Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1
2
fasilitas yang kurang memadai untuk penanganan awal. Pasien biasanya datang ke
pusat pelayanan kesehatan atas rujukan sudah dalam keadaan fraktur ekstremitas
dengan mal-united, ununited, infected, atau mal-positioned.8 Di Indonesia, pasien
trauma muskuloskeletal, terutama fraktur, kebanyakan masih memilih pengobatan
patah tulang tradisional.
Neglected fracture dengan atau tanpa dislokasi adalah suatu fraktur yang
tidak ditangani atau ditangani dengan tindakan yang tidak semestinya, sehingga
menghasilkan keadaan keterlambatan dalam penanganan, atau kondisi yang lebih
buruk dan bahkan kecacatan.9 Pasien-pasien trauma patah tulang di Indonesia
kebanyakan masih memercayakan pengobatannya pada pengobatan patah tulang
tradisional, karena dianggap lebih terjangkau dalam hal biaya dan jarak, serta
menghindari tindakan bedah yang invasif. Pasien sering datang ke dokter bedah
tulang setelah gagal di pengobatan patah tulang tradisional dengan keadaan patah
tulang yang mengalami komplikasi.10
Penelitian yang dilakuakn di RSCM dan RS Fatmawati, Jakarta, Februari –
April 1975, neglected fracture adalah penanganan patah tulang pada ekstremitas
yang salah oleh bone setter (dukun patah tulang).11 Lebih dari 50% komplikasinya
atas tindakan yang dilakukan oleh traditional bone setter adalah malunion, 25%
nonunion, sisanya delayed union, gangren, kekakuan sendi, Volksman’s ischaemic
contracture, dan juga tetanus. Hanya satu di antara 36 orang (2,8%) yang tidak
memiliki keluhan dan puas dengan pengobatan patah tulang tradisional. 12 Hasil
pengobatan patah tulang tradisional sering kali buruk, bahkan disertai kecacatan. 13
Maka, berdasarkan laporan diatas sebelumnya, penulis tertarik menuliskan laporan
kasus mengenai Fraktur Femur Neglected yang terjadi di Rumah Sakit Umum
Cut Meutia, Aceh Utara.