Anda di halaman 1dari 3

Nama : Putri Ayu Amalia

NIM : 2101036159
Mata Kuliah : Pendididkan Kewarganegaraan ( Gab D )

HAK ASASI MANUSIA

Hak Asasi Manusia diartikan sebagai hak yang melekat pada martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan
dan hak tersebut dibawa sejak lahir ke bumi sehingga hak tersebut bersifat fitri (kodrati)

Hak asasi manusia yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya
bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan
sematamata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.- (Jack Donnely, Universal Human Rights in
Theory and Practice, Juga Maurice Cranston, What are Human Rights? )

Dengan arti ini, sudah sepantansnya HAM diakui secara Universal karena meskipun setiap manusia lahir
dengan jenis kelamin, warna kulit, suku, agama, kewarganegaraaan yang berbeda-beda, mereka tetap
mempunyai hak-hak tersebut karena mereka adalah manusia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Universal Declaration of Human Right (UHDR) yang
populer dikenal dengan deklarasi HAM Internasional tahun 1948. Sejak itu, konsep HAM berkembang
tidak hanya berkaitan dengan hak politik dan sipil, tetapi juga pada hak-hak ekonomi dan sosial.

Dari beberapa penjelasan diatas bisa dismpulkan bahwa HAM memiliki ciri-ciri :

- HAM tidak dibeli, diwarisi ataupun diberikan dari suatu lembaga tertentu
- HAM berlaku untuk semua manusia tanpa memandang kelamin, ras, agama, etnis, pandangan
politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
- HAM tidak bisa dilanggar

Gagasan tentang HAM tersebut diatas, bila dikaitkan dengan agama secara normatif tidak bertentangan,
karena agama menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Dalam agama terdapat sejumlah aturan
yang dapat dijadikan dasar bagi penegakkan HAM.

Hak untuk memeluk agama atau kepercayaan dan beribadah menurut agama dan kepercayaan seseorang
dijamin oleh Negara. Kebebasan memeluk agama merupakan hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara. Hak tersebut tidak dapat dilepaskan dari manusia
pribadi, maupun kelompok karena hak itu bersifat asasi. Oleh karena itu, apabila terhadap hak tersebut
dilangar maka terjadi pelanggaran terhadap hak asasi.
Dasar hukum yang menjamin kebebasan memeluk agama atau kepercayaan di Indonesia ada pada Pasal
28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“UUD 1945”):

Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

Selanjutnya, kebebasan memeluk kepercayaan tercantum dalam Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 yang
selengkapnya berbunyi:

Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.

Hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Akan tetapi, meskipun kebebasan memeluk agama atau kepercayaan adalah hak setiap warga negara dan
termasuk sebagai hak asasi, ini bukan berarti tanpa pembatasan, karena setiap orang wajib menghormati
hak asasi orang lain. Pelaksanaan hak tersebut wajib tunduk pada pembatasan-pembatasan dalam undang-
undang. Jadi, hak asasi manusia tersebut dalam pelaksanaannya tetap patuh pada pembatasan-pembatasan
yang diatur dalam undang-undang.

Referensi :
Hamlan, Islam & Hak Asasi Manusia, Jurnal Hunafa Vol. 2 No. 3 Desember 2005:251-264

https://www.hukumonline.com/klinik/a/kebebasan-memeluk-agama-atau-kepercayaan-adalah-hak-
setiap-warga-negara-cl6556

Merlien I. Matitaputty Kebebasan Beragama Ditinjau Dari Perspektif Hak Asasi Manusia

Anda mungkin juga menyukai