Anda di halaman 1dari 2

Narasi Perang Uhud

Fatimah Azzahra

Jabal Uhud, termasuk salah satu bukit yang sangat memiliki nilai sejarah
penting dalam sejarah Islam. Di bukit ini, terjadi peperangan yang sangat
memilukan dalam sejarah Islam. Pasukan kaum Muslimin yang dipimpin
langsung Nabi Muhammad SAW, bertempur habis-habisan dengan kaum
musyrikin Kota Makkah. Dalam pertempuran itu, ratusan sahabat nabi gugur.
Termasuk juga paman Rasul, Hamzah bin Abdul Muthalib, gugur dan
dimakamkan di bukit ini.
Perang di kawasan Uhud, bermula dari keinginan balas dendam kaum kafir
Quraisy seusai kekalahan mereka dalam Perang Badar. Mereka berencana
menyerbu umat Islam yang ada di Madinah. Peristiwanya terjadi pada 15
Syawal 3 H, atau sekitar bulan Maret 625 M. Menghadapi rencana penyerbuan
tersebut, Rasulullah memerintahkan barisan pasukan Muslimin menyongsong
kaum kafir itu di luar Kota Madinah.
Strategi pun disusun. Sebanyak 50 pasukan pemanah, oleh Rasulullah yang
memimpin langsung pasukannya, ditempatkan di atas Jabal Uhud. Mereka
diperintahkan menunggu di bukit tersebut, untuk melakukan serangan apabila
kaum Quraisy menyerbu, terutama pasukan berkudanya. Sedangkan pasukan
lainnya, menunggu di celah bukit. Maka, perang antara pasukan kaum
Muslimin yang berjumlah 700 orang melawan kaum musyrikin Makkah yang
berjumlah 3.000 orang, akhirnya berkobar. Dalam perang dahsyat itu pasukan
Muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan yang gemilang.
Namun, kemenangan tersebut berbalik menjadi kisah pilu, karena pasukan
pemanah kaum Muslimin yang tadinya ditempatkan di Bukit Uhud, tergiur
barang-barang kaum musyrikin yang sebelumnya sempat melarikan diri.
Melihat kaum musyrikin melarikan diri dan barang bawaannya tergeletak di
lembah Uhud, pasukan pemanah meninggalkan posnya dengan menuruni
bukit. Padahal, sebelumnya Nabi Muhammad SAW telah menginstruksikan
agar tidak meninggalkan Bukit Uhud, walau apa pun yang terjadi.
Adanya pengosongan pos oleh pemanah tersebut digunakan oleh panglima
kaum musyrikin, Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam) untuk menggerakkan
kembali tentaranya guna menyerang umat Islam. Khalid bin Walid ini,
sebelumnya memang digambarkan sebagai seorang ahli strategi yang 
memimpin tentara berkuda.
Dalam pertempuran itu, Nabi Muhammad SAW juga mengalami luka-luka
yang cukup parah. Bahkan, sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai pelindung
Rasulullah, gugur dengan tubuh dipenuhi anak panah.
Setelah perang usai dan kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke
Makkah, Nabi Muhammad  SAW memerintahkan agar para sahabatnya yang
gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur
untuk memakamkan beberapa syuhada. Jenazah para syuhada Uhud ini,
akhirnya dimakamkan dekat lokasi perang serta dishalatkan satu per satu
sebelum dikuburkan.
Adapun Sayidina Hamzah bin Abdul Muthalib, disalatkan sebanyak 70 kali.
Beliau pun dimakamkan menjadi satu dengan Abdullah bin Jahsyi (sepupu
Nabi) di lokasi terpisah dengan lokasi para syuhada yang lain.
Kisah pilu ini, digambarkan oleh Rasul dengan menyebut bukit ini sebagai
bukit yang nantinya akan bisa dilihat di Surga. Jadi, umat Islam yang kini akan
melaksanakan ibadah haji dan menyempatkan diri untuk berziarah ke Bukit
Uhud, insya Allah saat berada di Surga juga akan menyaksikan kembali bukit
ini. Kini, jika kita datang ke lokasi tersebut, kompleks pemakaman itu akan
terlihat sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar
hanya ada jeruji, sehingga jamaah bisa melongok sedikit ke dalam. 

Anda mungkin juga menyukai