Anda di halaman 1dari 51

ANALISIS PEMASARAN DAN HARGA TANDAN KELAPA SAWIT

TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI


(STUDI KASUS DI DESA MEKAR JADI KECAMATAN SUNGAI LILIN
KABUPATEN MUSI BANYUASIN)

PROPOSAL SKRIPSI
Ika Tri Wahyuni
Nim. 201801043

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana

Pada Program Studi Ekonomi Syariah

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH
INDO GLOBAL MANDIRI
2021/1442 H
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Skripsi ini dengan Judul “Analisis Pemasaran Dan Kualitas Tandan
Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Di Desa Mekar Jadi
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin)”. Shalawat beriring salam
penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam sebagai
aswatun hasanah bagi umat Islam.
Proposal skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi
Ekonomi dan Bisnis Syariah Indo Global Mandiri (STEBIS IGM). Proposal ini
penulis mempersembahkan untuk Orang Tua Saya Ayahanda Iwan Wasiran dan
Ibunda Emi. Sungguh tiada ucapan yang indah yang bisa saya ucapkan selain dari
kata terima kasih yang sedalamnya kepada Ayahanda Iwan Wasiran dan Ibunda
Emi tercinta yang sejak saya dilahirkan tak henti-hentinya memberikan yang
terbaik kepada saya walau dalam keadaan apapun.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian
dalam proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis akan menerima saran dan kritikan dari semua pihak.

Palembang, Desember 2021


Penulis

Ika Tri Wahyuni


Nim 201801043

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

1. Latar Belakang ................................................................................................. 1

2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

4. Landasan Teori ................................................................................................ 7

4.1 Pemasaran Tandan Kelapa Sawit ............................................................. 7

4.2 Harga Tandan Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan Petani ................ 10

4.3 Kesejahteraan Petani .............................................................................. 13

5. Kajian Pustaka ............................................................................................... 15

5.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 15

5.2 Kerangka Penelitian ............................................................................... 28

5.3 Hipotesis ................................................................................................. 29

6. Metode Penelitian .......................................................................................... 30

6.1 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 30

6.2 Tempat Penelitian ................................................................................... 30

6.3 Jenis Penelitian dan sumber data ............................................................ 30

6.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 31

6.5 Populasi Dan Sampel.............................................................................. 32

6.6 Metode Analisis Data ............................................................................. 33

6.6.1 Uji Validitas .................................................................................... 33

ii
6.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................................ 34

6.6.3 Uji Normalitas Data ........................................................................ 34

6.6.4 Uji Multikolinieritas ........................................................................ 35

6.6.5 Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 35

6.6.6 Analisis Regresi Berganda .............................................................. 36

6.6.7 Analisis Korelasi Parsial ................................................................. 36

6.6.8 Uji Hipotesis ................................................................................... 37

6.6.9 Uji Signifikansi (uji-t) ..................................................................... 38

6.6.10 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F).................................................... 39

6.6.11 Uji Koefisien Determinasi .............................................................. 40

6.7 Definisi Operasional ............................................................................... 41

7. Sistematika Pembahasan ................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit menurut kecamatan di
Kabupaten Musi Banyuasin, 2019 .......................................................... 2
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu 2017-2021 ........................................................... 15
Tabel 1.3 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi………..37

iv
DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 29

v
ANALISIS PEMASARAN DAN HARGA TANDAN KELAPA SAWIT
TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI
(STUDI KASUS DI DESA MEKAR JADI KECAMATAN SUNGAI LILIN
KABUPATEN MUSI BANYUASIN)

1. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara agraris, artinya 75% penduduknya tinggal di
pedesaan, dan sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Dapat dikatakan
bahwa pertanian menempati posisi penting dalam sistem perekonomian masyarakat
Indonesia. Mengingat pentingnya peran pertanian dalam sistem perekonomian
nasional, pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan pengaruh produksi
pertanian melalui berbagai kebijakan yang berorientasi pada pembangunan
pertanian.(A, 2021)
Kelapa sawit merupakan tanaman industri penting penghasil minyak sawit dan
minyak industri. Agribisnis kelapa sawit telah memberikan kontribusi penting bagi
perekonomian nasional dan daerah. Kontribusi ini telah membawa kemakmuran
bagi pengusaha dan memberikan mata pencaharian bagi karyawan dan petani yang
terlibat. Pemerintah juga menerima lebih banyak pendapatan dari sektor pajak
disektor industri perkebunan. (Setiady, 2021)
Tandan adalah tangkai yang panjang pada buah-buahan yang bergugusan, jadi
tandan kelapa sawit adalah penyebutan dari setiap satu buah sawit. Tandan buah
segar untuk memanen TBS, pemanen harus menggunakan dodos atau pisau dengan
tiang panjang untuk memotong buah dari batang pohon.
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah penghasil kelapa
sawit terbesar di Indonesia. Perkembangan kelapa sawit di Provinsi Sumatera
Selatan memang baru berjalan sekitar 20 tahun yang lalau sehingga masih jauh
tertinggal jika dibandingkan dengan Sumatera Utara dan Riau. Meskipun demikian
luas wilayah serta mendukungnya kondisi lahan di Sumatera Selatan terhadap
komoditas tanaman perkebunan menyebabkan provinsi ini memiliki potensi
perkebunan yang cukup menjanjikan. Pada tahun 2016, luas areal perkebunan
kelapa sawit di Sumatera Selatan adalah 901.628 hektar dan mengalami
peningkatan pada tahun 2017 yaitu 1.164.667 hektar.(Sawit, 2020)

1
Kabupaten Musi Banyuasin yang merupakan satu dari sekian banyak daerah
dengan pemerintahan otonom memiliki kekayaan alam yang melimpah, khususnya
di sektor pertambangan dan energi, perkebunan, pertanian, pariwisata, dan potensi
hasil hutan. Sampai sekarang ini Kabupaten Musi Banyuasin adalah salah satu
daerah dengan produksi yang tinggi diantara kabupaten lainnya di provinsi
Sumatera Selatan pada komoditas kelapa sawit. Kabupaten Musi Banyuasin
memproduksi kelapa sawit sebanyak 431.790 ton dengan total luas areal
perkebunan sebesar 43.006 hektar.(Kusworo, 2021)

Tabel 1.1 Luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit menurut
kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin, 2019
Luas Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit
Menurut Kecamatan (Hektar)
No. Kecamatan
Belum
Tua/Rusak Menghasilkan
Menghasilkan
1. Sungai Desa 163.0 305.0 785.0
2. Babat Toman - 2224.0 1665.0
3. Batanghari Leko - 462.0 157.0
4. Plakat Tinggi 139.0 215.0 97.0
5. Lawang Wetan - 348.0 263.0
6. Sungai Keruh - 145.0 106.0
7. Jirak Jaya - 58.0 52.0
8. Sekayu 16.0 156.0 78.0
9. Lais - 455.0 309.0
10. Sungai Lilin - 1450.0 1512.0
11. Keluang - 1622.0 608.0
12. Babat Supat - 1884.0 1679.0
13. Bayung Lincir 12.0 15137.0 1629.0
14 Lalan - 3985.0 599.0
15. Tungkal Jaya 752.0 3197.0 807.0
Musi Banyuasin 1082.0 31643.0 10346.0

2
Sumber : Badan Pusat Statistik Musi Banyuasin 2019

Kecamatan Sungai Lilin adalah salah satu wilayah di Kabupaten Musi


Banyuasin. Kecamatan Sungai Lilin merupakan salah satu daerah yang maju di
Sumatera Selatan, bahkan yang paling maju dibandingkan dengan kecamatan
kecamatan yang berada di Kabupaten Musi Banyuasin. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kemajuan dari Sungai Lilin adalah letak lokasi yang strategis,
dimana lokasi daerah tersebut berada di jalan utama lintas sumatera. Banyak
kendaraan yang melewati daerah tersebut. Selain itu kekayaan alam yang dimiliki
oleh Sungai Lilin merupakan faktor kemajuan daerah tersebut. Banyak perusahaan
perusahaan migas dan perkebunan yang berada di Sungai Lilin.(Sawit, 2020)
Desa Mekar Jadi merupakan salah satu desa yang yang terletak di Kecamatan
Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan, Desa Mekar Jadi
terbagi atas 4 dusun dan berjarak 7 km dari ibu kota kecamatan dengan kepadatan
penduduk yang mencapai 1.679 jiwa dengan luas wilayah 12 km2 . Desa ini telah
melaksanakan program perkebunan kelapa sawit rakyat plasma, dengan mayoritas
penduduknya merupakan petani kelapa sawit.(Wikipedia.org, 2021)
Sebagai masyarakat pedesaan, bertani tentu merupakan suatu pekerjaan yang
paling banyak dilakukan. Bertani merupakan suatu profesi bagi masyarakat
khususnya masyarakat di desa Mekar Jadi. Bertani bagi masyarakat desa Mekar
Jadi merupakan suatu pekerjaan yang sangat menjanjikan, sehingga orang yang
mempunyai pekerjaan lain selain petani seperti guru, perangkat desa, pedagang dan
lain sebagainya pun memiliki kebun. Begitu menjanjikannya kebun kelapa sawit
bagi masyarakat desa Mekar Jadi tidak jarang mereka memiliki kebun kelapa sawit
berbidang-bidang bahkan sampai berhektar-hektar, karena bagi mereka penghasilan
dari berkebun kelapa sawit jauh lebih besar daripada penghasilan mereka dari
mengajar, berdagang dan lain sebagainya.(Saprida, 2017)
Menurut Novida, adanya rantai pemasaran yang panjang dan selisih harga di
tingkat pelaku pemasaran menyebabkan para petani mendapatkan keuntungan yang
tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Apabila para petani ingin
mendapatkan untung yang sesuai maka petani harus memutus rantai pemasaran dan
menjual hasil panen langsung ke pabrik serta untuk menghindari selisih harga,

3
maka proses pemasaran yang dilakukan oleh petani kelapa sawit akan menjadi
efisien dengan cara menjual hasil panen dan tidak bergantung lagi ke saluran
pemasaran yang ada di daerah tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
menganalisis lebih lanjut tentang pemasaran TBS yang dilakukan petani swadaya
kelapa sawit di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin.
Kendala yang kerap terjadi pada perekonomian rakyat di pedesaan adalah
harga jual hasil panen yang tidak stabil. Hal ini seringkali menjadi kendala-kendala
yang signifikan untuk peningkatan produktivitas dan pendapatan petani.
Produktivitas tersebut pada dasarnya sangat tergantung dari potensi sumber daya
alam dan manusia yang tersedia. (Ritonga, 2021)
Pengertian kesejahteraan menurut Poerwodarminto, berasal dari kata sejahtera
yang artinya selamat, tenteram, sejahtera, dan selamat (terlepas dari segala macam
gangguan, kesulitan, dan sebagainya). Menurut Pusat Studi dan Pengembangan
Dalam Ekonomi Islam, kesejahteraan m enurut Islam mencakup dua pengertian
yaitu : sebuah. Kesejahteraan yang holistik dan seimbang Kecukupan materi
ditunjang oleh pemenuhan kebutuhan spiritual dan mencakup keduanya individu
dan sosial. Sosok manusia terdiri dari unsur fisik dan mental, oleh karena itu
kebahagiaan harus menyeluruh dan seimbang antara keduanya. Demikian juga,
manusia memiliki keduanya dimensi individu dan sosial. Manusia akan merasa
bahagia jika ada keseimbangan antara diri dan lingkungan sosialnya.(Suryanto,
2020)
Keluarga sejahtera didefinisikan persis seperti tertuang dalam pasal 1 Ayat 11
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 Bunyinya adalah keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, maupun memenuhi kebutuahn hidup
spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selarass dan seimbang antara anggota keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan.
Menurut Mosher, hal yang penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab
beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat
pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang
dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi besarnya

4
pendapatan rumah tangga maka presentase pendekatan untuk pangan akan semakin
berkuran. Dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan pendapatan dan
peningkatan tersebut tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut
sejahtera. Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat
merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.(Elandar,
2018)
Penjualan kelapa sawit di Desa Mekar Jadi mempunyai beragam variasi
saluran pemasaran dari petani hingga ke konsumen, beragam perbedaan saluran
pemasaran memberikan indekasi dari perbedaan tingkat harga yang di terima petani
dari besarnya biaya angkut, biaya transportasi ke pabrik, dll.
Harga kelapa sawit jenis Tandan Buah Segar (TBS) pada tingkat pengepul di
di Desa Mekar jadi memiliki harga TBS sudah mencapai Rp 2.700 per kilogram di
setiap pengepul. Kenaikan harga kelapa sawit membantu masyarakat desa pasalnya
ditengah pandemi Covide-19 masyarakat harus berusah payah untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Dengan naik nya harga sawit kebutuhan lain sepeti minyak
goreng mengalami kenaikan yang mencapai harga Rp 19 rb per liter dan harga
pupuk sawit mengalami kenaikan yang membuat masyarakat desa tidak memupuk
kebon kelapa sawit nya dikarenakan mahal nya harga pupuk, itulah yang akan
memyebabkan hasil dari kelapa sawit tersebut menjaadi sedikit. Masalah seperti ini
lah yang membuat masyatakat binggung karena harga sawit naik tetapi hasil kelapa
sawit sedikit. Ketika produktivitas kelapa sawit rendah, mengakibatkan pendapatan
yang diharapkan sangat kecil dan ini akan menghambat petani meraih kehidupan
yang kesejahteraannya baik.
Berdasarkan latar belakang masalah yang di uranikan diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dan menyusun skripsi melalui proposal skripsi
yang diajukan dengan judul : “Analisis Pemasaran Dan Harga Tandan Kelapa
Sawit Terhadap Kesejahteraan Petani” (Studi Kasus Desa Mekar jadi
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin).

5
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh pemasaran tandan kelapa sawit terhadap kesejahteraan
petani di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
Banyuasin?
2) Bagaimana pengaruh harga tandan kelapa sawit terhadap kesejahteraan
petani di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
Banyuasin?
3) Bagaimana pengaruh pemasaran dan harga sawit terhadap kesejahteraan
petani di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
Banyuasin?
4) Variabel mana yang paling dominan terhadap kesejahteraan petani di Desa
Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1) Untuk mengetahui pengaruh pemasaran tandan kelapa sawit terhadap
kesejahteraan petani di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten
Musi Banyuasin.
2) Untuk mengetahui pengaruh tandan harga kelapa sawit terhadap
kesejahteraan petani di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten
Musi Banyuasin.
3) Untuk mengetahui pengaruh pemasaran dan harga sawit terhadap
kesejahteraan petani di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten
Musi Banyuasin.
4) Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan terhadap
kesejahteraan petani di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten
Musi Banyuasin?

Adapun mafaat dari penelitain ini adalah :


1) Untuk menambah pengetahuan dan memberikan informasi bagi petani di
desa mekar jadi kecamatan sungai lilin kabupaten musi banyuasin dalam
pemasaran yang baik.

6
2) Memberi pengetahuan terhadapa naik turun nya harga yang terjadi untuk
memberikan kesejahteraan kepada petani.
3) Bagi peneliti, penelitian ini sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan.
4) Sebagai referensi bagi mahasiswa atau pihak manapun yang ingin meneliti
tentang perilaku petani kelapa sawit dalam pemasaran tandan kelapa sawit
sebagai acuan untuk peneliti berikutnya.

