Anda di halaman 1dari 8

Chest tube

Definisi : tindakan memasukkan selang atau tube ke dalam rongga torak dengan menembus
muskulus interkostalis untuk membebaskan udara atau cairan dari rongga pleura
Tujuan : tekanan pleura dari + menjadi -
Indikasi

- Pneumotorak 30%
- Pneumotorak bilateral
- Flail chest
- Penumotorak residif
- Hematothorak bilateral

Teknik operasi

1. Pasien setengah duduk (45 deraat)


2. Tandai daerah yang aan diinsisi secara tranversal 2-3 cm di ics 5 mid axilla line
3. Lokal anastesi dengan infiltrasi kulit dan jaringan
4. Ujung dari proksimal tube di klem hingga ruang pleura
5. Jahit tube ke dinding dada
Kateter

Trakeostomi
Definisi : pembuatan lubang di dinding anterior axilla untuk mepertahankan jalan napas
Indikasi :

- Obstruksi larig
- Mengurangi dead air space di saluran napas bagian atas
- Penghisapan sekret pada pasien koma
- Memasang respirator
- Mengambil benda sing di subglotik (tak ada fasilitas)
- Kemampuan menelan hilang
- Cedera kepala dan leher

Kontraindikasi

- Gangguan koagulasi.
- Leher pendek.
- Obesitas.
- Pembesaran kelenjar tiroid dan ismus.
- Ketidakmampuan untuk mengembangkan leher.
- Adanya pembuluh darah yang pulsatile di lokasi pemasangan.
- Keganasan pada daerah pemasangan tracheostomy.
- Riwayat operasi tulang cervical atau Tracheostomy.
- Memerlukan dukungan ventilasi yang tinggi (FiO2 > 70%, PEEP > 10 cm H2O)

Cara

- Tidur terlentang dengan bantal dibawah bahu (Ekstensi leher)


- tulang rawan trakea dan laring harus teraba untuk menentukan dimana lokasi sayatan.
Sayatan harus secara horizontal di pertengahan antara lekukan sternum dan tulang
rawan krikoid, yang dapat dirasakan di bagian inferior ligament krikotiroid.
- Desinfeksi dengan Povidone Iodine 10% atau dengan hibitane-alkohol 70%
- Anestesi jk pasien sadar dengan cara anestesi lokal secara infiltratif kulit pada garis
insisi dengan lidokain 1% : epinefrin
- Lokasi penentuan sayatan ditentukan dengan cara perhitungan 1 – 2 cm di bawah
kartilago krikoid
- Insisi sepanjang 5 cm, 2 jari diatas fosa suprasternal
- Luka sayatan kulit secara horizontal dibuka dengan forcep.
- Strap muscle dievaluasi.
- Dengan strap muscle yang diretraksi, maka ismus tiroid akan jelas terlihat.
- Ismus tiroid dibagi diantara dua hemostat.
- cincin trakea jelas terlihat dengan tulang rawan krikoid di bagian superior
- Dilator trakea digunakan untuk membuka trakea setelah disayat secara ventrikal
melewati cincin trakea dengan menggunakan pisau no 11 dengan bagian tajam pisau
menghadap ke atas dan arah sayatan ke kranial (cincin 2-3 pada tracheostomy tinggi
dan cincin 4-5 pada tracheostomy rendah).
- rakea dipertahankan terbuka dengan kait gigi satu tumpul kanan-kiri, bersihkan secret
dengan kanul penghisapyang bergantian dengan oksigenasi. Sekret diambil untuk
dilakukan tes sensifitas kuman.
- 11. Masukkan kanula tracheostomy secara hati – hati, pada waktu memasukkan
ujungnya posisi sumbu kanula tegak lurus terhadap trakea, setelah pasti masuk putar
arah sumbu sejajar trakea dan lanjutkkan dorong sesuai lengkung kanula ke dalam
lumen trakea. Cek kanula masuk dalam lumen trakea, rasakan hembusan nafas dari
lubang kanula atau gunakan ujung benang untuk melihat getaran karena hembusan
nafas. Kanula difiksir dengan menjahit cuping kanula kanan-kiri ke kulit leher dan
pasang tali pita yang melingkari leher. Jangan terlalu kuat melakukan jahitan di
sekitar pipa tracheostomy karena dapat menimbulkan emfisema. Antara cuping kanula
dan kulit diberi bantalan kasa steril.

