Dosen Pengampu :
Novita Herlissha, S.E., M.M.
19 Manajemen 3
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-NYA yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan materi “ hukum dan etika bisnis.”
Sebagai penulis, kami berharap makalah ini dapat membantu Anda di masa depan dan
membantu Anda memahami pentingnya mengetahui etika bisnis secara tertulis. Saat menulis
dokumen ini, menjadi jelas bahwa ada banyak harapan di sana-sini dan saran untuk perbaikan
diperlukan. Oleh karena itu, kami sangat menghargai saran atau kritik untuk penyempurnaan
dokumen ini.
Semoga makalah sederhana ini mudah dipahami dan Anda dapat mengerti maksudnya.
Kami minta maaf bila ada kesalahan kata dalam penulisan makalah ini. Serta bila ada kalimat
yang kurang berkenan dihati pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................2
II. PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Konsep Etika Ekonomi Islam ................................................................................3
2.2 Sumber Etika Ekonomi dalam Islam .....................................................................4
2.3 Konsep bisnis menurut Al-Qur’an..........................................................................6
2.4 Prinsip Ekonomi Islam............................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas untuk mendapat ilmu yang sesuai yang di inginkan
penulis,maka penulis menjabarkan beberapa rumusan masalah yang akan menjadi dasar
makalah. Rumusan masalah terdiri atas:
1.) Apa saja konsep Etika Ekonomi dalam Islam ?
2.) Apa saja sumber dari Etika Ekonomi Islam ?
3.) Bagaimana penerapan prinsip dalam Etika Ekonomi Islam ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini di antaranya :
1.) Sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah Ekonomi Syariah
2.) Untuk menambah pengetahuan tentang Ekonomi Syariah dari aspek Etika Ekonomi
Islam
3.) Untuk mengetahui bagaimana penerapan Etika Ekonomi Islam
1.4 Manfaat
1.) Pembaca dapat mengetahui dan mengerti konsep dasar mengenai Etika Ekonomi
Islam
2.) Pembaca di harapkan mengetahui serta memahami tujuan dan klasifikasi dari Etika
Ekonomi Islam
3.) Pembaca mampu mengimplementasikan Etika Ekonomi Islam dalam dunia bisnis
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Sumber Etika Ekonomi dalam Islam
Pertanggungjawaban, berarti bahwa manusia sebagai pelaku bisnis, mempunyai tanggung
jawab moral kepada Tuhan atas perilaku bianis. Harta sebagai komoditi bisnis dalam Islam,
adalah amanah Tuhan yang harus dipertanggung-jawabkan di hadapan Tuhan.
Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Al-Qur'an antara lain:
1.) Melarang bisnis yang dilakukan dengan proses kebatilan (QS. 4:29) Bisnis harus didasari
kerelaan dan keterbukaan antara kedua belah pihak dan tanpa ada pihak yang dirugikan.
Orang yang berbuat batil termasuk perbuatan aniaya, melanggar hak dan berdosa besar
(QS.4-30).w Sedangkan orang yang menghindarinya akan selamat dan mendapat
kemuliaan (QS.4:31),
2.) Bisnis tidak boleh mengandung unsur riba (QS. 2:275)
3.) Kegiatan bisnis juga memiliki fungsi sosial baik melalui zakat dan sedekah (QS. 9:34).
