Anda di halaman 1dari 19

PROBLEM DAN PROSPEK MODEL JEPANG

DI NEGARA SEDANG BERKEMBANG

Oleh : Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si


Model Jepang

 Pasca kehancuran pada PD 2 ,


pembangunan ekonomi Jepang melesat
dikenal dengan “Japanese Miracle”
 Keberhasilan Jepang sebagai Superpower
Ekonomi Dunia tidak dapat dtafsirkan
secara simplistis sekedar model kapitalis,
karena baik secara politik, ekonomi
maupun sosial budaya sangat Unik
dibandingkan model pembangnan mana
pun.
Sejarah/Prestasi Jepang
1. 1895 – 1945
 Menguasai Taiwan dan Korea selama 50 tahun ( kolonialisme).
 Restorasi Meiji (1870) : reformasi agraria (kepemilikan lahan)
dari tuan tanah ke petani lokal.
 Reformasi pertanian : ekspansi irigasi, drainase termasuk
desiminasi bibit utk meningkatkan produk padi dan gula.
 Membangun industri yaitu food processing, textiles, plywood,
pulp and paper, cement, chemical fertilizers, aluminum and
copper refining, petroleum refining, dan shipbuilding.
 Selama tahun 1930 merencanakan perang (memperluas
wilayah koloni).
 Pertumbuhan industri manufaktur 6 % selama 1905-1940.
 Kesejahteraan rakyat meningkat (Taiwan dan Korea
meningkat lebih tinggi dibandingkan Jepang).
Sejarah/Prestasi Jepang
2. 1945 - 1960
 Kalah pada Perang Dunia 2.
 Aset2 produktif yang tersisa dikelola, membutuhkan
waktu membangun lebih dari 50 tahun.
 Memba ngun sektor pertanian untuk mengerakkan
sektor lainnya dan meningkatkan perekonomian.
 Ekspor gula berasal dari perkebunan tebu yang dikelola
oleh public enterprise,bukan privates.
 Akhir tahun 1950 investasi berat pada infrastruktur
pedesaan dan irigasi.
 Produksi pertanian naik 4,4% per tahun antara 1954-
1967.
 Tahun 1960, produksi gabah mencapai 3 ton/hektar.
 Over valuation domestic currency dibandingkan dengan
dollar US, menyajikan mekanisme untuk ekstraksi
sumberdaya dari sektor pertanian ke
manufaktur/industrialisasi.
Sejarah/Prestasi Jepang
2. 1945 - 1960
 Tahun 1950 membangun industri hulu (upstream
industry) yaitu plastics, artificial fibers, cement, glass,
fertilizer, plywood, dan industri lainnya.
 Industri automotive dimulai pada tahun 1956, dimulai
dengan merakit mesin dari pinjaman USA sebesar 3,2
juta dollar.
3. Fenomena kesuksesan Jepang hingga dekade tahun
1980-an.
4. Tahun 1990-an Jepang mengalami kemerosotan
ekonomi akibat bubble economic kemudian memasuki
krisis ekonomi berkepanjangan.
Model Jepang : Developmental State

 Konsep DS diperkenalkan oleh Chalmers Johnson dalam


bukunya MITI and The Japanese Miracle : The Growth
Industrial Policy 1925-1975.
 Negara sebagai aktor utama.
 Memaksimalkan kekuasaan, mengingat politik
internasional cenderung memenangkan yang kuat
sehingga peran negara amat penting.
 Pemerintah memberi insentif kepada masyarakat bisnis
melalui peraturan administratif, subsidi, proteksi hingga
peninjauan pasar.
Ciri Developmental State Model
1. Peran pemerintah sangat besar dalam sektor pembangunan
ekonomi yang diwujudkan dalam bentuk intervensi
kebijakan terhadap pasar.
 Diperlukan pemerintahan yang kuat untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
 Stabilitas negara dijaga dengan menekan peran oposisi
dan sebaliknya memperkuat peran dan pengaruh elit
pembangunan agar semua perhatian negara tercurah
untuk pembangunan ekonomi.
 Elit yang dimaksud Birokrasi, Politisi dan Pengusaha
(swasta), hubungan ketiganya disebut Japan Incorporate
atau segitiga besi (iron triangle).
 Prinsip Japan Inc. adalah bantuan dan perlindungan
serta promosi bagi kelompok pengusaha atau bisnis
Jepang oleh birokrasi dan politisi.
Ciri Developmental State Model
2. Kebijakan industri aktif Jepang sebagai prioritas utama
negara diberikan untuk pertumbuhan ekonomi.
 Memperkuat industri dalam negeri untuk meningkatkan
daya saing di pasar dunia.
 Pemerintah secara sistematis melakukan intervensi
melalui kebijakan-kebijakan makro ekonomi yaitu sektor
industri, perdagangan dan finansial
 Memberikan prioritas pada industri yang bernilai tinggi
yaitu mendatangkan/impor mesin2 hasil teknologi
mutakhir, mengundang teknisi luar negeri ke Jepang, dan
mengirim orang2 Jepang ke luar negeri untuk training
dan pendidikan.
 Mengembangkan teknologi dasar yang dikembangkan di
barat.
Ciri Developmental State Model
2. Kebijakan industri aktif Jepang sebagai prioritas utama
negara diberikan untuk pertumbuhan ekonomi.
 Memberikan perlindungan melalui kebijakan diskriminasi
tarif, pajak yang rendah dan pembatasan impor
(melindungi industri domestik dari penetrasi asing).
 Menyediakan dana berbunga rendah melalui organ
finansial pemerintah, subsidi, pemberian lisensi
teknologi asing yang diimpor.
 Menyediakan fasilitas pangkalan industri transportasi.
 Meningkatkan promosi ekpor ke pasar internasional
 Mempertahankan nilai rendah mata uang Yen. Ketika Yen
mulai mengambang, pemerintah melakukan intervensi
ketat pada sistem moneter.
 Membatasi impor produk2 asing, kecuali perusahaan2
Jepang yang memiliki keunggulan komparatif.
Ciri Developmental State Model
3. Terdapatnya suatu agen utama pembangunan dalam
birokrasi negara. Peran kunci dalam mengatur ekonomi yaitu
Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri (MITI);
 Melindungi industri2 kecil.
 Mengorganisasikan kembali industri2 yang mengalami
kemunduran.
 Membantu pengusaha2 kecil.
 Mengontrol kompetesi yang bersifat monopoli melalui
kontrol terhadap perluasan kapasitas dan membantu
perusahaan yang melakukan peleburan.
Kapasitas pemerintahan Jepang
(Robert Wade, 1990)
1. Instrumen kebijakan yang ampuh seperti kebijakan
finansial, perdagangan luar negeri dan investasi luar
negeri, administrative guidence yaitu tindakan
pemerintah untuk konsultasi dan mempengaruhi
manajemen perusahaan secara informal atau tanpa
didukung oleh UU yang mengikat.
2. Bentuk organisasi pemerintah yang tertentu dan
kaitannya dengan lembaga ekonomi penting lainhya
dalam masyarakat.
3. Prestasi ekonomi yang unggul.
Era Pasca 1980-an
 Menguatnya kelompok2 yaitu media massa, kaum
intelektual, dan persatuan buruh (kaum pekerja)
mempengaruhi kebijakan pembangunan ekonomi
Jepang, membuat posisi pemerintah kurang
mandiri.
 Proses pembuatan kebijakan ekonomi bersifat
pluralistik atau pluralisme terpola (patterned
pluralism).
 Terjadi Yendaka (appresiasi yen yang drastis)
menurunkan daya saing industri internasional
Jepang. Sebagai akibat restrukturisai kebijakan
makro ekonomi hasil KTT G5 tahun 1985.
 Penurunan suku bunga yang rendah oleh
pemerintah mendorong aktifitas spekulasi dalam
real estate, konsekuensinya jumlah uang beredar
bertambah dan mendongkrak harga saham dan
tanah.
Krisis Jepang 1990-an
 31 Mei 1989, Bank Jepang (the Bank of Japan/ BOJ)
menaikkan suku bunga dari 2.5 menjadi 3.25 %
percent,
 Terjadi lompatan stok dan nilai real estate values,
krisis sistem finansial dan lebih satu dekade
pertumbuhan ekonomi Jepang mendekati 0 %.
 Kemampuan pemerintah mengatur kurs terganti
oleh kekuatan pasar. Pasar uang Jepang diliberalisasi
sejak revisi Foreing Exchange and Control Law dan
regulasi pasar obligasi /saham tahun 1980.
 Privatisasi industri2 nasional seperti Japanese
National Railway (JNR), Nippon Telephone and
Telegraph (NTT), International Telephon and
Telegraph, Tobacco and Salt Monopoly.
 Deregulasi industri penerbangan, energi, sektor
finansial dan sistem pensiun.
Faktor Eksternal
1. Akses AS ke pasar Jepang meningkat,
proteksi pasar dikurangi,
2. Reformasi perekonomian pajak dan
moderasi birokrasi untuk meningkatkan
konsumsi domestik,
3. Meningkatkan pembelian produk2 AS dan
mengurangi ekspor ke AS dan
menggunakan nilai tukar dolar.
Faktor Internal
1. Harga tanah meningkat karena penjualan
tanah2 pemerintah dengan harga yang tinggi,
2. Kebijakan moneter dengan suku bunga rendah
mendorong aktifitas spekulasi tanah dan
properti,
3. Orang berani hutang utk real estate, konstruksi
dan pinjaman utk membiayai perusahaan.
4. Japan Inc. menjadi kapitalisme persekutuan
(crony capitalism), banyak terjadi skandal
keuangan.
5. Kisruh di LDP (Liberal Democratic Party)
mengarah pada perpecahan dan kekalahan
pada pemilu tahun 1993, diganti rezim
pemerintahan koalisi.
Model Jepang Menanggulangi Krisis
1. Pemerintahan koalisi menjalankan reformasi
untuk pemulihan ekonomi dengan
liberalisasi dan deregulasi ekonomi politik,
2. Membuka pasar melalui kerangka GATT,
3. Reformasi perpajakan : merangsang
ekonomi (stimulus) dengan paket
kesejahteraan atau pajak kesejahteraan
nasional yaitu menurunkan pajak
pendapatan dan menaikan pajak konsumsi.
4. Paket dana pertanian 6 trilyun yen utk
infrastruktur petani, menyediakan kredit
murah petani.
Model Jepang Menanggulangi Krisis
5. Kebijakan pemerintahan Obuchi
 Penghapusan kontrol mata uang
 Big bang programe utk membuka pasar
uang : penyesuaian standar
internasional, prinsip2 kebebasan,
keadilan dan globalisasi.
 Mengurangi penggunaan anggaran
pemerintah.
 Paket rangsangan ekonomi senilai US$
200 milyar
Model Jepang Menanggulangi Krisis
6. Pemerintahan Obuchi : 7 pilar
 Paket deregulasi 7 sektor : telekomunikasi,
kesejahteraan dan perawatan kesehatan,
buruh, keuangan, distribusi dan
transportasi, pendidikan dan izin
pembangunan stasiun, bahan bakar,
swalayan
 Sektor properti
 Bantuan pada pengusaha kecil
 Mempromosikan ilmu pengetahuan
 Memperluas akses investor asing ke pasar
 Meninjau kembali sistem pajak
 Mempromosikan penggunaan dana
swasta.
Model Jepang Menanggulangi Krisis
 Prn Agama&nilai2 tradisional mndasari Modernisasi
shg munculah model Manajemen yg Unik: Total
Quality Control yg unggul.
 Scr Makro Ekpol: prn Srkt Buruh lemah, tp tdpt model
konsultasi tk mikro yg harian, mngguan, dst.utk
membicarakan kesehteraan shg scr intrnasionl tk
Ksjhteraan buruh Jepang trbaik di Dunia brsama
Swedia.
 Scr Model mrpk Model Ekonomi Kekeluargaan Modern
dmn dlm psl 33 UUD’45 ps.33 Indonesia menyebut
“Perekon.diususn scr Kkluargaan.
 Jepang plopor Asian Way yg unik sbg model pemb.dg
dawali “Rstorasi Meiji” dg Smngat Bushido dn
Kkeluargaan tnpa KKN yg dikuti Korsel, Thailand dan
Malaysia. Smntr Indonesia msh dilematis. China &
India sbg raksasa Asia lain yg relatif brbeda dg Jepang,
dsmping ksamaan dlm prspektif Asian Way (prn
Agama,extended family,sosbud).

Anda mungkin juga menyukai