Bab 1
1. Latar Belakang
Apa Tujuan Senam Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia?
3. Tujuan Masalah
Dapat Mengetahui Tujuan Senam Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Lansia?
REFRENSI
Wahyuni, S., 2015, Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Tekanan Darah ansia
di Posyandu Lansia Skripsi, Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta, Surakarta
Bab 1
1.Latar Belakang
Sakit asam urat atau gout adalah serangan radang persendian yang berulang,
yang disebabkan oleh deposit atau penimbunan kristal asam urat di dalam persendian.
Bagian tubuh yang terkena terutama adalah bagian sendi yang berada pada ujung
tubuh seperti ibu jari kaki. Sedangkan sasaran lainnya adalah sendi pada siku,
lutut, pergelangan kaki dan tangan, atau bahu. Sendi adalah penghubung antara
dua tulang atau lebih yang memungkinkan terjadinya gerakan. Tingkat dan jenis
gerakan yang dapat dilakukan tergantung pada struktur sendinya. Sendi-sendi utama
seperti pinggul, lutut dan siku mudah mengalami keausan dan regangan yang tetap,
sehingga umumnya bisa terjadi ketidaknyamanan setiap saat. Namun, nyeri yang
hebat berupa pembengkakan atau pembatasan gerakan adalah sebagai akibat dari
kerusakan tulang atau jaringan lunak karena cedera, dan adanya kelainan pada sendi
atau sistem rangka (Lanny et al.,2007).
Lokasi persendian yang terkena terutama sendi-sendi kecil yaitu sendi jari
tangan dan jari kaki. Bila kristal urat tertimbun pada jaringan di luar sendi maka akan
membentuk “tofi” atau topus yaitu benjolan bening dibawah kulit yang berisi kristal
urat, kristal urat ini juga dapat menyebabkan timbulnya batu asam urat (batu ginjal).
Penyakit Gout lebih sering menyerang pria dibandingkan wanita dengan perbandingan
hampir 90-95% menyerang pria, dan sisanya menyerang wanita terutama wanita
yang menopause atau usia diatas 50 tahun (Handriani, 2011).
Asam urat terjadi sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan
atau supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler. Terdapat dua faktor risiko
seseorang menderita artritis gout, yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan
faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah
usia dan jenis kelamin, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah terkait
dengan pengetahuan, sikap dan perilaku penderita mengenai artritis gout/kadar asam
urat, dan penyakit-penyakit penyerta lain seperti diabetes melitus (DM), hipertensi,
dan dislipidemia yang membuat individu tersebut memiliki risiko lebih besar untuk
terserang penyakit arthritis gout (Utami, 2009)
Efek farmakologis pada jahe adalah jahe memiliki rasa pedas dan panas,
berkhasiat sebagai antihelmintik, antirematik, dan pencegah masuk angin (Utami,
2005). Khusus sebagai obat, khasiat jahe sudah dikenal turun-temurun diantaranya
sebagai pereda sakit kepala, batuk, masuk angin. Jahe juga kerap digunakan sebagai
obat untuk meredakan gangguan saluran pencernan, rematik, obat antimual dan mabuk
perjalanan, kembung, kolera, diare, sakit tenggorokan, difteri, penawar racun, gatal
digigit serangga, keseleo, bengkak serta memar. Efek panas pada jahe inilah yang
meredakan nyeri, kaku dan spasme otot pada asam urat. Jahe juga dapat digunakan
untuk mengobati luka lecet dan luka tikam karena duri atau benda tajam, atau karena
jatuh, dan luka digigit ular juga dapat disembuhkan (Paimin, et al, 2006). Senyawa
jahe merah akan bertahan dalam air selama 5 menit saat penguapan dari panas dan
pedas yang dikeluarkan (Tim Lentera, 2015).
Perbedaan kompres air biasa hangat dan kompres air rendaman jahe yaitu dimana
kompres air biasa hangat hanya efek panas saja yang didapatkan, sedangkan pada
kompres air rendaman jahe terdapat efek panas serta rasa pedas sehingga mampu
menurunkan skala nyeri yang memang jelas berbeda dengan yang ditimbulkan oleh
kompres air biasa hangat (Tim Lentera, 2015). Kompres jahe dapat menurunkan
nyeri asam urat, kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi
alternatif untuk mengurangi nyeri asam urat. Kompres jahe memiliki kandungan
enzim siklo-oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita asam urat,
selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas (zingerol
dan oleoresin tinggi), dimana senyawa ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan
spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang maksimal
akan dicapai dalam waktu 20 menit dan setiap 5 menit mengganti air rendamannya.
(Paimin, et al, 2006)
2. Rumusan Masalah
Apa Tujuan Kompres Air Rendaman Jahe Pada Lansia Dengan Asam Urat ?
3. Tujuan Masalah
Dapat Mengetahui Tujuan Kompres Air Rendaman Jahe Pada Lansia Dengan Asam Urat ?
REFRENSI
[Online]: http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/
Lanny ,Sustrani,et al,. 2007.Buku VitaHealth Asam Urat. PT. Gramedia Pustaka
Utama :Jakarta
Handriani.( 2011) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8).(Vol 3).EGC: Jakarta.
Bab 1
1.Latar Belakang
Diare dapat menyerang semua kelompok usia terutama pada anak, dimana kelompok usia
yang lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imunitas pada anak belum terbentuk dengan
sempurna, mulai mengeksplorasi lingkungan dan kemampuan regenerasi sel epitel usus
masih terbatas (Lia Pertiwi dkk, 2017). Pada bayi atau anak diare akan mengalami buang air
besar dengan feses makin cair, dan mengandung darah dan atau lendir, dan warna feses
berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus diare salah satunya yaitu risiko gangguan
integritas kulit. Menurut Ambarwati dan nasution (2015) kerusakan integritas kulit perianal
merupakan dermatitis kontak iritan karena bahan kimia yang terkandung dalam feses. Akibat
akhir karena kontak yang terus-menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik,
sehingga menyebabkan iritasi/dermatitis pada daerah perianal.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017, Diare merupakan penyakit endemis
di Indonesia dan merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering
disertai dengan kematian. Secara global terjadi peningkatan kejadian diare dan kematian
akibat diare pada bayi, 2 balita, dan anak-anak dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 diare
menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia terjadi pada
anak dibawah 5 tahun. Berdasarkan Data WHO tahun 2017 menyatakan hampir 1,7 miliar
kasus diare terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap
tahunnya. Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, prevalensi diare
pada balita turun dari 18,5 % (tahun 2013) menjadi 12,3 % (tahun 2018)
Penanganan risiko gangguan integritas kulit perianal sangatlah perlu dilakukan secara cepat
dan tepat, penanganan dan tindakan mandiri perawat untuk menghindari iritasi dan infeksi
kulit dengan cara perawatan perianal dan menjaga kebersihan kulit perianal tetap terjaga
dengan cara membersihkan area perianal segera mungkin setelah buang air besar. Apabila
keadaan ini dibiarkan lebih dari 3 hari, maka bagian yang terkena ruam akan ditumbuhi jamur
candida albicans (Ambarwati dan Nasution, 2015). Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah keperawatan risiko gangguan integritas kulit pada anak penderita diare
adalah dengan memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. Penanganan risiko
gangguan integritas kulit menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018)
adalah dengan melakukan perawatan integritas kulit.
2.Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak penderita diare dengan masalah keperawatan
risiko gangguan integritas kulit/jaringan?
3. Tujuan Masalah
Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada anak penderita diare dengan masalah
keperawatan risiko gangguan integritas kulit.
REFRENSI
Pertiwi, Lia dkk. 2017. Gambaran Farmakoterapi Diare Akut Pada Anak diPuskesmas
Simpang Tiga Kota Pekan Baru Periode 1 januari-31 Desember 2015. JOM FK. Vol. 4 No. 1
Feb 2017
Ambarwati, F. R & Nasution, N. 2015. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi & Balita.
Yogyakarta: Cakrawala
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN KAKI
DIABETIK TERHADAP STATUS ULKUS KAKI DIABETIK
Bab 1
1.Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang mempengaruhi hampir setiap
organ manusia (Ravat et al, 2016). DM menyebabkan komplikasi kronik bila dibiarkan dan
tidak dikelola dengan baik. Salah satu komplikasi DM yang paling ditakuti yaitu kaki
diabetes yang kemudian dapat berkembang menjadiulkus/gangren diabetik (Waspadji, 2015).
Komplikasi ulkus diabetikum paling ditakuti oleh penderita DM karena perawatan yang
lama serta biaya 3 kali lebih banyak dibandingkan tanpa ulkus diabetikum (Supriadi et al,
2015). Sebagian besar kejadian ulkus diabetik akan berakhir dengan amputasi dan
akan mengakibatkan dampak negatif terhadap kelangsungan hidup penderita DM
(Windasari, 2016).
Diabetes mellitus bisa dikatakan penyakit yang paling kompleks dan menuntut
banyak perhatian maupun usaha dalam pengelolaannya jika dibandingkan dengan
penyakit kronik lainnya, karena penyakit diabetes mellitus tidak dapat diobati namun
hanya dapat dikelola. Tujuan pengelolaan DM jangka pendek adalah menghilangkan
keluhan atau gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Tujuan jangka
panjang lebih jauh lagi, yaitu mencegah komplikasi, baik makroangiopati,mikroangiopati
maupun neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan motalitas (Waspadji,
2015).
Kenaikkan jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit Diabetes Mellitus
semakin mengkhawatirkan. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun
2017 jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes sudah mencapai 422 juta jiwa
dan pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai jumlah 366.210.100 jiwa atau naik
sebesar 114% dalam kurun waktu 30 tahun. Menurut estimasi IDF tahun 2012, lebih dari
371 juta orang di seluruh dunia mengalami DM. Banyaknya komplikasi yang ditimbulkan,
maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita DM untuk mencegah
timbulnya komplikasi, yaitu dengan melakukan kontrol kadar gula darah secara rutin,
patuh dalam diit rendah gula, pemeriksaan rutin darah, latihan jasmani, konsumsi obat
anti diabetik, dan perawatan kaki diabetik yang penting dilakukan oleh penderita
diabetes mellitus (Arisman, 2011). Menurut Indian Health Service(2011) edukasi
perawatan kaki bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan penderita DM tentang faktor
risiko terjadinya ulkus diabetikum serta menurunkan jumlah penderita DM yang
berisiko tinggi mengalami komplikasi kaki, sehingga diharapkan penderita DM mampu
secara mandiri menjaga kesehatan kakinya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan perawatan kaki diabetik dengan status ulkus kaki diabetik .