Anda di halaman 1dari 17

TAHAPAN PERKEMBANGAN MENTAL DAN PERUBAHAN KESEHATAN PADA ORANG DEWASA

NAMA KELOMPOK 3:

Ketua:ANES ADESTI

P00320119045

Anggota:NOLIN DWI SANDA

P00320119031

DOSEN PEMBIMBING:

Dr.H.rustam aji.KP,M.kes

Nip:1962022171984121002
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI D III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
taufik dan hidayahNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan saran atas penyusunan
makalah ini.

Tak ada gading yang retak begitu juga kami yang menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun
agar kami menjadi lebih baik lagi. Adapun harapan kami semoga makalah ini dapat diterima
dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita. Amin.

CURUP.04 FEBRUARI 2020

KELOMP
OK lll
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjadi dewasa adalah proses yang cukup panjang. Kita bisa bayangkan begitu banyaknya perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang, dari saat baru lahir dengan berat sekitar 2- 3 kg saja sampai ia
tumbuh dewasa dengan berat bisa sampai 50-60 kg. Proses yang terjadi ini meliputi proses
pertumbuhan dan perkembangan, yaitu dua hal yang berbeda namun sangat berkaitan.

konsep yang ada dalam “perkembangan” adalah proses menjadi sempurnanya fungsi dari seluruh
organ tubuh, termasuk di sini adalah kematangan emosi, kematangan dalam interaksi sosial, dan
kemampuan intelektual. Dalam proses perkembangan ini, anak kecil yang semula tidak bisa apa-apa,
menjadi mampu berdiri sendiri, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya,
mampu berhitung, dan lain sebagainya.

Proses pertumbuhan dan perkembangan ini berjalan dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.
Faktor genetik dari kedua orang tuanya sudah jelas akan memberi kontribusi yang besar dalam hal ini.
Selain itu ada pula faktor riwayat kesehatan ataupun trauma yang pernah dialami oleh anak. Demikian
pula faktor lain yang sifatnya tidak langsung, misalnya status ekonomi orang tua, yang berpengaruh
pada kecukupan gizi dan kesejahteraan anak. Bahkan pada masyarakat yang masih memiliki akar budaya
yang kuat, perkembangan karakter anak juga akan terpengaruh oleh norma-norma budaya tersebut.

Secara fisik, anak mengalami pertumbuhan di mana ukuran tubuh menjadi lebih besar. Dalam hal
perkembangan fisik, anak menjadi terampil dalam menggunakan tangan dan jari-jarinya, kakinya, dapat
berdiri, berlari, dapat makan sendiri, dapat menelan dengan baik, dan berbagai kemampuan lain yang
sifatnya berupa keterampilan.

Intelektualitas juga mengalami perkembangan. Anak berkembang menjadi mampu berkomunikasi


dengan sekitarnya, dapat menyampaikan pikirannya, dan dapat memahami hal-hal abstrak dan simbolis.
Perilaku anak juga mengalami proses perkembangan, mengikuti norma-norma yang ada di lingkungan di
mana ia dibesarkan.

Dari segi emosional, anak akan berkembang untuk mampu membangun ikatan perasaan, emosi dan
kasih sayang. Ia akan semakin mampu mengatasi kecemasannya, mengendalikan agresivitas dan emosi.
Interaksi sosialnya juga akan berkembang. Ia akan memiliki ikatan yang semakin kuat dengan orang tua,
saudara dan lingkungan kesehariannya.
Proses perkembangan sebenarnya merupakan proses belajar. Seperti halnya proses perkembangan
perilaku, di mana anak belajar dari bagaimana tindakan atau sikapnya dihargai oleh orang lain. Ia akan
mengembangkan perilaku yang membuahkan balasan positif dari orang sekitarnya. Sebaliknya bila orang
di sekitarnya memberi respons yang negatif, perilaku itu tidak akan berkembang. Kadang orang tua
perlu memberi ketegasan pada anak, apa yang tidak boleh anak lakukan, maka orang tua dapat
memberinya respons negatif berupa hukuman. Hukuman di sini merupakan respons negatif dan
keadaan yang tidak menyenangkan, yang dibuat agar anak tidak mengembangkan lagi perilaku itu.
Walaupun demikian, ternyata penelitian mengatakan bahwa lebih efektif memberi penghargaan
terhadap perilaku yang positif , daripada memberi hukuman terhadap perilaku negatif.

