Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DEKUBITUS
I
1. I MADE SUKARBA
2. DERLINNA BANTOYOT
3. SRIWAYATI
4. REPI
5. NI WAYAN WENTEN ASTITI
6. I GEDE GINARTAYASA
7. I NENGAH DUITA
8. I NENGAH MULIADI
9. NI KOMANG SRI SUSILAWATI
10. NI MADE MUTIARI
11. NI MADE SERIARYATI
12. NI WAYAN RATNA
13. FENY MERDIAWATI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kulit
pada baju dan aktivitas higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi. Dekubitus
dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus
pada lansia. Khsusnya pada klien dengan imobilitas. Seseorang yang tidak im-mobil
yang tidak berbaring ditempat tidur sampai berminggu-minggu tanpa terjadi dekubitus
karena dapat berganti posisi beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini,
biarpun hanya bergeser, sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak
dengan alas tempat tidur. Sedangkan im-mobilitas hampir menyebabkan dekubitus
bila berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan gangguan aliran darah setempat,
dan juga keadaan umum dari penderita.
Luka dekubitus adalah suatu masalah bagi populasi pasien dirawat di rumah
sakit atau rumah perawatan lainnya. Pasien-pasien tersebut memiliki resiko untuk
mengalami terjadinya luka dekubitus selama perawatan. Insiden dan prevalensi
terjadinya luka dekubitus pada populasi ini di Amerika Serikat cukup tinggi untuk
mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi luka dekabitus bervariasi, terapi secara umum dilaporkan bahwa 5-
11% terjadi di tatanan perawatan akut/ acute care, 15-25 % di tatanan perawatan
jangka panjang/ longterm care, dan 7-12% di tatanan perawatan rumah/ home health
care.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit dekubitus pada lansia?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dekubitus pada lansia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengidentifikasi konsep dasar penyakit dekubitus pada lansia.
2. Mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan dekubitus pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
Luka dekubitus disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik
pada pasien.
a. Faktor Ekstrinsik
1) Tekanan
Kulit dan jaringan di bawahnya tertekan antara tulang dengan
permukaan keras lainnya, seperti tempat tidur dan meja operasi. Tekanan
ringan dalam waktu yang lama sama bahayanya dengan tekanan besar
dalam waktu singkat. Terjadinya gangguan mikrosirkulasi lokal kemudian
menyebabkan hipoksia dan nekrosis, tekanan antar muka (interface
pressure)
2) Gesekan dan Pergeseran
Gesekan berulang akan menyebabkan abrasi sehingga integritas
jaringan rusak. Kulit mengalami regangan, lapisan kulit bergeser terjadi
gangguan mikrosirkulasi lokal.
3) Kelembapan
Menyebabkan maserasi, biasanya akibat inkontinensia, drain dan
keringat. Jaringan yang mengalami meserasi akan mudah mengalami
erosi. Selain itu kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah terkena
pergesekan (friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi
lebih signitifikan dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia
urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak
permukaan kulit.
4) Kebersihan tempat tidur
Alat-alat tenun yang kusut dan kotor atau peralatan medik yang
menyebabkan klien terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan
terjadinya dekubitus.
b. Faktor Intrinsik
1) Usia
Pada usia lanjut akan terjadi penurunan elastisatas dan vaskularisasi.
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka
tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.
Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin,
penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan
kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan
faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya
terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang merobek. Selain itu, akibat
dari penuaan adalah berkurangnya jaringan lemak subkutan, berkurangnya
jaringan kolagen dan elastin, menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada
kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.
2) Penurunan sensori persepsi
menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah
terkena luka tekan karena nyeri merupakan suatu tanda yang secara normal
mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf (misalnya akibat
cedera, stroke, diabetes) dan koma bisa menyebabkan berkurangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri.
3) Penurunan kesadaran
Gangguan neurologis, trauma, analgetik narkotik.
4) Malnutrisi
Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak
memiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami
pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting. Selain
itu, malnutrisi dapat gangguan penyembuhan luka. Biasanya berhubungan
dengan hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan
malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk
terjadinya luka tekan.
5) Mobilitas dan aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi
tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien
yang berbaring terus menerus di tempat tidu tanpa mampu untuk merubah
posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Orang-orang yang tidak
dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah, dipasung). Imobilitas
adalah faktor yang paling signitifikan dalam kejadian luka tekan.
6) Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah.
7) Temperatur kulit
Menurut hasil penelitian sugama (19920 peningkatan temperatur
merupakan faktor yang signitifikan dengan resiko terjadinya luka tekan.
8) Kemampuan sisitem kardiovaskuler menurun, sehingga perfusi kulit
menurun.
9) Anemia dan hipoalbuminemia, beresiko tinggi terkena dekubitus dan
memperlambat penyembuhannya.
10) Penyakit-penykit yang merusak pembuluh darah juga mempermudah
terkena dekubitus dan memperburuk dekubitus.
3. Klasifikasi Dekubitus
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu
ulkus dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya,
dekubitus dapat dibagi menjadi 3 :
a. Tipe normal
Mempunyai beda temperature sampai di bawah lebih kurang 2,5
derajat celcius dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam
perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan
setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah
sebenarnya baik.
b. Tipe asterioskelrosis
Mempunyai beda temperature kurang dari 1 derajat celcius aantara
daerah ulkus dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan
aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah ikut berperan untuk
terjadinya dekubitus di samping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus
ini di harapkan sembuh dalam 16 minggu.
c. Tipe teminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan
sembuh
4. Pathway
Faktor tekanan, toleransi jaringan, durasi dan besar tekanan
5.Patofisiologi
Luka dekubitus merupakan dampak dari tekanan yang terlalu lama
pada area permukaan tulang yang menonjol dan mengakibakan berkurangnya
sirkulasi darah pada area yang tertekan dan lama kelamaan jaringan setempat
mengalami iskemik, hipoksia dan berkembang menjadi nekrosis. Tekanan yang
normal pada kapiler adalah 32 mmHg. Apabila tekanan kapiler melebihi dari
tekanan darah dan struktur pembuluh darah pada kulit, maka akan terjadi kolaps.
