Anda di halaman 1dari 11

PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-19 DI BANDAR UDARA DAN DI

DALAM PESAWAT

Kelompok 19B; Djonny Djuarsa, dr., SpM., M.H.Kes

Pendahuluan

PANDEMI virus corona atau covid-19 sebagaimana diakui bersama merupakan virus
yang berasal dari kota wuhan, provinsi hubei, china. Virus ini sendiri mulai ditemukan akhir
bulan desember 2019 lalu oleh dokter, Li Wen Lliang.

Jika dihitung sejak awal ditemukan hingga sekarang dengan waktu yang kurang dari
empat bulan ini, virus corona mampu menguasai dunia dan mengancam keselamatan
penduduknya. Pandemi Covid-19 yang saat ini telah melanda 209 negara di dunia termasuk
Indonesia, belum menunjukkan tanda-tanda bakal bisa diredam dalam waktu dekat. Banyak
negara maju maupun berkembang hingga saat ini harus berjibaku dengan waktu untuk menekan
angka penularan virus corona.

Berdasarkan hasil surveilans yang dikeluarkan oleh WHO (World Health Organization)
pada tanggal 2 April 2020, Indonesia merupakan Negara kedua terbanyak setelah Thailand
se-Asia tenggara. Tidak hanya menyasar kesehatan dan kesalamatan jiwa penduduk dunia, dalam
waktu singkat virus corona mampu memporak porandakan hampir seluruh sendi-sendi kehidupan.
Setiap hari telah terjadi peningkatan angka kejadian dan kematian akibat virus corona.

Kehidupan atau aktivitas sosial, ekonomi, budaya, politik bahkan agama pun seluruhnya
mampu dikuasai oleh virus corona. Sangat beralasan, sebab keganasan virus ini benar-benar
menjelma jadi sosok menakutkan, sehingga terpaksa banyak kegiatan dihentikan guna
mematahkan pergerakan virus corona.

Dalam upaya menangani wabah virus Corona yang semakin meluas, pemerintah
menganjurkan masyarakat untuk menerapkan social distancing atau pembatasan sosial. Selain itu,
perlu dilakukan pengawasan ketat antar keluar masuknya orang antar Negara terkait persebaran
virus corona baru. Virus corona dapat menular dari orang ke orang dan dari satu wilayah ke
wilayah lainnya, bisa melalui jalur darat, laut maupun udara.
Untuk jalur udara, yang menjadi fokus penting dalam pencegahan virus ini adalah di
bandar udara dan di dalam pesawat. Bandar udara sebagai tempat lalu lintas orang (penumpang)
maupun barang yang memungkinkan setiap individu berkontak dengan orang luar pulau bahkan
luar negeri. Pesawat merupakan suatu alat transportasi yang sangat cepat sehingga
memungkinkan orang dengan mudah mejangkau suatu wilayah. Dengan demikian pesawat
berperan dalam mempercepat penyebaran virus corona sehingga untuk mengantisipasi hal
tersebut perlu dikeluarkan peraturan-pertauran dan upaya untuk mencegahnya.

Isi

Covid-19 ditemukan pada 31 Desember 2019 di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. Pada
awalnya kasus ini dilaporkan sebagai kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya.
Berdasarkan data epidemiologi, 66% pasien berkaitan dengan pajanan yang ada di pasar daerah
Wuhan. Sampel dari pasien yang terinfeksi kemudian diambil dan diteliti. Hasilnya
menunjukkan infeksi coronavirus jenis betacoronavirus tipe baru dan diberi nama novel
Coronavirus (2019-nCoV). World Health Organization (WHO) kemudian memberikan nama
virus baru tersebut dengan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Severe Acute
Respiratory Sydrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan
contoh dari 7 tipe coronavirus.

Coronavirus sebagian besar menginfeksi hewan dan memiliki siklus hidup di hewan.
Virus ini desebut juga sebagai virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke
manusia. Kelelawar, tikus bambu, unta, dan musang adalah host atau inang yang biasa
ditemukan untuk coronavirus. Coronavirus hanya dapat memperbanyak diri melalui inangnya.
Sehingga apabila inangnya tidak ada maka virus tidak dapat memperbanyak diri dan
menghentikan terjadinya penularan. Kelelawar diduga merupakan inang utama yang kemudian
dapat menularkan ke manusia melalui mutasi evolusi. Secara umum, penularan virus ini dari
hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia dapat melalui kontak, droplet, rute feces dan
oral.

Infeksi covid-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, dan berat. Gejala klinis utama
dari covid-19 yaitu demam (suhu >38℃), batuk, dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai
dengan sesak napas yang semakin berat, lelah, nyeri otot, diare, dan gejala infeksi pada saluran
pernapasan lainnya. Sesak timbul setelah satu minggu pada setengah dari pasien yang terinfeksi
covid-19. Sebagian besar pasien memiliki prognosis yang baik untuk kesembuhannya, sebagian
kecil mengalami kritis hingga meninggal.

Covid-19 dapat menyebar secara cepat karena lebih dari 85% orang yang terinfeksi
adalah asimptomatik atau memiliki gejala ringan. Virus tersebut akan menyebar melalui percikan
air atau droplet yang keluar saat seseorang bersin, batuk, atau berbicara. Terjadinya penyebaran
hingga keluar dari negara asalnya yaitu Tiongkok salah satunya adalah melalui transportasi udara
yaitu pesawat.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam bandara:

1. Petugas medis harus memakai alat pelindung diri (masker N95 dan atau sarung tangan,
jubah medis, pelindung mata dan wajah ketika menghadapi pasien suspek atau COVID-19).

2. Petugas non-medis menggunakan masker bedah, kecuali menghadapi pasien suspek atau
COVID-19) wajib menggunakan alat pelindung diri seperti petugas medis.

3. Seluruh individu harus menggunakan masker bedah.

4. Dilakukan prosedur skrining seperti pengukuran suhu, di wawancara gejala yang dimiliki
individu serta riwayat perjalanan atau kontak.

5. Seluruh penumpang dan petugas harus di edukasi untuk melakukan hand-hygiene dan etika
batuk atau bersin serta aktif melapor jika muncul gejala.

6. Seseorang dengan gejala ketika skrining harus dipisahkan pada tempat khusus dan dilakukan
evaluasi lebih lanjut.

Selama perjalanan:

1. Lokasi tempat duduk diatur sesuai dengan status individu: suspek, dengan gejala, dan tanpa
gejala atau individu sehat. Begitupula dengan individu yang diisolasi atau terkonfirmasi
COVID-19 harus dipisahkan dari penumpang lain. Semua penumpang di observasi ketat
oleh tenaga medis selama penerbangan evakuasi.

2. Jika terdapat kasus suspek terdeteksi selama penerbangan, pisahkan ke tempat khusus dan
dilakukan evaluasi medis lebih lanjut. Petugas kabin harus menginformasikan dan meminta
saran kepada layanan medis yang berada didaratan pada titik masuk kedatangan melalui
tower kontrol. Pada kasus sakit berat, pilot mungkin dapat melakukan pengalihan di titik
masuk terdekat untuk mendapat tatalaksana yang dibutuhkan.

3. Pada kondisi terdapat kasus dengan gejala respirasi selama perjalanan, berikut langkah yang
dilakukan untuk mengurangi paparan dan membatasi transmisi:

a) Menempatkan hanya satu petugas kabin untuk memeriksa penumpang yang sakit,
terutama yang sebelumnya kontak dengan penumpang tersebut.

b) Menggunakan alat pelindung diri dengan pasien bergejala yaitu masker bedah atau
medis, menerapkan hand hygiene dan sarung tangan. Pada semua kasus, kursi yang
berdekatan dengan pasien harus dikosongkan, jika memungkinkan.

c) Penumpang yang duduk disekitarnya harus memberikan informasi rencana


perjalanannya dan kontak detail untuk dicatat dan dilakukan follow-up lebih lanjut,
sebagai kontak potensial. Informasi ini juga dikumpulkan dari penumpang lainnya yang
tidak terpapar secara volunteer.

d) Pasien selama perjalanan harus menerapkan hand hygiene dan etika batuk dan bersin
dengan menggunakan masker bedah atau medis atau dengan menggunakan tissue sekali
pakai. Jika pasien tidak toleransi menggunakan masker, penumpang sehat lainnya
ditawari menggunakan masker.

e) Menangani selimut, atau barang personal pasien dengan hati-hati.

f) Apabila terdapat muntahan, sekret dan produk tubuh lainnya dari pasien, lakukan
pembersihan lingkungan sesuai dengan panduan.

g) Menangani semua produk pembuangan sesuai dengan panduan dan regulasi.

h) Pemberitahuan terhadap pelayanan kesehatan pada titik kedatangan.

i) Pastikan petugas penerbangan mempertahankan sistem resirkulasi penerbangan


berkelanjutan (HEPA filters).
Kedatangan:

1. Skrining masuk di semua pelabuhan atau bandara tempat kedatangan seperti pengukuran
suhu, kuesioner terkait tanda dan gejala yang dimiliki, riwayat perjalanan serta informasi
kontak dan paparan, pesan sehat untuk waspada tanda dan gejala serta mengunjungi fasilitas
layanan kesehatan, dan analisis serta pengumpulan data (lakukan mekanisme cepat dan tepat
untuk respon dan evaluasi cepat). Telusuri riwayat kontak pasien positif COVID-19 pada
semua penumpang dan pemantauan atau follow-up individu dengan riwayat kontak.

2. Jika terdapat kasus suspek yang terdeteksi ketika kedatangan, lakukan managemen awal dan
wawancara ditempat terpisah.

3. Pisahkan jalur keluar penumpang dengan positif COVID-19 dengan penumpang yang tidak
bergejala.

4. Terapkan jalur dan transportasi cepat serta khusus untuk penumpang suspek atau positif
COVID-19.

5. Persiapkan rumah sakit tujuan yang akan menjadi tempat penanganan pasien dengan
COVID-19 positif atau suspek COVID-19.

6. Terapkan protokol sanitasi, desinfektan dan pembersihan pesawat atau area penerbangan.

Pada transportasi, situasi polusi harus dievaluasi terlebih dahulu. Polutan yang terlihat di
kereta, mobil, dan kapal harus sepenuhnya dihilangkan dengan menggunakan bahan penyerap
sekali pakai dengan disinfektan yang mengandung klorin 5.000 – 10.000 mg/L (atau disinfeksi
dengan tingkat lebih tinggi handuk basah/handuk kering), kemudian disemprotkan atau diseka
dengan disinfektan yang mengandung 1.000 mg/L klorin atau disinfektan yang mengandung 500
mg/L klorin dioksida selama 30 menit. Saat mendisinfeksi kabin pesawat, jenis dan dosis
disinfektan harus sesuai dengan ketentuan yang relevan dari Administrasi Penerbangan Sipil
Cina (CAAC). Kain, bantal, bantal, dan seprai direkomendasikan untuk diperlakukan sebagai
limbah klinis.
Berikut protokol kesehatan PT Angkasa putra di salahsatu bandara yaitu Soekarno Hatta:

1. Penyemprotan cairan disinfektan di seluruh area terminal, area publik seperti stasiun kereta
bandara hingga transportasi publik seperti skytrain di Bandara Soekarno-Hatta.

2. Setiap penumpang pesawat yang tiba di bandara melalui proses pendeteksian suhu tubuh
dengan thermal scanner dan thermal gun.

3. Bandara-bandara PT Angkasa Pura II menyiapkan ruang isolasi apabila terdapat seseorang


yang terindikasi terpapar COVID-19.

4. Bandara-bandara PT Angkasa Pura II menyediakan lebih banyak titik-titik hand sanitizer


serta membuat wastafel portabel di area publik, selain tentunya juga terdapat wastafel di
seluruh toilet agar memudahkan penumpang melakukan hand hygiene.

5. Memperbarui informasi tentang COVID-19 secara reguler. Informasi perjalanan, peraturan


terbaru, serta jadwal penerbangan terkait COVID-19 di bandara-bandara PT Angkasa Pura II
dapat diakses melalui www.angkasapura2.co.id, aplikasi INAirports, akun instagram,
facebook, youtube, twitter masing-masing bandara, serta contact center Airport 138.

