Nim : 18102096
Kelas : ADH D/5
MK : Kepemimpinan
Sedangkan menurut Purnomo dan Wijayanti (2013), gaya kepemimpinan besumber dari
beberapa teori, yaitu:
1. Teori Bakat (traits). Teori yang mencari karakter atau kepribadian, sosial, fisik, atau
intelektual yang membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Bakat (traits) di-
definisikan sebagai kecenderungan yang dapat diduga, yang mengarahkan perilaku
individu berbuat dengan cara yang konsisten dan khas.
Penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University dan Michigan University
berusaha mengidentifikasi kombinasi terbaik dari perilaku kepemimpinan, meskipun
masing-masing menggunakan istilah yang berbeda. Penelitian mereka mengarah kepada
segudang penelitian yang berusaha untuk mendefinisikan perilaku kepemimpinan seperti
apa yang dapat bekerja dalam situasi apapun. Namun, hasil penelitian yang dilakukan
oleh dua universitas ini tidak dapat disimpulkan, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
satu gaya kepemimpinan yang terbaik.
Pada penelitian mengenai teori gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh Blake
dan Moulton dengan membuat bagan yang pada sumbu X adalah fokus terhadap produk
dan pada sumbu Y adalah fokus terhadap karyawan. Dan dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat lima gaya kepemimpinan yang seringkali dilakukan oleh
pemimpin. Dibawah ini akan dijelaskan teori-teori gaya kepemimpinan:
a. Impoverished Style
Pemimpin yang tidak berkualitas dan memiliki sikap acuh tak acuh
merupakan pemimpin yang paling buruk. Pemimpin yang memiliki gaya
kepemimpinan demikian ini hanya memiliki sedikit atau tidak ada minat untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat, produktif dan dapat menyelesaikan
dengan baik. Dengan sedikit minat dalam memotivasi atau memuaskan tim,
hasilnya hampir selalu tidak terorganisir, kurang kesepakatan dan tidak adanya
kepuasan. Contohnya, mungkin seorang manajer yang sudah bosan dan tidak
peduli dengan perusahaan serta kinerja bawahannya. Manajer tersebut tidak lagi
tertarik pada perusahaan atau karyawan.
b. Product or Perish Style
Jenis pemimpin seperti ini bersifat otoriter. Karena pemimpin seperti ini
memiliki gaya kepemimpinan yang memiliki aturan, kebijakan, dan prosedur
yang ketat. Dengan menganggap hukuman sebagai cara yang efektif untuk
membuat anggota tim dan perusahaan menjadi lebih disiplin dalam bekerja,
pendekatan ini dapat menghasilkan hasil produksi yang tinggi. Namun sayangnya,
hal ini dapat mengurangi motivasi anggota tim serta menghilangkan semangat
kerja mereka. Kepemimpinan yang seperti ini pada akhirnya akan merusak kinerja
yang lainnya. Pemimpin seperti ini tentu saja berjuang untuk mempertahankan
kinerja pada tingkat tinggi namun tidak ada yang akan merasa bahagia.
Contohnya adalah, seorang manajer pengganti yang mengambil alih departemen
dalam waktu yang singkat. Manajer tersebut tentu saja tidak peduli dengan orang-
orang yang bekerja dengannya dan hanya ingin menyelesaikan pekerjaan.
c. Middle-of-the-road Style
Gaya Middle-of-the-Road atau status quo merupakan kepemimpinan yang
mencoba menjaga keseimbangan antara hasil dan kesejahteraan anggota. Strategi
ini terdengar sempurna namun tidak seefektif kedengarannya. Dengan melakukan
penyesuaian secara terus-menerus, sayangnya hal itu kurang berhasil untuk
meningkatkan kinerja yang tinggi dan tidak dapat sepenuhnya memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan anggotanya. Hasilnya adalah tim tidak akan terlalu
bahagia dan itu akan menunjukkan kurangnya produksi.
d. Team Style
Leadership yang memiliki cara seperti ini merupakan yang paling efektif
karena karyawan memiliki pemimpin yang mampu menunjukkan semangat dalam
pekerjaan mereka. Pemimpin mengelola produksi dan kebutuhan karyawan
sehingga anggota tim memahami tujuan perusahaan. Dengan melibatkan banyak
orang dalam menentukan kebutuhan produksi, mereka merasa berkomitmen dan
ingin memiliki andil dalam menentukan seberapa sukses perusahaan tersebut. Hal
ini mampu menciptakan lingkungan bekerja yang sehat karena berdasarkan
kepercayaan. Dan kepemimpinan seperti ini pada akhirnya akan dapat mengarah
pada rasa kepuasan yang lebih tinggi, karyawan yang lebih termotivasi, dan
kinerja yang lebih baik secara keseluruhan. Contoh dari kepemimpinan seperti ini
adalah manajer yang berpengalaman yang menunjukkan komitmen kepada
karyawan mereka tetapi tidak bergantung pada apa yang disukai oleh mereka.
e. Country Club Style
Country Club atau gaya kepemimpinan yang akomodatif mengawasi
bagaimana perasaan anggota tim. Pemimpin mengasumsikan bahwa selama
karyawan bahagia dan merasa dibutuhkan, mereka akan bekerja keras dan
berkinerja lebih baik. Leadership seperti ini akan memperlakukan karyawan
dengan sepenuh hati. Pemimpin yang memiliki gaya seperti ini ingin tetap
bersahabat dengan karyawan seperti teman sebaya namun lupa untuk mengkritik
atau mendisiplinkan karyawan. Contohnya yaitu, manajer baru yang anggota
karyawannya lebih muda atau sebaya dengan umurnya. Sehingga mereka
diperlakukan layaknya teman tanpa adanya teguran jika slah satu dari mereka
bekerja kurang baik.
Menurut Kartono (2008), gaya kepemimpinan seseorang dapat dilihat dan dinilai dari beberapa
indikator sebagai berikut: