Anda di halaman 1dari 15

manajemen kredit

BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang Masalah


Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian atau perkembangan suatu
kegiatan usaha dari suatu perusahaan, maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber
untuk penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.
Untuk itu bank memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan perekonomian suatu
Negara.
Adapan kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas
dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito adalah menyalurkan kembali dana
tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
keuntungan utama dari bisnis perbankan adalah selisih antara bunga yang diterima dari
alokasi dana tertentu.
Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan ditegaskan
bahwa “Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam
pelaksanaannya bank harus dapat memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.
Dalam hal ini diperlukan suatu manajemen kredit yang merupakan pengelolaan kredit
yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian
kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan kredit yang
macet (Kasmir, 2002:71-72 ). Manajemen perkreditan bank adalah suatu hal yang penting
untuk mengoptimalkan kinerja bank untuk memaksimalkan profit atas sektor perkreditannya.
Dengan kata lain manajemen perkreditan perbankan adalah manajemen piutang pada
perusahaan umum.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditannya bank wajib
mematuhi kebijaksanaan perkreditan yang telah dibuat tersebut secara konsekuen dan
konsisten.  Kebijaksanaan perkreditan harus sudah diterapkan dan dilaksanakan selambat-
lambatnya pada tanggal 1 januari 1996. Bagi Bank yang telah mempunyai pedoman tersebut
dengan memperhatikan semua aspek-aspek tersebut di atas. Sedangkan bagi Bank yang baru
memperoleh izin usaha wajib memiliki dan menerapkan serta melaksanakan kebijaksanaan
perkreditan sejak memulai melakukan kegiatan usahanya.
Apabila dalam pelaksanaannya ternyata bank memberikan kredit tidak sesuai dengan
kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkannya, maka Bank Indonesia akan memberikan
sanksi yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

B.    rumusan masalah Masalah   


1.      Apa itu manajemen kredit dan jenisnya?
2.      Apa saja prinsip dari manajemen kredit?
3.      Apa saja prospek dalam pemberian kredit tersebut?
4.      Apa saja jaminan dalam pemberian kredit?

BAB II
PEMBAHASAN

1.    PENGERTIAN KREDIT DAN JENISNYA


Kredit dalam artian luas
  Kepercayaan
Kredit dalam bahasa latin
  Krdit dalam bahasa latin berarti “credere” yang berarti percaya. Maksud dari percaya bagi
sipemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang
disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi sipenerima kredit
merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai
jangka waktu.
Kredit menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998
  Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank derngan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Berdasarkan undang – undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun
1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit  adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar
bank dengan pihak lain yaitu mewajibkan pihak peminjaman untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Unsur – Unsur Kredit

  Dalam pengertian kredit diatas terkandung unsur-unsur kredit itu sendiri,yaitu:


1.      Waktu, yaitu adanya jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya.
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup
masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka
pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
2.          Kepercayaan yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa
uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.
Yang melandasi pemberian kredit oleh kreditur/Bank kepada debitur, yaitu kredit akan
dikembalikan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan yang disetujui kedua belah
pihak. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, di mana sebelumnya sudah dilakukan penelitian
penyelidikan tentang nasabah baik cara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan
tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
3.        Penyerahan atau objek, dimana pihak kreditur menyerahkan nilai ekonomi atau objek
berupa uang atau tagihan kpd debitur yg harus dikembalikan setelah jatuhtempo
4.        Risiko adalah suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak
tertagihnya/macet pemberian kredit yang mungkin timbul sepanjang jangka waktu kredit.
semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini
menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh
resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah
tanpa ada unsure kesengajaan lainnya.
5.          Kreditur dan Debitur, yaitu antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan/
perjanjian pinjam meminjam uang yang dibuktikan dengan suatu akta perjanjiandan masing-
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
6.      Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita
kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini
merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas
jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

            Selain unsur-unsur diatas, dalam suatu kredit juga dapat melibatkan beberapa pihak
lainnya, seperti Notaris, Appraisal/Perusahaan penilai agunan, Perusahaan Asuransi, Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT), Lembaga Fiducia/Departemen Kehakiman, Kantar Badan
Pertanahan (BPN), dan lain lain.
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut:
1.      Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut
terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk untuk
kelangsungan hidup bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan
bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).
2.      Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan
dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
3.      Membantu pemerintah
Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pemberian kredit adalah sebagai berikut:
         Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank
         Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau
perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja
yang masih menganggur.
         Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang
disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat
         Menghemat devisa Negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan
apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan
dapat menghemat devisa Negara
         Meningkatkan devisa Negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan
ekspor
Kemudian di samping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut:
1.      Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya
disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit
uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit
2.      Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah
lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka
daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3.      Untuk meningkatkan daya guna barang


Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang
yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4.      Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke
wilayah lainnya sehingga jumlah barang yag beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya
bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.
5.      Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya
kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.
Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar
negeri sehingga meningkatkan devisa Negara.
6.      Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si
nasabah yang memang modalnya pas-pasan.
7.      Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan
pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut
tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Di samping
itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti
membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.
8.      Untuk meningkatkan hubungan Internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si
penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara lain akan
meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.
Dalam praktik perbankan di Indonesia, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, penentuan besarnya kredit dipengaruhi oleh ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
a)      Reserve Requirement (RR)
Reserve Requirement adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk menysihkan sebagian
dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum berupa
rekening giro bank yang bersangkutan pada bank Indonesia.
b)   Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang
disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.
c)   Batas Maksimum Pemberian Kredit
Batas maksimum pemberian kredit adalah ketentuan tentang tidak diperbolehkannya suatu
bank untuk memberikan kredit (baik kepada nasabah tunggal maupun kepada nasabah grup)
yang besarnya melebihi 20% dari besarnya modal bank yang bersangkutan.
d)  Portfolio Investment
Prioritas terakhir di dalam alokasi dana bank adalah dengan mengalokasikan sejumlah dana
tertentu pada investasi portfolio (portfolio investment). Alokasi dana bank ke dalam kategori
ini adalah dana sisa (residual fund) setelah penanaman dana dalam bentuk pinjaman (kredit)
telah memenuhi kriteria atau target tertentu.

Jenis- jenis manajemen kredit


Jenis kredit dilihat dari segi kegunaan :

1. Kredit investasiYaitu kredit yang diberikan untuk pengadaan barang modal maupun
jasa yangdimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa bagi usaha yang
bersangkutan.Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang baru akan berdiri untuk
keperluanmembangun pabrik baru.
2. Kredit modal kerjaYaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha,
termasuk gunamenutupi biaya produksi dalam rangka peningkatan produksi atau
penjualan. Kredit inidiberikan kepada perusahaan yang telah berdiri, namun
membutuhkan dana untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Misalnya
dalam hal membayar gaji pegawai atau unutk membeli bahan baku.

Jenis kredit dilihat dari segi tujuan kredit

1. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk
menghasikan barang atau jasa. Contoh kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan
barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan
tambang atau kredit industry lainnya.

2. Kredit Konsumtif 
Adalah kredit yang diberikan digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini
tidak akan menembah barang atau jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan
ataudipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit
mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, kredit komsumsi lainnya.

3. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagang yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering
diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam
jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

Kredit Ditinjau Dari Segi Jangka Waktu


1.         Kredit jangka pendek Yaitu suatu kredit yang diberikan tidak melebihi jangka waktu 1 tahun
dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya
kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
2.         Kredit jangka menengahYaitu suatu kredit yang diberikan dengan jangka waktu 1 ± 3 tahun,
biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk atau peternakan
kambing.
3.         Kredit jangka panjangYaitu suatau kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3
tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa
sawit atau manufactur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

Kredit Ditinjau Dari Segi Jaminannya


1.         Kredit dengan jaminanAdalah suatu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, baik berupa
barang / benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau jaminan orang. Artinya setiap kredit
yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.
2.         Kredit tanpa jaminanAdalah suatu kredit yang diberikan tanpa jaminan baik berupa barang /
benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau jaminan orang. Kredit jenis ini diberikan
dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur
selama ini.

Kredit dilihat dari sector usaha:


1.   Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sector perkebunan atau pertanian
rakyat.
2.   Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka
panjang kambing atau sapi.
3.   Kredit industry, yaitu kredit untuk membiayai industru kecil, menengah atau besar.
4.   Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang,
seperti tambang emas, minyak atau timah.
5.   Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana
pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.
6.   Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti dokter,dosen dan pengacara.
7.   Kredit perumahan, yaitu kredit yang membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

2.    PRINSIP PEMBERIAN KREDIT


Dalam dunia perbankan prinsip analisis kredit dikenal dengan konsep 5C; yaitu :

1. Character

  Tingginya respek pelanggan terhadap kewajibannya, dilihat dari karakter manajemen


perusahaan debitur. Karaktr ini merupakan suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari
orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari
latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang besifat
latar belakang pribadi.

2.   Capacity

  kemampuan pelanggan membayar kewajiban berdasarkan aspek likuiditas & proyeksi aliran
kas. Pada analisa ini bank berusaha mengetahui kemampuan manajemen
mengoperasikan perusahaannya sehingga dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank
secara rutin dan pada saat jatuh tempo. Kapasitas ini menunjukkan kemampuan riil dari
perusahaan untuk merealisasikanrencana yang telah dibuatnya.