6. Menyesuaikan pola operasional. Masing-masing bandara melakukan penyesuaian pola


operasional guna menyederhanakan alur pergerakan penumpang di terminal guna
memastikan penerapan physical distancing dan menjaga aspek kesehatan penumpang
pesawat, pengunjung bandara, serta pekerja di bandara.

7. Menjalankan prosedur pengisian Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card/HAC).


PT Angkasa Pura II dan Kantor Kesehatan Pelabuhan memastikan prosedur pengisian HAC
oleh penumpang rute domestik dapat dijalankan guna pendeteksian penyebaran COVID-19.

8. Mensosialisasikan cara-cara pencegahan terpapar COVID-19. Seluruh titik-titik komersial


yang berbentuk LED di bandara-bandara dimanfaatkan untuk menayangkan berbagai video
guna mensosialisasikan cara pencegahan terpapar COVID-19 kepada setiap penumpang
pesawat dan pengunjung bandara.

9. Melakukan penyemprotan disinfektan terhadap bagasi penumpang tercatat. Setiap barang


bawaan atau bagasi penumpang yang masuk ke lambung pesawat (bagasi tercatat), saat tiba
di bandara PT Angkasa Pura II akan dilakukan penyemprotan cairan disinfektan.
Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan pada Pasal 27; Setiap pesawat udara yang datang dari luar negeri berada dalam
pengawasan kekarantinaan kesehatan.

Pada pasal 28 ayat (1); setiap pesawat udara yang:

a. Datang dari Bandar Udara wilayah yang Terjangkit,

b. Terdapat orang hidup atau mati yang diduga Terjangkit; dan/atau

c. Terdapat orang dan/atau Barang diduga Terpapar di dalam Pesawat Udara.

Pasal 28 ayat (2); Kapten penerbang wajib segera melaporkan mengenai keadaan di
maksud ayat (1) kepada petugas lalu lintas udara untuk diteruskan kepada Pejabat Karantina
Kesehatan di Bandar Udara tujuan dengan menggunakan teknologi telekomunikasi.

Menurut pasal 30 ayat (1); Kapten Penerbang pada Pesawat Udara sebagaimana di
maksud dalam pasal 27 dan 28 hanya dapat menurunkan atau menaikkan orang dan/atau barang
setelah dilakukan pengawasan kekarantinaan kesehatan oleh pejabat karantina kesehatan; ayat
(2); Persetujuan karantina kesehatan dapat berupa:

a. Persetujuan bebas karantina, dalam hal tidak ditemukan penyakit dan/atau faktor risiko
yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat dan/atau dokumen
karantina kesehatan dinyatakan lengkap dan berlaku; dan

b. Persetujuan karantina terbatas, dalam hal ditemukan penyakit dan/atau faktor risiko yang
berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat dan/atau dokumen karantina
kesehatan dinyatakan tidak lengkap dan tidak berlaku.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) juga dijelaskan mengenai pembatasan transportasi salah
satunya di bandar udara. Pada BAB II tentang Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar di
Pasal 13 ayat (1); Pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar meliputi;

a. Peliburan sekolah dan tempat kerja;

b. Pembatasan kegiatan keagamaan;


c. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum;

d. Pembatasan kegiatan sosial dan budaya;

e. Pembatasan moda transportasi; dan

f. Pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan.

Ayat (10); pembatasan moda transportasi sebagimana dimaksud pada ayat (1): Moda transportasi
penumpang baik umum atau pribadi dengan memperhatikan jumlah penumpang dan menjaga
jarak antar penumpang.

Protokol pintu masuk wilayah Indonesia, manajemen cegah tangkal di pintu masuk negara
(Bandara, Pelabuhan) dalam mengantisipasi Covid-19 mencakup sebagai berikut:

a. Deteksi dini pelaku pelaku perjalanan yang di duga sakit,

b. Wawancara dan anamnesis pelaku perjalanan yang sakit untuk memastikan kemungkinan
adanya gejala Covid-19 di ruang pemeriksaan,

c. Pelaporan kasus-kasus pelaku perjalanan yang di duga terjangkit Covid-19,

d. Rujuk untuk isolasi pelaku perjalanan yang di duga terjangkit Covid ke RS rujukan dengan
menggunakan ambulans yang sesuai kriteria ,

e. Tindakan kekarantinaa kesehatan pada alat angkut dan barang yang di duga terpapar
Covid-19.