Dengan terjadi kolaps akan menghalangi oksigenisasi dan nutrisi ke
jaringan, selain itu area yang tertekan menyebabkan terhambatnya aliran darah.
Dengan adanya peningkatan tekanan arteri kapiler terjadi perpindahan cairan ke
kapiler, ini akan menyokong untuk terjadi edema dan konsekuensinya terjadi
autolysis. Hal lain juga bahwa aliran limpatik menurun, ini juga menyokong
terjadinya edema dan mengkontribusi untuk terjadi nekrosis pada jaringan.
6.Manifestasi Klinik
a. Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak menghilang apabila di tekan
ibu jari.
b. Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit.
c. Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan, termasuk
demam dan peningkatan hitung sel darah putih.
Stadium Dekubitus
a. Stadium I
1) Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan
dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai
berikut : perubahan temperatur kulit ( lebih dingin atau lebih hangat ),
2) Perubahan konsistensi jaringan ( lebih keras atau lunak ), perubahan
sensasi (gatal atau nyeri),
3) Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan
yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan
sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.
b. Stadium II
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau
keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau
membentuk lubang yang dangkal.
c. Stadium III
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau
nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia.
Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
d. Stadium IV
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang
yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka
tekan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a.Kultur : pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel – sel jaringan.
b. Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Perawatan luka decubitus
b. Terapi fisik, dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan
jaringan yang mati.
c. Terapi obat :
1) Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri
2) Antibiotik prupilaksis agar luka tidak terinfeksi
d. Terapi diet
Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus
adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.
Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal,
sistemik ataupun dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar
reaksi penyembuhan terjadi lebih cepat. Pada penatalaksaan ulkus dekubitus
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah uklus. Pengurangan
tekanan sangat penting karena uklus tidak akan sembuh selama masih
ada tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
b. Mempertahankan keadaan bersih pada uklus dan sekitarnya. Keadaan
tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan
baik. Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian,
pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan topical seperti
larutan NaC10,9%, larutan H202 3% dan NaC10,9%, larutan plasma dan
larutan Burowi serta larutan antiseptic lainnya.
c. Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada uklus
akan menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan kerenanya
juga menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh
karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan mempercepat proses
penyembuhan uklus. Terdapat 3 metode yang dapat di lakukan antara
lain:
1) Sharp debridement (dengan pisau, gunting, dan lain-lain)
2) Enzymatic debridement (dengan enzim proteolitik, kalogen-litik, dan
fibrinotik).
3) Mechanical debridement (dengan teknik pencucian, pembilasan,
kompres dan hidroterapi).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis
ditandai dengan klien melaporkan nyeri secara verbal, ekspresi wajah klien
meringis.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik, usia yang
ekstrim, perubahan kelembaban kulit, deficit imunologi ditandai dengan adanya
kerusakan pada permukaan kulit, kulit kemerahan.
c. Cemas berhubungan dengan krisis situation, perubahan status kesehatan, stress,
ancaman terhadap konsep diri, ditandai dengan produktivitas berkurang, kontak
mata tampak buruk, klien tampak gelisah, klien cemas, respirasi meningkat,
nadi meningkat, suara gemetar, Refleks meningkat, wajah tegang, anoreksia,
kelelahan, peningkatan tekanan darah, klien sulit berkonsentrasi.
3.Rencana Keperawatan
RENCANA
N DIAGNOSA
O KEPERAWATAN
Tujuan Dan Kreteria Intervensi
Hasil
5. Evaluasi
PENUTUP
A. Simpulan
Dekubitus adalah Kerusakan lokal dari kulit dan jaringan dibawah kulit
yang disebabkan penekanan yang terlalu lama pada area tersebut. Luka dekubitus
disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik pada
pasien.Tekanan imobilisasi yang lama akan mengakibatkan terjadinya dekubitus,
kalau salah satu bagian tubuh berada pada suatu gradient (titik perbedaan antara
dua tekanan). Luka tekan/berkembang dari permukaan luar kulit ke lapisan dalam
( top-down) juga dapat berkembang dari jaringan bagian dalam seperti fascia dan
otot walapun tanpa adanya adanya kerusakan pada permukaan kulit.
Pemeriksaan diagnostic diarahkan terhadap kultur dan albumin serum
Penatalaksanan medis meliputi, perawatan luka dekubitus, terapi fisik, terapi
obat, terpai diet. Pengkajian kulit dan jaringan yang dilakukan secara teliti dan
identifikasi factor resiko perlu dikakukan untuk menurunkan peluang terjadinya
dekubitus.Diagnosa keperawatan dikembangkan berdasarkan data pengkajian dan
juga meliputi penyebab masalah yang dialami klien Intervensi dan implementasi
dilakukan sesuai dengan pengakajian dan diagnosa yang tepat. Evaluasi dalam
askep dekubitus antara lain keefektifan tindakan, peran anggota keluarga untuk
membantu mobilisasi pasien, kepatuhan pengobatan dan mengefaluasi masalah
baru yang kemungkinan muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1995). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik. Edisi
6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Aapiani, Reny Yuli. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik., Aplikasi NANDA,
NIC dan NOC. Jilid . Penerbit : Buku Mahasiswa Kesehatan. Jakarta.
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,dan Praktik.
Edisi 4, Vol. 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari. Jakarta, EGC.