3. Capital

  posisi keuangan perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio keuangan & besarnya modal sendiri.
Analisis aspek capital ini meliputi struktur modal yang disetor, cadangan-cadangan danlaba
yang ditahan dalam struktur keuangan perusahaan. Besarnya modal sendiri ini
menunjukkantingkat resiko yang ikut dipikul oleh debitur dalam pembiayaan suatu proyek.

4. Collateral

  aset milik pelanggan yang dijadikan jaminan, seperti surat  berharga. Penilaian ini meliputi
penilaian terhadap jaminan yang diberikan debitur sebagai pengaman kredit yang diberikan
bank. Penilaian tersebut meliputi kecenderungan nilai jaminandi masa depan dan tingkat
kemudahan mengkonversikannya menjadi uang tunai (marketability).

5. Condition

  kondisi ekonomi secara umum yang memengaruhi kebijakan ekonomi perusahaan. Analisis
terhadap aspek ini meliputi analisis terhadap variabel ekonomi makro yangmelingkupi
perusahaan baik variabel regional, nasional, maupun internasional. Variabel yangdiperhatikan
terutama adalah variabel ekonomi (walaupun tidak terlepas juga bank perlumemperhatikan
variabel lainnya seperti kondisi politik, perundang-undangan, dan lain-lain)

Selain konsep/prinsip 5C tersebut di atas dalam prakteknya bank juga seringkali


menetapkandasar penilaian lain yang sering disebut dengan prinsip 7P dan prinsip 3R  yaitu:
1. . Personality
Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya
(kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan sebagainya), hobi, keadaan
keluarga (istri, anak),social standing (pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat
masyarakat tentang dirisi peminjam), serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan
kepribadian si peminjam.

2. . Parti
Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan
karakternya.Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian
fasilitas

3. Purpose
Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah akandigunakannya
untuk berdagang, atau untuk membeli rumah atauuntuk tujuan lainnya.
Selain itu apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit yang
bersangkutan.Misalnya, tujuan atau keperluan kredit untuk perkapalan sedangkan line of
business bank dalam bidang pertanian.

4. Prospect
Yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan dari bidang usaha ataukegiatan
usaha si peminjam. ini dapat diketahui dari perkembangan usaha peminjam selama beberapa
bulan/tahun, perkembangan keadaan ekonomi perdagangan, keaadaanekonomi/perdagangan
sektor usaha si peminjam, kekuatan keuangan perusahaan yang dibuat dariearning power
(kekuatan pendapatan/keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang.

5. Payment
Mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan.Hal ini
dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospek, kelancaran penjualan dan
pendapatansehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari
waktu serta jumlah pengambilannya.

6. Profitability
Menilai berapa tingkat keuntungan yang akan diraih calon debitur, bagaimana
polanya,apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.

7. Protection
Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha.
Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.

Konsep Prinsip 3R 


Tiga komponen dalam prinsip 3R adalah:

1. Tingkat pengembalian usaha (return)


2. Kemampuan membayar kembali (repayment)
3. Kemampuan menanggung resiko (risk bearing ability)

Tujuh unsur dalam konsep 7P sebenarnya mempunyai kesamaan dengan lima


unsur dalam 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan unsur karakter.
Sedangkanunsur tujuan, prospek, dan pembayaran dapat memperjelas unsur kapasitas
dalam konsep 5C.Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kollateral
dalam konsep 5C.

3.    PROSPEK PEMBERIAN KREDIT

1. Pengajuan berkas-berkas
Dalam hal ini permohonan kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam
suatu proposal, kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan.
Pengajuan proposal kredit henfaknya yang berisi antara lain sebagai berikut:

  Latar belakang perusahaan


  Maksud dan tujuan
  Besarnya kredit dan jangka waktu
  Cara permohonan mengembalikan kredit
  Jaminan kredit
  Akte notaries
  TDP (tanda daftar perusahaan)
  NPWP (nomor pokok wajib pajak)
  Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir
  Bukti diri dari pimpinan perusahaan
  Foto copy sertifikat jaminan

2. Penyelidikan berkas pinjaman


Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai
persyaratan dan sudah benar.jiak menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup, maka
nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak
sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja

3. Wawancara 1
Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon
peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti
dengan yang diinginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan
nasabah yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini dibuat serileks mungkin
sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

4. On the spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan
dijadikan usaha dan jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil
wawancara I. pada saat hendak melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada
nasabah. Sehingga apa yang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

5. Wawancara 2
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat
setelah dilakukan on the spot dilapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada
wawancara I dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan
mengandung suatu kebenaran.

6. Keputusan kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolk,
jiak di terima maka akan disiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan
mencakup:
  Jumlah uang yang diterima
  Jangka waktu kredit
  Biaya-biaya yang harus dibayar

7. Penandatanganan akad kredit/ perjanjian lainnya


Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan
maka terlebih dulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan
hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan
dilaksanakan:
  Antara bank dengan debitur secara langsung atau
  Dengan melalui notaries

8. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan
membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

9. Penyaluran atau penarikan dana


adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit
dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap.

