Anda di halaman 1dari 49

Sarjana Semester 3

Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan BBL


Pengertian Masa Nifas
 Masa nifas berasal dari bahasa latin yaitu Puer adalah bayi dan parous
adalah melahirkan yang berarti masa sesudah melahirkan (Saleha, 2008)
 Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2009)
 Masa nifas adalah akhir dari periode intrapartum yang ditandai dengan
lahirnya selaput dan plasenta yang berlangsung sekitar 6 minggu (Varney,
1997)
 Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil) yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
 Jadi, Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula
sebelum hamil yang berlangsung 6 minggu (40 hari)
Masa Nifas
 Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita,
di antaranya terjadi perubahan pada system reproduksi,
sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem
musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler,
sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital.
 Setelah kelahiran bayi dan pengeluaran plasenta, ibu
mengalami suatu periode pemulihan kembali kondisi fisik
dan psikologisnya.
 Yang diharapkan pada periode 6 minggu setelah melahirkan
adalah semua system dalam tubuh ibu akan pulih dari
berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan
sebelum hamil.
Perubahan-perubahan dalam Masa Nifas

Sistem
Musculoskeletal
Sistem
Perkemihan
Sistem
Pencernaan
Sistem Hematologi
Reproduksi
Sistem
Kardiovaskuler
Tanda-tanda
Vital
Sistem
Endokrin
Perubahan Sistem Reproduksi
 Uterus (Involusi)
 Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil.
 Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-
otot polos uterus.
 Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi
untuk meraba dimana TFUnya (tinggi fundus uteri).
 Peningkatan kadar estrogen dan progesterone bertanggungjawab untuk
pertumbuhan massif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus
pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah
sel-sel otot dan hipertrofi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada
 Pada postpartum penurunan kadar hormone-hormone ini menyebabkan
terjadinya autolysis.
Noted:
Autolisis merupakan proses penghancuran sel yang dilakukan oleh enzim dari dalam sel itu sendiri yang berujung pada kematian sel.
Perubahan Sistem Reproduksi
 Uterus (Involusi)
 Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000
gram.
 Pada akhir kala 3, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.
 Satu minggu postpartum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis
dengan berat 500 gram.
 2 minggu postpartum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat 350
gram.
 6 minggu postpartum fundus uteri mengecil (tidak teraba) dengan
berat 50 gram.
 8 minggu postpartum fundus uteri sebesar normal dengan berat 30
gram.
Perubahan Tinggi Fundus Uteri selama Masa Nifas
Perubahan Sistem Reproduksi
 Uterus (Involusi)

Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain:

Efek oksitosin
Autolysis Atrofi jaringan
(kontraksi)
Perubahan Sistem Reproduksi
 Uterus (Involusi)

 Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang


terjadi di dalam otot uteri.
 Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang
Autolysis telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari
semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan.
 Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah
renik sebagai bukti kehamilan.
Perubahan Sistem Reproduksi
 Uterus (Involusi)
 Jaringan yang berproliferasi dengan
adanya ekstrogen dalam jumlah
besar, kemudian mengalami atrofi
(kondisi ketika jaringan otot
mengecil/ menyusut) sebagai reaksi
terhadap penghentian produksi
Atrofi ekstrogen yang menyertai pelepasan
jaringan plasenta.
 Selain perubahan atrofi pada otot-
otot uterus lapisan desidua akan
mengalami atrofi dan terlepas
dengan meninggalkan lapisan basal
yang akan beregenerasi menjadi
endometrium baru.
Perubahan Sistem Reproduksi
 Uterus (Involusi)
 Intensitas kontraksi uterus meingkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intauterin yang sangat besar
 Hormon oksitosis yang dilepas dari kelenjar hipofisis
Efek
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi
oksitosisn
pembuluh darah dan membantu proses hemostatis (mekanisme
tubuh untuk menghentikan kehilangan darah yg berlebih).
 Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi bekas luka
tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
 Luka perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk
sembuh total.
Perubahan Sistem Reproduksi
 Uterus (Bagian Bekas Implantasi Plasenta)

 Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak


pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus
(gumpalan darah yg terbentuk pd dinding pembuluh darah)
 Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut
karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka
 Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa
kelenjar pada dasar luka
Perubahan Sistem Reproduksi

 Uterus (Bagian
Bekas Implantasi
Plasenta)
Perubahan Sistem Reproduksi
 Uterus (Lochea)
 Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas
 Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik (sel-
sel/ jaringan yg mati) dari dalam uterus
 Lochea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada
setiap wanita
 Lochea berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi
 Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yg disebut
dengan “lochea purulenta”
 Lochea mengalami perubahan karena proses involusi
 Pengeluaran lochea yg tdk lancar disebut “lochiastatis”
Perubahan Sistem Reproduksi
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa
kehitaman plasenta, dinding Rahim, lemak bayi, lanugo,
dan sisa meconium
Sanginolenta 4-7 hari Merah Sisa darah bercampur lendir
kecoklatan
dan
berlendir
Serosa 7-14 hari Kuning Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,
kecoklatan juga terdir dari leukosit dan robekan/ laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, sel desidua dan sel
berlangsung epitel, selaput lendir serviks dan serabut
2-6 jaringan yang mati
postpartum
Perubahan Sistem Reproduksi
 Serviks
 Perubahan yang terjadi pada
serviks ialah bentuk serviks
agak menganga seperti corong
 Hal ini disebabkan oleh corpus
uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan serviks
berbentuk semacam cincin
 Serviks mengalami involusi
bersama-sama uterus
Perubahan Sistem Reproduksi
 Serviks
 Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2-3
jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup
 Serviks berwarna merah kehitam-
hitaman karena penuh dengan
pembuluh darah. Konsistensinya
lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil
 Karena robekan kecil yang terjadi
selama dilatasi, serviks tidak
pernah kembali pada keadaan
sebelum hamil
Perubahan Sistem Reproduksi
 Vulva dan Vagina
 Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan
 Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara
labia menjadi lebih menonjol
 Pada masa nifas biasanya terdapat luka-luka pada jalan lahir. Luka pada vagina
pada umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh dengan sendirinya.
 Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju
 Ukuran vagina akan lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan.
Latihan otot perineum dpt mengembalikan tonus tsb dan dapat
mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu.
Perubahan Sistem Reproduksi
 Perineum
 Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendor karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
 Pada hari ke 5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian
besar tonusnya sekalipun tetap kendur drpd keadaan sebelum
melahirkan
Perubahan Sistem Pencernaan
 Perubahan kadar hormone dan gerak tubuh yg kurang
memyebabkan menurunnya fungsi usus, shg ibu tdk merasa ingin
atau sulit BAB.
 Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan.
 Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yg menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yg berlebihan pd waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir.
 Rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi keinginan BAB.
Perubahan Sistem Pencernaan
 Terkadang muncul waris atau ambein pd ibu setelah
melahirkan, kemungkinan karena kesalahan cara
mengejan saat bersalin juga karena sembelit
berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan.
 Dengan memperbanyak asupan serat (buah-sayur) dan
senam nifas akan mengurangi bahkan menghilangkan
keluhan ambein.
Perubahan Sistem Pencernaan
 Supaya BAB kembali teratur, dapat diberikan diet/
makanan yg mengandung serat dan pemberian cairan
yg cukup.
 Bila usaha ini tdk berhasil dlm waktu 2 atau 3 hari
dapat ditolong dengan pemberian huknah atau
gliserin spuit atau diberikan obat laksan yg lain.
Perubahan Sistem Perkemihan
 Setelah proses persalinan biasanya ibu akan
sulit untuk buang air kecil.
 Hal ini disebabkan terdapat spasme
sfinkter dan edema leher kandung kemih
sesudah bagian ini mengalami kompresi
(tekanan) antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan berlangsung.
 Dinding kandung kencing memperlihatkan
oedem dan hyperemia. Kadang-kadang
oedema trigonum, menimbulkan abstraksi
dari uretra sehingga terjadi retensio urine.
Perubahan Sistem Perkemihan

