10 Alasan Kenapa Laki
10 Alasan Kenapa Laki
Berjamaah Di Masjid
Memang ada ikhtilaf ulama apakah Wajib Ain bagi laki-laki hukumnya shalat berjamaah di
masjid atau hukumnya sunnah saja. Akan tetapi pendapat terkuat hukumnya wajib. Dengan
beberapa alasan berikut:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.”
(Al-Baqarah: 43)
فال بد لقوله { مع الراكعني } من فائدة أخرى وليست إال فعلها مع مجاعة املصلني،
“makna firman Allah “ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’, faidahnya yaitu tidaklah
dilakukan kecuali bersama jamaah yang shalat dan bersama-sama.”[1]
2. saat-saat perang berkecamuk, tetap diperintahkan shalat berjamaah. Maka apalagi suasana
aman dan tentram. Dan ini perintah langsung dari Allah dalam al-Quran
َأسلِ َحَت ُه ْم فَِإ َذا ِ الصالََة َف ْلت ُقم طَآِئَفةُُ ِّمْنهم َّمع ِ وِإ َذا ُك
ْ ك َوليَْأ ُخ ُذوا
ََ ُ ْ َ َ نت في ِه ْم فََأقَ ْم
َّ ت هَلُ ُم َ َ
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri
(shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat
bersamamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah
dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua
yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu.” (An-Nisa’ 102)
. دليل على أن ذلك يف حال األمن أوجب: ففي أمر اهلل بإقامة اجلماعة يف حال اخلوف
“pada perintah Allah untuk tetap menegakkan shalat jamaah ketika takut (perang) adalah
dalil bahwa shalat berjamaah ketika kondisi aman lebih wajib lagi.”[2]
ويف هذا دليل على أن اجلماعة فرض على األعيان إذ مل يسقطها سبحانه عن الطائفة الثانية
ولو، ولو كانت اجلماعة سنة لكان أوىل األعذار بسقوطها عذر اخلوف،بفعل األوىل
كانت فرض كفاية لسقطت بفعل الطائفة األوىل …وأنه مل يرخص هلم يف تركها حال
اخلوف
“Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu ain
bukan hanya sunnah atau fardhu kifayah, Seandainya hukumnya sunnah tentu keadaan
takut dari musuh adalah udzur yang utama. Juga bukan fardhu kifayah karena Alloh
menggugurkan kewajiban berjamaah atas rombongan kedua dengan telah berjamaahnya
rombongan pertama… dan Allah tidak memberi keringanan bagi mereka untuk
meninggalkan shalat berjamaah dalam keadaan ketakutan (perang).“[3]
3.Orang buta yang tidak ada penuntut ke masjid tetap di perintahkan shalat berjamaah ke
masjid jika mendengar adzan, maka bagaimana yang matanya sehat?
“Seorang buta pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berujar, “Wahai
Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid.” Lalu dia
meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat di rumah,
maka beliaupun memberikan keringanan kepadanya. Ketika orang itu beranjak pulang,
beliau kembali bertanya, “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (azan)?” laki-laki
itu menjawab, “Ia.” Beliau bersabda, “Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah
shalat).”[4]
Dalam hadits yang lain yaitu, Ibnu Ummi Maktum (ia buta matanya). Dia berkata,
« -صلى اهلل عليه وسلم- ُّ َف َق َال النَّىِب.اع ِّ ول اللَّ ِه ِإ َّن الْ َم ِدينَةَ َكثِ َريةُ اهْلََو ِّام َو
ِ َالسب َ يَا َر ُس
“Wahai Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mendengar seruan adzan hayya ‘alash sholah,
hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah seruan adzan tersebut”.”[5]
5.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman kepada laki-laki yang tidak
shalat berjamaah di masjid dengan membakar rumah mereka.
8صاَل ةُ الْ َف ْج ِر َولَ ْو َي ْعلَ ُمو َن َما فِي ِه َما َأَلَت ْومُهَا ِ ِ ِِ ٍ ِإ َّن َأْث َقل
َ صاَل ةُ الْع َشاء َو
َ ني
َ صاَل ة َعلَى الْ ُمنَافق
َ َ
َّاس مُثَّ َأنْطَلِ َق َمعِي
ِ صلِّي بِالن ِ ِ
َ َ ُت َأ ْن ُآمَر بالصَّاَل ة َفُت َق َام مُثَّ ُآمَر َر ُجاًل َفي
ُ َولَ ْو َحْب ًوا َولََق ْد مَهَ ْم
ُأحِّر َق َعلَْي ِه ْم بُيُوَت ُه ْم بِالنَّا ِرَف ة
َ الص
َّاَل ن
َ ود ه ش ي اَل ٍب ِإىَل َقو
م ٍ َبِ ِر َج ٍال َم َع ُهم ُحَز ٌم ِم ْن َحط
َ ُ َ ْ َ ْ ْ
“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan
shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan
mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh
seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu
aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak
menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.”[7]
فرض8ويف اهتمامه بأن حيرق على قوم ختلفوا عن الصالة بيوهتم أبني البيان على وجوب
اجلماعة
“keinginan beliau (membakar rumah) orang yang tidak ikut shalat berjamaah di masjid
merupakan dalil yang sangat jelas akan wajib ainnya shalat berjamaah di masjid”[8]
“Menurut pendapat kami (para sahabat), tidaklah seseorang itu tidak hadir shalat jamaah,
melainkan dia seorang munafik yang sudah jelas kemunafikannya. Sungguh dahulu
seseorang dari kami harus dipapah di antara dua orang hingga diberdirikan si shaff
(barisan) shalat yang ada.”[9]
“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat.”[10]
“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 25 derajat.”[11]
Banyak kompromi hadits mengenai perbedaan jumlah bilangan ini. Salah satunya adalah
“mafhum adad” yaitu penyebutan bilangan tidak membatasi.
“Barang siapa shalat isya dengan berjamaah, pahalanya seperti shalat setengah malam.
Barang siapa shalat isya dan subuh dengan berjamaah, pahalanya seperti shalat semalam
penuh.”[12]
ِ ٍ ٍ ِ
ْ ة َواَل بَ ْد ٍو اَل ُت َق ُام في ِه ْم الصَّاَل ةُ ِإاَّل قَ ْد8 ََما م ْن ثَاَل ثَة يِف َق ْري
َ استَ ْح َو َذ َعلَْي ِه ْم الشَّْيطَا ُن َف َعلَْي
ك
ِ الذْئب الْ َق بِاجْلَ َم َ ِ ِإمَّن
َاصيَة ُ ِّ اعة فَ َا يَْأ ُك ُل
“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di
lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian
(shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang
sendirian (jauh dari kawan-kawannya).”[13]
10.amal yang pertama kali dihisab adalah shalat, jika baik maka seluruh amal baik dan
sebaliknya, apakah kita pilih shalat yang sekedarnya saja atau meraih pahala tinggi dengan
shalat berjamaah?
ِ ِ ِ ِ
ًت لَهُ تَ َّامة ْ َص َها فَِإ ْن َكان
ْ َت تَ َّامةً ُكتب َ صاَل ة َعْبدي َأمَتََّها َْأم َن َق ْ ل َماَل ِئ َكتِ ِه َو ُه َو
َ َأعلَ ُم انْظُُروا يِف
ص ِمْن َها َشْيًئا قَ َال انْظُُروا َه ْل لِ َعْب ِدي ِم ْن تَطَُّو ٍع فَِإ ْن َكا َن لَهُ تَطَُّوعٌ قَ َال َأمِت ُّوا ِإ
َ َو ْن َكا َن ا ْنَت َق
ِ ِ
ال َعلَى ذَا ُك ْم ْ يضتَهُ ِم ْن تَطَُّو ِع ِه مُثَّ ُتْؤ َخ ُذ
ُ اَأْلع َم َ ل َعْبدي فَ ِر
“Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari
kiamat adalah shalatnya. Rabb kita Jalla wa ‘Azza berfirman kepada para malaikat-Nya -
padahal Dia lebih mengetahui, “Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru
kurang?” Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika
terdapat kekurangan maka Allah berfirman, “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki
amalan shalat sunnah?” Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman,
“Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat
sunnahnya.” Selanjutnya semua amal manusia akan dihisab dengan cara demikian.”[14]
Khusus bagi yang mengaku mazhab Syafi’i (mayoritas di Indonesia), maka Imam Syafi’i
mewajibkan shalat berjamaah dan tidak memberi keringanan (rukshah).
“Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi seorang pun untuk
meninggalkannya kecuali bila ada udzur.”[15]
Masih banyak dalil-dalil lainnya mengenai wajib dan keutamaan shalat berjamaah di masjid.
www.muslimafiyah.com