4.    JAMINAN KREDIT

 Dengan jaminan
1)      Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti
tanah,bangunan, kendaraan bermotor, peralataan, brang dagangan,tanaman, kebun dan sawah
2)      Jaminan benda tak berwujud, yaitu perupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti
sertifikat saham, sertifikat obligasi, sertifikat tanah, sertifikat deposito, rekening tabungan
yang dibekukan, rekening giro yang dibekukan, promnes, wesel dan surat tagihan lainnya
3)      Jaminan orang, yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut
macet, maka orang memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya.

 Tanpa jaminan
Maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang
tertentu.biasanya diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafit dan
professional sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil.
Jaminan kredit bank dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi berdasarkan sudut
pandang tertentu, misalnya cara terjadinya, sifatnya kebendaan yang dijadikanobjek jaminan,
dan lain sebagainya.

1. Jaminan karena undang-undang dan karena perjanjian


  Jaminan karena undang-undang adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakanoleh seperti
jaminan umum, hak privelege dan hak retensi (pasal 1132, pasal 1134 ayat (1)). Sedangkan
jaminan karena perjanjian adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh perjanjian yang
diadakan para pihak sebelumnya, seperti gadai, hipotik, hak tanggungan danfiducia.

2. Jaminan umum dan jaminan khusus


  Pada prinsipnya menurut hukum segala harta kekayaan debitur akan menjadi jaminan bagi
perutangannya dengan semua kreditur. Hal ini berarti seluruh harta kekayaan milik debitur
akan menjadi jaminan pelunasan atasutang debitur kepada semua kreditur. Kekayaan debitur
dimaksud meliputi kebendaan bergerak maupun benda tetap, baik yang sudah ada pada saat
perjanjian utang piutang diadakan maupunyang baru akan ada di kemudian hari yang akan
menjadi milik debitur setelah perjanjian utang piutang diadakan.
Karena jaminan umum kurang menguntungkan bagi kreditur, maka diperlukan penyerahan
harta kekayaan tertentu untuk diikat secara khusus sebagai jaminan pelunasan utang debitur,
sehingga kreditur yang bersangkutan mempunyai kedudukan yang diutamakan
ataudidahulukan daripada kreditur kreditur lain dalam pelunasan utangnya. Jaminan yang
seperti ini memberikan perlindungan kepada kreditur dan didalam perjanjian akan
diterangkan mengenaihal ini. Jaminan khusus memberikan kedudukan mendahului (preferen)
bagi pemegangnya.

3. Jaminan yang bersifat kebendaan dan jaminan perseorangan.


  Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda,
yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari
debitur,dapat dipertahankan terhadap siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat
diperalihkan(contoh: hipotik, hak tanggungan gadai, dan lain-lain).
Sedang jaminan perseorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan lansung
pada perseorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap
hartakekayaan debitur umumnya ( contoh: borgtocht).Jaminan kebendaan dapat berupa
jaminan benda bergerak dan benda tidak bergerak.Benda bergerak adalah kebendaan yang
karena sifatnya dapat berpindah atau dipindahkan ataukarena undang-undang dianggap
sebagai benda bergerak, seperti hak-hak yang melekat pada benda bergerak. Benda bergerak
dibedakan lagi atas benda berwujud atau bertubuh. Pengikatan jaminan benda bergerak
berwujud dengan gadai atau fiducia, sedangkan pengikatan jaminan benda bergerak tidak
berwujud dengan gadai, cessie, dan account receivable.

BAB III
PENUTUP

  KESIMPULAN

1. Pemahaman masing-masing jenis usaha yang akan dibiayai dengan kredit, hal ini
dapat dimengerti bahwa dimasyarakat terdapat ribuan usaha yang mengandung
permasalahan yang satu sama lainnya jelas berbeda, sedangkan di lain pihak aparat
perbankan tetap dituntut untuk selalu akrab dengan permasalahan-permasalahan
tersebut.
2. Masalah perkreditan bersifat “ Kasuasistis” artinya masalah yang ada pada satu
debitur akan berbeda dengan debitur lainnya, dari kondisi ini maka aparat perbankan
harus mempunyai daya analistis yang cukup tajam dan secara cepat harus mampu pula
mengadakan identifikasi dari permasalahan yang dihadapi para nasabahnya.
3. Dalam kegiatan perkreditan banyak tersangkut dengan ketentuan-ketentuan
perundang-undangan, peraturan-peraturan pemerintah maupun kebijakan-kebijakan
pemerintah yang sering berubah dari suatu periode ke periode yang lainya.

Anda mungkin juga menyukai