Kelompok 8 Wkti
Kelompok 8 Wkti
Disusun Oleh :
1. Anisatul Mahmudah 2117041071
2. Aldi Naufandi 2117041075
3. Divalyu Alamona 2117041037
4. Gusti Al ayssa 2117041003
5. Lulu Qomariah 2117041042
6. Nikmah Turohmah 2117041024
7. Muhammad Zaki Nurrahman 2117041079
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya
kami dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Biji
Alpukat sebagai Bahan Bakar Biodesel”. Walaupun beberapa hambatan yang kami
alami selama proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah
ini tepat waktu.
Dan tidak luput kami sampaikan terimakasih kepada pembimbing, yang telah ikut
serta membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan karya ilmiah. Kami
ucapkan terimakasih juga terhadap teman-teman yang sudah ikut memberi
kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam proses karya ilmiah
ini.
Suatu hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat atas hasil dari karya ilmiah
ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini memberikan dampak baik
dan berguna bagi kita semua.
kami pun menyadari didalam penulisan karya ilmiah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif
untuk mencapai sempurnanya karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar yang bisa dijadikan alternative
alternatif serta ramah lingkungan karena biodiesel dapat mengurangi emisi gas
karbonmonoksida (CO) sekitar 50% dan gas karbon dioksida (CO2) sekitar
78,45 % dan bebas kandungan sulfur. Biodiesel dapat diperoleh dari minyak
tumbuhan yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbarui, minyak nabati
atau lemak binatang atau minyak goreng bekas/jelantah, melalui esterifikasi
dan/atautransesterifikasi dengan alkohol serta bantuan katalis. Salah satu
sumber bahan baku biodiesel adalah biji alpukat yang bisa dimanfaatkan selain
daging buah yang sering digunakan masyarakat baik untuk produk makanan
maupun kecantikan. Beragam penelitian mendukung penggunaan minyak biji
alpukat sebagai biodiesel. The National Biodiesel Foundation (NBF) telah
meneliti buah alpukat sebagai bahan bakar sejak 1994. Joe Jobe selaku direktur
eksekutif NBF mengungkapkan bahwa biji alpukat mengandung lemak nabati
yang tersusun dari senyawa alkil ester. Bahan ester itu memiliki komposisi yang
sama dengan bahan bakar diesel, bahkan nilai cetanenya lebih baik
diibandingkan solar sehingga gas buangnya lebih ramah lingkungan.
Kandungan minyak biji alpukat lebih tinggi bila dibandingkan dengan
tanamantanaman seperti kedelai, jarak, biji bunga matahari dan kacang tanah.
Namun,kandungan minyak alpukat masih lebih rendah bila dibandingkan
dengan minyak kelapa sawit. Pemanfaatan biji alpukat sampai sekarang hanya
digunakan sebagai obat penghilang stress saja dan belum dimanfaatkan
untuk yang lainnya padahal biji alpukat memiliki kandungan fatty acid metil
ester sebagai bahan pembuat biodiesel.
c. Mengetahui pengaruh variasi pelarut dan rasio berat katalis terhadap kualitas
biodiesel yang dihasilkan.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
a. Mengetahui proses pembuatan biodiesel dari minyak biji alpukat.
b. Meningkatkan nilai guna dari limbah biji alpukat sebagai bahan baku
penghasil biodiesel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biodesel
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Kelebihannya
adalah mengurangi emisi gas buang yang meliputi emisi hidrokarbon (HC),
karbon monoksida (CO), sulfur oxide (SO), dan partikel-partikel lainnya,
memiliki angka setana (CN) yang cukup tinggi dan pelumasan yang sangat baik
dengan titik nyala yang relatif tinggi pada 154ºC, dan biodegradable. Biodiesel
dapat disintesis dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya alam yang
dapat diperbaharui dan Indonesia kaya akan sumber daya alam nabati.
Beberapa penelitian telah dilakukan dalam pencarian bahan baku yang
memiliki potensi untuk membuat biodiesel, diantaranya adalah biji jarak pagar,
biji alpukat, kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan beberapa jenis
tumbuhan lainnya (Nila et al.2019).