Kandung kencing dalam puerperium


kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing
penuh atau sesudah kencing masih
tertinggal urine residual (normal +15cc).
Sisa urine dan trauma pada kandung
kencing waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi.
Perubahan Sistem Perkemihan
 Diuresis Postpartum

 Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan


yg tertimbun di jaringan selama ia hamil.
 Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yg teretensi selama
masa hamil ialah diaphoresis luas, terutama pada malam hari, selama
2-3 hari pertama setelah melahirkan.
 Diuresis adalah penambahan volume urin yang diproduksi dan jumlah
pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
 Diuresis postpartum disebabkan oleh penurunan kadar estrogen,
hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan.
 Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.
Perubahan Sistem Perkemihan
 Distensi Kandung Kemih

 Trauma akibat kelahiran dan peningkatan kapasitas


kandung kemih meyebabkan keinginan untuk berkemih
menurun.
 Rasa nyeri pada panggul yg timbul akibat dorongan saat
melahirkan, laserasi vagian, atau episotomi menurunkan
atau mengubah reflek berkemih.
 Penurunan berkemih menyebabkan distensi kandung kemih.
 Distensi kandung kemih adalah meregangkan/melebarkan
kandung kemih dengan air.
Perubahan Sistem Perkemihan
 Distensi Kandung Kemih

 Distensi kandung kemih yg muncul segera setelah


wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan
berlebih, karena keadaan ini bisa menghambat
uterus berkontraksi dg baik.
 Tahap lanjut distensi yg berlebihan ini dpt
menyebabkan kandung kemih lebih peka thd infeksi
shg mengganggu proses berkemih normal.
 Dengan mengosongkan kandung kemih secara
adekuat, tonus kandung kemih akan pulih kembali
dalam 5-7 hari setelah bayi lahir.
Perubahan Sistem Musculoskeletal
 Dinding Perut dan Peritonium
 Setelah persalinan, dinding perut longgar karena
diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam
6 minggu.
 Hari pertama abdomen menonjol masih seperti
mengandung, 2 mgg menjadi rileks, 6 mgg kembali seperti
sebelum hamil.
 Kadang-kadang pada wanita terjadi diastasis dari otot-
otot rectus abdominis shg sebagian dari dinding perut di
garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis
dan kulit. Tempat yg lemah ini menonjol kalua berdiri
atau mengejan.
 Pengembalian tonus otot dg latihan fisik dan ambulasi dini
secara alami dg menurunnya progesteron.
Perubahan Sistem Musculoskeletal
 Kulit Abdomen
 Kulit abdomen yg melebar
selama masa kehamilan tampak
melonggar dan mengendur
sampai berminggu-minggu atau
bahkan berbulan-bulan.
 Melalui latihan postnatal,
otot-otot dari dinding
abdomen seharusnya dpt
normal kembali dalam
beberapa minggu
Perubahan Sistem Musculoskeletal
 Striae

 Striae pd dinding abdomen


tdk dpt menghilang sempurna
melainkan membentuk garis
lurus yg samar.
Perubahan Sistem Musculoskeletal
 Perubahan Ligamen
 Ligamen2 dan diafragma pelvis serta fasia yg meregang
sewaktu kehamilan dan parts, setelah janin lahir,
berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala.

 Tdk jarang ligamentum rotundum


menjadi kendor yg mengakibatkan
letak uterus menjadi retrofleksi.
 Tdk jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligament,
fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendor.
Perubahan Sistem Endokrin

Hormon Plasenta Hormon Oksitosin

Hormon Pituitary
Hormon Pituitary
Ovarium
Perubahan Sistem Endokrin
 Hormon Plasenta

 Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormone


yg besar.
 Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan
hormon2 yg diproduksi oleh plasenta
 Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan.
 Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari
ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae
pada hari ke-3 post-partum.
Perubahan Sistem Endokrin
 Hormon Plasenta

