utang untuk menutup defisit
anggaran yang nantinya akan semakin membebani anak cucu. Menjadi wajib
pajak yang bijak untuk taat membayar pajak di tengah krisis tanpa
mengharapkan imbalan langsung dari negara. Mengutip John F. Kennedy,
"Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi apa yang bisa kami
berikan untuk negaramu".

DAFTAR PUSTAKA
ProConsult. “Apa itu UU HPP? Ini Penjelasan Lengkapnya”,
https://proconsult.id/pajak/uu-hpp/ (diakses pada 13 Maret 2022).
Lathifa, Dina. “Berlaku 2022, Pahami Poin Penting dalam UU HPP Terbaru Ini”,
https://www.online-pajak.com/seputar-pajakpay/poin-penting-uu-hpp
(diakses pada 13 Maret 2022).
JDIH BPK RI Database Peraturan. “Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 2021
Harmonisasi Peraturan Perpajakan”,
https://peraturan.bpk.go.id/home/Details/185162/uu-no-7-tahun-2021
(diakses pada 13 Maret 2022).

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai