Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan Masalah

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah dengan metode

kualitatif dan menggunakan pendekatan fenomenologi. Metode kualitatif

adalah metode untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara

alamiah (natural) dalam keadaan-keadaan yang terjadi secara alamiah

(Patton, dikutip dalam Ahmadi, 2016). Hal ini sependapat dengan

Prastowo (2016), menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah

metode (jalan) penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji

atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di

dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang

alamiah ketika hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generalisasi

berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari

fenomena yang diamati.

Fenomenologi adalah pengalaman subjektif atau pengalaman

fenomenologikal, atau suatu studi tentang kesadaran perspektif pokok dari

seseorang (Husserl, dikutip dalam Prastowo, 2016). Menurut Bogdan dan

Biklen (dikutip dalam Ahmadi, 2016), menyatakan bahwa tujuan dari

semua pemahaman fenomenlog yang beragam sifatnya pada dasarnya

sama, yakni memahami subyek dari sudut pandang subjek sendiri.

23
Dalam penelitian ini, peneliti ingin memahami pengalaman

subjektifitas yaitu pengalaman ibu yang memiliki anak penyandang autis

dari sudut pandang subjek (ibu) sendiri yang sedang terjadi secara alamiah

(natural) tanpa ada manipulasi. Fenomena ini tidak dapat digambarkan

secara kuantitatif karena pengalaman yang dialami setiap ibu yang

mempunyai anak penyandang autis itu berbeda-beda.

B. Definisi Konseptual

1. Autis

Autis dapat dikatakan sebagai suatu gangguan perkembangan

yang muncul diawal kehidupan seorang anak (biasa tampak pada masa

infancy atau toddlerhood) yang ditandai oleh ketidakmampuan anak

untuk berhubungan dengan orang lain, adanya masalah dalam hal

berkomunikasi, dan muncul kebutuhan untuk melakukan aktivitas

yang sama dan berulang.

2. Peran Ibu

Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, dan peran

ibu dalam keluarga antara lain sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya

yang berperan mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

mendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok

sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan, di samping

itu dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan bagi

keluarga.

24
3. Fenomena Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autis

Pengalaman ibu yang memliliki anak penyandang autis

memiliki fenomena stres pengasuhan dan tekanan psikologis yang

lebih tinggi daripada ibu dengan anak keterlambatan perkembangan.

Fenomena ibu dalam merawat anak autis usia sekolah meliputi

pengalaman ibu saat anak terdiagnosa autis, perawatan yang telah ibu

berikan, suka duka merawat anak, mengatasi setiap permasalahan

dalam perawatan dan dukungan yang ibu dapatkan selama perawatan

anak autis di usia sekolah

C. Subyek dan Informan

Subyek adalah siapa saja yang lebih banyak atau paling banyak

terlibat dalam peristiwa dan/atau memliki informasi penting yang

diperlukan dalam penelitian (Ahmadi, 2016). Sedangkan informan adalah

individu yang memiliki pengalaman khusus, status, atau ketrampilan

komunikasi, yang berkemauan untuk membagi pengetahuan dan yang

memiliki akses pada perspektif serta observasi yang meniadakan peneliti

(Goezt & LaComte, dikutip dalam Ahmadi, 2016). Dalam penelitian ini,

yang dipilih peneliti sebagai informan adalah ibu yang memiliki anak

penyandang autis. Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling (nonprobability sampling).

25
Nonprobability sampling merupakan pemilihan sampel yang

dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan peneliti, sehingga membuat

semua anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk

dipilih sebagai anggota sampel (Abdurahman et al., 2011). Sedangkan

purposive sampling adalah bagian dari nonprobability sampling, yang

merupakan teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2011).

Jumlah informan yang akan dipilih oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah tidak dibatasi, tetapi penelitian akan dihentikan oleh peneliti

apabila data saturasi akan dicapai (Braun & Clarke, 2006). Dalam

penelitian ini, informan harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi. Menurut Nursalam (2011), kriteria inklusi adalah karakteristik

umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan

akan diteliti, sedangkan kriteria eksklusi adalah

menghilangkan/mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi.

Adapun kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Ibu yang memiliki anak penyandang autis di SLB Negeri Jepara

2. Ibu yang berpendidikan minimal SMA

3. Ibu yang bersedia menjadi informan penelitian

4. Ibu yang sehat secara jasmani dan rohani

Sedangkan kriteria eksklusi sebagai berikut:

26
1. Ibu yang mengundurkan diri sebagai informan saat dilakukan

penelitian

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Jepara, yang mana

sekolahan tersebut merupakan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus

seperti anak penyandang autis. Peneliti memilih lokasi tersebut karena

tersebut memenuhi syarat dan kriteria penelitian. Penelitian ini dilakukan

selama dua minggu yaitu pada tanggal 23 April 2018 – 05 Mei 2018.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah

peneliti sendiri, karena menurut Nasution (dikutip dalam dikutip dalam

Prastowo, 2016), menyatakan bahwa peneliti adalah alat penelitian utama.

Sedangkan instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh penelitian dalam kegiatan mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto,

dikutip dalam Sujarweni, 2014). Adapun alat pengumpul data yang

digunakan peneliti seperti format pedoman wawancara, buku tulis dan

pulpen serta alat penunjang yang mendukung lainnya seperti handphone

sebagai alat perekam saat wawancara.

27
Kualitas dalam pengambilan serta pengumpulan data dipengaruhi

berdasarkan teknik

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Poham (dikutip dalam Prastowo, 2016), teknik

pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan

informasi atau fakta-fakta dilapangan. Dalam penelitian ini, teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth

interview) yang berjenis waawancara bebas terpimpin.

Wawancara merupakan proses memperoleh penjelasan untuk

mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab bisa

sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media

telekomunikasi antara pewawancara dengan orang diwawancarai, dengan

atau tanpa menggunakan pedoman dan wawancara adalah salah satu

instrumen yang digunakan menggali data secara lisan, yang harus

dilakukan secara mendalam agar kita mendapatkan data yang valid dan

detail (Sujarweni, 2014). Menurut Hariwijaya (2007), wawancara

mendalam adalah metode penelitian dimana peneliti melakukan kegiatan

wawancara tatap muka secara terus menerus untuk menggali informasi

dari informan sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan alasan detail

dari jawaban informan yang antara lain mencakup opininya, motivasinya,

nilai-nilai ataupun pengalaman-pengalamannya. Sedangkan wawancara

bebas terpimpin merupakan kombinasi wawancara tidak terpimpin dan

28
wawancara terpimpin, yang didalamnya terdapat unsur kebebasan tetapi

pengarahan pembicaraan secara tegas dan mengarah (Notoatmodjo 2012).

Peneliti memilih wawancara mendalam (indepth interview) yang

berjenis wawancara bebas terpimpin sebagai teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini karena peneliti ingin menggali informasi lebih dalam

secara lisan dan bertatap muka (langsung) dari informan mengenai

pengalaman ibu yang memiliki anak penyandang autis, agar peneliti

mendapatkan informasi yang valid dan detail, dan dalam wawancara

tersebut peneliti tidak harus terpaku pada format pedoman wawancara

yang dibawa saat penelitian, sehingga peneliti bebas mengolah sendiri

pertanyaan yang diajukan pada informan, tetapi tetap tegas dan terarah.

G. Keabsahan Data

Menurut Sugiono (dikutip dalam Prastowo, 2016), menjelaskan ada

empat bentuk uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif, yaitu uji

kreabilitas data, uji dependabilitas, uji transferabilitas dan uji

konfirmabilitas. Menurut Prastowo (2016) menyatakan bahwa uji

kreabilitas data adalah uji yang utama dalam uji keabsahan data, dan untuk

menguji kreabilitas data dapat dilakukan dengan teknik-teknik sebagai

berikut:

1. Perpanjangan pengamatan

Teknik ini mempunyai kegunaan seperti membatasi gangguan

dari dampak kita (peneliti) pada konteks, membatasi kekeliruan kita,

29
mengompensasikan pengaruh kejadian-kejadian yang tidak biasa atau

pengaruh sesat. Teknik ini dinilai mampu dapat meningkatkan derajat

kepercayaan data karena kita kembali terjun ke lapangan, melakukan

pengamatan dan wawancara lagi dengan sumber data yang pernah kita

temui maupun baru. Semakin akrab, semakin terbuka, dan saling

mempercayai antara kita dengan narasumber maka tidak ada informasi

yang disembunyikan lagi.

2. Meningkatkan ketekunan

Teknik ini adalah cara pengujian derajat kepercayaan data

dengan jalan melakukan pengamatan secara cermat dan

berkesinambungan, sehingga menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur

dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang kita cari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci. Teknik ini dapat memberikan deskripsi data yang akurat

dan sistematis tentang apa yang kita amati.

3. Triangulasi

Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap data tersebut.

Teknik ini dibedakan menjadi empat macam, yaitu triangulasi sumber,

teknik, waktu, penyidik dan teori.

4. Diskusi teman sejawat

30
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara

atau hasil akhir yang kita dapatkan dalam bentuk diskusi dengan

rekan-rekan sejawat yang bertujuan untuk tetap mempertahankan

sikap terbuka dan kejujuran kita dan memberikan suatu kesempatan

awal yang baik untuk menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang

muncul dari pemikiran kita.

5. Member check

Teknik ini adalah pengecekan data yang kita peroleh dari

pemberi data, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data

kita peroleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jika

data data yang kita sepakati oleh pemberi data, berarti data tersebut

valid sehingga semakin kredibel (dipercaya).

6. Analisis kasus negatif

Teknik ini berarti kita mencari data yang berbeda, atau bahkan

bertentangan dengan adata yang telah ditemukan. Jika tidak ada lagi

data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang

kita temukan sudah dapat dipercaya.

7. Menggunakan bahan referensi

Teknik ini yang dimaksud adalah adanya bahan pendukung

untuk membuktikan data yang telah kita temukan, seperti data hasil

wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

31
H. Analisa Data

Menurut Moleong (dikutip dalam Prastowo, 2016), analisis data

adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,

kategori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Hal ini

sependapat dengan Sujarweni (2014), analisia data adalah sebuah kegiatan

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda,

mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus

atau masalah yang ingin dijawab. Untuk mengelola data hasil wawancara

peneliti menggunakan analisis tematik yang dilakukan oleh Braun dan

Clarke (2006) yang terdiri dari 6 tahapan, yaitu:

1. Mengenali data

Peneliti mengumpulkan data dengan mewawancarai informan

dan menggunakan handphone untuk merekam wawancara. Kemudian

menuliskan data lisan ke dalam bentuk teks. Transkip data lisan dalam

bentuk teks dapat menjadi cara yang sangat baik untuk mengenal data.

Hal ini membantu peneliti untuk menemukan pola, kode dan

mengidentifikasi potensial tema. Setelah transkip diciptakan,

kemudian memeriksa rekaman asli sekali lagi untuk menjaga ke

akuratan data. Selanjutnya membaca kembali transkip wawancara

dengan seksama untuk menemukan ide-ide menarik atau istilah yang

dianggap penting untuk dianalisis.

32
2. Menginisialkan kode

Menghasilkan kode awal dari data. Peneliti melakukan

pengkodean dari hasil membaca transkip wawancara dengan seksama

dengan membuat catatan dibawah setiap pertanyaan pada wawancara

untuk menunjukkan pola potensial.

3. Mencari tema

Tema merupakan makna yang lebih luas dari kode, pola yang

koheren dan bermakna dari data untuk menjawab pertanyaan

penelitian. Pada fase ini peneliti mulai memilah dan menyusun kode

yang berbeda ke dalam tema yang dianggap potensial.

4. Meninjau tema

Peneliti meninjau kembali tema-tema yang sudah dibuat.

Hubungan diantara tema dan kode harus jelas dan koheren. Oleh

karena itu, peneliti perlu membaca kembali kode-kode yang sudah

dikumpulkan untuk setiap tema. Apabila ada tema yang dianggap

tidak sesuai maka tema tersebut dapat direduksi atau dihilangkan.

Tema yang dianggap potensial juga dapat muncul pada tahap ini. Hal

ini dilakukan untuk menemukan tema yang akurat.

5. Mendefinisikan tema dan nama tema

Menjelaskan hal pokok dari data yang telah ditemakan.

Membuat sebuah cerita analitis bagaimana tema sesuai untuk

menyelesaikan permasalahan praktisi. Mengidentifikasi tema

33
menggunakan semantic level untuk mencari lebih dalam apa yang

praktikan katakan dan mengkaitkannya dengan literatur yang relevan.

6. Menghasilkan laporan

Menuliskan laporan hasil analisis tematik dari transkrip

wawancara untuk menceritakan dan meyakinkan pembaca dengan

bukti cukup.

I. Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012), kode etik penelitian adalah suatu

pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang

melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subyek penelitian)

dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut.

Nursalam (2011) membedakan etika dalam penelitian menjadi tiga

bagian, sebagai berikut:

1. Prinsip Manfaat

Pada saat penelitian harus dilakukan tanpa mengakibatkan

penderitaan, menghindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan,

serta mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat

kepada subyek.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

34
Pada saat penelitian, subyek harus diperlakukan secara

manusiawi dengan memberikan hak memutuskan apakah bersedia

menjadi subyek atau tidak dengan tanpa adanya sangsi apapun, subyek

harus diberikan penjelasan secara rinci dan tanggung jawab dari

peneliti untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan,

serta subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian dan subyek bebas untuk berpartisipasi atau menolak

menjadi responden yang akan dilaksanakan dengan memberikan

lembar persetujuan (informed concent).

3. Prinsip Keadilan (Right to Justice)

Pada saat penelitian, subyek mendapatkan perlakuan adil baik

sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa

adanya diskriminasi, serta data yang diberikan subyek harus

dirahasiakan dengan adanya tanpa nama (anonimity) dan rahasia

(confidentiality).

J. Jadwal Penelitian

(Terlampir)

35

Anda mungkin juga menyukai