Rectal toucher
Pemeriksaan colok dubur adalah suatu pemeriksaan dengan memasukkan jari telunjuk
yang sudah diberi pelicin ke dalam lubang dubur untuk menilai keadaan perianal, perineum,
tonus sfingter ani dan refleks bulbo-kavernosus (BCR), mukosa dan ampulla rekti, serta
penonjolan prostat kearah rektum.
Pada pemeriksaan perianal : fistula perianal, skin tag, fissura, tumor anus dan hemorrhoid.
Dinilai juga keadaan perineum, apakah meradang atau tidak.
Penilaian Sfingter ani dilakukan dengan cara merasakan adanya jepitan pada sfingter ani pada
saat jari telunjuk dimasukkan lubang anus. Colok dubur juga bertujuan untuk mencari
kemungkinan adanya massa di dalam lumen rektum, menilai mukosa dan ampulla rektum
serta keadaan prostat.
Indikasi :

- Perdarahan saluran cerna bagian bawah.


- Hemorrhoid, prolaps rekti.
- Ca Recti, Tumor anus
- Ileus Obstruktif dan ileus paralitik.
- Peritonitis.
- BPH & Ca prostat.
- Dll

Latreal : nyeri

Posterior : coxae

Anterior : protat, uterus, vagina

Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk melakukan rectal toucher. Perlu hati-hati saat
melakukan rectal toucher pada - Anak-anak karena pemeriksaan dapat menyebabkan
vasovagal syncope. - Prostatitis, dapat menyebarkan infeksi. - Hemorrhoid interna grade IV
Cara pemeriksaan

- Melakukan Informed Consent dan penjelasan prosedur pemeriksaan.


- Melakukan cuci tangan dan memakai Handscoen.
- Posisi pemeriksa: Berdiri disebelah kanan pasien.
- Posisi pasien: Memposisikan pasien dalam posisi Lithotomi (Berbaring terlentang
dalam keadaan rileks, lutut ditekuk 600), pasien terlebih dahulu disuruh berkemih.
- Pemeriksaan dimulai dengan melakukan inspeksi perianal dan perineum dibawah
penerangan yang baik (jika ada hemoroid grade 4, tidak dilakukan RT).
- Pada pemeriksaan perianal dapat dilihat adanya fistula perianal, skin tag, fissura,
tumor anus dan hemorrhoid. Dinilai juga keadaan perineum, apakah meradang atau
tidak.
- Keadaan tonus sfingter ani diobservasi pada saat istirahat dan kontraksi volunter.
- Penderita diminta untuk “mengejan” seperti pada saat defekasi, untuk memperlihatkan
desensus perineal, prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang menonjol seperti prolaps
rekti dan tumor.
- Melakukan lubrikasi pada jari telunjuk tangan kanan dengan K-Y jelly dan
menyentuh perlahan pinggir anus.
- Memberikan tekanan yang lembut sampai sfingter terbuka kemudian jari dimasukkan
lurus ke dalam anus, sambil menilai tonus sfingter ani.
- Mengevaluasi keadaan ampula rekti, apakah normal, dilatasi atau (kolaps) -> udara
atau feses
- Mengevaluasi mukosa rekti dengan cara memutar jari secara sirkuler, apakah mukosa
licin atau berbenjol-benjol, adakah teraba massa tumor atau penonjolan prostat kearah
rektum., rapuh
- Apabila teraba tumor, maka deskripsikan massa tumor tersebut : intra atau
ekstralumen, letak berapa centi dari anal verge, letak pada anterior/posterior atau
sirkuler, dan konsistensi tumor, darah, rapuh,
- Apabila teraba penonjolan prostat: deskripsikan berapa cm penonjolan tersebut,
konsistensi (kenyal/keras), permukaan (licin/benol), sulcus medianus teraba/tidak,
pole superior dapat dicapai/tidak.
- Melakukan evaluasi apakah terasa nyeri, kalau terasa nyeri sebutkan posisinya.
(apendisitis) ada psoas
- Melepaskan jari telunjuk dari anus
- Memeriksa handscone: apakah ada feses , darah (hemoroid, polip), atau lendir
(massa, infeksi ambopa)?
- Melepaskan handschoen dan membuang ke tempat sampah medis
- Melakukan cuci tangan
- Melaporkan hasil pemeriksaan.
contoh laporan pemeriksaan Rectal Toucher.
Rectal toucher: Perianal dan perineum tidak meradang, tidak tampak massa tumor,
Sfingter ani mencekik, mukosa licin, ampula kosong, tak teraba massa tumor, tak
teraba penonjolan prostat kearah rektum, tidak terasa nyeri.
Handscoen: Tak ada feses, tak ada darah, tak ada lendir.
Sirkumsisi