2.2 Alpukat
Alpukat merupakan jenis tanaman yang termasuk famili Lauraceae, genus
Parsea serta spesies americana. Alpukat termasuk kedalam tanaman
holtikultura yaitu tanaman yang dapat tumbuh di wilayah agak kering dan juga
wilayah basah. Tanah yang biasanya dipakai agar pohon alpukat dapat tumbuh
dengan baik adalah tanah yang gembur dan memungkinkan adanya aerasi atau
peredaran udara dengan pH antara 5-6. Tanaman alpukat berasal dari dataran
rendah/tinggi Amerika Tengah dan masuk ke Indonesia pada abad ke-18.
Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20
varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika serikat untuk memperoleh
varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan serta gizi masyarakat,
khususnya di wilayah dataran tinggi. Di daerah tropis seperti Indonesia,
tanaman alpukat dapat tumbuh subur diatas dataran rendah sampai dataran
tinggi yang berketinggian 2.000 m diatas permukaan laut (dpl). Biasanya
musim berbunga pada alpukat bergantung pada daerah dan jenis alpukat.
Alpukat berbunga pada bulan April-Agustus dan bulan Oktober-November.
Alpukat berbuah pada bulan Desember-Februari dan bulan Mei-Juli. Alpukat
yang ditanam dari biji akan berbuah pada umur 5-6 tahun sedangkan yang
ditanam dengan okulasi berbuah pada umur 3-4 tahun.Pemanenan buah alpukat
sebaiknya dilakukan pada saat buah sudah tua tetapi belum masak.
Kematangan buah alpukat dapat dilihat dari penampakan kulitnya. Jika kulit
alpukat masih mengkilap, maka buah masih belum cukup waktu matang
walaupun bentuknya sudah cukup besar . Ciri kedua adalah bila buah diketuk
dengan punggung kuku, menimbulkan suara yang nyaring. Sedangkan ciri
yang terakhir adalah jika digoyangkan akan terdengar goncangan biji, peristiwa
ini menunjukkan buah sudah cukup matang. Sebaiknya buah alpukat diamati
waktu bunga mekar 4-6 bulan kemudian, karena buah alpukat biasanya tua
setelah 6-7 bulan dari saat bunga mekar (Rismunandar, 1986).
Biji alpukat mempunyai kandungan minyak sebesar 2638 L/ha lebih banyak
dari kandungan minyak pada biji lainnya. Buah alpukat banyak terdapat di
masyarakat, harganya murah dan bijinya belum dimanfaatkan secara maksimal
, maka perlu dilakukan penelitian tentang biji alpukat tersebut.Di dalam
minyak biji alpukat terdapat Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang dapat
dibuat menjadi biodiesel melalui reaksi transesterifikasi maupun esterifikasi.
Terhadap minyak hasil sintesis (biodiesel) akan dilakukan karakterisasi dengan
menggunakan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared(FTIR) untuk
melihat perubahan ikatan yang terbentuk sebagai bukti sintesis biodiesel
berhasil dilakukan dan karakteristik kandungan metil ester pada biodiesel
dengan menggunakan analisis Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-
MS). untuk mengetahui spesifikasi dari biodiesel yang disintesis sesuai dengan
standar SNI 04-7182-2006, dilakukan analisis yang meliputi penentuan kadar
asam lemak bebas (%FFA), angka asam, massa jenis, viskositas, dan warna
nyala(Nila et al.2019).
b. Pengeringan
Pengeringan adalah proses penghilangan sejumlah air yang terkandung
dalam bahan pangan sampai pada kadar air yang dikehendaki. Ada dua
tujuan utama dilakukan proses pengeringan bahan pangan, yaitu
meningkatkan umur simpan dan mengurangi berat atau volume bahan.
Pengeringan bahan pangan dapat meningkatkan umur simpan agar karena
terjadi pengurangan kadar air pada bahan pangan, sehingga perkembangan
mikroorganisme dan enzim yang menyebabkan kerusakan bahan pangan
menjadi terhambat. Hal ini akan meningkatkan umur simpan produk pangan
tersebut. Selain meningkatkan umur simpan, pengeringan juga dapat
mengurangi volume bahan pangan, sehingga menghemat, memudah
pengangkutan, dan pengepakan bahan pangan.