4. Landasan Teori
4.1 Pemasaran Tandan Kelapa Sawit
Pemasaran adalah proses perencanaan dan penerapan konsepsi, penetapan
harga, dan distribusi barang, jasa, dan ide untuk mewujudkan pertukaran yang
memenuhi tujuan individu atau organisasi.
Herman Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula mendefinisikan pemasaran
perspektif ekonomi islam atau dapat disebut pemasaran syariah (syariah marketing)
sebagai sebuah disiplin bisnis srtategis yang mengarahkan proses penciptaan,
penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya yang
dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip- prinsip mu’amalah
(bisnis) dalam islam.(Sahla, 2019)
Menurut Aang Kunaifi, pemasaran Islam atau yang ia sebut sebagai Spiritual
Marketing adalah upaya spiritualisasi atau penerapan nilai-nilai spiritual dalam
setiap strategi, program dan nilai yang dijalankan dalam pemasaran. Nilai spiritual
yang dimaksud adalah nilai-nilai religius atau aturan agama Islam yang bersumber
dari al-Qur’an dan Hadis Habawi.(Fathoni, 2018)
Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang di sertai perpindahan
hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-
fungsi pemasaran. Sedangkan menurut Rahim, dkk, pemasaran komoditas pertanian
merupakan kegiatan/proses pengaliran komoditas pertanian dari produsen (petani,
peternak dan nelayan) sampai ke konsumen/pedagang perantara (tengkulak,
pengumpul, pedagang besar, dan pengecer) berdasarkan pendekatan sistem

7
pemasaran (marketing system approach), kegunaan pemasaran (marketing utility)
dan fungsi-fungsi pemasaran (marketing function). (Kasus & Bangko, 2017)
Menurut Corey dalam Tjiptono, strategi pemasaran memiliki lima elemen yang
saling berkaitan. Adapun kelima elemen tersebut adalah :
1. Pemilihan pasar, yaitu memili pasar yang akan dilakukan nya transaksi
antara penjual dan pembeli. Keputusan ini didasarkan oleh faktor-faktor
yaitu sebagai berikut :
a. Persepsi terhadap fungsi produk dan pengelopokan teknologi yang
dapat diproteksi dan didominasi.
b. Keterbatasan sumber daya internal yang mendorong perlunya
pemusatan (titik fokus) yang lebih sempit.
c. Pengalaman yang komulatif dalam menanggapi peluang dan
tantangan, berdasar pada trial-and-error.
d. Kemampuan khusus yang berasal dari akses terhadap sumber daya
yang langka atau pasar yang terproteksi.
2. Perencanaan produk, meliputi spesifik produk yang ditawarkan/dipasarkan,
pembentukan lini penjualan, dan desain penawaran individual pada
masing-masing lini. Dengan manfaat yang diperoleh pelanggan ketika
melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan. Manfaat tersebut
meliputi produk itu sendiri, merek dari produk tersebut, ketersediaan
produk, jaminan atau garansi yang ditawarkan, jasa reparasi, dan bantuan
teknisi yang disediakan penjual, serta hubungan personal yang mungkin
terbentuk antara pembeli dan penjual.
3. Penetapan harga, yaitu dengan menetapkan harga yang dapat melukiskan
nilai kuantitatif dari produk kepada pelanggan/konsumen
4. System distribusi, yaitu saluran perdagangan yang dilakukan oleh
perusahaan mulai dari saluran distribusi bahan baku dan saluran distribusi
hasil dari produksi bahan baku, hingga sampai ketangan konsumen
langsung.
5. Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal
selling, promosi penjualan, direct marketing dan public relations.(Segar,

8
2021)
Pemasaran pertanian merupakan kegiatan menyampaikan produk pertanian
dari produsen hingga kepada konsumen. Produk tersebut akan melalui jalur
pemasaran yang dapat berbeda panjang pendeknya. Saluran pemasaran TBS dapat
dimulai dari petani sebagai produsen diteruskan ke pedagang pengumpul, pedagang
Besar hingga ke pabrik. Setiap saluran akan melakukan fungsi pemasaran untuk
menyampaikan TBS dari petani hingga konsumen akhir. Fungsi pemasaran tersebut
antara lain pembelian, penjualan, packing, transportasi, marketing loss, risk taking,
pembiayaan. Biaya pemasaran sering kali dibatasi artinya sebagai biaya penjualan
yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang ke pasar. Biaya
pemasaran yang tinggi dapat membuat system pemasaran kurang efisien.Dalam arti
luas, biaya pemasaran tidak hanya biaya penjualan tetapi biaya penyimpanan,
pengepakan, transportasi, pengolahan dan biaya promosi. Margin pemasaran adalah
perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang
diterima petani produsen. Margin pemasaran atau marketing margin terdiri dari
biaya-biaya untuk melakukan fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga
pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran akan
menimbulkan biaya. Dalam saluran pemasaran yang melibatkan pedagang terdapat
perbedaan harga antara petani dengan harga di tingkat konsumen akhir. Harga yang
dibayar konsumen dialokasikan kepada share margin. Tinggi rendahnya marjin
pemasaran akan mempengaruhi efisiensi pemasaran. Efisiensi pemasaran
merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran.Efisiensi
pemasaran dapat terjadi jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan kepada
pihak-pihak yang terlibat, yaitu produsen, konsumen akhir, dan lembaga-lembaga
pemasaran.Untuk mencapai tingkat efisiensi perlu kiranya pengaturan pemasaran
dengan menerapkan prinsip efisiensi agar share margin petani dan pedagang dapat
memperoleh laba yang adil pada tingkat harga yang terjangkau oleh konsumen.
Sistem saluran pemasaran (marketing channel system) merupakan sekelompok
saluran pemasaran tertentu yang digunakan oleh sebuah perusahaan dan keputusan
tentang sistem ini merupakan salah satu keputusan terpenting yang dihadapi
manajemen. Peran utama saluran pemasaran adalah mengubah pembeli

9
potensialmenjadi pelanggan yang menguntungkan, tidak hanya melayani pasar
namun harus membentuk pasar. Proses pemasaran tandan buah segar di Desa
Siadam, Kecamatan Batang Lubu Sutam Sampai ke pabrik melibatkan beberapa
lembaga pemasaran, yaitu orang atau lembaga yang terlibat dalam pemasaran
tandan buah segar.(Lorenza, 2019)

4.2 Harga Tandan Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan Petani


Harga adalah suatu nilai tukar (a medium of exchange) yang dapat disamakan
dengan uang atau barang lain atas manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau
jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah
harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau
jasa. Menurut john stanton, Harga adalah “price is value expressed in terms of
dollars and cens, or any other monetary medium of exchange. Yang kurang lebih
memiliki arti harga adalah nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau medium
moneter lainnya sebagai alat tukar.
Menurut Basu Swasta Harga diartikan sebagai jumlah uang (kemungkinan
ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari
barang beserta pelayanannya. Menurut Alex S Nitisemito Harga diartikan sebagai
nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan
nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang
dimiliki kepada pihak lain.
Menurut Philip Kotler harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh
pelanggan untuk mendapatkan keunrungan dari memiliki atau menggunakan suatu
produk ataujasa. Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
harga adalah jumlah uang atau nilai tukar sebuah barang maupun jasa yang
ditetapkan sesuai dengan manfaatnya bagi pembeli. Semakin tinggi manfaat yang
diperoleh pembeli maka harga barang tersebut semakin tinggi pula. Selain itu
produsen juga harus mengikuti perkembangan harga di pasar. Adanya penetapan
harga sawit akan berpengaruh terhadap pendapatan dan berdampak pada
kesejahteraan petani. Penetapan harga berpotensi menjadi suatu masalah karena
keputusan penetapan harga cukup kompleks dan harus memperhatikan berbagai

10
aspek yang mempengaruhinya. Penetapan harga kelapa sawit apabila tinggi/naik
maka pendapatan petani juga akan naik dan begitu pula sebaliknya, apabila
penetapan harga sawit turun/rendah maka pendapatan petani juga akan ikut
turun.(A, 2021)
Jika harga sawit menurun maka pendapatan petani sawit juga akan menurun
dan berdampak pada kesejahteraannya pula. Kesejahteraan terhadap suatu usaha
yang dimiliki tidak lepas dari pendapatan yang akan diperoleh. Bentuk pendapatan
yang akan diperoleh dari sektor perkebunan seperti kelapa sawit ini adalah dengan
adanya harga seperti yang telah dipaparkan diatas. Dalam Islam telah diatur
mengenai cara bermuamalah bagi seorang muslim. Mengenai kegiatan jual beli
tentu berkaitan dengan penentuan harga. Ini juga dijelaskan di dalam QS.Huud (11):
85 yang berbunyi :
ََْۡۡ ََ ۡ ُ ََٓ ۡ َ َ َ ْ ُ َ َۡ ََ ۡ ۡ َ َ ۡ َ َ َ ۡ ۡ ْ َُۡ ۡ َ َ َ
ِ‫اس ِأشياءهم ِولا ِتعثوا ِفي‬
ِ ‫ان ِبِٱلقسطِ ِولاِتبخسوا ِٱلن‬ ِ ‫ويَٰقومِ ِأوفوا ِٱلمكي‬
ِ ‫ال ِ ِوٱلميز‬
َ ُۡ َۡ
ِ ِ٥٨ِ‫ٱلأۡرضِِمفسدين‬

85. Dan Syu´aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan
dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka
dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan

Perubahan harga yang terjadi menyebabkan terbentuknya marjin pemasaran.


Marjin pemasaran sangat menentukan tingkat keuntungan dari masing-masing
pelaku pemasaran. Pekebun adalah pelaku pemasaran yang paling dirugikan dalam
hal ini, karena memperoleh harga yang paling rendah daripada pelaku pemasaran
lainnya. Pada umumnya, pemasaran kelapa sawit dalam bentuk TBS merupakan
permasalahan yang sering dihadapi oleh pekebun swadaya. Perbedaan harga TBS
dari pasar konsumen ke pasar produsen yang relatif rendah merupakan salah satu
indikator yang mencerminkan adanya kekuatan monopsoni atau oligopsoni pada
pedagang. Pedagang yang memiliki kekuatan monopsoni atau oligopsoni dapat
mengendalikan harga beli dari pekebun sehingga walaupun harga di tingkat
konsumen relatif tetap tetapi pedagang tersebut dapat menekan harga beli dari
pekebun untuk memaksimumkan keuntungannya. Pola transmisi harga seperti ini
tidak menguntungkan bagi pekebun karena kenaikan harga yang terjadi di tingkat

11
konsumen tidak sepenuhnya dapat dinikmati pekebun. Sehingga dengan demikian
proses pemasaran TBS yang telah berlangsung lama ini tidak efisien. Diperlukan
adanya penanganan yang lebih baik dari sistem pemasaran komoditi ini.(Fadilah,
2018)
Menurut Tambanun, dkk, harga TBS kelapa sawit di Indonesia dipengaruhi
beberapa hal, diantaranya:
a. Harga tandan buah segar (TBS) Kelapa Sawit pada semester pertama
cenderung lebih tinggi dari pada harga tandan buah segar (TBS) pada
semester kedua.
b. Untuk Provinsi yang memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan
kapasitas terbatas sehingga tidak mampu menampung hasil panen, maka
harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit akan cenderung lebih rendah
saat ini produksi cukup banyak pasca panen raya sawit. Sementara
ketersediaan PKS sangat minim. Sehingga dibandingkan harus membusuk,
petani lebih memilih menjadi dengan harga murah.
c. Pengembangan sistem usaha agribisnis kelapa sawit.
d. Mendorong pengembangan pasar modal yang memungkinkan petani
sebagai pemegang saham.
e. Pengembangan keseimbangan perdagangan dosmetic dan international.
f. Pengembangan investasi kebun lengkap dengan pengolahan minyak sawit.
Menurut Tambunan, dkk, sebagai panduan maka prediksi harga TBS
kelapa sawit pada tahun 2013 adalah sbb (diluar ketentuan dasar seperti harga
TBS kelapa sawit berdasarkan usia pohon dan kualitas buah):
a. Harga TBS kelapa sawit 2013 lebih rendah dari pada harga tahun 2012.
b. Harga TBS kelapa sawit tahun 2013 pada semester kesatu cenderung lebih
tinggi dari harga semester ke dua.
c. Harga jual TBS kelapa sawit bisa lebih rendah lagi mengingat keterbatasan
kapasitas pabrik, sehingga petani cenderung menjual murah daripada
menahannya dengan resiko buah membusuk di pohon.
d. Trend bulanan harga TBS kelapa sawit pada tahun 2012 bisa menjadi
patokan untuk menentukan harga bulanan tahun 2013.

12
Menurut teori harga pasar merupakan teori ekonomi yang menerangkan
perilaku harga pasar barang-barang atau jasa-jasa individual. Teori harga pasar
adalah harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya
ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar. Permintaan pasar suatu
barang merupakan kurva gabungan atau hasil penjumlahan kurva-kurva permintaan
individual akan barang tersebut yang terjangkau oleh sebuah pasar.(Indayani, 2020)

4.3 Kesejahteraan Petani


Teori kesejahteraan menurut ekonomi secara umum oleh Albert dan Hahnel
diklasifikasikan menjadi tiga macam, yakni classical utilitarian, neoclassical
welfare theory, dan new contractarian approach. Pendekatan classical utilitarian
menekankan bahwa kesenangan (pleasure) atau kepuasan (utility) seseorang dapat
diukur dan bertambah. Neoclassical welfare theory merupakan teori kesejahteraan
yang mempopulerkan prinsip Pareto Optimality. Selain prinsip Pareto Optimality,
neoclassical welfare theory juga menjelaskan bahwa fungsi kesejahteraan
merupakan fungsi dari semua kepuasan individu. New contractarian approach.
Prinsip ini adalah bahwa individu yang rasionalakan setuju dengan adanya
kebebasan maksimun dalam hidupnya.
pengertian mengenai kesejahteraan keluarga di Indonesia oleh pemerintah
selama ini menurut Suyoto dikelompokkan ke dalam dua tipe, yaitu Pertama, Tipe
Keluarga Pra-sejahtera adalah keluarga yang masih mengalami kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa sandang, pangan, dan papan. Keluarga
pra-sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya banyak, tidak dapat menempuh
pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap, belum memperhatikan
masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyai masalah
tempat tinggal dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.(Wati, 2019)
Defenisi kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi
dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan
makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat
menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan

13
pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya. Menurut Sudarsono,
kesejahteraan masyarakat adalah kondisi ekonomi yang baik karena berlakunya
aturan dalam perekonomian yang mengatur aktivitas dari semua pihak dan
pembagian pendapatan masyarakat sebagai hasil kegiatan ekonomi tersebut.
Kesejahteraan ekonomi merupakan cabang ilmu ekonomi yang menggunakan
teknik ekonomi mikro untuk menentukan secara serempak efisiensi alokasi dari
ekonomi makro akibat disrtribusi pendapatan yang saling berhubungan. Hal yang
paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari
kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan
kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi
yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka
persentase pendapatan untuk pangan akan akan semakin berkurang. Dengan kata
lain, apabila terjadi peningkatan tersebut idak merubah pola konsumsi maka rumah
tangga tersebut sejahtera. Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah
tangga dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak
sejahtera.(Nova, 2019)
Dalam usaha mencapai kesejahteraan masyarakat disuatu daerah, maka
peningkatan produksi disertai dengan pembagianpendapatan yang lebih adil dan
merata akan menjaga suasana kestabilan masyarakat dalam proses pembangunan
pola produksi dan pola pembangunan sumber-sumber daya produksi yang
diarahkan dan melancarkan pelaksanaan pemerataan pembagian pendapatan jika
kebutuhan rakyat terpenuhi dan pekerjaan produktif tercipta bagi angkatan kerja,
maka taraf hidup sebagian masyarakat terutama yang berada di daerah meningkat.
Perkebunan adalah sektor yang mempengaruhi urutan kedua setelah subsektor
pangan, nilai produksi ini terus berkembang sejak digalakkan sektor ini pada awal
dekade 1950-an, yaitu segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada
tanah dan media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengelolah dan
pemasaran barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

14
Sejalan dengan penjabaran trilogi pembangunan yang diterapkan pemerintah
indonesia yakni perkebunan rakyat menjadi tulang punggung perkebunan dengan
dukungan peran strategis BUMN perkebunan dan pelayanan terhadap
pengembangan usaha perkebunan besar swasta. Asean Agri merupakan salah satu
pelopor pengembangan kelapa sawit melalui pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat)
yakni memadukan antara kebun milik perusahaan dengan kebun-kebun milik rakyat
(petani) dalam satu kesatuan produksi melalui mekanisme kemitran yang saling
membutuhkan dan saling menguntungkan. Asean Agri juga menjadi penggerak
dalam mendukung petani plasma untuk mendapatkan bantuan dari pihak bank.
Tandan Buah Segar (TBS) dari pohon kelapa sawit akan dipanen dan dijual ke
pabrik pengolahan kelapa sawit Asian Agri yang terletak di kebun inti dan
plasma.(Ririn, 2018)

5. Kajian Pustaka
5.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tedahulu bertujuan untuk menapatkan bahan perbandingan dan
acuan, selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan peneitian ini,
maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian
terdahulu sebagai berikut :
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu 2017-2021
Metode
Nama Judul Variabel Hasil Analisis
Analisis
Sumiati Analisis Pemasaran Kuantitatif Petani kelapa sawit
(2017) Saluran Kelapa Sawit di Desa Baku-baku
Pemasaran Kecamatan
Kelapa Sawit Malangke Barat
Di Desa Kabupaten Luwu
Baku-Baku Utara hanya menjual
Kecamatan hasil Tanda Buah
Malangke Segar (TBS) ke
Barat pedagang

15
Kabupaten pengumpul yang ada
Luwu Utara. di Desa Baku-Baku
Kecamtan Malange
Barat Kabupaten
Luwu Utara Tanda
Buah Segar (TBS)
didistribusikan oleh
pedangang
pengumpul ke pabrik
kelapa sawit
(konsumen akhir).
Total biaya panen
yang harus
dikeluarkan oleh
petani adalah sebesar
Rp 200/Kg.
Sedangkan
keuntungan yang
diterima sebesar Rp
450/Kg dan petani
mendapatkan sebesar
72% dari saluran
pemasaran
dikarenakan
singkatnya saluran
yang ada di Desa
Baku Baku
Kecamatan
Malangke Barat
Kabupaten Luwu
Utara Disarankan

16
adanya kerja sama
dengan pihak
stakeholder baik itu
Pemerintah maupun
swasta dalam proses
pemasaran hasil
panen yang masih
cenderung
seenaknya mematok
harga untuk kelapa
sawit yang
dihasilkan, terlebih
petani juga tidak
mengetahui
informasi harga
pasar di tingkat
pabrik sehingga
mereka tidak
mendapatkan
perkembangan yang
signifikan dalam
proses pemasaran
kelapa sawit mereka.
Hairi Komunikasi Komunikasi Kuantitatif 1. Terdapat lima
Firmansyah Perkebun Pemasaran saluran pemasaran
& Ahmad Dalam Tandan Buah TBS kelapa sawit
Yusuf Pemasaran Segar (TBS) hasil perkebunan
Kurniawan Tandan Buah rakyat di lahan basah
(2020) Segar (TBS) Kalimantan Selatan.
Kelapa Sawit 2. Jaringan
Perkebunan komunikasi yang

17
Rakyat Di terbentuk umumnya
Lahan Basah mengikuti saluran
Provinsi pemasaran TBS
Kalimantan kelapa sawit hasil
Selatan. perkebunan rakyat
yang ada.
3. Terdapat dua
peran pekebun
dalam komunikasi
pemasaran TBS
kelapa sawit hasil
perkebunan rakyat
yaitu sebagai
komunikator dan
komunikan
4. Terdapat dua
masalah dalam
komunikasi
pemasaran TBS
kelapa sawit hasil
perkebunan rakyat
yaitu pasar yang
bersifat oligopsoni
dan fluktuasi harga
TBS yang
tinggi.(Firmansyah
Hairi, 2020)
Fiddini Analisisn Pemasaran Kuantitatif Dari hasil analisis
Alham, Silvia Pemasaran Tandan Buah margin pemasaran
Anzitha Dan Tandan Buah Segar (TBS) dan farmer’s share,
Muslimah Segar (TBS) disimpulkan bahwa

18
(2020) Kelapa Sawit saluran pemasaran II
Kota Langsa. merupakan saluran
pemasaran yang
efisien dengan
margin pemasaran
dan farmer’s share
terkecil.Pemerintah
harus memerhatikan
kepastian harga
ditingkat petani,
karena petani sawit
sekarang hanya
berfungsu sebagai
pengguna harga
(price taker).
Mulyani Analisis Harga Tandan Kuantitatif Adapun hasil
(2021) Harga Kelapa Sawit penelitian ini adalah
Tandan bahwa jumlah
Kelapa Sawit produksi tandan
Di Provinsi buah segar (TBS)
Jambi. kelapa sawit , jumlah
pabrik kelapa sawit,
dan volume ekspor
crude palm oil
(CPO) tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
harga tandan buah
segar (TBS) kelapas
sawit di Provinsi
Jambi. Sedangkan

19
harga crude palm oil
lokal (CPO)
berpengaruh
signifikan terhadap
harga tandan buah
segar (TBS) kelapa
sawit di Provinsi
Jambi.(Mulyani,
2021)
Suwaji & Dampak Penurunan Kuantitatif 1. Dari hasil olah
Hermanto Penurunan Harga data kuisioner,
(2019) Harga Kelapa Kesejateran kondisi Petani
Sawit kelapa sawit Desa
Terhadap Titian Resak
Kesejahteran Kecamatan Seberida
Petani Desa Kabupaten Indragiri
Titian Resak Hulu termasuk
Kecamatan kedalam kategori
Seberida cukup sejahtera dan
Kabupaten Tingkat harga sawit
Indragiri di petani termasuk
Hulu. kategori cukup baik,
hal ini bisa terjadi
karena mayoritas
petani sawit di Desa
Titian Resak
bergabung dengan
Koperasi dimana hal
tersebut memang
mampu melindungi
petani.

20
2. Hasil Pengujian
Regresi diperoleh
Hubungan yang
postif antara harga
kelapa sawit dengan
kesejahteraan petani
pada Desa Titian
Resak Kecamatan
Seberida Kabupaten
Indragiri Hulu. Dari
hasil pengujian Uji t,
dapat diketahui
bahwa t hitung > t
tabel. Sehingga
harga kelapa sawit
secara parsial
berpengaruh
signifikan terhadap
variabel
kesejahteraan petani
pada Desa Titian
Resak Kecamatan
Seberida Kabupaten
Indragiri Hulu.
3. Berdasarkan hasil
analisis regresi yang
sudah dijelaskan
diatas, maka terlihat
bahwa harga tandan
buah segar (TBS)
kelapa sawit

21
memberikan
pengaruh terhadap
tingkat kesejahteraan
petani Desa Titian
Resak, semakin baik
harga TBS akan
berdampak pada
naiknya tingkat
kesejahteraan petani
dan sebaliknya
semakin rendah
harga TBS (turun)
akan berdampak
pada menurunnya
tingkat kesejahteraan
petani. Jika kita
hubungkan dengan
hasil analisa data
penurunan harga
TBS Kelapa Sawit
dari bulan Mei 2018
sampai dengan bulan
Mei 2019. meskipun
hasilnya
menunjukkaan
petani kelapa sawit
di Desa Titian Resak
masih termasuk
kategori sejahtera,
namun dapat di tarik
suatu kesimpulan

22
yang meyakinkan
bahwa penurunan
harga TBS tersebut
telah berdampak
pada penurunan
tingkat kesejahteraan
petani (menurunkan
pendapatan, akses ke
pendidikan dan
akses ke
kesehatan).(made adi
Pranata & gede sri
Darma, 2018)
Wirdayani Pengaruh Harga Kuantitatif 1. Secara parsial
Wahab Harga Dan Biaya harga berpengaruh
(2019) Biaya Pendapatan dan signifikan
Terhadap terhadap pendapatan
Pendapatan petani pada KUD
Petani Kelapa Cinta Damai, dengan
Sawit Pada nilai thitung (9,010)
KUD Cinta > ttabel (1,989)
Damai Di sehingga menjadikan
Kecamatan hipotesis dalam
Tapung Hilir. penelitian ini Ho
ditolak Ha diterima.
2. Seacara parsial
biaya berpengaruh
dan signifikan
terhadap pendapatan
petani pada KUD
Cinta Damai, dengan

23
nilai thitung (2,068)
> ttabel (1,989)
sehingga menjadikan
hipotesis dalam
penelitian ini Ho
ditolak Ha diterima.
3. Secara simultan
harga dan biaya
berpengaruh dan
signifikan terhadap
pendapatan petani
pada KUD Cinta
Damai, dengan nilai
Fhitung (50,569) >
Ftabel (3,11)
sehingga menjadikan
hipotesis dalam
penelitian ini Ho
ditolak Ha diterima.
Lila Susiarti Perbandingan Tingkat Kuantitatif Pendapatan dari
(2017) Tingkat Kesejahteraan hasil perkebunan dan
Kesejahteran Petani Plasma pekerjaan sampingan
Antara Petani Non Plasma terlihat petani non
Sawit Plasma plasma lebih besar
Dan Non menerima setiap
Plasma Di bulannya
Desa dibandingkan petani
Sinunukan IV plasma. Tingkat
Kecamatan pendidikan yang
Sinunukan ditempuh petani non
Kabupaten plasma lebih tinggi