Indikasi
 Fimosis (gagal dengan medikamentosa)
 Parafimosis
 Balanitis dan atau postitis berulang
 Neoplasma di frenulum
 Preputium redundant
 Sirkumsisi ritual (alasan non medik)

Kontraindikasi
 Hypospadia
 Chordae
 Torsi penis
 Mikro penis atau penis tertanam
 Hipoplasi urethra
 Epispadia
 Ambiguous Genitalia
 Penyakit gangguan pembekuan darah (mis. Hemofilia atau trombositopenia)
 Kelainan kulit atau jaringan ikat yang mengganggu penyembuhan luka
 Infeksi berat atau penyakit yang menyebabkan gangguan penyembuhan luka
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2

Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk


1 menentukan adakah indikasi dan kontraindikasi
sirkumsisi

2 Menjelaskan resiko dan manfaat sirkumsisi

Mempersiapkan dan memeriksa alat dan bahan yang


3
akan digunakan untuk sirkumsisi

4 Mempersiapkan pasien dan mempersilahkan pasien


berbaring

Melakukan anamnesis ulang indikasi dan


5 kontraindikasi prosedur dan memastikan identitas
pasien

6 Melakukan cuci tangan pembedahan

7 Memakai sarung tangan steril

Melakukan desinfeksi daerah operasi dari preputium


8
sampai pubis secara sentrifugal

9 Memasang duk steril

10 Melakukan anastesi blok nervus pudendus

Melakukan anastesi infiltasi subkutan pada daerah


11
subkoronal glans penis

12 Memeriksa apakah anastesi telah berhasil

Membuka preputium sampai korona glandis terlihat,


13
dan membersihkan smegma dengan kasa betadine

14 Mengembalikan preputium ke posisi semula

Melakukan klem pada preputium pada jam 11, jam 1


15
dan jam 6

Memotong preputium pada jam 12 dengan gunting


16
jaringan sampai korona glandis

Melakukan penjahitan kendali pada mukosa-kulit pada


17
jam 12

Menggunting preputium secara melingkar dari arah


jam 12 ke arah jam 6, searah dan berlawanan arah
18
dengan jarum jam, dengan menyisakan frenulum pada
jam 6, dengan jarak yang sama dari korona glandis
19 Melakukan hemostasis

20 Melakukan jahitan “figure of eight” pada frenulum

21 Memotong frenulum di distal jahitan

Memeriksa apakah ada perdarahan dan melakukan


22
hemostasis

Menjahit mukosa-kulit pada jarak 0,5-1 cm


23 disekeliling korona glandis sampai seluruh mukosa –
kulit bertemu

24 Mengoleskan salep antibiotik disekeliling luka jahitan

25 Membalut luka dengan kasa steril

26 Melakukan fiksasi balutan ke pubis

Membuka duk steril dan membersihkan daerah operasi


27
dengan cairan steril

28 Memberikan obat

29 Melakukan edukasi pasien

SKOR TOTAL

Anda mungkin juga menyukai