Disusun Oleh :
David Christian Ronaldtho
112019011
Pembimbing
dr. Hendra Samanta, Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 7 FEBRUARI 2022 – 12 MARET 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Saraf RSAU Dr. Esnawan Antariksa periode 7 Februari 2022 - 12 Maret 2022
Disusun oleh:
David Christian Ronaldtho
112019011
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas nikmat yang diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas laporan kasus dengan judul “ISCHIALGIA SUSPEK
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas dalam Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Saraf. Dalam kesempatan kali ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada dr. Hendra Samanta, Sp.S selaku
pembimbing atas pengarahannya selama penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik. Dan
kepada para dokter dan staf Ilmu Saraf RSAU Dr. Esnawan Antariksa, serta rekan-rekan
seperjuangan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf. Penulis sangat terbuka dalam
menerima kritik dan saran karena penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Penulis
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UKRIDA
LEMBAR PENILAIAN
112019011
NIM
Skor
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Kemampuan Analisis
Penguasaan Teori
Referensi
Cara Penyajian
Total
Nilai %= (Total/25)x100%
Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik (80%),
dan 5 =sangat baik (100%)
Komentar penilai
Paraf/Stempel
Nama Penilai
dr. Hendra Samanta, Sp.S
IDENTITAS PASIEN
I. ANAMNESA
Dilakukan secara autoanamnesa di ruang Poli Saraf RSAU Esnawan
Antariksa.
Tanggal : 18 Febuari 2022
Jam : 09.36 WIB
RR : 20 x / menit, regular
Suhu : 36,50 C
Status generalis :
Kepala : Bentuk : normochepal, nyeri tekan(-).
Mata : Reflek cahaya +/+, edem palpebra -/-,
pupil bulat isokor 3mm /3mm
Hidung : Nafas cuping (-), deformitas (-), secret (-)
Telinga : Serumen (-), nyeri mastoid (-), nyeri tragus (-),
kurang pendengaran -/-
Mulut : Lembab (+), sianosis (-)
Leher : Pembesaran limfonodi (-), pembesaran tiroid (-)
Status Internus
Thorax
a. Inspeksi :
1) Pergerakan dinding dada simetris.
2) Retraksi intercostal (-/-).
3) Penggunaan otot-otot bantu pernapasan (-)
b. Palpasi :
1) Nyeri tekan (-/-) , tidak teraba massa
2) Vokal fremitus (sulit dinilai).
3) Iktus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis kiri.
c. Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
d. Auskultasi : Vesikuler + / +, ronkhi -/- , wheezing -/- , murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
a. Inspeksi : warna seperti kulit sekitar
b. Auskultasi : Bising usus (+) N
c. Perkusi : Timpani
d. Palpasi
1) Nyeri tekan : (-)
2) Hepar : Tidak teraba pembesaran
3) Splen : Tidak teraba
4) Ballotement :-/-
III. STATUS NEUROLOGIS
I. Fungsi Luhur
- Kesadaran :
- Daya ingat
Baru : Baik
Lama : Baik
- Gerakan abnormal : Tidak ditemukan
- Gangguan berbahasa :
Afasia motorik : -
Afasia sensorik : -
Akalkuli :-
2. Koordinasi dan Keseimbangan
- Cara berjalan : tidak dapat
dilakukan
- Tes Romberg : tidak dapat
dilakukan
- Tes romberg dipertajam : tidak dapat dilakukan
- Tes telunjuk hidung : normal
- Tes telunjuk –telunjuk : normal
- Tes hidung –telunjuk –hidung : normal
- Uji dix halpike : tidak dilakukan
- Disdiadokhokinesis : tidak dilakukan
- Robound fenomen : tidak dilakukan
- Nistagmus : (-)/(-)
3. Fungsi Vegetatif
- Miksi : Dalam batas normal
- Defekasi : Dalam batas normal
4. Nervi Cranialis
5. Anggota Gerak
Radius
Reflek Patologi :
(-) (-)
Hoffman
(-) (-)
Tromer
Inspeksi:
Drop foot Tidak ada Tidak ada
Claw foot Tidak ada Tidak ada
Pitcher’s foot Tidak ada Tidak ada
Kontraktur Tidak ada Tidak ada
Warna kulit Normal Normal
Sistem motorik
Gerakan + normal + normal
Kekuatan 5-5-5 5-5-5
Tonus (+) normal (+) normal
trofi (-) (-)
Klonus (-) (-)
Reflek fisiologik (patella) (+) normal (+) normal