Pembentukan dan modifikasi dari perilaku anak ini banyak dipengaruhi oleh adanya penghargaan
dari lingkungan sekitarnya. Semakin ia diberi respons positif, semakin kuat perkembangannya. Selain itu
yang menjadi acuan dari anak dalam bertingkah laku adalah perilaku dari orang sekitanya. Anak yang
masih kecil memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya.
Mereka menjadikan orang tua dan kakak-kakaknya sebagai contoh model dalam berperilaku.

Semakin besar anak, ia akan semakin memiliki kemampuan berpikir secara abstrak. Ia tidak hanya
belajar dari mencoba sesuatu, tetapi juga dari melihat dan memperhatikan orang lain melakukannya.
Model yang dijadikannya contoh berperilaku juga makin meluas dan tidak hanya dari yang ada di
sekitarnya secara langsung. Media massa dan televisi akan ikut memberi pengaruh dalam pembentukan
karakter dan perilakunya. Skala nilai dan norma-norma yang dianut juga akan tidak jauh berbeda dengan
dunianya ini. Semakin besar anak, ia akan semakin melihat nilai dan norma apa yang diajarkan oleh
orang tuanya, dan bagaimana kenyataan orang tua menjalaninya secara nyata dalam keseharian. Di sini
penting sekali bahwa perilaku orang tua sehari-hari harus sesuai dengan yang mereka ajarkan pada
anaknya. Justru bila apa yang dilakukan dan diajarkan oleh orang tua berbeda, akan berakibat anak
tidak memahami dan mengerti tentang perilaku yang seharusnya.

Bayi baru lahir sangat tergantung dengan lingkungannya. Untuk memenuhi keperluannya ia masih
harus dibantu oleh orang lain. Sedangkan orang dewasa, sudah dapat mempengaruhi lingkungannya
dalam pemenuhan kebutuhannya. Kemampuan untuk berinteraksi dan mempengaruhi lingkungan
sekitarnya ini diperoleh dari suatu proses perkembangan sejak bayi hingga dewasa.

1.1 Rumusan Masalah

1.) Bagaimana perkembangan mental pada orang dewasa?

2)bagaimana perubahan kesehatan pada orang dewasa?

1.2 Tujuan

1.) Untuk mengetahui perkembangan mental dewasa.

2) untuk mengetahui perubahan kesehatan pada orang dewasa


BAB ll

PEMBAHASAN

2.3 Perkembangan Mental Dewasa.

Masa dewasa adalah waktu yang paling lama dalam rentang hidup yang ditandai dengan
beberapa hal yang di bagi menjadi dua fase yaitu:

1. Dewasa Awal (20-40 tahun)

Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian
identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur
kronologis dan mental ege-nya.

Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal
adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan
menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.

Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan
dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau
tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang
disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan
orang lain).

Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40
tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif.

Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.
Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa
transisi, baik transisi secara fisik(physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition),
serta transisi peran sosial (social role trantition).

Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa
dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini,
penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers &
Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga,
mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga
negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.
Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim
dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik
dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa
penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik
sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi
lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu
sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan
bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik
daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.

Ciri-Ciri Perkembangan Dewasa Awal:

1. Usia reproduktif (Reproductive Age). Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai
dengan membentuk rumah tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa
orang dewasa belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai karir mereka
dalam suatu lapangan tertentu.

2. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age). Dengan pemantapan kedudukan (settle
down), seseorang berkembangan pola hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas
seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup
tersebut, dalam masa setengah baya atau masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-
gangguan emosi bagi orang-orang yang bersangkutan. Ini adalah masa dimana seseorang mengatur
hidup dan bertanggungjawab dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan
ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai
ibu dan pengurus rumah tangga.

3. Usia Banyak Masalah (Problem age). Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika
seseorang tidak siap memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap
perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman
hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya.

4. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension). Banyak orang dewasa muda mengalami
kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan
jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam
ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini
pada umumnya bergantung pada ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang
dihadapi pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam
pergumulan persoalan.
5. Masa keterasingan sosial. Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke
dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan
teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan
dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak
bayi semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang
disebut krisis ketersingan (Erikson:34).

