Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EJAAN BAHASA INDONESIA

Makalah yang Disusun untuk Mata kuliah Bahasa indonesia

Dosen pembimbing :

Popi Kurniawan,M.Pd.

Di susun oleh kelompok 3

Nurul Mailani (12120523662)

Kelas D Ekonomi Syariah semester 1

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Ejaan
Bahasa Indonesia” diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Terima kasih saya ucupkan kepada Bpk Popi Kurniawan, M. Pd. selaku
Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan arahan terkait materi
ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin kami tidak akan dapat menyelesaikan
tugas ini sesuai dengan aturan yang berlaku.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisanya. Oleh karna itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari
dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi saya untuk lebih baik lagi di masa yang akan dating.

Pekanbaru,11 Maret 2022


Nurul Mailani

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................1


DAFTAR ISI ..........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................3
Latar Belakang ...........................................................................................3
Rumusan Masalah .......................................................................................4
Tujuan Penulisan .........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................5
A. Pengertian Ejaan .........................................................................................5
B. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia ........................................................5
C. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia ......................................................6
1. Ejaan van Ophusyen ........................................................................7
2. Ejaan Republik ................................................................................9
3. Ejaan Pembaharuan .......................................................................10
4. Ejaan Melindo ...............................................................................11
5. Ejaan Baru (Ejaan LBK) .............................................................. 11
6. Ejaan Yang Disempurnakan ...........................................................13
7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) ......................................................15
a. Pengertian ejaan bahasa indonesia ...........................................15
b. Pemakaian huruf vokal, konsonan, dan diftong .......................16
c. Pemakaian huruf kapital dan miring ........................................17
d. Penullisan kata depan ...............................................................18
BAB III PENUTUP ..........................................................................................19
A. Kesimpulan .......................................................................................19
B. Saran .................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak penggunaannya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia,
Soeharto, pada tanggal 1990 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan telah berusia delapan belas tahun. Namun kurun waktu selama itu
ternyata belum menjadi jaminan bahwa seluruh kaidah ejaan yang terdapat di dalam
pedoman itu telah diterapkan dengan baik. Dalam beberapa hal kita memang dapat
melihat perkembangan yang cukup menggembrikan. Paling tidak, jika
dibandingkan dengan masa-masa awal pemberlakuannya, pemakaian ejaan pada
saat ini jauh lebih meningkat. Sungguhpun demikian, kita juga masih sering
menjumpai beberapa kekeliruan. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika para
pemakai bahasa telah memahami penerapan kaidah ejaan itu dengan tepat.
Terlepas dari permasalahan tersebut, penyusunan makalah ini
dilatarbelakangi oleh pentingnya ejaan itu sendiri di dalam pemakaian bahasa. Jika
berbicara tentang ejaan, tentu ruang lingkup kita adalah ragam bahasa tulis. Dalam
hal ini, sesuatu yang dapat kita lakukan dalam penggunaan bahasa secara lisan tidak
selalu dapat kita realisasikan dalam ragam bahasa tulis. Penghentian sementara atau
jeda, misalnya, tidak dapat diwujudkan di dalam ragam tulis. Oleh karena itu, kita
memerlukan ejaan, khususnya tanda koma, sebagai pelambangnya.
Walaupun tidak semua penghentian sementara harus dilambangkan dengan
tanda koma, paling tidak penggunaan tanda koma itu dapat membantu memperjelas
komunikasi yang disampaikan secara tertulis. Demikian pula halnya dengan tanda-
tanda baca yang lain.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang, pemakalah mengajukan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian Ejaan?
2. Apa fungsi ejaan dalam bahasa Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Menjelaskan arti dari Ejaan.
2. Menjelaskan fungsi ejaan dalam bahasa Indonesia.
3. Menjelaskan perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia.

