Pertemuan Ke : 2 & 3
Waktu : 2 x 100 menit
I. Kompetensi Dasar :
Memahami konsep dasar dan karakteristik komunikasi
III. Materi
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu gejala yang kompleks dan oleh sebab itu, setiap
individu yang mengamati gejala komunikasi memiliki pendekatan yang berbeda-beda.
Komunikasi adalah proses di mana saling membagi informasi, gagasan dan perasaan
antar individu. Komunikasi dalam menyentuh aspek-aspek yang lebih dalam dari
setiap orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut, baik tentang hidup di masa lalu,
tentang keluarga, dan kegiatan yang sedang dilakukan sekarang.
B. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau
lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi interpersonal,
setiap partisipan menggunakan semua elemen dari proses komunikasi. Misalnya,
1
masing-masing pihak akan membicarakan latar belakang dan pengalaman masing-
masing dalam percakapan tersebut.
C. Komponen-komponen Komunikasi
1. Pemberi Pesan
Setiap orang terlibat dalam komunikasi karena memiliki informasi, gagasan, dan
perasaan yang mereka bagi kepada orang lain. Komunikasi tidak berjalan satu
arah, namun bersifat timbal balik antara pemberi pesan dan penerima pesan.
Pemberi pesan dapat menjadi penerima pesan, dan penerima pesan dapat menjadi
pemberi pesan. Peran-peran ini dapat terjadi saat komunikasi sedang berlangsung.
2. Pesan
Pesan merupakan ide-ide dan perasaan yang dibagi antara pengirim dan penerima.
Inti dari sebuah peristiwa komunikasi adalah pesan, suatu maksud atau gagasan
yang ingin disampaikan. Faktor yang mempengaruhi suatu pesan diterima adalah
kejelasan, kesiapan penerima, kompleksitas, panjangnya pesan, dan informasi
yang terorganisir. Ide-ide dan perasaan dikomunikasikan jika ide atau gagasan itu
dipresentasikan dengan simbol-simbol. Simbol terdiri dari dua, yaitu simbol
verbal dan nonverbal. Simbol verbal bersifat terbatas dan kompleks, sedangkan
simbol nonverbal dapat berupa ekspresi wajah, gestikulasi, postur tubuh, tekanan
suara, penampilan dan lain-lain.
3. Umpan Balik
Umpan Balik merupakan respon yang diberikan oleh penerima dan pemberi pesan
dalam sebuah peristiwa komunikasi. Dengan adanya umpan balik, para partisipan
yang terlibat dalam peristiwa komunikasi dapat mengetahui bahwa gagasan atau
perasaan mereka diterima sesuai dengan yang diharapkan. Pengirim dan penerima
2
pesan dalam komunikasi tatap muka memiliki kesempatan yang sangat besar
untuk memberikan umpan balik secara langsung. Dalam komunikasi tatap muka
ini, para partisipan dapat memiliki kesempatan untuk melihat apakah pesan yang
disampaikan dipahami dan diikuti atau tidak.
4. Gangguan
Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu komunikasi, termasuk sikap
dan emosi penerima dan pemberi pesan. Stres, cemas, sikap-sikap negatif dan
motivasi rendah merupakan faktor yang mempengaruhi gangguan. Gangguan
dapat terjadi dalam tiga bentuk, yakni eksternal, internal, dan semantik.
5. Gangguan Eksternal (External Noise)
Gangguan eksternal datang dari lingkungan. Lingkungan dapat berupa udara
panas maupun dingin, kegaduhan dan suasana yang tidak menyenangkan lainnya.
Kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan dapat mengganggu penerima dan
pemberi pesan dalam memahami pesan yang disampaikan.
6. Gangguan Internal (Internal Noise)
Gangguan internal terjadi dalam pikiran penerima dan pemberi pesan. Bila
pemberi dan penerima pesan tidak fokus pada pesan atau komunikasi yang sedang
terjadi, maka pesan tidak dapat dimengerti atau disampaikan sebagaimana
mestinya. Misalnya, seorang mahasiswa tidak mendengar dosennya, karena pada
saat dosen mengajar, mahasiswa tersebut sedang berpikir tentang makan siang.
7. Gangguan Semantik (Semantic Noise)
Gangguan semantik disebabkan oleh reaksi emosional para partisipan terhadap
kata-kata yang digunakan. Para partisipan biasanya memiliki reaksi negatif
terhadap orang-orang yang membuat pernyataan.
8. Media
Media adalah cara yang ditempuh untuk menyampaikan suatu pesan. Dalam
komunikasi tatap muka, media yang utama adalah suara dan pandangan. Media
yang lain berupa radio, televisi, tape, surat kabar, dan majalah.
9. Setting (Lingkungan)
Setting adalah lingkungan di mana komunikasi terjadi. Setting dapat memiliki
pengaruh yang signifikan pada komunikasi. Formal Setting tepat untuk presentasi
formal. Misalnya auditirorium yang baik digunakan untuk memberikan pidato,
dan presentasi, tetapi tidak baik untuk percakapan yang bersifat personal dan
intim.
Artinya komunikasi interpersonal dimulai dari dalam diri pribadi atau diri
sendiri. Dalam hal ini awal dari proses komunikasi adalah persepsi. Persepsi
sangat dipengaruhi kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar
belakang budaya, yang semuanya menentukan interprestasi orang pada sensasi.
Sering kali kita mempersepsikan sesuatu secara subjektif padahal belum tentu
benar. Contohnya orang berambut gondrong dianggap berandal (padahal belum
tentu).
Ada tujuh karakteristik yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua
individu merupakan komunikasi interpersonal (Hardjana,2007):
1. Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal.
2. Melibatkan perilaku spontan, tepat, dan rasional.
3. Komunikasi antar pribadi tidaklah statis, melainkan dinamis.
4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi (pernyataan
yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
5. Komunikasi antar pribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik.
6. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan.
7. Melibatkan di dalamnya bidang persuasif.
Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau
mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.
5
1. Pengertian
a. Model S-R
Model ini adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi
oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran bihavioristik. Komunikasi
dianggap sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Ketika saya
tersenyum pada Anda dan Anda membalas senyuman saya, itulah model S-R.
b. Model Aristoteles
Pembicara (speaker)
Pesan (message)
Pendengar (listener)
Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni
setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu
kecermatan pesan yang disampaikan.
d. Model Schramm
7
Schramm adalah pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm
mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi
masalah noise. Pada model ini, Schramm percaya bahwa ketika komunikan
memberikan umpan balik maka ia akan berada pada posisi komunikator
(source).
IV. Penugasan
1. Temukan penjelasan mengenai karakteristik komunikasi point 3,4,5 !
2. Jelaskan 3 unsur pesan yang dikemukakan oleh Aristoteles !
3. Jelaskan beberapa bentuk gangguan (noise) dalam berkomunikasi sehari-hari !
8
Mata Kuliah : Interpersonal Skill Communication
Pertemuan Ke : 4 & 5
Waktu : 2 x 100 menit
I. Kompetensi Dasar :
Mengenai teori-teori komunikasi interpersonal
III. Materi
A. Teori Interaksi Simbolik
Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi
simbolik antara lain:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku
manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses
komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya
di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk
menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama dimana asumsi-
asumsi itu adalah sebagai berikut : Manusia, bertindak, terhadap, manusia,
lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, Makna
diciptakan dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui proses
interpretif .
2. Pentingnya konsep mengenai diri (self concept)
Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu
tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya
dengan cara antara lain : Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui
nteraksi dengan orang lain, Konsep diri membentuk motif yang penting untuk
perilaku Mead seringkali menyatakan hal ini sebagai : ”The particular kind of
role thinking – imagining how we look to another person” or ”ability to see
ourselves in the reflection of another glass”.
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Tema ini berfokus pada dengan hubungan antara kebebasan individu dan
masyarakat, dimana norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya,
tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam
sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan
mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang
berkaitan dengan tema ini adalah : Orang dan kelompok masyarakat
dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui
interaksi sosial.
10
1. Mahzab Chicago yang dipelopori oleh Herbert Blumer
Blummer memberikan pengembangan dalam pikiran-pikiran mead menjadi
tujuh buah asumsi yang mempelopori pergerakan mazhab Chicago baru.
Tujuh asumsi tersebut adalah :
a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan
orang lain pada mereka.
b. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia.
c. Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif.
d. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan
orang lain.
e. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.
f. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial.
g. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
2. Mahzab Iowa yang dipelopori oleh Manfred Kuhn dan Kimball Young
Mahzab Iowa dipelopori oleh Manford kuhn dan mahasiswanya, dengan
melakukan pendekatan kuantitatif, dimana kalangan ini banyak menganut tradisi
epistemologi dan metodologi post- positivis yang mengambil dua langkah cara
pandang baru yang tidak terdapat pada teori sebelumnya, yaitu memperjelas
konsep diri menjadi bentuk yang lebih kongkrit.
Tokoh teori interaksi simbolik antara lain : George Herbert Mend, Herbert
Blumer, Wiliam James, Charles Horton Cooley. Teori interaksi simbolik menyatakan
bahwa interaksi sosial adalah interaksi symbol. Manusia berinteraksi dengan yang lain
dengan cara menyampaikan simbol yang lain memberi makna atas simbol tersebut.
Asumsi-asumsi: a. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi melalui tindakan
bersama dan membentuk organisasi. b. Interaksi simbolik mencangkup pernafsiran
tindakan. Interaksi non simbolik hanyalah mencangkup stimulus respon yang
sederhana.
Sistem adalah kesatuan dari struktur yang punya fungsi berbeda, satu sama
lain saling bergantung, dan bekerja ke arah tujuan yang sama. Dalam sosiologi,
sekurang-kurangnya dikenal 3 paradigma berbeda yang biasa digunakan dalam
mendekati permasalahan sistem sosial ini, yaitu :
11
a. Fungsionalisme Struktrural
Paradigma fungsionalisme struktural berangkat dari kajian Herbert
Spencer (1820-1903), sosiolog Inggris, yang menganalogikan sistem
sosial seperti sistem tubuh mahkluk hidup. Sistem tersebut terus
mengalami evolusi ke arah penyempurnaan bentuk. Organ-organ tubuh
saling bekerja secara bersama agar keseluruhan sistem berfungsi secara
teratur. Aneka unsur di dalam masyarakat (ekonomi, negara, kesehatan,
pendidikan, keagamaan) satu sama lain saling bekerja sama agar
masyarakat dapat berfungsi dan teratur secara keseluruhan.
Pandangan Spencer ini kemudian mempengaruhi Emile Durkheim
(1858-1917), seorang sosiolog Perancis. Analogi tubuh atas masyarakat
dari Spencer ini kemudian dinyatakannya sebagai paradigma
Fungsionalisme Struktural. Paradigma ini memandang masyarakat sebagai
sistem yang kompleks, dalam mana bagian-bagian di dalamnya saling
berkait dan bekerja secara bersama guna memelihara stabilitas. Secara
rinci, pandangan dari paradigma Fungsionalisme Struktural sebagai
berikut :
Bagian-bagian (struktur) suatu sistem sosial saling bergantung
Sistem sosial punya kondisi normal yaitu equilibrium
(keseimbangan)
Tatkala terganggu, bagian-bagian sistem segera mereorganisir
dan menyesuaikan diri guna mengembalikan sistem sosial ke
kondisi semula.
Bagi Durkheim, masyarakat itu mempengaruhi tindakan individu,
tetapi sebaliknya, masyarakat itu ada setelah adanya individu. Baginya
masyarakat harus dipahami sebagai sebuah fakta sosial. Fakta sosial ini
terdiri atas hukum, moral, nilai, keyakinan agama, kebiasaan, pakaian,
ritual, serta aturan-aturan sosial dan budaya yang mengatur kehidupan
social.
b. Konflik Sosial
Konflik sosial ada karena adanya pelapisan social. Pelapisan sosial
adalah perbedaan tinggi rendah kedudukan seseorang/sekelompok orang
dibandingkan dengan sseseorang atau sekelompok orang lain dalam
masyarakat. Pelapisan sosial dapat terjadi karena pengaruh berbagai
kriteria, antara lain ekonomi, politik, sosial.
12
Diferensiasi sosial ialah perbedaan sosial dalam masyarakat secara
horisontal. Bentuk diferensiasi sosial yaitu diferensiasi jenis kelamin,
diferensiasi agama, diferensiasi profesi dsb.
c. Interaksionisme Simbolik
Teori ini menyatakan bahwa Interaksi sosial pada hakekatnya
adalah Interaksi simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan
cara menyampaikan simbol, yang lain memberi makna atas simbol
tersebut. Penggunaan simbol yang dapat menunjukkan sebuah makna
tertentu, bukanlah sebuah proses yang interpretasi yang diadakan melalui
sebuah persetujuan resmi, melainkan hasil dari proses interaksi sosial.
Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat
pada objek, melainkan dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa.
Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala
sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa ( bahkan tanpa
kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu).(Arnold M Rose
1974:143 dalam D.Mulyana 2001:72).
2. Sistem Budaya
Indonesia, sebagai sebuah bangsa, terbentuk dari aneka kultur dan struktur
sosial yang berbeda-beda. Berbeda dengan Jepang ataupun Korea, Indonesia
memiliki kultur yang tidak homogen. Bahkan, untuk wilayah Papua saja terdapat
kurang lebih 132 suku bangsa dan bahasa yang berlainan. Itu belum lagi sistem
sosial dan budaya yang terdapat di pulau-pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan
lainnya.
13
Masalah yang kerap muncul dalam negara dengan multikultur adalah
masalah primordial. Suku, agama, golongan, ataupun ras yang berbeda-beda
kerap bersitegang satu dengan lainnya guna mempertahankan eksistensi mereka.
Manifestasi dari hal tersebut adalah maraknya konflik antar masyarakat Indonesia
seperti di Poso, Papua, Sampit, Maluku, atau kerusuhan antara golongan pribumi
versus etnis Cina. Integrasi nasional merupakan pekerjaan rumah yang amat berat
tetapi harus diselesaikan oleh seluruh elemen yang mengaku sebagai bagian dari
nation Indonesia.
Implikasi dari teori interaksi simbolik dapat dijelaskan dari beberapa teori atau
ilmu dan metodologi berikut ini, antara lain: Teori sosiologikal modern (Modern
Sociological Theory) menurut Francis Abraham (1982)dalam Soeprapto (2007),
dimana teori ini menjabarkan interaksi simbolik sebagai perspektif yang bersifat
sosial- psikologis. Teori sosiologikal modern menekankan pada struktur sosial, bentuk
konkret dari perilaku individu, bersifat dugaan, pembentukan sifat- sifat batin, dan
menekankan pada interaksi simbolik yang memfokuskan diri pada hakekat interaksi.
Teori sosiologikal modern juga mengamati pola-pola yang dinamis dari suatu tindakan
yang dilakukan oleh hubungan sosial, dan menjadikan interaksi itu sebagai unit utama
analisis, serta meletakkan sikap-sikap dari individu yang diamati sebagai latar
belakang analisis.
Perspektif interaksional (Interactionist perspective) merupakan salah satu
implikasi lain dari interaksi simbolik, dimana dalam mempelajari interaksi sosial yang
ada perlu digunakan pendekatan tertentu, yang lebih kita kenal sebagai perspektif
interaksional (Hendariningrum. 2009). Perspektif ini menekankan pada pendekatan
untuk mempelajari lebih jauh dari interaksi sosial masyarakat, dan mengacu dari
penggunaan simbol- simbol yang pada akhirnya akan dimaknai secara kesepakan
bersama oleh masyarakat dalam interaksi sosial mereka.
14
Konsep definisi situasi (the definition of the situation) merupakan implikasi dari
konsep interaksi simbolik mengenai interaksi sosial yang dikemukakan oleh William
Isac Thomas (1968)dala m Hendariningrum (2009). Konsep definisi situasi merupakan
perbaikan dari pandangan yang mengatakan bahwa interaksi manusia merupakan
pemberian tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus) secara langsung.
Konsep definisi situasi mengganggap bahwa setiap individu dalam memberikan suatu
reaksi terhadap rangsangan dari luar, maka perilaku dari individu tersebut didahului
dari suatu tahap pertimbangan-pertimbangan tertentu, dimana rangsangan dari luar
tidak ”langsung ditelan mentah-mentah”.
Konstruksi sosial (Social Construction) merupakan implikasi berikutnya dari
interaksi simbolik yang merupakan buah karya Alfred Schutz, Peter Berger, dan
Thomas Luckmann, dimana konstruksi sosial melihat individu yang melakukan proses
komunikasi untuk menafsirkan peristiwa dan membagi penafsiran-penafsiran tersebut
dengan orang lain, dan realitas dibangun secara sosial melalui komunikasi (LittleJohn.
2005: 308).
Teori peran (Role Theory) merupakan implikasi selanjutnya dari interaksi
simbolik menurut pandangan Mead (West-Turner 2008: 105). dimana, salah satu
aktivitas paling penting yang dilakukan manusia setelah proses pemikiran (thought)
adalah pengambilan peran (role taking). Teori peran menekankan pada kemampuan
individu secara simbolik dalam menempatkan diri diantara individu lainnya ditengah
interaksi sosial masyarakat.
Teori diri (Self theory) dalam sudut pandang konsep diri, merupakan bentuk
kepedulian dari Ron Harrě, dimana diri dikonstruksikan oleh sebuah teori pribadi
(diri). Artinya, individu dalam belajar untuk memahami diri dengan menggunakan
sebuah teori yang mendefinisikannya, sehingga pemikiran seseorang tentang diri
sebagaiperson merupakan sebuah konsep yang diturunkan dari gagasan-gagasan
tentangpersonhood yang diungkapkan melalui proses komunikasi (LittleJohn. 2005:
311).
Teori dramatisme (Dramatism Theory) merupakan implikasi yang terakhir yang
akan dipaparkan oleh penulis, dimana teori dramatisme ini merupakan teori
komunikasi yang dipengaruhi oleh interaksi simbolik, dan tokoh yang
menggemukakan teori ini adalah Kenneth Burke (1968). Teori ini memfokuskan pada
diri dalam suatu peristiwa yang ada dengan menggunakan simbol komunikasi.
Dramatisme memandang manusia sebagai tokoh yang sedang memainkan peran
mereka, dan proses komunikasi atau penggunaan pesan dianggap sebagai perilaku
yang pada akhirnya membentuk cerita tertentu (Ardianto. 2007: 148).
15