Pengembangan harta tidak akan terwujud kecuali melalui interaksi antar sesama dalam
berbagai bentuknya,
4.) Melarang pengurangan hak atas suatu barang atau komoditas yang didapat atau diproses
dengan media takaran atau timbangan karena merupakan bentuk kezaliman (QS. 11:85),
sehingga dalam praktek bisnis, timbangan harus disempurnakan (QS. 7:85, QS. 2:205),
5.) Menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan baik ekonomi maupun sosial, keselamatan
dan kebaikan serta tidak menyetujui kerusakan dan ketidakadilan,
6.) Pelaku bisnis dilarang berbuat zalim (cumng) baik bagi dirinya sendiri maupun kepada
pelaku bisnis yang lain (QS. 7:85, QS.2205)
Selain itu Rasullulah SAW sebagai suri tauladan kita juga telah memberikan contoh
bagaimana berlaku dalam bisnis itu sendiri, yang mana kita tahu beliau adalah seorang
pedagang. Beberapa seperti yang diungkagun Aris Baidowi dalam jurnalanya adalah
1.) Kejujuran. Kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah
sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau
bersabda "Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib,
kecuali ia menjelaskan aibnya." (HR. Al-Quzwani). "Siapa yang menipu kami, maka dia
bukan kelompok kami," (H.R. Muslim). Rasulullahsendin selalu bersikap jujur dalam
4
berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah
dan barang baru di bagian atas
2.) Menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, kesadaran tentang signifikansi sosial
kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan
sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak Ekonomi Kapitalis, Adam
Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta'awun (menolong orang lain) sebagai
implikasi sosial kegiatan bisnis Tegnisnya, berbisnis, bukan mencari untung material
semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual
baran
3.) Tidak boleh menipu takaran, ukuran, dan timbangin yang benar. Dalam perdagangan,
timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah: "Celakalah
bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain,
mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atate menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi" (QS 83:112)
4.) Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya. Nabi
Muhammad SAW bersabda, "Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan
maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain," (HR. Muttafaq "alah)
5.) Tidak meninbun barang, Thikar ialah menimbun barang (menumpuk dan menyimpan
barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi maik dan
keuntungan besar pun diperolch). Rasulullah melarang keras perilaku bisnis semacam
6.) Tidak melakukan monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah
melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah eksploitasi
(penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial seperti air, udara, dan tanah
sertakandungan isinya seperti barang tambang dan mineral Individu tersebut mengeruk
keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang lain. Hal ini
dilarang dalam Islam.
7.) Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang yang
haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ckstasi, dan sebagainya. Nabi Muhammad
saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis mims, bangkai, babi dan
patung-patung" (HR. Jabir).
5
8.) Bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Fiman Allah, "Hai orang-orang yang
beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman." (QS. al-Baqarah: 278). Pelaku
dan pemakan ribu dinilai Allah sebagai orang yang kesetaran (QS. 2 275). Oleh karena
itu, Allah dan Rasul-Nya mengumumkan perang terhadap riba
9.) Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah. "Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil,
kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu," (QS.
4:29)
10.) Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad saw bersabda,
"Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya." Hadis ini
mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah
harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.
Dari pemaparan di atas sudah jelas kiranya bagaimana etika bisnis dalam Islam itu
sendiri, dimana berbeda dengan etika pada umumnya yang merupakan hasil pemikiran
manusia, etika bisnis dalam Islam bersumber dari tauladan Rasullulah SAW dan Al-Qur'an
itu sendiri yang merupakan firman Allah SWT.
6
Al-Qur’an sering mengatakan dalam perniagaan harus terdapat kejujuran dan keadilan. Al-
Qur’an sangat menghormati kegiatan dagang yang mengutamakan kejujuran dalam berniaga
seperti tertera pada surah Ar Rahmaan ayat 9, surah Al An’aam ayat 152, surah Israa’ ayat 35.
Dalam pandangan Al-Qur’an, bisnis yang untung tidak hanya mengukur yang benar dan
perhitungan yang pas, namun menghindari kecurangan dan korupsi sebagaimana dikatakan
dalam surah Al Israa’ ayat 35 dan Al A’raaf ayat 85. Al-Qur’an menegaskan bisnis kecil yang
thayyib (baik) serta halal, lebih baik ketimbang bisnis besar yang diperoleh dengan khabits
(buruk) dan haram.
Sikap bisnis berdasarkan Al-Qur’an adalah menaati janji dan kemufakatan, melindungi
kepercayaan, adil dan seimbang dalam berurusan antar sesama, mempunyai pengelihatan masa
depan yang jelas guna mengatur dan menyimpan sesuatu untuk melawan saat-saat sukar,
mengingat Allah dengan cara shalat dan membayar zakat.
Dari hal-hal di atas bisa dikatakan Islam memandang setiap muslim terkhusus yang
mempunyai tanggungan perlu bekerja. Bekerja salah satu sebab utama yang berkemungkinan
manusia untuk mempunyai harta. Allah S.W.T. melapangkan dunia serta mengadakan bermacam
fasilitas yang dapat dipergunakan untuk mencari penghasilan. Sikap Al-Qur’an tidak hanya
memperbolehkan bisnis melainkan juga menganjurkan dan memotivasi hal tersebut.
