Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dakwah
Oleh kelompok:
1.ChantikaDewi Gemala Intan (NIM 211203050020)
2. Kartika Nur Imami (NIM 211203050021)
3. Muhammad Thoriq Kamal (NIM 212103050022)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah kami panjatkan kepada-Nya atas limpahan Rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas Ilmu
Dakwah yang bertemakan: “DASAR HUKUM DAN LANDASAN DAKWAH
DALAM AL QUR’AN DAN HADITS”. Dalam penyelesaian makalah ini tim
penulis mendapat banyak dukungan juga bantuan dari berbagai pihak. Maka kami
selaku tim penulis ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya kepada pihak yang
menuntun kami dengan banyak arahan dan banyak bimbingan untuk
menyelesaikan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
banyak orang, meskipun makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Dengan itu
mengharap kritik dan sarannya agar bisa lebih baik kedepannya. Terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Dasar Hukum Dakwah............................................................... 3
B. Landasan Pemikiran Pentingnya Dakwah.................................. 4
C. Keuntungan Dakwah.................................................................. 5
D. Ancaman bagi orang yang ingkar dakwah................................. 7
A. Kesimpulan................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 11
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menyikapi keharusan untuk mematuhi aturan tersebut, salah satunya ialah kita
harus mencamtumkan sumber, bukti, dan kejelasan bahwa suara kita memang patut
didengar. Argumen kita layak untuk diperhitungkan. Dan kejelasannya tidak perlu
dipertanyakan lagi. Dengan menerapkan aturan tersebut, kami bermaksud
menjabarkan secuil wawasan perihal tentang sebuah metode yang dinamakan
dakwah, yang mana metode ini sudah diterapkan oleh umat islam sejak angka-angka
tadi masih jauh dari desas-desus kehadirannya. Akan tetapi pengaruhnya tetap lestari
walau diterjang arus zaman.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan dasar hukum dakwah!
2. Jelaskan apa saja landasan pentingnya ilmu dakwah!
3. Apa saja keuntungan dakwah?
4. Apakah ada dalil mengenai orang yang ingkar dengan dakwah?
C. TUJUAN
1. Memahami dasar hukum dakwah
2. Mengetahui landasan pentingnya dakwah
3. Memahami keuntungan dakwah
4. Mengetahui dengan jelas dalilyang menyatakan ancaman bagi orang
yang ingkar kepada dakwah
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Maksud dari kutipan hadis di atas, man disini bermakna umum, yakni
berlaku bagi tiap individu bagi mereka wajib untuk melakukan dakwah sesuai
kemampuannya, perintah ini sebagaimana yang pernah Rasulullah sampaikan
pada umatnya, bahwasanya agar mereka sampaikan dakwah meskipun hanya satu
ayat, jika menarik kesimpulan hukum dakwah disini adalah Fardu 'ain yang mana
semua tanpa terkecuali para umat Rasulullah wajib melaksanakan.
Dan dari kedua pendapat tersebut maka jumhur ulama memutuskan bahwa
dakwah dihukumi Fardu kifayah, karena seseorang yang hendak berdakwah harus
mempunyai ilmu tidak sekedar asal-asalan, agar apa yang hendak disampaikan
dapat dicerna dan diserap oleh pendengar dakwah. Dalam keadaan seperti itu,
maka jika ada satu atau lebih seseorang yang hendak melakukan dakwah maka
3
dihukumi sunnah muakad, berbeda jika ada sebuah kaum dan suatu golongan
yang semakin tinggi tingkat kedzaliman, kemungkaran semakin merajalela dan
para da'i semakin menurun, maka dihukumi wajib bagi setiap individu untuk
mendakwahkannya apa yang ia ketahui sesuai kemampuan.
Artinya:
"Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan menjaga dari yang mungkar,
merekalah orang-orang yang beruntung"
Artinya:
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena
kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah
orang-orang fasik"
Artinya:
4
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk"
Dalam bahasa Arab dakwah berasal dari kata دعyang merupakan fiil madhi, dan
terdapat kata أدعdi fiil Amr nya yang berarti ajakan, seruan. Dan kaidah fiil Amr
adalah kata perintah maka perintah tersebut wajib dilakukan saat tidak terhalang
oleh dalil yang menyimpang dari syariat islam.
•Hadis Bukhari
Beliau bersabda: "Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat" (HR Bukhari)
Kata "walaupun hanya satu ayat" maksud Nabi disini siapapun yang
mendengarnya, untuk disampaikan walaupun hanya sedikit, agar apa yang
Rasulullah ajarkan tetap tersambung.
Yang mana jika diartikan di masa saat ini, apapun ilmu yang kamu dapatkan
walaupun itu hal sepele tapi didalamnya mengandung pengetahuan, sebarkanlah,
selama itu mengandung kebaikan.
C) KEUNTUNGAN DAKWAH
Ada beberapa hal yaitu keuntungan yang kita dapat saat kita berdakwah,
antara laii yakni :
5
1. Profitable menurut Allah
Maksud dari profitable disini yaitu dakwah merupakan hal yang
menguntungkan dari sisi Allah SWT. Menguntungkan sudah menurut
Alllah bukan menurut manusia lagi, Sudah dijelaskan pada Qs. Ali imron
ayat 104 bahwa orang yang menyeru pada kebaikan dan mencegah pada
kemungkaran pantas mendapat julukan orang-orang yang beruntung.
Terdapat rahmat Allah yang begitu luas yang tidak bisa dijangkau oleg
manusia dalam wujud kenikmatan atau maupun bentuk yang lain sebagai
cara Allah memberikan nikmat pada orang yang dimaksud.
6
“ Dan siapakah yang lebik baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah dan melakukan kebajikan dan berkata, “sungguh,
aku termasuk orang-orang muslim (berserah diri)?”
Benar-benar Allah menkankan pada kita agar menyerukan agamanya dan
melakukan kebajikan. Apakah kita masih meragukan janji-janji Allah yang
akan diberikan kepada orang yang berdakwah untuk menegakkan agama
Allah? Jika kita masih ragu, yang harus dipertanyakan adalah keimanan
dihati kita.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz pernah ditanya : Banyak di
antara kaum muslimin yang meremeh-remehkan dalam hal berhukum kepada
selain syari’at Allah; sebagian berkeyakinan bahwa sikap meremeh-remehkan
tersebut tidak berpengaruh terhadap komitmen keislamannya. Sebagian yang lain
malah menganggap boleh-boleh saja berhukum kepada selain syari’at Allah dan
tidak peduli dengan implikasinya. Bagaimana pendapat yang haq dalam masalah
ini?
Jawaban.
Masalah ini harus dirinci, yaitu barangsiapa yang berhukum kepada selain
apa yang diturunkan Allah sementara dia mengetahui bahwa wajib baginya
berhukum kepada apa yang diturunkan Allah dan dengan perbuatannya itu, dia
telah melanggar syari’at akan tetapi dia menganggap boleh hal itu dan
memandangnya tidak apa-apa melakukannya dan juga boleh saja hukumnya
berhukum kepada selain syari’at Allah ; maka orang seperti ini hukumnya adalah
kafir dengan kekufuran Akbar menurut seluruh ulama, seperti berhukum kepada
undang-undang buatan manusia, baik oleh kaum Nashrani, Yahudi ataupun orang-
orang selain mereka yang mengklaim bahwasanya boleh berhukum dengannya,
7
bahwa ia adalah lebih utama ketimbang hukum Allah, bahwa ia sejajar dengan
hukum Allah atau mengklaim bahwa manusia diberi pilihan; bila menginginkan,
dia boleh berhukum kepada al-Qur’an dan As-Sunnah dan bila dia menginginkan,
boleh berhukum kepada undang-undang buatan manusia tersebut. Jadi,
barangsiapa berkeyakinan demikian, maka dia telah berbuat kekufuran menurut
ijma’ para ulama sebagaimana yang telah dikemukakan tadi. Adapun orang yang
berhukum kepada selain apa yang diturunkan Allah karena dorongan hawa nafsu
atau keuntungan sesaat sementara dia mengetahui bahwa dengan perbuatan itu
telah berbuat maksiat kepada Allah dan RasulNya, bahwa dia telah melakukan
kemungkaran yang besar dan yang wajib atasnya adalah berhukum kepada
syari’at Allah; maka dia tidak berbuat kekufuran yang besar tersebut akan tetapi
dia telah melakukan suatu kemungkaran dan maksiat yang besar serta kekufuran
kecil sebagaimana pendapat Ibn Abbas, Mujahid dan ulama selain keduanya. Dia
telah melakukan kekufuran di bawah kekufuran (Kufr duna Kufr) dan kezhaliman
di bawah kezhaliman dan kefasikan di bawah kefasikan, bukan kekufuran akbar.
Inilah pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Baca Juga Pengertian Al-Wasath
Dalam Agama Dalam hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam
beberapa ayat berikut:
ك فِي َما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِجدُوا فِي َأ ْنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِم َّما
َ ك اَل يُْؤ ِمنُونَ َحتَّ ٰى يُ َح ِّك ُمو
َ ِّفَاَل َو َرب
ضيْتَ َويُ َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما
َ َق
8
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan
yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [An-Nisa/4 :65]
َۚ َو َم ْن َأحْ َسنُ ِمنَ هَّللا ِ ُح ْك ًما لِقَوْ ٍم يُوقِنُون ََأفَ ُح ْك َم ْال َجا ِهلِيَّ ِة يَ ْب ُغون
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah
yang lebih daripada (hukum) Allah bagi oang-orang yang yakin?” (QS. Al-
Ma’idah/5 : 50)
Jadi, hukum Allah lah yang merupakan hukum paling baik, yang wajib
diikuti dan dengannya tercipta keshalihan umat dan kebahagiaannya di dunia dan
akhirat serta keshalihan alam semesta ini akan tetapi kebanyakan makhluk lalai
dari realitas ini. Kepada Allah lah kita tempat memohon pertolongan, tiada daya
dan kekuatan kecuali kepada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.
(Majmu’ Fatawa Wa Maqalat Mutanawwi’ah, Juz.V, h.355-356, dari fatwa
Syaikh Ibn Baz) [Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-
Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy,
Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerjemah Musthofa Aini dkk, Penerbit
Darul Haq]
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami
masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti
kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. An Nisa’: 56)
9
BAB III
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
http://m.merdeka.com
http://m.liputan6.com
http://download.garuda.ristekdikti.go.id
https://kerohanianislam.ukm.unair.ac.id/2021/03/22/dakwah-teruss-emang-ga-
capek/
https://almanhaj.or.id/1395-hukum-meremehkan-syariat-allah-dan-keengganan-
untuk-menerapkannya-2.html
https://islamqa.info/id/answers/178689/jawaban-kepada-orang-yang-mengingkari-
bahwa-alloh-telah-mengutus-rasul-nya-sebagai-pembawa-rahmat-bagi-sekalian-
alam
11