24
Mandaliling dari pada petani
Natal plasma, dan pada
Provinsi pendidikan anak
Sumatera keseluruhan anak
Utara petani non plasma
bersekolah dengan
jenjang pendidikan
tertinggi SMA dan
perguruan tinggi,
berbeda dengan anak
dari responden
petani plasma yang
anaknya masih ada
yang tidak tamat
sekolah bahkan
sekolah hanya
sampai SD saja.
Kesejahteraan yang
dilihat dari tingkat
pendidikan tentu
keluarga petani non
plasma yang terlihat
sejahtera. Keadaan
dan fasilitas tempat
tinggal oleh petani
non plasma lebih
baik dan bersih
dibandingkan petani
plasma. Dimana
petani non plasma
hampir keseluruhan

25
memiliki rumah
sendiri dengan jenis
semi permanen
dengan sumber air
bersih yang berasal
dari sumur dan
sumur bor, sumber
penerangan yang
bersumber dari
listrik PLN melalui
sambungan sendiri
serta bahan bakar
yang 237 Jurnal
Buana – Vol-2 No-1
tahun 2018
digunakan merata
menggunakan
kompor Gas semua.
Untuk transportasi
tidak terdapat
perbedaan antara
petani plasma dan
petani non plasma
karena keseluruhan
responden memiliki
transportasi berjenis
motor yang
digunakan sebagai
akses menuju
perkebunan.
(Susiarti, 2017)

26
Rela Analisis Kesejahteran Metode Tingkat
Novahadi, Tingkat Petani Study kesejahteraan petani
Ani Muani, Kesejahteran Kelapa Sawit Kasus kelapa sawit anggota
dan Imelda Keluarga KKPA kebun plasma
Petani Kelapa PT. Prakarsa Tani
Sawit PT. Sejati Desa Muara
Praakarsa Jekak Kecamatan
Tani Sejati. Sandai Kabupaten
Ketapang terdiri dari
Keluarga Sejahtera
Tahap I sebesar
39,47%, Keluarga
Sejahtera Tahap II
sebesar 2,63%,
Keluarga Sejahtera
Tahap III sebesar
42,11%, dan
Keluarga Sejahtera
Tahap III Plus
sebesar 15,79%
Rahma Lalita Kajian Sosial Sosial Metode Pendapatan uasha
Ekonomi Dan Ekonomi survey tani kelapa sawit atas
Tingkat Kesejahteraan biaya tunai pada
Kesejahteran Petani kelapa petani responden
Rumah sawit yang memiliki lahan
Tangga sempit yaitu Rp. 16.
Petani Kelapa 956.400/ha dan
Sawit Di berkontribusi sebesar
Kabupaten 65,76 persen dari
Tulang rata-rata pendapatan
Bawang rumah tangga petani

27
responden. Petani
responden yang
memiliki lahan
sedang memiliki
rata-rata pendapatan
atas biaya tunai yaitu
sebesar Rp.
16.623.700 dengan
kontribusi usahatani
kelapa sawit sebesar
99,41 persen
terhadap pendapatan
rumah tangga.
Sedangkan untuk
petani responden
yang memiliki lahan
luas memiliki rata-
rata pendapatan atas
biaya tunai yaitu
sebesar Rp.
14.498.700/ha dan
berkontribusi sebesar
96, 24 persen dari
rata-rata pendapatan
rumah tangga petani
responden.

5.2 Kerangka Penelitian


Untuk memahami kerangka pikir tentang pengaruh pemasaran dan harga
tandan kelapa sawit terhadap kesejahteraan petani (Studi kasus di Desa Mekar Jadi
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin).

28
Pemasaran (X1), Kualitas Harga (X2)
Kesejahteraan Petani (Y)

Pemasaran (X1)

Kesejahteraan (Y)

Kualitas Harga (X2)

Gambar 1.1 Kerangka pemikiran

1. Variabel Independen (Variabel X) atau variabel bebas adalah variabel yang


mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel
dependen (terikat), yang dinotasikan dengan X. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independen yaitu X1 ialah Pemasaran dan X2 adalah Kualitas
Harga.
(X1) Pemasaran
(X2) Kualitas Harga
2. Variabel dependen atau yang biasa disebut variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas yang
dinotasikan dengan Y. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Y adalah
kesejahteran petani Di Desa Mekar Jadi.

5.3 Hipotesis
Hipotesi merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
paraduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dugaan jawaban teresbut
merupakan kebenarannya yang bersifat sementara, yang akan diuji kebenarannya
dengan data yang akan dikumpulkan melalui penelitian.

29
Maka berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis dalam penelitian ini
dapat dirumuskan yaitu:
Ha = Adanya pengaruh pemasaran tandan kelapa sawit teerhadap kesejahteraan
petani di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
Banyuasin.
Ha = Adanya hubungan harga tandan kelapa sawit terhadap kesejahteraan petani di
Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.

6. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan
pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Metodelogi juga
merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode, yang meliputi lokasi
penelitian, jenis penelitian, sumber data, serta populasi dan sampel.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai metodelogi penelitian yang penulis
dapatkan:

6.1 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian adalah tempat atau lokasi yang dijadikan tempat
penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin
Kabupaten Musi Banyuasin, membahas tentang bagaimana pemasaran tandan
kelapa sawit, berapa harga tandan kelapa sawit setiap penjualan, apalagi harga sawit
terkadang naik turun dan itu membuat bagaimana setiap masyarakat/warga petani
sejahtera.

6.2 Tempat Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Desa Mekar Jadi
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Suamtera Selatan,
sesuai dengan objek penelitian yaitu kesejahteraan petani sawit.

6.3 Jenis Penelitian dan sumber data


1. Jenis penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan

30
cara meneliti hubungan antar variabel.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang digunakan yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data pokok yang diperoleh
dengan menggunakan studi lapangan mewawancarai dan penyebaran
kuesioner kepada responden pada masyarakat sekitar. Sedangkan data
sekunder diambil dari dokumentasi terhadap data-data pemasaran, harga
dan kesejahteraan petani di Desa Mekar Jadi dan literature yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti, seperti buku-buku kepustakaan
yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.

6.4 Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Obersevasi adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui sesuai
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau
perilaku objek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan
langsung yang berkaitan dengan pemasaran, kualitas harga dan
kesejahteraan petani sawit. Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang
digunakan yaitu data primer dan daata sekuder. Data primer merupakan data
pokok yang diperoleh dengan menggunakan studi lapangan wawancara dan
penyebaran kuesioner kepada responden pada masyarakat sekitar
sedangkan data sekunder diambil dari dokumentasi terhadap data-data
tandan sawit pertanian di Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin
Kabupaten Musi Banyuasin
2. Kuesioner
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara membei seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian kepada
para responden yakni masyarakat Desa Mekar Jadi Kecamatan Sungai Lilin
Kabupaten Musi Banyuasin.

31
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dipergunakan untuk melengkapi sekaligus menambah
keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-
bahan dokumentasi yang ada di lapangan serta dapat dijadikan bahan dalam
pengecekan keabsahan data. Analisis dokumentasi dilakukan untuk
mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berada
ditempat penelitian atau ang berada diluar temapt penelitian yang ada
hubungannya dengan penelitian tersebut.

6.5 Populasi Dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi merujuk pada
sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa
hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang kita teliti tersebut. Pengambilan sampel adalah proses memilih
sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel
dapat menemukan karakteristik tersebut pada elemen populasi.
Sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau
karakteristriknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau
karakteristik tersebut pada elemen populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
petani di Desa Mekar Jadi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling/sampling jenuh. Sampling jenug merupakan teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Metode penarikan sampel ini diambil dengan menggunakan metode disengaja,
yaitu sampel yang diambil secara sengaja dengan pengambilan sampel terdiri dari
30 petani kelapa sawit di wilayah sekitar dan 2 pedagang pengumpul. Pendekatan
pengambilan sampel di lembaga pemasaran dilaksanakan melalui sensus yang
mengambil semua yang ada kemudian mengambil sampel. Berbagai lembaga yang
terkait adalah Petani dan tengkula.

32
6.6 Metode Analisis Data
6.6.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu data yang dapat dipercaya kebenarannya sesuai
dengan kenyataan. Menurut Sugiyono bahwa :
Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data empiris
(teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yang valid. Validitas menunjukan
derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data
yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.
Untuk mencari nilai validitas di sebuah item kita mengkorelasikan skor item
dengan total item-item tersebut. jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka
item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut menurut Sugiyono yang
harus dipenuhi yaitu harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Jika r ≥ 0,30 maka item-item pernyataan dari kuesioner adalah valid.
b. Jika r ≤ 0,30 maka item-item pernyataan dari kuesioner dianggap tidak
valid.
Semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat semakin tepat sasaran,
atau menunjukan relevansi dari apa yang seharusnya diukur. Suatu tes dapat
dikatakan validitas tinggi apabila hasil tes tersebut menjalankan fungsi ukurannya,
atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya tes atau
penelitian tersebut.
Uji validitas instrument dapat menggunakan rumus korelasi. Rumus korelasi
berdasarkan Pearson Product Moment adalah sebagai berikut :
𝑛 ∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 − (∑ 𝑥𝑖 ) (∑ 𝑦𝑖 )
𝑟=
√{𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥𝑖 )²} {𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦1 )²}
𝑖 𝑖

Keterangan:
r = Koefisien korelasi product moment
n = Jumlah responden (sampel)
X1 = Variabel Independen (variabel bebas)

33
Y1 = Variabel Dependen (variabel terikat)
X1Y1 = Jumlah perkalian variabel bebas dan terikat

6.6.2 Uji Reliabilitas


Sebuah alat ukur atau pernyataan dalam angket dikategorikan reliable (andal),
jika alat ukur yang digunakan dapat mengukur secara konsisten atau stabil
meskipun pertanyaan yang sudah valid. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang
sama. Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrument yang digunakan,
penulis menggunakan koefisien Cronbach alpha (α) dengan menggunakan fasilitas
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 21 untuk jenis pengukuran
interval. Suatu instrument dikatakan reliable jika nilai Cronbach alpha lebih besar
dari batasan yang telah ditentukan yakni 0,6 atau nilai korelasi hasil perhitungan
lebih besar dari pada nilai dalam table dan dapat digunakan untuk penelitian, yang
dirumuskan berikut ini :
𝑘 ∑ 𝑆𝑖
𝑎= (1 − )
𝑘−1 𝑆𝑡

Keterangan:
α = Koefisien reabilitas
K = Jumlah item pertanyaan yang diuji
Si = Jumlah varian skor tiap item
St = Varians total

6.6.3 Uji Normalitas Data


Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi variabel terikat
untuk nilai variabel bebas tertentu berdistribusi normal atau tidak. Dalam model
regresi linier, asumsi ini ditunjukan oleh nilai eror (e) yang berdistribusi normal.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau
mendekati normal, sehingga layak digunakan untuk pengujian statistik. Pengujian
normalitas data menggunakan Test of Normality Kolmogorov Smirnov dalam

34
program SPSS. Menurut Singgih Santoso dasar pengambilan keputusan bisa
dilakukan berdasarkan profitabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:
a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah normal.
b. Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi model regresi adalah tidak normal.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai kesalahan taksiran
model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data residual normal atau mendekati normal. Uji
normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov Smirnov Test
menggunakan Program SPSS21.

6.6.4 Uji Multikolinieritas


Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada sebuah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen yang ada 96
dikeluarkan dari model, lalu pembuatan model regresi diulang kembali.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat pada besaran
Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang
bebas multikolinieritas adalah mempunyai angka tolerance mendekati 1. Batasan
VIF adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi gejala multikolinieritas
(Gujarati 2012:432). Menurut Singgih Santoso rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:

1 1
VIF 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒
𝑇𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑉𝐼𝐹

6.6.5 Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homokedatisitas atau tidak terjadi

35
heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan uji korelasi rank
spearman

6.6.6 Analisis Regresi Berganda


Regresi linier berganda yaitu suatu metode statistic umum yang digunakan
untuk meneliti hubungan variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).
Persamaan analisis regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑥1 + 𝑏2 𝑥2 + 𝑒

Keterangan :

Y = Kesejahteraan
a = Konstanta atau bila harga X=0
b1b2 = Koefisien arah regrasi yang menyatakan perubahan nilai Y apabila terjadi
perubahan nilai X
X1 = Pemasaran
X2 = Harga
e = Standar error/variabel pengganggu

6.6.7 Analisis Korelasi Parsial


Untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen, maka dihitung koefisien korelasinya. Jenis korelasi yang
bisa digunakan pada hubungan variabel linier adalah korelasi Pearson Product
Moment (r) sebagai berikut:

𝑛 ∑ 𝑋𝑌 ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑟=
√{𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋) ²} {𝑛 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌) ²}

Keterangan:
r = Koefisien korelasi
n = Banyaknya sampel
X = Jumlah skor keseluruhan untuk item pertanyaan variabel X

36
Y = Jumlah skor keseluruhan untuk item pertanyaan variabel Y

Korelasi PPM (Pearson Product Moment) dilambangkan (r) dengan ketentuan


nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≥ + 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi
negative sempurna; r = 0 artinya tidak korelasi; dan r = 1 artinya korelasi sangat
kuat. Arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai
berikut.

Tabel 1.3
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Internal Korelasi Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kulit

0,80-11,000 Sangat Kuat

6.6.8 Uji Hipotesis


Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara
parsial (uji t) dan menyajikan secara simultan (uji f ). Hipotesis yang akan diuji dan
dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan variabel-variabel bebas yaitu
Independensi, Kompetensi dan Due Professional Care auditor serta variabel terikat
Kualitas audit.
Menurut Sugiyono, Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian oleh karena itu rumusan masalah peelitian biasanya disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

37
pengumpulan data. Adapun rancangan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
Secara Parsial
Ho1 : β1 = 0 “Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Pemasaran Tandan
Kelapa Sawit terhadap Kesejahteraan Petani di Desa Mekar
Jadi.”
Hɑ1 : β1 ≠ 0 “Terdapat pengaruh yang signifikan dari Pemasaran tandan
kelapa sawit terhadap kesejahteraan petani di Desa Mekar Jadi.
Ho2 : β2 = 0 “Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Harga Tandan
Kelapa Sawit terhadap Kesejahteraan Petani di Desa Mekar
Jadi.”
Hɑ2 : β2 ≠ 0 “Terdapat pengaruh yang signifikan dari Harga Tandan Kelapa
Sawit terhadap Kesejahteraan petani di Desa Mekar Jadi”
Secara Simultan
H0 : β1 = 0 Pemasaran dan Harga Tandan Kelapa Sawit tidak berpengaruh
signifikan terhadap Kesejahteraan Petani.
H1 : β1 ≠ 0 Pemasaran dan Harga Tandan Kelapa Sawit berpengaruh
signifikan terhadap Kesejahteraan Petani.

6.6.9 Uji Signifikansi (uji-t)


Pengujian dilakukan adalah pengujian parameter (uji korelasi) dengan
menggunkan uji t-statistik. Hal ini membuktikan apakah terdapat pengaruh antara
masing-masing variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).
Menurut Sugiyono menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑟√𝑛 − 2
𝑡=
√1 − 𝑟 2
Keterangan :
r = koefisien korelasi
t = nilai koefisien korelasi dengan derajat bebas (dk) = n-k-1
n = jumlah sampel

38
Kemudian menggunakan model keputusan dengan menggunakan statistic uji
t, dengan melihat asumsi sebagai berikut :
a. Tingkat kesalahan α = 0,05
b. Derajat kebebasan = n-k-1
c. Dilihat dari hasil ttabel
Dari hasil hipotesis thitung dibandingkan dengan ttabel dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Jika thitung > ttabel pada α = 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima
(berpengaruh)
b. Jika thitung < ttabel pada α = 5% maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak
berpengaruh)
Bila pada hasil pengujian statistic menunjukan Ho ditolak, berarti
variabel-variabel independennya yang pemasaran dan harga tandan
kelapa sawit mempunyai pengaruh signifikan terhadap kesejahteraan.
Akan tetapi apabila Ho diterima,berarti variabel-variabel independen
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kesejahteraan petani.

6.6.10 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)


Uji statistik F adalah Uji F atau koefisien regresi secara bersama-sama
digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Menurut Sugiyono (2016:192)
Uji F didefinisikan dengan rumus sebagai berikut :
𝑅 2 /𝑘
𝐹𝑛 =
(1 − 𝑅 2 ) /𝑛 − 𝑘 − 1

Keterangan :
Fn = Nilai uji f
r = Koefisien korelasi berganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel

39
Kriteria uji sebagai berikut:
1. Jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima
(berpengaruh)
2. Jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak
berpengaruh)
Dalam uji F tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,95
atau 95% dengan α = 0,05 atau 5% artinya kemungkinan dari hasil kesimpulan
adalah benar mempunyai pengaruh reputasi kantor akuntan publik mekanisme
ekspetasi ketepatan sebesar 95% atau korelasi kesalahan sebesar 5% dan derajat
kebebasan digunakan untuk menentukan Ftabel. Kriteria yang dipakai sebagai
berikut :
a. Ho diterima jika Fhitung < Ftabel
b. Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel
Apabila Ho diterima, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen dinyatakan tidak
signifikan, dan sebaliknya apabila Ho ditolak menunjukan bahwa adanya pengaruh
variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dinyatakan
signifikan.

6.6.11 Uji Koefisien Determinasi


Uji koefisien determinasi difokuskan untuk melihat seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen dalam bentuk persentase. Untuk
memahami nilai koefesien determinasi maka dapat dihitung dengan menggunakan
rumus.(Muhammad, 2008)
Kd = r2 xy x 100%

Keterangan :
Kd = koefisien determinasi
r2 xy = koefisien korelasi berganda
Sedangkan kriteria dalam melakukan analisis koefisien determinasi adalah
sebagai berikut :

40
a. Jika Kd mendekati nol (0), berarti pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen lemah, dan
b. Jika Kd mendekat satu (1), berarti pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen kuat.(Analisis data )

6.7 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah salah satu unsur yang dapat memberikan petunjuk
tentang bagaimana suatu variabel diukur sehingga peneliti dapat mengetahui hasil
penelitian tersebut.
7. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang terarah dan jelas, maka sistematika
pembahasan proposal skripsi ini penulis susun dalam lima bab, yaitu sebagai
berikut:
Bab pertama, pendahuluan yaitu menguraikan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, Landasan teori. Yaitu menguraikan tentang landasan teori yang
akan digunakan sebagai dasar untuk mendukung penelitian dari masalah-masalah
yang dibahas, kajian penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan hipotesis.
Bab ketiga, Metode Penelitian. Dalam bab ini berisi tentang ruang lingkup
penelitian (demografi dan kondisi sosial ekonomi), rancangan penelitian, jenis dan
sumber data (jenis penelitian dan sumber data), populasi dan sampel, teknik analisis
, definisi operasional, dan pengukur variabel.
Bab Keempat, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini berisikan tentang
gambaran singkat objek penelitian, deskripsi data penelitian, teknik analisis,
definisi operasional dan pengukur variabel.
Bab kelima, merupakan bab penutup sebagai lazimnya dikemukakan
kesimpulan dan saran-saran yang dianggap untuk kelengkapan pembahasan
proposal skripsi ini.

41
DAFTAR PUSTAKA

A, F. (2021). Pengaruh Harga Sawit Dan Produktivitas Terhadap Pendapatan


Petani Kelapa Sawit (Di Desa Tarikan Kec. Kumpeh Ulu Kab. Muaro
Jambi). https://doi.org/file:///D:/skripsi/jurnal%202017-
2021/A.%20FIRDAUS%20WM.pdf
Elandar, N. (2018). Studi Tingkat Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit Di Desa
Linggosari Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.
https://doi.org/file:///D:/skripsi/jurnal%202017-
2021/412012014_BAB%20I_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
Fadilah, D. N. dan H. S. (2018). ANALISIS PEMASARAN TBS (TANDAN BUAH
SEGAR) KELAPA SAWIT PEKEBUN SWADAYA DI KOPERASI SAWIT
JAYA KAMPUNG BENTENG HULU KECAMATAN MEMPURA
KABUPATEN SIAK MARKETING ANALYSIS OF PALM OIL FRESH
FRUIT BUNCH (FFB) OF INDEPENDENT FARMERS IN SAWIT JAYA
COOPERATION BE. https://doi.org/file:///D:/skripsi/7727-17182-1-SM.pdf
Fathoni, M. A. (2018). Konsep Pemasaran Dalam Perspektif Hukum Islam.
Jurisdictie, 9(1), 128. https://doi.org/10.18860/j.v9i1.5135
Firmansyah Hairi, K. Y. A. (2020). KOMUNIKASI PEKEBUN DALAM
PEMASARAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT
PERKEBUNAN RAKYAT DI LAHAN BASAH PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN. https://doi.org/ile:///D:/skripsi/jurnal%202017-2021/375-693-1-
PB.pdf
Indayani, D. (2020). PERILAKU PETANI PASCA PENURUNAN HARGA
KELAPA.
Kasus, S., & Bangko, K. (2017). Kabupaten Rokan Hilir , Riau ) Kelapa Sawit
Rakyat ( Studi Kasus : Kecamatan Bangko Pusako ,.
KUSWORO. (2021). ANALISIS TATANIAGA TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI
DESA BANDAR TENGGULANG KECAMATAN BABAT SUPAT
KABUPATEN MUSI BANYUASIN.
https://doi.org/file:///D:/skripsi/412016073_BAB%20I_DAFTAR%20PUST

42
AKA.pdf
Lorenza, N. (2019). Fakultas pertanian universitas muhammadiyah sumatera utara
medan 2019. Scholar, 1–60.
made adi Pranata, i, & gede sri Darma. (2018). Jurnal Manajemen dan Bisnis.
Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 15(1), 15–18.
Muhammad. (2008). Metodelogi Penelitian Ekonomi Islam. PT. Raja Grafindo
Persada.
Mulyani, M. (2021). Analisis Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Provinsi
Jambi. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 5(2), 315–322.
https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2021.005.02.04
Nova, H. Y. (2019). PENGARUH HARGA SAWIT DAN PRODUKTIVITAS
TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI DESA
SIAMPORIK KECAMATAN KUALUH SELATAN KABUPATEN
LABUHANBATU UTARA. https://doi.org/file:///D:/skripsi/jurnal%202017-
2021/275764416.pdf
Ririn, R. D. (2018). ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
PETANI KELAPA SAWIT ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KOPERASI DI
DESA AIR PUTIH DAN DESA KULIM JAYA KECAMATAN LUBUK BATU
JAYA KABUPATEN INDRAGIRI HULU.
https://doi.org/ile:///D:/skripsi/jurnal%202017-2021/bab1.pdf
Ritonga, E. S., Triyanto, Y., & Sitanggang, K. D. (2021). Pengaruh Harga Dan
Produktivitas Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan Petani Di Desa Janji
Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu. Jurnal Mahasiswa
Agroteknologi (JMATEK), 2(1), 1–11.
https://jurnal.ulb.ac.id/index.php/JMATEK/article/view/2026
Sahla, H. (2019). Konsep Pemasaran Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal
Pionir, 5(2), 2019. http://jurnal.una.ac.id/index.php/pionir/article/view/452
Saprida, S. (2017). Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Timbangan Jual Beli Karet
di Desa Betung Kecamatan Lubuk Keliat Kabupaten Ogan Ilir. Islamic
Banking : Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Perbankan Syariah, 3(1),
11–26. https://doi.org/10.36908/isbank.v3i1.73

43
Sawit, K., Swadaya, P., Desa, D. I., & Sriwijaya, U. (2020). MARKETING
ANALYSIS OF FRESH FRUIT BUNCH SWADAYA FARMERS IN THE
SUNGAI RENGIT VILLAGE.
Segar, B., Kelapa, T. B. S., Pada, S., Beurata, P. T., & Persada, S. (2021). Jurnal
Ilmiah Ekonomi Terpadu (Jimetera). 1, 40–48.
Setiady, D. (2021). Oleh : DIDI SETIADY 1604300109 AGRIBISNIS.
Suryanto, T., Hamzah, Wahab, S., Chernysheva, Y., Juhary, A., & Jie Ferry.
(2020). Icetlawbe 2020. September, 1111.
Susiarti, L. (n.d.). Jurnal Buana – Vol-2 No-1 tahun 2018 PENDAHULUAN
Tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditi ekspor di Indonesia ,
salah satunya adalah tanaman kelapa sawit . Indonesia merupakan negara
penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah Malaysia . Kelapa . 1, 228–
237.
Wati, R. (2019). No TitleΕΛΕΝΗ. Αγαη, 8(5), 55.
Wikipedia.org. (2021). Daftar Kecamatan dan Kelurahan di Kota Pekanbaru -
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kecamatan_dan_kelurahan_di_Kota_Pe
kanbaru#Kecamatan_Tampan

44

Anda mungkin juga menyukai