Konsep Al-Qur’an mengenai bisnis sangat menyeluruh dan patokan yang dipakai
bersangkutan dengan duniawi dan akhirat. Bisnis yang berhasil berdasarkan Al-Qur’an adalah
bisnis yang memberikan untung pada penggiatnya pada dua tahap kehidupan, yakni duniawi dan
akhirat, hingga saat terjadi pertentangan antar keduanya, tindakan bijak yang diperlukan, yaitu
dengan meninggalkan untung yang cepat namun sekejap, untuk mendapatkan untung yang kekal
untuk di hari akhir nanti.Konsep Al-Qur’an tentang bisnis dan yang dikatakan untung dan rugi
harus dipandang dari segala perjalanan kehidupan manusia. Tidak ada bisnis yang dikatakan
berhasil, jika dia memberikan sebesar apapun keuntungan yang didapat dalam kurun waktu
tertentu, tetapi pada akhirnya menghadapi kerugian melebihi untung yang didapat. Bisnis dinilai
menguntungkan jika penghasilan yang didapat melebihi biaya produksi.
Al-Qur’an membagikan arahan bisnis yang terarah yaitu visi bisnis masa depan yang
tidak hanya serta-merta mengincar untung sekejap, tetapi mencari untung yang hakiki.
Keuntungan bisnis berdasarkan Al-Qur’an bersifat material dan immaterial, dan hal yang bersifat
7
immaterial atau kualitas lebih diutamakan. Dan bisnis tidak hanya berhubungan antar manusia
tetapi juga berkaitan dengan Allah.
Menurut Sjaechul Hadi Poernomo sebagaimana dikutip oleh Abd. Shomad, beberapa prisip
ekonomi Islam, yaitu :
1. Prinsip keadilan : mencakup seluruh aspek kehidupan.
2. Prinsip al-ihsan (berbuat kebaikan) : pemberian manfaat kepada orang lain lebih dari pada
hak orang lain.
3. Prinsip al-Mas’uliyah (accuntability, pertanggung jawaban) :yang meliputi berbagai aspek,
yakni pertanggung jawaban antara individu dengan individu (Mas’uliyah al-afrad),
pertanggung jawaban dalam masyarakat (Mas’uliyah al- muj’tama), manusia dalam
masyarakat diwajibkan melaksanakan kewajibannya demi terciptanya kesejahteraan anggota
masyarakat secara keseluruhan, serta tanggung jawab pemerintah (Mas’uliyah al-daulah),
tanggung jawab ini berkaitan dengan baitul mal. QS. An – Nahl (16): 90 dan QS An-Nahal
ayat 90 dan Al-Maidah ayat 8
8
4. Prinsip al-kifayah (sufficiency) :tujuan pokok dari prinsip ini adalah untuk membasmi
kefakiran dan mencukupi kebutuhan primer seluruh anggota dalam masyarakat.
5. Prinsip keseimbangan/prinsip wasathiyah (al-I’tidal, moderat, keseimbangan) :syariat
Islam mengakui hak pribadi dengan batas-batas tertentu. Syariat menentukan keseimbangan
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.12
6. Prinsip Kejujuran dan Kebenaran : Prinsip ini merupakan sendi akhlak karimah. Prinsip ini
tercemin dalam: Prinsip transaksi yang dilarang, akad transaksi harus tegas, jelas, dan pasti.
Baik benda yang menjadi objek akad, maupun harga barang yang diakadkan itu. Prinsip
transaksi yang merugikan dilarang. Setiap transaksi yang merugikan diri sendiri maupun
pihak kedua dan pihak ketiga dilarang. Sebagaimana sabda Rasullulah Saw., “tidak boleh
membahayakan (merugikan) diri sendiri dan tidak boleh membahayakan (merugikan) pihak
lain” Prinsip mengutamakan kepentingan sosial. Prinsip ini menekankan pentingnya
kepentingan bersama yang harus didahulukan tanpa menyebabkan kerugian individu.
Sebagaimana kaidah fiqhiyyah: “bila bertentangan antara kemaslahatan sosial dengan
kemashalatan individu, maka diutamakan kepentingan sosial”.
