Deteksi Dini Kekurangan Zat Gizi Mikro Pada Usia Lanjut-1-1
Deteksi Dini Kekurangan Zat Gizi Mikro Pada Usia Lanjut-1-1
Deteksi Dini Kekurangan Zat Gizi Mikro Pada Usia Lanjut-1-1
DISUSUN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia lanjut adalah suatu proses yang alami yang tidak dapat
dihindari oleh manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik,
emosional, dan kehidupan seksual. Gelaja-gelaja kemunduran fisik seperti
merasa cepat capek, stamina menurun, badan menjadi membongkok, kulit
keriput, rambut memutih, gigi mulai rontok, fungsi pancaindra menurun,
dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).
Sedangkan menurut Bustan (dalam Maramis, 2016) perubahan
mental-emosional yaitu daya ingat menurun, sering lupa, emosi berubah,
sering marah-marah, rasa harga diri tinggi, dan mudah tersinggung. Selain
perubahan – perubahan yang bersifat negatif diatas lansia juga mengalami
perubahan yang bersifat positif seperti menurut Bastaman, (dalam
Septiningsih, 2013) lansia selalu berusaha meningkatkan iman dan
takwanya kepada tuhan, lansia mampu hidup mandiri dan tidak terlalu
tergantung pada keluarga. Selain itu lansia juga dapat menjalin hubungan
tetap rukun dengan pasangan, anak-anak, kerabat dekatnya dan lansia
memiliki teman dilingkungan untuk berkomunikasi dan bergaul.
Berdasarkan hasil survey dari Badan Pusat Statistik [BPS] (2013)
peningkatan usia harapan hidup dapat dilihat dari semakin meningkatnya
populasi lansia dari tahun ke tahun. Data pada tahun 2010 jumlah lansia
sekitar 7,56% dari jumlah penduduk Indonesia dan pada tahun 2015
meningkat menjadi 8,49%. Populasi lansia diprediksi akan terus meningkat
di tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan survey tersebut telah diproyeksi
populasi lansia pada tahun 2020 sebesar 9,99%, pada tahun2025
meningkat menjadi 11,83% dan terus meningkat hingga 13,82% pada
tahun 2030.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas
Kata obesitas berasal dari bahasa latin: obesus, obedere yang
artinya gemuk atau kegemukan. Obesitas atau gemuk merupakan suatu
kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak
tubuh secara berlebihan. Ditinjau dari segi klinis, obesitas adalah
kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan
kedalam jaringan organnya. Obesitas merupakan salah satu bentuk salah
gizi yang banyak dijumpai di antara golongan masyarakat dengan sosial
ekonomi tinggi.
Menurut World Health Organization (WHO) 2006, obesitas
didefenisikan sebagai kumpulan lemak berlebih yang dapat mengganggu
kesehatan dengan Body Mass Index (BMI) ≥ 30 kg/m 2. Banyak metode
yang dapat dilakukan untuk menentukan kriteria overweight dan obesitas
pada seseorang diantaranya adalah pengukuran Indeks Massa Tubuh
(IMT), tebal lemak bawah kulit, dan dengan menghitung rasio lingkar
pinggang terhadap lingkar panggul. Dalam hal ini, untuk menentukan
overweight dan obesitas dapat diketahui dengan menghitung indeks massa
tubuh yang merupakan indikator status gizi. Nilai Indeks Massa Tubuh
(IMT) dihitung dengan menggunakan rumus :
Berat Badan(kg)
Indeks Massa Tubuh( IMT )= +…
Tinggi badan ( m ) 2
Atmarita (1992), mengemukakan batasan terhadap tingkat
kegemukan dengan menggunakan IMT, dimana berat badan dikatakan
normal bila IMT 20,1-25 untuk laki-laki dan 18,7-22,8 untuk perempuan.
Bila IMT di atas 25 maka digolongkan sebagai overweight dan bila di atas
30 dinyatakan sebagai obese. Seseorang dikatakan
kurus atau underweight bila IMT nya sekitar 18,5-20. Sedangkan bila IMT
nya 17,0-18,5 dinyatakan kurus dengan risiko tinggi terhadap infeksi.
2.2 Lansia
Lanjut Usia adalah suatu proses menjadi tua yang terjadi secara alamiah,
terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan
tubuh dan akhirnya fungsi dan kemampuan badan secara
keseluruhan.Lansia merupakan kelompok penduduk berumur tua yang
mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri lebih dari 60 tahun.
WHO mengelompokan lanjut usia atas tiga kelompok, yaitu :
a. Kelompok middle age(45-59 tahun)
b. Kelompok elderly age(60-74 tahun)
c. Kelompok old age(75-90 tahun)
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia,
lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Tua dapat dipandang dari
tiga segi yaitu segi kronologis (umur sama atau telah melampaui 65
tahun), biologis (berdasarkan perkembangan biologis yang umumnya
tampak pada penampilan fisik),
dan psikologis (perilaku yang tampak pada diri seseorang).
Klasifikasi Lanjut Usia (Lansia), yaitu :
a. Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia (Lanjut Usia)
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan. (Depkes RI, 2003)
d. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat
mengahasilkan barang/jasa. (Depkes RI, 2003)
e. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain. (Depkes RI, 2003)
DETEKSI DINI KEKURANGAN ZAT GIZI MIKRO PADA USIA LANJUT
A. Identitas subjek
Nama : Hj. Jaweria
Tanggal lahir : 21 februari 1944
Alamat : Jln. Nuri Lama lrg. 301 No. 6
Usia : 75 tahun 1 bulan 4 hari
Status : menikah
Riwayat penyakit : tekanan darah tinggi, dan diabetes
Keluhan : 1. Rabun
2. Sakit pada persendian lutut
Aktivitas : sangat ringan
B. Profil keluarga
Jumlah anak : 3 orang (2 wanita, 1 pria)
Jumlah cucu : 7 orang
Tingkat ekonomi : mampu
Perumahan : rumah permanen
C. Status gizi (LILA)
BB : 55,8 kg
TB : 150,1 cm
LILA : 25,5
IMT : 24,76
D. Kebutuhan gizi
BBI = TB – 100 x 90%
= 150,1 x 90%
= 45,09 kg
BEE = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 55,8) + (1,8x 150,1) – (4,7 x 75)
= 655 + 535,68 + 270,18- 352,5
= 1108,36 kkal x Aktivitas
= 1108,36 x 1,55
= 1717,97 – 500
= 1217,95 kkal
Protein = 15% x 1217,95/4 = 45,67 gr
Lemak = 20% x 1217,95/9 = 27,06 gr
Karbohidrat = 65% x 1217,95/4 = 197,91 gr
E. Tingkat asupan makanan
Recall hari pertama (I)
F. Frekuensi makan makanan sumber Vitamin A, Zinc, Zat Besi, Iodium dan
Kalsium
Lebih 1x sehari
1x sehari
3-6 x sepekan
1-2 x sepekan
Kurang 1 x sepekan
Tidak pernah
Bahan Makanan
https://www.halodoc.com/mengenal-lebih-jauh-presbiopi-gangguan-mata-tua
https://www.academia.edu/22195156/HIPERTENSI_PADA_LANSIA
https://www.kompasiana.com/dr.kosasi/5529a48c6ea834b133552d2a/sakit-lutut-asam-urat-
atau-rematik-atau-apa#
https://www.medcom.id/rona/kesehatan/nbwJxqDN-kurang-kalsium-bukan-penyebab-
pengapuran-sendi-lutut
Dokumentasi