Sensibilitas Hipersetesi (+) normal
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Mendel Bechterew - -
Rossolimo - -
Gonda - -
Klonus patella - -
Klonus kaki - -
Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk - -
Kernig sign - -
Brudzinski I - -
Brudzinski II - -
Rangsang Radikuler
Tes Lasegue + -
Tes Bragard + -
Tes Sicard + -
Tes Patrik + -
Tes Kontra Patrik + -
Tanda neri - -
Tes naffziger - -
Tes valsava - -
IV. RINGKASAN
V. DIAGNOSIS
Diagnosa Klinik :
- Ischialgia dextra
Diagnosis Topik :
- Suspek lesi radix nervus spinalis L4-5
Diagnosis Etiologik:
- Suspek Hernia Nukleus Pulposus
VI. RENCANA AWAL
Daftar Masalah :
Ischialgia suspek HNP
Rencana Diagnosis
Usulan pemeriksaan:
Edukasi
1. Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit yang
diderita
2. Menjelaskan cara pengobatan
3. Minum obat dan kontrol teratur
4. Ikuti program latihan fisioterapi secara rutin
5. Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi
kambuhnya gejala.
6. Menjelaskan cara mengangkat beban berat, cara duduk, menyetir, dan
beraktivitas sehari-hari dengan baik untuk mencegah kekambuhan.
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus
vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang
disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis
anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.
A. Epidemiologi
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak
pada dekade ke-4 dan ke-5.HNP lebih banyak terjadi pada individu
dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. Karena
ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada
bagian tengahnya, maka pro trusi discus cenderung terjadi ke arah postero
lateral, dengan kompresi radiks saraf.1
B. Patofisiologi
Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan ,enahan
tekanan/beban. Pada diskus yang normal atau sehat, bila mendapatkan
tekanan maka nukleus akan menyalurkan gaya tekan ke segala arah
dengan sama besar. Penurunan kadar air nukleus mengurangi fungsinya
bantalan, sehingga bila ada gaya tekan maka akan disalutkan ke anulus
secara asimetris dan bisa terjadi cedera atau robekan pada anulus dan
timbul HNP.
Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya usia (dari
90% pada masa bayi menjadi 70% pada usia lanjut. Selain itu, serat –serat
menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi , yang iku berperan
menimbulkan perubahan yang menyebabkan HNP melalui anulus disertai
penekanan akar saraf spinalis.
1. Degenarasi diskus
nukleus pulposus menjadilemah akibat perubahan kimia dari diskus
yang dipengaruhi usia. Pada tahap ini tidak menjadi herniasi.
2. Prolaps
Bentuk atau posisi diskus mulai berubah. Herniasi atau protusi mulai
terbentuk yang dapat mendesak diskus vertebra.
3. Ekstruksi
Gel like nukleus pulposus memecahkan dinding lemah dari anulus
fibrosus tetapi masih didalam diskus
4. Sequesrtrasi
Nukleus pulposus memecahkan anulus fibrosus bahan keluar dari
diskus ke kanalis spinalis
Herniasi diskus intervertebra dapat terjadi pada regio
vertebra manapun dan dapat terjadi ke segala arah. Regio
lumbal merupkan bagian yang paling sering mengalami
HNP. Herniasi ke arah superior atau inferior (sentral)
melalui lempeng kartilago masik ke dalam corpusvertebra
dinamakan nodul schmort. Herniasi paling sering terjadi
ke arah posterolateral karena nukleus pulposus terletak
lebih di posterior. Karena akar saraf didaerah lumbal
Gambar 7. Progresifitas
miring ke bawah sewaktu keluar melalui foramen saraf, herniasi discus vertebralis
herniasi diskus antara L5-S1 lebih mempengaruhi akar
saraf S1 daripada L5, begitu pula L4-L5. 7
2. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan
nyeri pinggang sampai usia 60 tahun. Pada wanita keluhan ini lebih
sering terjadi pada saat menstruasi, selain itu proses menopause dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
esterogen sehingga memungkinkan terjadi nyeri pinggang.