Pengeringan dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, faktor-faktor
tersebut dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari bahan pangan.
Faktor-faktor tersebut adalah :
- Luas permukaan dari bahan pangan
- Kadar air awal bahan pangan
- Komposisi kimia bahan
- Ukuran bahan pangan
- Tekanan parsial dalam bahan pangan
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan atau
alat. Faktor-faktor tersebut adalah :
- Suhu
- Tekanan
- Kelembaban udara
- Kecepatan volumetrik aliran udara pengering
c. Ekstraksi
Metode yang digunakan untuk memperoleh minyak biji alpukat pada
penelitian kali ini adalah ekstraksi. Ekstraksi merupakan suatu metode untuk
memperoleh minyak atau lemak dari bahan yang diprediksikan mengandung
minyak atau lemak. Prinsip dari kerja ini adalah ektraksi dengan melarutkan
minyak dalam pelarut minyak atau lemak. Pelarut yang dipergunakan dalam
proses ekstraksi bersifat mudah menguap, seperti petroleum eter, gasoline,
karbon disulfide, karbon tetra klorida, benzene, dan n-heksana (Ketaren, S.,
1986).
d. Destilasi
Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dan pemurnian dari cairan
yang mudah menguap untuk senyawa cair, yaitu suatu cara yang mendahului
penguapan senyawa cair dengan memanaskannya, lalu mengembunkan uap
yang terbentuk akan ditampung dalam wadah yang terpisah untuk
memperoleh destilat (underwood, 1983).
Proses yang terjadi pada destilasi ini adaplah perubahan dua fasa cair yang
menjadi fase uap atau gas dengan pendidihan dan kondensasi pengembunan,
tetapi destilasi bukan merupakan dua urutan proses penguapan dan
kondensasi. Tekanan uap selalu bertambah dengan kenaikan suhu (Khopkar,
2003).
Destilasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu destilasi sederhana, destilasi
fraksionasi, destilasi uap, dan destilasi vakum.
1. Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih
yang jauh atau dengan salah satu komponen yang bersifat volatile. Jika
campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan
kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansiuntuk menjadi gas.
Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer.
2. Destilasi fraksionasi
Destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair
dua atau lebih,dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Destilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan
titik didih kurang dari 20 oC dan bekerja pada tekanan atmosfer atau
dengan tekanan rendah (Anonim, 2010).
3. Destilasi uap
Destilasi uap merupaka suatu cara untuk memisahkan dan memurnikan
senyawa organik yang tidak atau sukar larut dalam air serta
memisahkan zat yang mempunyai tekanan uap relatif rendah (5-10 mg
Hg) pada sekitar 100 oC.
4. Destilasi vakum
Destilasi vakum adalah proses pemisahan yang digunakan untuk cairan
yang terurai dekat titik didihnya sehingga untuk memisahkan dari
komponennya tidak dapat dilakukan dengan destilasi sederhana. Dalam
destilasi vakum, destilasi dilakukan tidak pada tekanan barometer biasa
sehingga cairan tersebut dapat mendidih jauh dibawah titik didihnya.
III. METODE PENELITIAN
1. Perlakuan Awal
a. Biji alpukat yang diperoleh dari berbagai sumber diparut dengan parutan
kelapa hingga berukuran serbuk kasar.
b. Biji alpukat yang telah diparut dikeringkan dengan menggunakan
cahaya matahari/dijemur kurang lebih 2 hari.
c. Biji alpukat yang telah kering dihancurkan hingga berukuran serbuk
halus.
35
30
25
% Yield
20
200ml
15
250ml
10
5
0
45 60 90
Dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi, maka %yield minyak biji
alpukat yang dihasilkan akan meningkat. Melihat dari pendistribusian pelarut
yang semakin efektif. Terhilat pada grafik dengan waktu ekstraksi 90 menit
memperoleh hasil lebih tinggi yaitu 32,8% (250ml) dan 14,9% (200ml).
sedangkan hasil terendah dari waktu ekstraksi 45 menit diperoleh 13,4%
(250ml) dan 10,1% (200ml).