7. Prinsip manfaat : Objek transaksi harus memiliki manfaat, transaksi terhadap objek yang
tidak bermanfaat menurut syariat dilarang. Prinsip transaksi yang mengandung riba dilarang.
Prinsip suka sama suka (saling rela, ‘an taradhin). QS. Al – Isra’ (17): 29, QS/ Al-Isra (17):27,
QS Al-An’am ayat 141
8. Prinsip tidak ada paksaan : setiap orang memiliki kehendak yang bebas dari menetapkan
akad, tanpa tunduk kepada pelaksanaan transaksi apapun, kecuali hal yang harus dilakukan
oleh norma keadilan dan kemaslahatan masyarakat.
Menurut M. Umar Chapra, sebagaimana dikutip oleh Neni Sri Imaniyati, prinsip ekonomi Islam,
yaitu :
1) Prinsip Tauhid (Keesaan Tuhan)
Prinsip tauhid dalam ekonomi Islam sangat esensial sebab prinsip ini mengajarkan
kepada manusia agar dalam hubungan kemanusiaan (hubungan horizontal), sama pentingnya
dengan hubungan dengan Allah (hubungan vertikal) dalam arti manusia dalam melakukan
aktivitas ekonominya didasarkan pada keadilan sosial yang bersumber kepada Al-Qur’an.
Lapangan ekonomi (economic court) tidak lepas dari perhatian dan pengaturan Islam. Islam
melandaskan ekonomi sebagai usaha untuk bekal beribadah kepada-Nya. Dengan kata lain,
9
tujuan usaha dalam Islam tidak semata-mata untuk mencapai keuntungan atau kepuasan
materi (hedonism) dan kepentingan diri sendiri (individualis), tetapi juga kepuasan spiritual
yang berkaitan erat dengan kepuasan sosial atau masyarakat luas. Dengan demikian, yang
menjadi landasan ekonomi Islam adalah tauhid ilahiyyah.
2) Prinsip Perwakilan (Khilafah)
Manusia adalah Khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi. Manusia telah dibekali dengan
semua karakteristik mental dan spiritual serta materi untuk memungkinkan hidup dan
mengemban misinya secara efektif .QS. An-Nisa’ (4):29
3) Prinsip Keadilan (‘Adalah)
Keadilan adalah salah satu prinsip yang penting dalam mekanisme perekonomian Islam.
Bersikap adil dalam ekonomi tidak hanya didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur’an atau Sunnah
Rasul tapi juga berdasarkan pada pertimbangan hukum alam, alam diciptakan berdasarkan
atas prinsip keseimbangan dan keadilan. Adil dalam ekonomi bisa diterapkan dalam
penentuan harga, kualitas produksi, perlakuan terhadap para pekerja, dan dampak yang timbul
dari berbagai kebijakan ekonomi yang dikeluarkan.Penegakkan keadilan dan pembasmi
bentuk diskriminasi telah ditekankan oleh Al-Qur’an, bahkan salah satu tujuan utama risalah
kenabian adalah untuk menegakkan keadilan. Bahkan Al-Qur’an menempatkan keadilan
sederajat dengan kebajikan dan ketakwaan. Hal ini didasarkan pada QS. Al-Maidah (5): 8:
‚hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
4) Prinsip Tazkiyah
Tazkiyah berarti penyucian (purification). Dalam konteks pembangunan, proses ini
mutlak diperlukan sebelum manusia diserahi tugas sebagai agen of development. Jikalau
proses ini dapat terlaksana dengan baik, apapun pembangunan dan pengembangan yang
dilakukan oleh manusia tidak akan berakibat kecuali dengan kebaikan bagi diri sendiri,
masyarakat dan lingkungan. QS. Al-Hadid (57):7, QS Shad (38):28, QS Al-fatir 35:39, QS.
Al- An’am 6:165.