 Penurunan hormone Human Plasenta Lactogen (HPL),


estrogen, dan progesterone serta plasental enzyme insulin
membalik efek diabetogenik kehamilan, shg kadar gula
darah menurun secara bermakna pd masa nifas.
 Ibu diabetic biasanya membutuhkan insulin dlm jumlah yg
jauh lebih kecil selama beberapa hari.
 Karena perubahan hormone normal ini membuat masa nifas
menjadi suatu periode transisis untuk metabolism
karbohidrat.
Perubahan Sistem Endokrin
 Hormon Oksitosin

 Oksitosin dikeluarkan dr kelenjar bawah otak bagian


belakang (posterior), bekerja thd otot uterus dan jaringan
payudara.
 Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan
pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas
otot yg menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta
dan mencegah perdarahan.
 Pada wanita yg memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi
merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu
uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.
Perubahan Sistem Endokrin
 Hormon Pituitary

 Kelenjar pituitari, atau hipofisis, adalah kelenjar produsen


hormon-hormon tertentu yang bertindak sebagai pengedali
berbagai aspek tubuh manusia. Hormon yang disekresi olehnya
mengatur fungsi kelenjar lain juga.
 Beberapa hormon yang diproduksi oleh pituitary adalah
prolactin, FSH dan LH
 Prolaktin darah meningkat dengan cepat pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 mgg.
 FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada
minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
Perubahan Sistem Endokrin
 Hormon Hipotalamik Pituitary Ovarium
 Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi
lamanya mendapatkan menstruasi.
 Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
 Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama
6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.
 Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6
minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu.
 Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama ovulasi dan untuk
wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama ovulasi.
Perubahan Tanda-tanda Vital

Suhu Badan Nadi

Tekanan Darah Pernafasan


Perubahan Tanda-tanda Vital
 Suhu Badan
 Satu hari (24jam ) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C-38°C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan.
 Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa.
 Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan
ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.
 Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, tractus urogenitalis atau sistem lain.
 Jika ada demam lebih dari 38°C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari
pertama postpartum dianggap nifas terganggu kecuali hari pertama dan
suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4x sehari.

Noted: Tractus urogenitalis adalah sebuah sistem yang berkaitan dengan organ-organ reproduksi dan sistem saluran kemih.
Perubahan Tanda-tanda Vital
 Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-
80 kali permenit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu
akan lebih cepat.
Setiap denyut nadi melebihi 100 adalah
abnormal dan hal ini mungkin disebabkan
oleh infeksi atau perdarahan postpartum yg
tertunda.
Perubahan Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan


tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan.
 Tekanan darah tinggi pada postpartum
dapat menandakan terjadinya preeklampsi
postpartum.
Perubahan Tanda-tanda Vital
 Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan


dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas.
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
 Setelah terjadi diuresis yg mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
 Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada
hari ke-5.
 Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uterin.
 Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang
secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi
normal.
 Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
 Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yg meningkat, yg diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah
uterin.
 Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis terjadi, secara cepat
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.
 Aliran ini terjadi 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.
 Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin.
 Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat
dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan
bersama-sama dengan trauma selama persalinan.
 Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc.
 Bila kelahiran melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah dapat dua kali
lipat.
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
 Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hematocrit
(haemoconcentration).
 Bila persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio
sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.
 Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.
 Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation
cordia pada penderita vitum cordia.
 Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 postpartum.
Perubahan Sistem Hematologi
 Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma serta faktor-faktor pem bekuan darah meningkat.
 Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan
darah.
 Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat
mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari pertama dari masa postpartum.
 Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sam pai
25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama.
Perubahan Sistem Hematologi
 Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan sangat
bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari
volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang
berubah-ubah.
 Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi
wanita tersebut.
 Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi
kehilangan darah sekitar 200-500 ml.
 Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin
pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5
minggu postpartum .
Daftar Pustaka
 Mansyur, Nurliana dan A. Kasrida Dahlan. 2014. Buku Ajar: Asuhan
Kebidanan Masa Nifas. Malang: Intrans.
 Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai