ABSTRAK
Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) sudah dilaksanakan di
Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah proyek tersebut mencapai 32 hektar. Lokasi
pembangunan P3SON terletak di sebuah gunung kecil yaitu Gunung Hambalang yang mempunyai lereng
yang terjal dan terdapat lapisan lempung yang tebal sehingga rawan terjadi longsor. Secara umum
morfologi Hambalang mempunyai kemiringan berkisar antara 10–45°, dan pada beberapa tempat terutama
pada lereng bangunan gedung, kemiringan lereng lebih dari 45°. Berdasarkan hasil pengeboran, profil
batuan adalah lanau (silt) kedalaman 0-6 m, dan 6 m kebawah adalah lempung keras. Lapisan lempung bila
terkena air akan bersifat kedap air dan mengembang. Jika ditambah faktor curah hujan yang tinggi, maka
kemungkinan terjadinya longsor akan semakin besar. Untuk meningkatkan stabilitas lereng maka perlu
dilakukan pembuatan drainase di luar kawasan sebelah Timur maupun drainase horizontal di dalam
kawasan. Drainase pada sisi Timur lokasi studi dibuat dengan dua buah pipa besi yang memiliki diameter
berkisar 20-35 cm dan diletakkan pada kedalaman 5 m. Secara teknis terdapat lima belas lokasi yang perlu
dilakukan pembuatan drainase horizontal. Desain drainase horisontal adalah pipa dengan diameter 10 cm,
spasi antar pipa drainase adalah 8 m, panjang pipa drainase 15-20 m, kemiringan pipa drainase 10°, dan
karena kedalaman lapisan lanau adalah 0-6 m, maka posisi pipa drainase berkisar 3-5 m dari permukaan
tanah. Konfigurasi sistem drainasi ini diharapkan dapat mengurangi resiko longsor di area Hambalang.
Katakunci: Longsoran, curah hujan, peresapan, drainase bawah permukaan
ABSTRACT
The “Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON)” construction project was
conducted at Hambalang, Sentul, Bogor, West Java. The project area covers 32 hektares. The P3SON project
is located at a small mountain, called Gunung Hambalang, which has steep slope and thick clay layer.
Generally, Hambalang morphology has a slope of about 10–45°, and at some places the buildings are built on
steep slopes with the degree of steepness more than 45°. Based on to the bore log, the rock profile is silt rock
with the deepness of 0-6 m, and under 6 m, there is a hard clay layer. Clay layer if it is in contact with water
will become impermeable and thus swell. During the high intensity rainfall event, the landslide risk is high. In
order to strengthen the slope stability, an outer subsurface drainage at the East side and also horizontal
subsurface drainage system in the area itself are proposed. The twin iron pipes are designed for the East side
drainage system with the diameter of 20-35 cm and laid 5 m under the surface elevation. Technically, there
are fifteen locations that need horizontal drainage installation. Horizontal drainage pipes are designed with
10 cm diameter and 8 m interval between pipes. The length of the horizontal drainage pipes is 15-20 m with
slope of 10°. Due to the fact that the silt layer depth is 0-6 m, then the horizontal drainage pipes will be
located in 3-5 m depth from the surface. Optimistically, this system will reduce the landslide risk in
Hambalang area.
Keywords: Landslide, precipitation, infiltration, subsurface drainage
61
61
Jurnal Teknik
Jurnal Teknik Hidraulik,
Hidraulik Vol.7
Vol. 7No.
No.1,
1,Juni
Juni2016:
2016:61-76
61 - 76
62
62
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
63
63
Jurnal Teknik Hidraulik,
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.7
Vol. 7No.
No.1,1,Juni
Juni2016:
2016:61-76
61 - 76
bebas dan dangkal (unconfined aquifer). Dengan setempat. Pada gawir tekuk lereng di bawah
memperhatikan hal tersebut dan dengan bangunan gedung dan tebing sungai mempunyai
menggunakan asumsi aliran langgeng (steady kemiringan lereng lebih dari 45°. Pada bagian
state), maka debit air tanah persatuan lebar (Q’) lembah mengalir anak sungai Citeureup yang
dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: merupakan sungai temporer artinya sungai yang
�ℎ mempunyai debit air cukup besar pada musim
𝑄� = −𝐾ℎ �� (5) hujan dan berdebit kecil atau kering pada musim
𝐾 kemarau.
𝑄� = − (ℎ22 − ℎ12 ) (6)
2�
Berdasarkan peta Geologi lembar Bogor
Analisis kapasitas pipa drainase (Luthfi dkk, 1995), lokasi proyek berada pada
Dimensi pipa yang diperlukan untuk formasi Jatiluhur (Tmj) dengan umur geologi dari
mengalirkan air bawah permukaan dapat dihitung zaman Miosen Awal. Formasi Jatiluhur (Tmj)
dengan menggunakan formula Manning, dengan terdiri dari Napal (marl), serpih lempungan
asumsi bahwa aliran dalam pipa terisi setengah. (clayshale) dan sisipan batupasir kuarsa (Gambar
Formula ini juga dapat digunakan untuk 3). Batuan penyusun daerah tersebut di bagian
menghitung aliran air pada saluran maupun atas berupa breksi vulkanik berumur Kuarter,
sungai. Perhitungan debit pada pipa atau saluran kurang kompak yang bagian permukaan lapuk
dengan menggunakan persamaan Manning (Chow sempurna menjadi lempung pasiran, berwarna
et.al 1988) adalah sebagai berikut: coklat keabuan, lunak, tebal 0,30-1,50 m. Pada
batuan breksi tersebut di beberapa tempat
𝑄 = 𝑉. 𝐴 (7) terdapat lensa-lensa atau sisipan batu lempung
1
𝑉 = � 𝑅0.�� 𝑆 0.� (8) menyerpih, bersifat mengembang (swelling clay),
𝐴
berwarna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan,
𝑅= (9) kaku, sebagian terkersikkan, dan lunak bila
𝑃
dengan Q adalah debit aliran, n koefisien kekasaran tersingkap di permukaan. Lensa atau sisipan batu
Manning, R jari-jari hidraulik, S kemiringan dasar lempung ini dijumpai pada lereng bagian atas pada
pipa atau saluran, A luas penampang basah, dan P tebing jalan di bawah masjid dan pada lereng
keliling penampang basah. Kekasaran Manning bagian tengah pada tebing (tekuk lereng) di bawah
dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut. bangunan asrama atlet putra (Gambar 4).
Berdasarkan peta geologi, secara regional
Tabel 1 Koefisien kekasaran Manning (Forrester, daerah pemeriksaan merupakan sayap utara dari
2001). antiklin yang berarah relatif ke barat-timur, yang
berada di sebelah selatan daerah pemeriksaan. Di
sebelah utara daerah pemeriksaan terdapat
patahan (sesar) normal atau sesar turun yang
berarah relatif ke barat - timur, dimana bagian
selatan relatif turun terhadap blok di bagian
utaranya.
Kondisi keairan
Kondisi keairan pada lereng bagian atas dan
HASIL DAN PEMBAHASAN tengah berupa air permukaan yang mengalir bebas
Kondisi geologi daerah studi ke arah lereng bagian bawah, sedangkan pada
lembah-lembah terdapat alur-alur sungai yang
Secara umum morfologi daerah Hambalang berair pada waktu hujan, sedangkan pada musim
merupakan perbukitan bergelombang rendah kemarau kering. Selain itu juga terdapat beberapa
dengan relief sedang. Pada lereng bagian atas titik mata air yang mempunyai debit air kecil yang
mempunyai kemiringan berkisar antara 10-20°, kering pada musim kemarau dan mengalir bebas di
pada lereng bagian tengah mempunyai kemiringan permukaan. Pada saat musim hujan banyak terjadi
lereng antara 5-15°, sedangkan pada lereng bagian genangan seperti yang terlihat pada lapangan bola
bawah berkemiringan antara 20-30° dan setempat- (Gambar 5).
64
64
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
Masalah gerakan tanah Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat
curah hujan tinggi dan resapan air. Gerakan tanah
Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan
yang dijumpai berupa nendatan yang terjadi di
Tanah Kabupaten Bogor (Pusat Penelitian dan
lereng bagian tengah sebagai akibat penggalian
Pengembangan Geologi, 1991), daerah tersebut
atau pemotongan lereng, yang di ikuti oleh lapisan
terletak pada Zona Kerentanan Gerakan tanah
batuan di atasnya. Bangunan yang rusak berdiri di
Menengah, artinya daerah yang mempunyai tingkat
atas material longsoran, sehingga bangunan ini
kerentanan menengah untuk terkena gerakan
hancur pada waktu terjadi longsoran. Longsoran
tanah, pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah
ini dipicu akibat penggalian lereng hingga
terutama pada daerah yang berbatasan dengan
memotong lapisan batu lempung mengembang,
lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng
yang memicu terjadinya longsoran pada lokasi ini.
mengalami gangguan.
65
65
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.7 No. 1, Juni 2016: 61-76
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 7 No. 1, Juni 2016: 61 - 76
Gambar 5 Kondisi genangan air pada lapangan bola setelah hujan (sumber: KSO Adhi-Wika
2012).
Longsoran terjadi pada saat dilakukan Analisis peresapan air kawasan Hambalang
penggalian lereng untuk rencana perluasan
Analisis hujan yang meresap ke dalam tanah
bangunan sarana olah raga. Dari hasil pengamatan
(recharge)
lapangan dan data sekunder, maka dapat di
formulasikan beberapa faktor penyebab terjadinya Untuk analisis hujan yang meresap ke dalam
bencana gerakan tanah di komplek Hambalang tanah diperlukan adanya data hujan durasi pendek
sebagai berikut: (jam-jaman). Data hujan durasi pendek pada pos
terdekat dengan Hambalang tidak tersedia
1) Sifat fisik batu lempung yang mudah
sehingga data yang digunakan yaitu pos Citeko
mengembang dan membubur bila jenuh
(6°41'52,1" LS dan 106°56'06,1" BT) milik Badan
air. Terlebih lagi sifat fisik tanah timbunan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
yang lepas, kurang padat dan sarang
yang berada di kawasan Puncak, Bogor. Analisis
(mudah menyerap air).
distribusi hujan dilakukan dengan menggunakan
2) Adanya air permukaan yang mengalir
data hujan dari pos tersebut dengan panjang data
bebas di permukaan yang meresap ke
pengamatan dari tahun 2006 hingga 2016. Analisis
dalam tanah sehingga menjenuhkan
dilakukan untuk menentukan pola distribusi hujan
lapisan batu lempung. Batu lempung yang
yang sering terjadi di daerah Bogor dan akan
jenuh air tersebut akan mengembang dan
digunakan dalam analisis hujan yang meresap ke
menjadi bubur sehingga mudah terjadi
dalam tanah. Data hujan jam-jaman kemudian
longsor.
dikelompokan menurut lamanya terjadinya hujan
3) Adanya penggalian pada lereng bagian
dengan catatan bahwa data yang diambil adalah
bawah yang terjal (>60°) dan memotong
data hujan yang berurutan kejadiannya dan
lapisan lempung mengembang, sehingga
mempunyai besar hujan lebih besar dari 30 mm.
lapisan batuan penutup diatas batu
Dari hasil pengelompokan tersebut dapat diketahui
lempung bergerak ke bawah.
kemungkinan hujan yang terjadi. Dari hasil analisis
Kondisi batulempung di lokasi proyek diperoleh bahwa hujan yang sering terjadi
Hambalang bersifat tetap atau tidak bisa diubah mempunyai durasi selama 5 jam dengan pola
sifatnya. Rekayasa bisa dilakukan pada poin dua distribusi seperti yang terlihat pada Gambar 6.
dan tiga dengan drainase bawah permukaan
Analisis hujan wilayah dilakukan untuk
dan sistem pemootongan lereng untuk
mengetahui besarnya hujan maksimum dalam
meningkatkan stabilitas lereng.
sehari yang jatuh di wilayah Hambalang (Gambar
7). Data untuk analisis ini diperoleh dari hasil
66
66
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
penelitian Puslitbang Air pada tahun 2008 dan di maksimum tahunan rata-rata wilayah Hambalang
tumpang susunkan pada lokasi Hambalang. Dari adalah sebesar 138,5 mm.
hasil analisis diperoleh besarnya hujan harian
Gambar 7 Isohiet hujan harian maksimum tahunan rata-rata wilayah Bogor (Puslitbang Air, 2008).
67
67
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.7 No. 1, Juni 2016: 61-76
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 7 No. 1, Juni 2016: 61 - 76
330 m
Besarnya aliran yang meresap ke dalam Analisis debit air tanah yang masuk ke
tanah diperlukan dalam mendisain drainase dalam area Hambalang dilakukan dengan
bawah permukaan. Hasil perhitungan aliran metode Darcy. Pola aliran air tanah dangkal
yang meresap ke dalam tanah, dan yang menjadi pada area Hambalang diasumsikan mengikuti
aliran permukaan dapat dilihat pada Tabel 2. pola aliran air permukaan dikarenakan tidak
Dari hasil analisis diperoleh hujan yang meresap tersedianya data hidrogeologi, serta data air
ke dalam tanah adalah sebesar 8,4 inci atau tanah dangkal dari inclinometer menunjukkan
sebesar 21,3 mm. Jadi besarnya nilai air yang tinggi air tanah yang mengikuti kontur
meresap ke dalam tanah adalah sebesar 1,18 l/s. setempat. Hasil dari analisis pola air tanah
Nilai Curve Number (CN) yang digunakan dalam menunjukkan bahwa aliran air bawah
perhitungan adalah sebesar 50. Nilai ini permukaan yang masuk ke dalam area
merupakan nilai CN untuk grup hidrologi tanah Hambalang berasal dari arah Timur Laut atau
tipe B, penutup lahan kombinasi semak-semak gunung Hambalang (Gambar 8).
dan rumput, dan kondisi hidrologi penutup
Untuk Hambalang, pengamatan tinggir muka
lahan antara sedang dan baik (Pohll, dkk., 2013).
air dilakukan di sumur penduduk dilakukan
Analisis debit air tanah yang masuk ke sejauh kurang lebih 333 m kearah Timur Laut
kawasan Hambalang dari mata air di bagian Utara Timur (lingkaran
pada Gambar 8). Menurut informasi dari
68
68
Desain
Desaindan
danstudi
studiawal
awaldrainase
drainasebawah
bawahpermukaan...(Rokhmat
permukaan...(RokhmatHidayat,
Hidayat, Samuel
Samuel Jonson
Jonson Sutanto,
Sutanto, dkk)
dkk)
penduduk, pada saat musim kemarau, sumur Analisis sistem drainase bawah permukaan sisi
tersebut kering sedangkan pada saat musim Timur
hujan air dari dalam sumur dapat meluap hingga
Drainase bawah permukaan pada sebelah
ke permukaan. Oleh karena itu perhitungan
Timur kawasan dibuat untuk mengalirkan air
debit yang masuk ke dalam area Hambalang
tanah dangkal yang mengalir dari luar kawasan
dilakukan dengan dua asumsi. Asumsi pertama
masuk ke dalam kawasan Hambalang. Tujuan
adalah perhitungan dengan tinggi muka air pada
dibuat saluran drainase bawah permukaan ini
sumur penduduk sedalam 5 m, dan yang kedua
adalah untuk mencegah adanya aliran air tanah
jika sumur penduduk penuh terisi air pada saat
dari luar kawasan (dari arah Timur Laut) yang
musim hujan. Kedalaman sumur penduduk akan
dapat mengakibatkan ketidakstabilan lereng-
ditahan sedalam 5 m pada musim kemarau
lereng yang berada di dalam kawasan. Debit yang
karena air dari sumur tersebut merupakan
digunakan untuk disain adalah sebesar 0,44 l/s
sumber air bagi penduduk untuk kebutuhan
untuk musim kemarau dan 0,51 l/s untuk musim
sehari hari. Dengan menggunakan persamaan
penghujan. Saluran bawah permukaan
Darcy dan data yang diperoleh, maka debit air
direncanakan menggunakan pipa dari besi dengan
tanah dangkal yang masuk ke dalam kawasan
koefisien kekasaran Manning (n) sebesar 0,017
Hambalang pada saat musim kemarau
(pipa besi; Forrester, 2001). Hasil perhitungan
(kedalaman sumur penduduk 5 m) adalah
dimensi pipa dapat dilihat pada Tabel 3. QD adalah
sebesar 0,44 l/s per satuan lebar (dengan nilai
debit yang mengalir di dalam pipa jika terisi
tetapan K= 10-5 untuk tanah lanau) dan pada
setengah dikarenakan di bagian atas pipa harus
saat musim hujan sebesar 0,51 l/s per satuan
dibuat berlubang untuk masuknya air ke dalam
lebar.
pipa dan di lapis dengan geotektil, dan QAT adalah
debit air tanah dangkal. Dari hasil perhitungan
Analisis drainase bawah permukaan terlihat bahwa pipa yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air bawah permukaan yang akan
Analisis sistem drainase bawah permukaan
masuk ke dalam kawasan adalah pipa dengan
untuk komplek P3SON Hambalang dapat dibagi
diameter antara 0,20-0,35 m untuk musim
menjadi dua sistem. Sistem yang pertama adalah
kemarau dan 0,25-0,40 m untuk musim penghujan.
sistem drainase bawah permukaan untuk
Lokasi pemasangan pipa seperti pada Gambar 9
mencegah debit yang berasal dari luar wilayah (sisi
kiri dibawah ini.
Timur) masuk ke dalam area komplek P3SON. Dari
hasil pengamatan lapangan terlihat bahwa debit Untuk menjaga sumur penduduk tidak kering
bawah permukaan yang berasal dari luar kawasan pada saat musim kemarau, maka saluran bawah
sangat besar pada musim hujan sehingga dapat permukaan dibuat dua buah dengan satu pipa di
mengganggu kestabilan tanah di dalam kawasan. tutup pada saat musim kemarau dan dua pipa
Sistem yang kedua adalah sistem drainase di dalam dibuka pada saat musim hujan. Untuk
kawasan itu sendiri dimana hujan yang jatuh di mempermudah pekerjaan dan mengantisipasi
dalam kawasan dapat meresap ke dalam tanah dan debit air tanah dangkal yang cukup besar pada saat
menimbulkan aliran bawah permukaan. Untuk itu terjadi hujan ekstrim, maka di usulkan untuk
digunakan sistem drainase horizontal untuk membuat dua buah pipa berukuran sama seperti
mengalirkan aliran bawah permukaan tersebut. pada saat musim kemarau. Tampilan penampang
melintang disain drainase bawah permukaan dapat
dilihat pada Gambar 9 kanan.
Tabel 3 Perhitungan dimensi pipa yang diperlukan.
69
69
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.7 No. 1, Juni 2016: 61-76
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 7 No. 1, Juni 2016: 61 - 76
70
70
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
Gambar 12 Litologi pada lokasi longsor hasil pemboran (KSO Adhi-Wika, 2012).
Lereng sebelah Utara dari asrama elit putra terjadinya pembasahan pada lereng timbunan
tersebut.
Longsoran terjadi merupakan timbunan yang
telah diperkuat dengan menggunakan geogrid. Dan Penyelidikan geoteknik menggunakan
berdasarkan informasi yang diperoleh, perbaikan pemboran dilakukan sebanyak 2 titik yaitu di sisi
telah dilakukan namun timbunan tersebut tetap longsoran bagian tengah dan di bagian atas
mengalami longsor (Gambar 13). Pada bagian kaki longsoran untuk mengetahui tanah asli yang tidak
longsoran pernah dipasang bronjong sebagai mengalami longsoran. Gambar 14 menunjukkan
bagian dari perbaikan longsoran, dan penanganan perkiraan pelapisan tanah dengan potongan
sementara yang telah dilakukan adalah menutup diperoleh dari pengukuran di lapangan.
longsoran dengan terpal untuk mencegah
71
71
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.7 No. 1, Juni 2016: 61-76
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 7 No. 1, Juni 2016: 61 - 76
8,2 m
Gambar 14 Profil tanah atau batuan lokasi longsor hasil pengeboran (KSO Adhi-Wika, 2012).