B. Analisa Densitas Minyak Biji Alpukat
Dalam pengujian densitas ini merupakan salah satu dari uji karakterisrik
minyak. Pada penelitian yang dilakukan ini, beberapa hasil densitas meningkat
dengan seiringnya bertambah variabel waktu ekstraksi dan volume pelarut.
Hasil densitas terendah yang diperoleh yaitu 0,7 gr/ml dan hasil densitas
tertinggi yang diperoleh yaitu 0,74 gr/ml. Hasil densitas yang didapatkan pada
penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa variabel yang dipakai, terlebih pada
variabel lama waktu ekstraksi dan volume pelarut.
0.75
0.74
Densitas (gr/ml)
0.73
0.72 200ml
0.71
250ml
0.7
0.69
0.68
45 69 90
Dapat dilihat densitas tertinggi yaitu pada variabel berat waktu ekstraksi 90
menit dan volume pelarut 200ml. Untuk densitas terendah yaitu pada variabel
waktu ekstraksi 60 menit dan volume pelarut 250ml. Dari data analisa yang
didapat, maka dinyatakan jika waktu ekstraksi lebih lama, maka densitas yang
dihasilkan akan lebih besar.
1.5
%ALB
1 200ml
250ml
0.5
0
45 60 90
Standar ketentuan %ALB untuk menjadi bahan baku biodiesel yaitu 5%.
Menurut penelitian sebelumnya menyatakan bahwa minyak biji alpukat
memiliki %ALB 0,367%-0,82% (Rachimoellah,2009), pada penilitian kali
ini %ALB yang didapatkan yaitu 0,96%-1,61%. Nilai %ALB yang didapatkan
dengan hasil penelitian sebelumnya tentu jelas berbeda, dalam hal ini yang
menyebakan %ALB berbeda bisa disebabkan oleh proses pengambilan minyak
yang masih tersisanya kadar air dan jenis bahan baku, seperti keadaan geografis
tanamannya, biji alpukat yang didapatkan dari tempat berbeda. Menurut data
yang didapatkan pada penelitian ini minyak biji alpukat memiliki %ALB tidak
melewati standar dari bahan baku biodiesel, maka minyak biji alpukat dapat
langsung dikonversi menjadi biodiesel.
1.5
Axis Title
1 200ml
250ml
0.5
0
45 60 90
Pekan
No Jenis Kegiatan 1. 2. 3.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Variabel yang digunakan sebaiknya lebih bervariasi lagi agar
didapatkan variabel yang lebih optimal.
2. Minyak biji alpukat ini dapat menjadi bahan baku alternatif
(biodiesel).
3. Jika akan digunakan untuk keperluan kesehatan lebih baik
menggunakan pelarut yang tidak berbahaya bagi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Harga
satuan Jumlah
No Persiapan Alat dan Bahan Jumlah Satuan (Rp) (Rp)
1 Buret 1 Unit 10.000 10.000
2 Beaker Glass 2 Unit 15.000 30.000
3 Erlenmeyer 3 Unit 10.000 30.000
4 Pipet tetes 2 Unit 5.000 10.000
5 Gelas ukur 1 Unit 25.000 25.000
6 Alumunium foil 1 Unit 5.000 5.000
7 Destilasi 1 Unit 30.000 30.000
8 Magnetic stirrer 2 Unit 20.000 40.000
9 Statif dan kelm 1 Unit 20.000 20.000
11 Termometer 1 Unit 25.000 25.000
12 Hot plate 3 Unit 15.000 45.000
13 Kertas saring 1 Unit 30.000 30.000
14 Buret 1 Unit 25.000 25.000
15 Phenolftalenin 50 mililiter 1.000 50.000
16 Biji alpukat 50 gram 500 25.000
17 NaOH 100 mililiter 25 25.000
18 Etanol 95 Persentase 0,21 20.000
19 KOH 100 mililiter 200 20.000
20 N-Heksana 4 liter 7500 30.000
21 Aquades 1 mililiter 5.000 5.000
Jumlah 500.000