Mendeteksi pelaku perjalanan yang sakit di kedatangan internasional.

1. Petugas karantina kesehatan.

a. Terdapat jumlah personel yang cukup dan terlatih dengan memperhatikan volume
pelaku perjalanan kegiatan di pintu masuk negara,

b. Pintu masuk dengan jumlah pelaku perjalanan besar harus memiliki minimal dua
petugas kesehatan di lokasi pintu kedatangan pelaku perjalanan,

c. Petugas kesehatan mempunyai kemampuan dalam melakukan pencegahan penyakit


infeksi Covid-19.
2. Sarana Prasarana

a. Pemeriksaan suhu tubuh, pelaku perjalanan wajib menggunakan thermo gun dan
thermal scanner,

b. Tersedianya tempat yang memenuhi standar untuk meletakkan thermal scanner,

c. Tersedianya ruang pemeriksaan untuk melakukan anamnesa dan wawancara terhadap


pelaku perjalanan yang diduga terinfeksi Covid-19,

d. Tersedianya APD (Alat Pelindung Diri) yang akan diguakan dalam melakukan
pengawasan dan pemeriksaan,

e. Tersedianya desinfektan, antiseptik dan tempat pembuangan sampah medis yang


mencukupi untuk melakukan tindakan kekarantinaan kesehatan,

f. Tersedianya Health Alert Card (HAC).

Pelaku perjalanan untuk menentukan kriteria kasus;

a. Pada saat wawancara menjaga jarak minimal 1 meter, (termasuk menanyakan perjalanan dan
riwayat paparan) petugas menggunakan APD lengkap dan pasien menggunakan masker

b. Melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui apakah memenuhi kriteria kasus (tanda dan
gejala seperti demam, ≥ 38°C, batuk, pilek, nyeri tenggorokan sesak napas).

Pelaporan pelaku perjalanan yang sakit di alat transportasi udara, pengumpulan Surat
Deklarasi Umum dari bagian kesehatan dari pesawat. Semua pelaku perjalanan pesawat wajib
menisci formulir deklarasi umum dari bagian kesehatan di pesawat. Pihak yang berwenang akan
menginformasikan operator pesawat atau agen mereka terkait persyaratan tersebut.

Menurut standar WHO, bagi masyarakat umum untuk mengurangi pajanan dan penularan
meliputi kebersihan:

1. Sering membersihkan tangan dengan cara menggosok menggunakan sabun dan air

2. Ketika batuk dan bersin tutup hidung dan mulut dengan menggunakan siku atau
menggunakan tissue dan langsung mencuci tangan

3. Hindari kontak dengan siapapun yang mengalami demam dan batuk


4. Apabila mengalami demam, batuk dan sesak nafas segera melakukan penanganan medis
lebih awal

5. Hindari mengkonsumsi produk hewan mentah atau setengah matang, untuk menghindari
kontaminasi.
Referensi:

1. World Health Organization. Key considerations for repatriation and quarantine of travellers
in relation to the outbreak of novel coronavirus 2019-nCoV.
2. World Health Organization. Operational considerations for managing COVID-19 cases or
outbreak in aviation. 2020.
3. Schumaker E, Winsor M. 14 Americans evacuated from cruise ship in Japan test positive for
novel coronavirus. 2020.
4. Vara V. Cautious sails: Coronavirus (Covid-19) measures and impact on the cruise industry.
2020.
5. Coronavirus outbreak: Measures and preventive actions by ports. 2020.
6. Souchray, S. Unmasked: Experts explain necessary respiratory protection for COVID-19.
2020.
7. Fajar, T. Ini Protokol Kesehatan di Bandara Cegah Covid-19. 2020.
8. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020. Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19).
10. Protokol Perbatasan Pintu Masuk Wilayah Indonesia (Bandara, Pelabuhan, PLBDN)
COVID-19. 2020.
11. Standar Operasional Prosedur Evakuasi Penumpang Transportasi Udara dan Laut,
Indonesian Society of Respirology (PDPI). 2020.
12. Pneumonia COVID-19, Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. PDPI. 2020.

Anda mungkin juga menyukai