4. Merokok
Keterkaitan antara merokok dengan batuk dapat meningkatkan
tekanan intradiscal yangmengakibatkan pembengkakan pada diskus
dan timbul hernia
C. Diagnosa 10,11
Anamnesa
Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai
dari bokong, paha bagian belakang, tungkai bawah bagian atas).Hal ini
dikarenakan mengikuti jalannya N. Ischiadicus yang mempersarafi
tungkai bagian belakang.
1. Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut, kemudian
ke tungkai bawah (sifat nyeri radikuler).
2. Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat
barang berat.
3. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1 (garis
antara dua krista iliaka)
4. Nyeri Spontan
5. Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri
bertambah hebat, sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau
hilang
Pemeriksaan Motoris 6.
1. Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang
nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang
berjingkat.
2. Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.
Pemeriksaan Sensoris
1. Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
2. Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat
sementara.
H.
Penatalaksanaan 11
1.
Terapi Konservatif
➢ Discectomy
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat
untuk mengurangi tekanan terhadap nervus.Discectomy dilakukan
untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general
anesthesia.Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal di rumah sakit.Akan
diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk
mengurangi resiko pengumpulan darah. Untuk sembuh total
memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus
yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus.
Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan dan mungkin
memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (recovery).
➢ Mikrodiskectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur
memindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang
sangat kecil dengan menggunakan – ray dan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan
substansi gelatin yang menonjol.Prosedur ini merupakan salah
satu alternatif disectomy pada kasus-kasus tertentu.
4. Medika mentosa
a. Analgetik dan NSAID
b. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
c. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian
jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan
d. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun
dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi
inflamasi.
e. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis.
I. Larangan
Peregangan yang mendadak pada punggung. Jangan sekali-kali
mengangkat benda atau sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau
dalam keadaan membungkuk. Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat
untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.
I. Edukasi
Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat.Diantara
kasur dan tempat tidur harus dipasang papan atau “plywood” agar kasur
jangan melengkung.Sikap berbaring terlentang tidak membantu lordosis
lumbal yang lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di bawah
pinggang.Penderita diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua
tungkai sedikit ditekuk pada sendi lutut.
Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa penderita tidak boleh
bangun untuk mandi dan makan.Namun untuk keperluan buang air kecil
dan besar orang sakit diperbolehkan meninggalkan tempat tidur.Oleh
karena buang air besar dan kecil di pot sambil berbaring terlentang justru
membebani tulang belakang lumbal lebih berat lagi.
Analgetika yang non adiktif perlu diberikan untuk menghilangkan
nyeri.Selama nyeri belum hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot
dan dekalsifikasi sebaiknya jangan dimulai, setelah nyeri sudah hilang
latihan gerakan sambil berbaring terlentang atau miring harus diajurkan.
Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai
dapat dilakukan “pelvic traction”, alat-alat untuk itu sudah automatik.Cara
“pelvic traction”, sederhana kedua tungkai bebas untuk bergerak dan
karena itu tidak menjemukan penderita.Maka pelvic traction dapat
dilakukan dalam masa yang cukup lama bahkan terus-menerus.Latihan
bisa dengan melakukan flexion excersise dan abdominal excersise.
Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya
perbaikan. Bila iskhilagia sudah banyak hilang tanpa menggunakan
analgetika, maka orang sakit diperbolehkan untuk makan dan mandi
seperti biasa. Korset pinggang atau griddle support sebaiknya dipakai
untuk masa peralihan ke mobilisasi penuh.
Penderita dapat ditolong dengan istirahat dan analegtika serta
nasehat untuk jangan sekali-kali mengangkat benda berat, terutama dalam
sikap membungkuk.Anjuran untuk segera kembali ke dokter bilamana
terasa nyeri radikuler penting artinya. Dengan demikian ia datang kembali
dan “sakit pinggang” yang lebih jelas mengarah ke lesi diskogenik.
K.
Prognosis
1.
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif.
2.
Sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun sudah
diterapi.
3.
Pada pasien yang dioperasi : 90% akan membaik terutama nyeri
tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%
DAFTAR PUSTAKA