6. Masa komitmen. Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan: “Nampak tidak
mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu
tanggungajwab yang trrlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat
demikian: Jika anda menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter
gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika
anda mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar
kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar”.

7. Masa Ketergantungan. Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa
dewasa biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang
memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh
pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.

8. Masa perubahan nilai. Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah
karena ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang
dewasa.

9. Masa Kreatif. Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada
minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan
yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi,
ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.

2. Masa Dewasa Akhir

Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 ke atas). Perlu
memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak lansia dan anaknya yang butuh
dukungan juga untuk menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab. Di samping itu permasalahan
dari diri sendiri dengan perubahan fisik, mulai tanda penuaan yang cukup menyita perhatian. Saat
individu memasuki dewasa akhir, mulai terlihat gejala penurunan fisik dan psikologis, perkembangan
intelektual dalam lambatnya gerak motorik, pencarian makna hidup selanjutnya.

Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu kemampuan
perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negatif yang mampu
mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam menghadapi kehidupan dengan puas
dan bahagia. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dan produktivitasnya yang puas. Lawannya adalah
despair yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan. Beberapa cara hadapi krisis
dimasa lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.

Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut
usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat
yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana
usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang
Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada
umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.

Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang
berkisar antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia 70 tahun hingga akhir kehidupan
seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua
akhir (75 tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut
yang lebih muda.

Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni a) Kelompok
lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.

b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan periode di mana
seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan
kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun
sampai meninggal.

Ciri-ciri perkembangan dewasa akhir

1) Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis.

2) Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya
untuk bersantai dan ada pula yang mengaggapnya sebagai hukuman.

3) Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah
menyenangkan.

4) Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak
begitu dibutuhkan karena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih
menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar.

5) Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut

6) Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda.
7) Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh
sikap sosial yang negatif.

8) Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat penuaan.

Dalam studi psikologi perkembangan kontemporer atau perkembangan rentang hidup, wilayah
pembahasannya tidak terbatas pada perubahan perkembangan selama masa anak-anak dan remaja
saja, tetapi juga masa dewasa, tua, hingga meninggal dunia. Hal ini dikarenakan perkembangan manusia
tidak akan berakhir, tetapi terus berkesinambungan.

#Perubahan kesehatan pada orang dewasa

Perubahan-perubahan badaniah yang terjadi sepanjang hidup, memengaruhi sikap, proses kognitif, dan
perilaku individu. Hal ini berarti bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari
waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan.

Seperti halnya dengan remaja, untuk merumuskan sebuah definisi tentang kedewasaan tidaklah mudah.
Apalagi di setiap kebudayaan yang ada, masing-masing memiliki ketentuan sendiri untuk menetapkan
kapan seseorang mencapai status dewasa secara formal. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status
ini tercapai jika pertumbuhan pubertas telah selesai atau setidak-tidaknya sudah mendekati selesai, atau
jika organ kelamin anak telah mencapai kematangan serta mampu berproduksi. Di Indonesia sendiri,
seseorang dianggap mencapai status dewasa jika sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21
tahun.

Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasaan tersebut, pada
umumnya psikolog menetapkan usia 20-an sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar
usia 40-45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari usia 40-45 hingga usia 65-an, serta masa
dewasa lanjut/masa tua berlangsung dari usia 65-an sampai meninggal, demikian pandangan dari Robert
S. Feldman, penulis buku "Understanding Psychology".

Berikut ini diuraikan beberapa aspek perubahan atau perkembangan yang terjadi selama masa dewasa
dan usia tua, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.
Perubahan atau Perkembangan Fisik

Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya,
dan sekaligus mengalami masa penurunan. Adapun beberapa gejala penting dari perkembangan fisik
yang terjadi selama masa dewasa, antara lain kesehatan badan, sensor dan perseptual, serta otak.

1. Kesehatan badan.

Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan
fisik. Mulai dari usia sekitar 18-25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak refleks
mereka sangat cepat. Demikian juga dengan kemampuan reproduksi mereka. Meskipun pada masa ini
kondisi kesehatan fisik mencapai puncak, namun selama periode ini mereka juga mengalami penurunan
keadaan fisik. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini
sebagian besar bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara berangsur-angsur, kekuatan fisik
mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.

Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah
perubahan dalam hal kemampuan reproduksi, menopause, dan hilangnya kesuburan. Bagi laki-laki,
proses penuaan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda
fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan.

2. Perkembangan sensori.

Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu
kentara. Pada masa dewasa akhir barulah terlihat adanya perubahan-perubahan sensori fisik dari panca
inderanya.

3. Perkembangan otak.

Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Akan tetapi, perkembangbiakan
koneksi neural, khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang.
Perkembangan Kognitif

Pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversi dalam studi tentang perkembangan rentang
hidup manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang dewasa paralel dengan penurunan
kemampuan fisik. Pada umumnya, orang percaya bahwa proses kognitif -- belajar, memori, dan
inteligensi -- mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus berkembangnya usia. Bahkan, ada yang
menyimpulkan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam
masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan ini sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan
kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.

1. Perkembangan pemikiran postformal.

Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa, individu-individu menata pemikiran
operasional mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah
seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa. D.P.
Keating, penulis buku "Adolescent Thinking", mengatakan bahwa ketika orang dewasa lebih mampu
menyusun hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu
permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan pemikiran operasional formal sama
sekali. Sementara itu, Gisela Labouvie-Vief (dalam buku "Understanding Human Behavior", karya
McConnell dan Philipchalk), menyatakan bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu
perubahan yang signifikan. Pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih konkret dan pragmatis.

Secara umum, orang dewasa lebih maju dalam penggunaan intelektualitas. Pada masa dewasa awal
misalnya, orang biasanya berubah dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan, yakni
menerapkan apa yang diketahuinya untuk mencapai jenjang karier dan membentuk keluarga. Akan
tetapi, tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan,
kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan
usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi,
terutama pada masa dewasa akhir, dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.

2. Perkembangan memori.
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah
penurunan dalam daya ingat. Namun, sejumlah bukti menunjukkan bahwa perubahan memori bukanlah
sesuatu yang pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan stereotip
budaya.

3. Perkembangan inteligensi.

Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti mengalami kemunduran
intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring dengan
proses penuaan selama masa dewasa, terjadi kemunduran dalam inteligensi umum. Hampir semua studi
menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada usia 18 dan 25 tahun, kebanyakan kemampuan
manusia terus-menerus mengalami kemunduran. Witherington dalam bukunya, "Educational
Psychology", menyebutkan 3 faktor penyebab terjadinya kemunduran kemampuan belajar dewasa.

a. Ketiadaan kapasitas dasar.

Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan belajar bila pada usia mudanya juga tidak memiliki
kemampuan belajar yang memadai.

b. Terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat intelektual.

Orang-orang yang sudah berhenti membaca bacaan-bacaan yang "berat" dan berhenti melakukan
pekerjaan intelektual, akan terlihat bodoh dan tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam
itu.

c. Faktor budaya.

Faktor yang dimaksud terutama dengan cara-cara seseorang memberikan sambutan, seperti kebiasaan,
cita-cita, sikap, dan prasangka-prasangka yang telah mengakar, sehingga setiap usaha untuk
mempelajari cara sambutan yang baru akan mendapat tantangan yang kuat.
Perkembangan Psikososial

Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa, individu memasuki peran kehidupan
yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang
lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang
dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini, orang melibatkan diri secara khusus
dalam karier, pernikahan, dan hidup berkeluarga. Menurut E.H. Erikson, penulis buku "Identity: Youth
and Crisis", perkembangan psikososial selama masa dewasa ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu
keintiman, generatif, dan integritas.

1. Perkembangan keintiman.

Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memerhatikan orang lain dan membagi
pengalaman dengan mereka. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan
utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal, orang-orang
sudah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan
yang intim/akrab, dilandasi rasa persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan
untuk memenuhi komitmen-komitmen ini, sekalipun mereka mungkin harus berkorban.

2. Nilai-nilai cinta.

Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul. John W Santrock, penulis buku
"Child Development", mengklasifikasikan cinta menjadi 4: altruisme, persahabatan, cinta yang
romantis/bergairah, dan cinta yang penuh perasaan/persahabatan. Perasaan cinta pada masa ini lebih
dari sekadar gairah/romantisme, melainkan suatu afeksi -- cinta yang penuh perasaan dan kasih sayang.
Cinta pada orang dewasa diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain. Orang-orang
dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama -- hubungan saling berbagi hidup
dengan orang lain yang intim.