D. Pembatasan Masalah
Pembatasan Masalah dipaparkan dengan maksud untuk menghindari
kesalahpahaman dan kekaburan pengertian serta memberikan gambaran mengenai
ruang lingkup dalam penulisan, meliputi : Pengertian Ejaan, fungsi ejaan dalam
bahasa Indonesia dan perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data dalam
penulisan makalah ini berdasarkan pengumpulan data yang bersifat deskriptif
kualitatif, maka data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis
secara induktif, yaitu proses analisis dengan tekhik analisis fakta-fakta yang
terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi,
maksudnya, setelah mengumpulkan data yang berasal dari buku-buku referensi,
kemudian dikumpulkan dan dirangkai sesuai dengan tujuan penulisan dan analisis
untuk menarik kesimpulan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Ejaan bahasa
Indonesia yang kita pakai sekarang ini adalah menganut sistem tulisan fonemis.
Yang dimaksud dengan sistem tulisan fonemis adalah bentuk suatu ejaan yang
menginginkan serta berusaha untuk melambangkan sebuah fonem itu hanya dengan
satu huruf saja. Namun demikian dalam kenyataan masih kita dapatkan satu huruf
untuk melambangkan dengan dua huruf.
Adanya hal-hal tersebut yang ada dalam bahasa Indonesia, maka kita selalu
berusaha untuk menyempurnakan ejaan-ejaan yang kita pakai. Ini tampak jelas dari
perkembangan ejaan bahasa Indonesia yang pernah kita pakai, yaitu dari sebelum
tahun 1947 maupun sesudah tahun 1972.

B. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia


Fungsi ejaan yang utama adalah untuk menunjang pembakuan tata bahasa
Indonesia baik kaitanya dengan kosa kota maupun dengan peristilahan.
Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut
pembakuan tata bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi
yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi prioritas lebih
dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan, antara lain, berfungsi sebagai :
1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
2. Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
3. Sebagai alat penyaring dari masuknya unsur-unsur bahasa lain baik
secara kosa kata maupun istilah ke dalam bahasa Indonesia.

5
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan sebenarnya
juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk
membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan
secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala ketentuan
yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.

C. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan Bahasa Indonesia yang telah kita kenal ternyata mengalami beberapa
kali perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk
penyempurnaan.
Ejaan baku yang digunakan saat ini adalah ejaan Bahasa Indonesia yang
mengalami perubahan dari masa-ke masa di mulai dari ejaan Van Ophuijsen, Ejaan
Soewandi, Ejaan yang disempurnakan hingga Ejaan Bahasa Indonesia. Penulisan
Ejaan mengalami perubahan yang di mulai dari Ejaan Van Ophuysen ini masih
merupakan Ejaan yang pertama kali berlaku dalam Kongres Bahasa Indonesia I,
1983, di Solo. Ejaan Van Ophuysen ini merupakan Ejaan yang pertama kali berlaku
dalam Bahasa Indonesia yang ketika itu masih bernama Bahasa Melayu.
Setelah perubahan Ejaan yang ini yang dikenal dengan Ejaan Soewandi,
muncul lah reaksi setelah pemulihan kedaulatan (1949) yang melahirkan ide yang
muncul dalam Kongres Bahasa Indonesia II di Medan (1954). Waktu itu pejabat
mentri pendidikan dan kebudayan adalah Mr. Muh. Yamin yang memutuskan : (1)
Ejaan sedapat – dapatnya menggambarkan satu fonem dengan satu huruf (2)
Penetapan hendaknya di lakukan oleh suatu badan yang kompeten (3) Ejaan itu
hendaknya praktis tetapi ilmiah. Pada tanggal 19 maret 1947 Ejaan soewandi di
resmikan menggantikaan Ejaan Van Ophuijen. Ejaan baru itu oleh masyarakat
diberikan julukan Ejaan Republik
.
Ejaan yang di sempurnakan (EYD) adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan Ejaan sebelumnya
Ejaan Republik atau Ejaan Soewendi. pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden
Republik Indonesia meresmikan pemakain Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian

6
Ejaan baru itu berdasarkan putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Dan mulai
tahun 2015 digunakan Ejaaan Bahasa Indonesia untuk menggantikan EYD.

Ejaan bahasa Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan.


Perubahan itu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian perubahan itu selalu menuju arah kesempurnaan. Ejaan bahasa
Indonesia telah mengalami tahapan perkembangan, yaitu :

1. Ejaan van Ophuysen


Ejaan van Ophuhysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai Pustaka
dipergunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947. Disebut Ejaan van
Ophuysen karena ejaan itu merupakan hasil karya dari Ch. A. van Ophuysen yang
dibantu oleh Engku Nawawi. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu. Disebut
dengan Ejaan Balai Pustakan karena pada waktu itu Balai Pustaka merupakan suatu
lembaga yang terkait dan berperan aktif serta cukup berjasa dalam sejarah
perkembangan bahasa Indonesia.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :
a. Huruf y ditulis dengan j.
Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Sayang Sajang
Yakin Jakin
Saya Saja

b. Huruf u ditlus dengan oe


Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Umum Oemoem
Sempurna Sempoerna
Surat soerat

7
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Rakyat Ra’yat
Bapak Bapa’
Makmur Ma’moer

d. Huruf j di tulis dengan dj.


Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Jakarta Djakarta
Raja Radja
Jangan Djangan

e. Huruf c ditulis dengan tj.


Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Pacar Patjar
Cara Tjara
Curang Tjurang

f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.


Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Khawatir Chawatir
Akhir Achir
Khazanah Chazanah

8
2. Ejaan Republik

Ejaan Republik adalah ketentuan ejaan dalam bahasa Indonesia yang


berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini disebut juga dengan edjaan Soewandi,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.

Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai
berlaku sejak tahun 1901.

Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia adalah Mr. Suwandi, maka


ejaan tersebut dikenal pula atau dinamakan juga dengan Ejaan Suwandi.

Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari Kongres Bahasa
Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1938 dan yang
menghasilkan suatu keputusan penyusunan kamus istilah.
Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan
ejaan Ophusyen dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini:

a. Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam Ejaan
Republik.
b. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik.
c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
d. Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
e. Tanda trema (“) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan Republik.
Agar perbedaan kedua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini diberi
beberapa contoh.

Ejaan van Ophusyen Ejaan Republik


Oemoer Umur
Koeboer Kubur
Ma’loem Maklum

9
3. Ejaan Pembaharuan
Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk
memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia
Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal sebuah
nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitian ejaan itu.
Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo.
Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-patokan
ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi
sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan.
Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah
disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf
tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di bawah ini.
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
e. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š

Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim
disebut diftong ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.
Misalnya:
EYD Ejaan
Pembaharuan
Santai Santay
Gulai Gulay
Harimau Harimaw
Kalau Kalaw

10
Amboi amboy

4. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia), merupakan suatu hasil perumusan ejaan
Melayu dan Indonesia pada tahun 1959. Perumusan Ejaan Melindo ini diawali
dengan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia yang kedua pada tahun
1945, di Medan, Sumatera Utara. Bentuk rumusan Ejaan Melindo adalah
merupakan bentuk penyempurnaan dari ejaan sebelumnya. Tetapi Ejaan Melindo
ini belum sempat dipergunakan, karena pada masa-masa itu terjadi konfrontasi
antara negara kita Republik Indonesia dengan pihak Malaysia.
Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan tj,
seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan
konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf nc, yang sama sekali masih baru.
Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan itu diganti dengan ts dan ń.

5, Ejaan Baru (Ejaan LBK)


Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis
oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia
Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan
suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas
dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,tanggal 19
september 1967.
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara lain :
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.
Misalnya :
EYD Ejaan Baru

11
Remaja Remadja
Jalan Djalan
Perjaka Perdjaka

b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi j


Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Cakap Tjakap
Baca Batja
Cipta Tjipta

c. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny


Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Sunyi Sunji
Nyala Njala
Bunyi Bunji

d. Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy


Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Syarat Sjarat
Isyarat Isjarat
Syukur Sjukur

e. Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh


Misalnya:

12
EYD Ejaan Baru
Takhta Tachta
Makhluk Machluk
Ikhlas Ichlas

6. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun
Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972
diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden
Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut
dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).
Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa
Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada
Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret
1947.
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:
a. Perubahan Huruf
Ejaan Lama EYD
Djika Jika
Tjakap Cakap
Njata Nyata
Sjarat Syarat
Achir Akhir
Supaja Supaya

b. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
Misalnya:

13
Khilaf
Fisik
ValutaUniversitas
Zakat
khazanah
c. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan, misalnya pada kata Furqan, dan xenon.
d. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di- yang merupakan kata depan.
Sebagai awalan, di- ditulis sering kali dengan unsur yang menyertainya,
sedangkan di- sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Awalan Kata Depan
Dicuci Di kantor
Dibelikan Di sekolah
Dicium Di samping
Dilatar belakangi Di tanah

e. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan:
Misalnya:
Anak-anak, bukan anak2
Bermain-main, bukan bermain2
Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:
1) Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
2) Penulisan kata.
3) Penulisan tanda baca.
4) Penulisan singkatan dan akronim.
5) Penulisan angka dan lambang bilangan.
6) Penulisan unsur serapan.

14
7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

a. Pengertian ejaan bahasa Indonesia (EBI)

Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan.Ejaan
merupakan tata cara penulisan huruf, kata, dan kalimat sesuai dengan standardisasi
yang telah disepakati dalam kaedah Bahasa Indonesia.

Ejaan sebagai pedoman berbahasa yang saat ini digunakan sebagai tolak
ukur, tercipta tidak luput dari hasil kesepakatan bersama oleh seluruh komponen
bangsa.

Kaedah ejaan bahasa indonesia yaitu pemakaian Huruf Abjad yang dipakai
dalam bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf, yaitu: 21 huruf konsonan dan 5 huruf
vokal. Semua huruf dapat digunakan secara umum dalam kata, kecuali huruf q dan
x. Keduanya khusus diperlukan untuk nama dan keperluan ilmu. Di dalam bahasa
Indonesia terdapat pengombinasian dua huruf vokal yang disebut dengan huruf
diftong. Pengucapan bunyinya dilakukan secara luncur dan tingginya tidak sama.
Dengan kata lain, huruf vokal pertama pembunyiannya tinggi sedangkan huruf
vokal kedua rendah. Huruf diftong dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

15
b. Pemakaian huruf vokal,konsonan, dan diftong.
1. Huruf vokal

Ada 5 huruf yang melambangkan huruf vokal yaitu ,a,i,u,e, dan o. huruf
vokal berfungsi sebagai pemberi suara huruf konsonan.

Contoh :

Huruf vokal Gambungan huruf vokal dan


konsonan

A Api , padi , anak

I Itu ,sisi ,sisa

U Untuk ,kuku ,paku

E Enak ,kena ,emas

O Oleh , kota , radio

2. Huruf konsonan

Ada 21 huruf konsonan yang terdiri dari


b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,dan z

Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari
paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan.biasa nya disebut dengan huruf
mati maka harus digabungkan dengan huruf vokal .

16
Contoh : m (masa)

3. Huruf diftong

Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan
bunyi rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi.

Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb.

c. Pemakaian huruf kapital dan miring

1. Pengunaan huruf kapital

Pengunaan huruf kapital / huruf balok yang sering kita dengar mempunyai fungsi
dan tempat sendri dalam ejaan bahasa Indonesia .

a. Huruf kapital sebagai huruf pertama atau awal dalam kalimat.

b. Huruf kapital sebagai huruf pertama petikan langsung.

Contoh : adik bertanya “Kapan kita pulang ?”

c. Huruf kapital digunankan dalam menyebut nama Tuhan atau kitab suci.

Contoh : Allah SWT , Al –Quran

d. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kerhormatan .

e. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan.

Contoh : M.Pd

f. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama orang.

2. Penggunaan huruf miring

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

17
Misalnya:

· Majalah Bahasa dan Kesusastraan

· Buku Negarakertagama karangan Prapanca

· Surat kabar Suara Karya

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan


huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata

Misalnya:

· Huruf pertama kata abad ialah a.

· Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

· Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

· Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

d. Penulisan kata depan

Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam

gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan
daripada.

Misalnya:

· Bermalam sajalah di sini.

· Di mana dia sekarang?

· Kain itu disimpan di dalam lemari

18
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana


melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana atar hubungan antara lambang-
lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis
yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan
tangda baca.
Beberapa fungsi ejaan di dalam bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai
berikut :
1. Landasan pembakuan tata bahasa.
2. Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
Ejaan bahasa Indonesia yang telah kita kenal ternyata mengalami beberapa
kali perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk
penyempurnaan.
Adapun ejaan-ejaan yang pernah dipergunakan dalam bahasa Indonesia
adalah :
1. Ejaan van Ophusyen
2. Ejaan Republik
3. Ejaan Pembaharuan
4. Ejaan Melindo
5. Ejaan Baru (EjaanLBK)
6. Ejaan yang Disempurnak

19
B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat saya sajikan dan saya sampaikan. Saya
yakin dalam penulisan maupun penyampaian masih terdapat kesalahan serta
kekurangan. Saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan untuk
perbaikan selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://duniakampus7.blogspot.com/2014/03/pengertian-ejaan-bahasa-
indonesia.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Republik
http://blog.unnes.ac.id/griyabahasa/2019/01/15/perkembangan-ejaan/

https://ridiawan.blogspot.com/2012/02/perkembangan-ejaan-bahasa-
indonesia.html

21

Anda mungkin juga menyukai