Longsoran yang terjadi beberapa kali di lokasi badan jalan, sehingga sering dilalui kendaraan
yang sama menunjukkan bahwa perbaikan yang yang menambah beban lereng. Untuk menjaga
sebelumnya dilakukan menggunakan perkuatan stabilitas lereng perlu dilakukan pembuatan
geotekstil ternyata tidak menyelesaikan drainase horisontal.
permasalah yang ada. Perkiraan penyebab adalah
Dari gambar topografi kondisi awal (Gambar
keberadaan material clayshale dan adanya air
15) dapat dilihat bahwa di bagian ujung-ujung
tanah yang menyebabkan pelunakan tanah dasar
bangunan sisi selatan gedung asrama elit Putri
dan tanah timbunan, sehingga beban timbunan
merupakan area timbunan. Pengamatan di
tidak dapat dipikul oleh perkuatan yang ada.
lapangan menunjukkan kondisi timbunan sebelah
Sumber resapan air adalah dari stadion sepakbola,
Barat tidak menunjukkan deformasi berlebih. Pada
sehingga dibuat pipa drainase untuk mengatasi
kaki longsoran tersebut didapati adanya material
resapan tersebut.
clayshale yang telah melapuk dan basah. Diduga
Lereng Selatan asrama elit putri bisa menjadi salah satu penyebab longsoran ini
adalah keberadaan material ini dimana bila
Pada lokasi ini tidak terjadi longsoran, tetapi
material clayshale yang awalnya keras akan segera
lokasi ini pernah mengalami longsor. Lokasi ini
mengalami degradasi kuat-geser akibat
sangat terjal terjal dengan kemiringan lereng 45°
pembasahan maupun tereskspose udara.
dan tinggi lereng 20 m. Di atas lereng ini adalah
72
72
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
Analisis sistem drainase horisontal Dari hasil analisis didapat jumlah pipa yang
bervariasi di setiap daerah layannya, yaitu berkisar
Analisis kebutuhan dan dimensi pipa
antara 3-20 buah pipa. Beberapa daerah longsor di
horisontal dilakukan di sebelas lokasi yang rawan
satukan dalam perhitungan karena mempunyai
longsor. Selain ke sebelas lokasi tersebut, analisis
daerah layan yang sama dengan daerah lainnya.
juga dilakukan pada daerah di Selatan lokasi
Sebagai contoh lokasi longsor di Selatan dan Barat
longsor. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
GOR, tribun lapangan bola bagian Barat dan lereng
kemungkinan terjadinya longsor di masa yang akan
Utara asrama elit putra, dan yang terakhir lereng
datang. Adapun lokasi-lokasi pemasangan pipa,
Tenggara asrama elit putra dan lereng Selatan
jumlah pipa, dan area layan drainase bawah
asrama elit putra. Satu hal yang harus diperhatikan
permukaan dapat dilihat pada Gambar 16. Hasil
adalah tersedianya drainase permukaan pada
perhitungan debit di tampilkan pada Tabel 4. Lokasi
setiap keluaran (outlet) pipa drainase horisontal.
pemasangan drainase horizontal meliputi arah
Khusus untuk lapangan sepakbola dan lapangan
beserta jumlah pipa yang diperlukan dapat dilihat atletik karena permukaannya dapat lolos air maka
pada Gambar 16. Jumlah pipa drainase yang dipasang diperlukan penanganan khusus. Tipikal saluran
dihitung berdasar jumlah air yang meresap dibagi drainase untuk lapangan sepakbola dan lapangan
dengan diameter pipa drainase. atletik seperti pada Gambar 17.
Lokasi 1
Lokasi 4
Lokasi 2 & 3
Lokasi 5 & 6
Lokasi 15
Lokasi 13
Lokasi 12
Lokasi 14
73
73
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.7 No. 1, Juni 2016: 61-76
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 7 No. 1, Juni 2016: 61 - 76
74
74
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
Desain dan studi awal drainase bawah permukaan...(Rokhmat Hidayat, Samuel Jonson Sutanto, dkk)
75
75
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.7 No. 1, Juni 2016: 61-76
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 7 No. 1, Juni 2016: 61 - 76
Broto, G. S. D. 2016. Siaran Pers No. 15/Kom- Pathmanathan. 2013. Numerical Simulation of the
Publik/Kemenpora/3/2016: Pertemuan Tim Performance of Horisontal Drainage, A thesis
Pemerintah Dengan KPK Soal Hambalang, Master of Science in Civil Engineering,
Senin, 28 Maret 2016, Department of Civil and Environmental
http://www.kemenpora.go.id/index/preview/k Engineering, washinton State University
onferensi/208, diakses pada: 11 Mei 2016. Pohll G. M., Carroll R. W. H., Reeves D. M., Parashar
R., Muhunthan B., Thiyagarjah S., Badger T.,
Chow, V. T., Maidment, D. R. & Mays, L. W. 1988.
Lowell S., dan Willoughby K. A. 2013. Design
Applied Hydrology, New York: Mc Graw-Hill.
guidlines for horizontal drains used for slope
ISBN 0-07-0108102
stabilization, WSDOT research report.
Cook D. I., Santi P.M., Higgins J.D. 2001. Horizontal Washington State Department of
Landslide Drain Design: State of the Art and Transportation.
Suggested Improvements, Department of
Geology and Geological Engineering, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. 1991.
Colorado School of Mines. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Lembar
Darcy, H. 1856. Les Fontaines Publiques de la Ville de Bogor. Bandung: P3G.
Dijon. Dalmont, Paris. Puslitbang SDA. 2008. Penelitian pengendali daya
Forrester K. 2001. Subsurface drainage for slope rusak air. No. IP 0101/05/La-HITA/2008.
stabilization. ASCE Press, 222pp. ISBN: Rahardjo H., Hritzuk K. J., Leong E. C., dan Rezaur R. B.
9780784473801. 2003. Effectiveness of Horizontal Drains for
Greg M., Pohll G. M., Carroll R. W. H., dan Reeves D. Slope Stability. Science Direct: Engineering
M. 2013. Design Guidelines for Horizontal Geology 69 (295-308).
Drains used for Slope Stabilization. Santi P.M., Elifrits C.D. 2001. Landslide Stabilization
Washington: Washington State Department of Using Wick Drains, University of Missouri-Rolla
Transportation. SNI 03-1962-1990. 1990. Tata Cara Perencanaan
Hardiyatmo C. H. 2012. Tanah Longsor dan erosi: Penanggulangan Gerakan Tanah. Jakarta:
Kejadian dan Penanganan. Yogyakarta: Gajah Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Mada University Press. Soewarno. 2015. Klimatologi: Pengukuran dan
Kalsim D. K. 2012. Teknik Drainase Bawah Pengolahan Data Curah Hujan. Yogyakarta:
Permukaan untuk Pengembangan Lahan Graha Ilmu.
Pertanian. IPB, Bogor. United States Department of Agriculture, Soil
Kopecky M., Ondrasik M., dan Antolova D. 2013. Conservation Service (USDA-SCS). 1972.
Horizontal Drains as Effective Measure for National Engineering Handbook. Section 4,
Landslide Remediation, Studio Geotechnica et Hydrology.
Mechanica. Vol. XXXV, No.1.
KSO Adhi-Wika. 2012. Konsep Penanggulangan
UCAPAN TERIMA KASIH
Longsoran dan Perbaikan Lereng Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Atlet Bogor. Jakarta: Pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih
Laporan Kegiatan KSO Adhi Karya-Wijaya pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan
Karya. Perumahan Rakyat, Kepala Balitbang PU, Kepala
Lin D. G., Hung S. H., Ku C. Y., dan Chan H. C. 2016. Pusair, dan Kepala Balai Sabo atas kesempatan
yang diberikan melakukan kajian ini. Tidak pula
Evaluating the Efficiency of Subsurface
penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-
Drainages for Li-Shan Landslide in Taiwan.
rekan di Balai Sabo atas bantuan dan dukungannya
Natural Hazards Earth System Science.
dalam melakukan kajian ini. Ucapan Terima kasih
Locat J., Perret D., dan Turmel D. 2008. Embankment juga disampaikan kepada segenap anggota tim
Slope Stabilisation Using Subhorizontal Drains gabungan audit teknis Kompleks P3SON
at Highway 39 Near Drayton Valley Alberta. Hambalang yang tergabung dari Pusat Litbang
th
Proceedings of the 4 Canadian Conference on Permukiman, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan,
Geohazards. dan Pusat Litbang PKPT. Tidak lupa disampaikan
Luthfi, A., Tobing, dan Tigor. 1995. Peta Geologi apresiasi kepada warga Hambalang yang sangat
Lembar Bogor - Jawa, skala 1 : 100.000. kooperatif dan mendukung terlaksananya
Bandung: P3G. penelitian ini.
76
76