3. Pernikahan dan keluarga.


Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada
perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman
berbagi suka dan duka. Ini berarti bahwa hubungan intim yang terbentuk akan mendorong orang
dewasa awal untuk mengembangkan genitalitas seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal
balik dengan mitra yang dicintai. Kehidupan seks dalam tahap-tahap perkembangan sebelumnya
terbatas pada penemuan identitas seksual dan perjuangan menjalin hubungan-hubungan akrab yang
bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang menetap, maka organ genitalia membutuhkan
seseorang yang dicintai dan dapat diajak melakukan hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam
suatu hubungan kepercayaan. Di hampir setiap masyarakat, hubungan seksual dan keintiman pada masa
dewasa awal ini diperoleh melalui lembaga pernikahan.

4. Perkembangan generativitas.

Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial yang dialami individu selama pertengahan masa
dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan dan
pembentukan, serta penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Transmisi nilai-nilai
sosial ini diperlukan untuk memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial kepribadian. Apabila
generativitas lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan,
dan stagnasi.

5. Perkembangan integritas.

Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat
dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-
orang, produk-produk, dan ide-ide, kemudian menyesuaikan diri dengan berbagai keberhasilan dan
kegagalan dalam kehidupannya. Tahap ini dimulai kira-kira pada usia 65 tahun.

Demikianlah hal-hal yang terjadi pada masa dewasa. Setelah masa dewasa berakhir, manusia akan
mengalami masa tua. Untuk memiliki hidup yang bermakna pada masa tua, kita sebaiknya menggunakan
masa muda kita untuk melakukan hal-hal positif sesuai kebenaran firman Tuhan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan mental dan perubahan kesehatan pada orang dewasa merupakan suatu proses
bertambahnya nilai kuantitas seperti ide, gagasan, dan cita-cita. Yang pada akhirnya akan munurun
seiring bertambahnya usia. Perkembangan

Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20 – 40 tahun), dimana sumber potensi dan
kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah peralihan dari masa remaja yang masih dalam
ketergantungan menuju masa dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase
dewasa akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa dewasa awal
adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam masa penitian karir/pekerjaan/sumber
penghasilan yang tetap.

Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang peranan penting. Seseorang yang ada
pada masa ini, harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda; problem rumah tangga,
masalah pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat, pemimpin,
suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.

Masa tersebut dilanjutkan ke Masa lansia yang merupakan tahap akhir pada perkembangan manusia.
Pada tahap ini manusia mengalami penurunan fungsi fisik dan psikologis seperti penurunan fungsi
anggota gerak, kecepatan dalam berfikir, penurunan kesehatan dan sebagainya. Kualitas hubungan
dengan lingkungan sosial terutama keluarga merupakan faktor penting yang dapat membantu lansia
untuk lebih mudah melewati kehidupannya. Dukungan keluarga membantu lansia menekan adanya
emosi negatif dan merubahnya menjadi emosi positif. Peningkatan spiritualitas dan religiusitas
merupakan wujud dari bentuk kepasrahan yang menjadi jalan bagi lansia untuk menerima segala
perubahan yang dihadapi. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari dunia pendidikan dalam
mempersiapkan lansia untuk menghadapi masa tua sehingga para lansia siap menyambut masa lanjut
usianya.

3.2 SARAN
Semoga makalah dari kelompok kami dapat berguna bagi rekan-rekan dan semoga makalah kami
dapat menjadi suatu acuan untuk kedepannya, untuk kritik dan saran akan kami terima untuk
membentuk makalah yang lebih baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya Berdasarkan Jenis Kelamin pada Dewasa
Awal. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma: dayu_sarasvaty@yahoo.com

Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi


kelima). Jakarta: Erlangga.

Julius dkk. 1989. Melangkah Menuju Kedewasaan. Yogyakarta: Kanisius.

Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005

Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Desember 2005

Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional

Qalbinur. Periodesasi Perkembangan Masa Dewasa Awal. http//qalbinur.wordpress/2009/03/27.

Sari Dewi, Ika. 2006.Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja. Medan:

Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Santrock.2007. Perkembangan Anak.Jilid 1.Jakarta: Erlangga

Santrock.2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005

Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Desember 2005

Anda mungkin juga menyukai