5) Prinsip Al- Falah
10
Al-Falah adalah konsep tentang sukses dalam Islam. Dalam konsep ini apapun jenisnya
keberhasilan yang dicapai selama didunia akan memberikan konstribusi untuk keberhasilan
diakhirat kelak selama dalam keberhasilan ini dicapai dengan petunjuk allah. Oleh karena itu,
dalam kacamata Islam tidak ada dikotomi antara usaha-usaha untuk pembangunan didunia
( baik ekonomi maupun sektor lainnya), dengan persiapan untuk kehidupan diakhirat nanti.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selepas meninjau isi ulasan di atas, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
Etika ekonomi islam adalah suatu pengkajian yang dilakukan dengan teratur mengenai
perilaku, sikap, serta tindakan yang dikira benar/baik oleh kaum muslimin dilihat dari segi
ekonomi sesuai dengan aturan Al-Quran dan hadis.
Istilah ekonomi Islam terdapat tiga penafsiran. Pertama, ekonomi islam yaitu studi
ekonomi yang berlandaskan ajaran islam. Kedua, ekonomi islam yaitu sistem ekonomi
islam. Sistem yang dimaksud yakni tata cara dalam aktivitas ekonomi suatu negara
atau masyarakat yang dilakukan dengan metode atau cara tertentu. Ketiga, ekonomi
islam yaitu perekonomian dunia islam. Penafsiran tersebut muncul dari sifat pragmatis
yang dilakukan oleh negara islam
Al-Qur’an membagikan arahan bisnis yang terarah yaitu visi bisnis masa depan yang
tidak hanya serta-merta mengincar untung sekejap, tetapi mencari untung yang hakiki.
Prinsip Ekonomi Islam dalam melakukan aktivitas ekonomi Islam, para pelaku
ekonomi memegang teguh prinsip- prinsip dasar yaitu Prinsip ilahiyah dimana dalam
ekonomi Islam kepentingan induvidu dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat
erat sekali yaitu asas keselarasan, keseimbangan dan bukan persaingan sehingga
tercipta ekonomi yang seadil-adilnya
Menurut Sjaechul Hadi Poernomo sebagaimana dikutip oleh Abd. Shomad, beberapa
prisip ekonomi Islam, yaitu : prinsip keadilan,prinsip al-ihsan,prinsip al-
Mas’uliyah,prinsip al-Kifayah,prinsip keseimbangan,prinsip Wasathiyah,prinsip
kejujuran dan kebenaran,prinsip manfaat,prinsip tidak ada paksaan
11
Menurut M. Umar Chapra, sebagaimana dikutip oleh Neni Sri Imaniyati, prinsip
ekonomi Islam, yaitu : Prinsip Tauhid (Keesaan Tuhan), Prinsip Perwakilan
(Khilafah), Prinsip Keadilan (‘Adalah), Prinsip Tazkiyah, Prinsip Al- Falah
3.2 Saran
Sebagai seorang muslim tentunya kita harus menjalankan hidup dengan tujuan sebagai
ibadah,tanpa terkecuali dengan kegiatan bisnis atau usaha. Melakukan kegiatan bisnis juga
harus menerapkan etika ekonomi Islam agar terhindar dari hal-hal yang negatif demi
memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupan seseorang agar lebih baik agar tidak
melupakan apa tujuan hidup di dunia ini. Maka dari itu,untuk menjaga keimanan dan tetap
teguh kepada Aqidah dalam menjalankan bisnis.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hariani, Hariani (2018) Konsep Etika Bisnis Menurut Ekonomi Islam dan Ekonomi Kapitalis
(Analisis Perbandingan). Undergraduate thesis, IAIN Parepare. Dipetik Maret,04 2022
dari Hariani dari .http://repository.iainpare.ac.id/629/
Lukman Fauroni ,Rekonstruksi Etika Bisnis :Persepektif Al-Quran :ISSN 1411-013X;IQTISAD journal
of Islamic Economics vol.4 no.1,Muharram 1424H/March 2003 PP-91-106. waktu akses 04 maret 2022
MerzaGamal, https://www.kompasiana.com/Merzagama/konsep-bisnis-dalam-al-quran-
Norvadewi,Bisnis Dalam Perspektif Islam(telaah konsep Prinsip dan Landasan Normatif) Al- Tijary,vol 01
https://www.academia.edu/9533519/ETIKA_EKONOMI_ISLAM
https://www.kompasiana.com/merzagamal/551a3792813311e47e9de132/konsep-bisnis-dalam-al-qur-an
13