Anda di halaman 1dari 18

143 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

WAKAF DALAM PERSPEKTIF FIKHI DAN


HUKUM NASIONAL

Muh. Sudirman Sesse

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


Email: sumantri123@yahoo.com

Abstract: Waqf is one of philanthropy institutions in Islam. Debates on which have been
coloring of dynamical thought of Islam law, occurred since classical Islamic scholar until
modern one. Topics is concerning with existenie of waqif, mauquf ‘alaih (nadzir), mauquf
(object), and sighat (proclamation). Fiqh and Indonesian rule, called UU (red. Act) are
giving deepest attention and analysis. The latest makes combination and accommodation
to reconstruct and widen of the implementation scope of waqf. It is due to reinterpretation
derived from earliest concept, and public welfare reached is as final objeitive of its
philanthropy based on new interpretation. This paper is also going to elaborate some
new issues like cash waqf (waqf al-nuqud) and productive waqf, emerged from lack of
propessionalism and mismanagement of waqf object. Tese elaborations presented to
analysis content substance of the Act 41/2004 as compromised solution conducted by the
Rule.

Kata Kunci: waqh al-nuqud, dan wakaf produktif

I. PENDAHULUAN dan modifikasi pemanfaat yang bervariasi


menjadi inovasi pemberdayaan harta
Wakaf merupakan salah satu bentuk
wakaf sehingga tidak statis dan stagnan.
kegiatan ibadah yang sangat dianjurkan
Wakif mengalami perubahan bentuknya,
bagi umat Islam karena pahala wakaf
tidak hanya wakif perorangan tetapi juga
akan selalu mengalir meskipun sang wakif
wakif lembaga (baca: badan hukum),
telah wafat. Dalam sejarahnya, wakaf
yang dituntut kredibilitas dan akunta-
merupakan instrumen maliyah, yang
bilitasnya. Demikian pula dengan keber-
sebagai ajaran ia tergolong pada syariah
adaan nadzir yang profesional menjadi
yang bersifat sakral dan suci, tetapi
pilihan dan keniscayaan zaman modern
pemahaman dan implementasi wakaf
sekarang ini dalam mengemban amanat
tersebut tergolong pada fiqh (upaya yang
untuk mengelola harta wakaf.
bersifat kemanusiaan); karena itu, bisa
Hal-hal tersebut yang menjadi fokus
dipahami bahwa praktik dan realisasi
kajian pada tulisan ini yang lebih rinci
wakaf tersebut terkait erat dengan realitas
disebar dalam sub kajian mengenai wakaf
dan kepentingan umat di masing-masing
ditinjau dari fiqh muamalah, wakaf ditin-
negara muslim (termasuk Indonesia).1
jau dari hukum nasional, transformasi
Di beberapa negara, wakaf secara
aturan wakaf dari fiqh ke hukum nasional,
serius dijadikan sebagai media untuk
dan implikasi sosial wakaf yang muncul
mensejahterakan rakyat di samping pen-
dari aturan hukum yang ditetapkan di
dapatan negara yang lain. Kekekalan
objek wakaf menjadi salah satu doktrin Indonesia.
Sebagai acuan dalam pembacaan
utama untuk melestarikan keberadaannya
tulisan ini, penulis memberikan catatan
144 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

bahwa tulisan ini tidak akan memper- Menurut istilah meskipun terdapat
bincangkan perdebatan tentang keber- perbedaan penafsiran, disepakati bahwa
adaan istilah fiqh secara umum, tetapi makna wakaf adalah menahan dzatnya
terkonsentrasi pada wacana fiqh klasik benda dan memanfaatkan hasilnya atau
tentang wakaf dan hal-hal yang terkait. menahan dzatnya dan menyedekahkan
Hukum nasional yang dimaksud adalah manfaatnya.4 Adapun perbedaan pen-
semua aturan yang dibuat oleh aparatur dapat para ulama fiqh dalam men-
negara, baik pemerintah maupun Dewan. definisikan wakaf diakibatkan cara
Tetapi fokus hukum nasional yang penafsiran dalam memandang hakikat
dianalisis dalam tulisan ini adalah UU No. wakaf. Perbedaan pendangan tersebut
41 tahun 2004 tentang wakaf, meskipun dapat diuraikan sebagai berikut:5
tidak menutup kemungkinan juga Menurut Abu Hanifah “Wakaf
mengambil aturan hukum nasional yang adalah menahan suatu benda yang
lain. Tulisan ini menggunakan pendekatan menurut hukum, tetap miliki si wakaf
deskriptif referensial dengan nuansa dalam rangka mempergunakan man-
kajian fiqh muamlat dan hukum Islam, faatnya untuk kebajikan”. Berdasarkan
yang selalu mengalami perubahan seiring definisi itu maka pemilikan harta
dengan bersentuhannya institusi wakaf wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan
dengan realitas sehingga keniscayaan ia dibenarkan menariknya kembali dan
munculnya ijtihad baru tak terelakkan. ia boleh menjualnya. Jika si wakif
wafat, harta tersebut menjadi harta
II. PEMBAHASAN warisan buat ahli warisnya. Jadi yang
A. Wakaf dalam perspektif Fikhi timbul dari wakaf hanyalah “menyum-
bangkan manfaat”. Karena itu madzhab
Wakaf dilihat dari sudut fiqh meng- Hanafiyah mendefinisikah “wakaf
alami perbincangan yang sangat menarik, adalah tidak melakukan suatu tindakan
meskipun terkadang objek perbincangan- atas suatu benda, yang berstatus tetap
nya lebih menitik-beratkan pada unsur sebagai hak milik, dengan menye-
wakaf. Menariknya pula baik ulama dekahkan manfaatnya kepada suatu
klasik maupun modern tidak akan lepas pihak kebajikan (sosial), baik sekarang
dari kajian tersebut. Secara sistematis sub maupun akan datang”.
bab ini mengkaji pengertian, dasar Madzhab Maliki berpendapat bahwa
hukum, unsur, bentuk-bentuk wakaf. wakaf itu tidak melepaskan harta yang
1. Pengertian Wakaf diwakafkan dari kepemilikan wakif,
namun wakaf tersebut mencegah wakif
Wakaf, berasal dari bahasa Arab al-
melakukan tindakan yang dapat me-
waqf bentuk masdar dari kata
lepaskan kepemilikannya atas harta
“waqafa-yaqifu-waqfan Kata al-waqf
tersebut kepada yang lain dan wakif
semakna dengan al-habs bentuk
berkewajiban menyedekahkan manfaat-
masdar dari “habasa-yahbisu-habsan”
nya serta tidak boleh menarik hartanya
artinya menahan.2 Dalam bahasa Arab,
untuk digunakan oleh mustahiq
istilah wakaf kadang-kadang bermakna
(penerima wakaf), walaupun yang
objek atau benda yang diwakafkan (al-
dimilikinya itu berbentuk upah, atau
mauquf bih) atau dipakai dalam
menjadikan hasilnya untuk dapat
pengertian wakaf sebagai institusi
digunakan seperti mewakafkan uang.
seperti yang dipakai dalam perundang-
Wakaf dilakukan dengan mengucapkan
undangan Mesir. Di Indonesia, term
lafadz wakaf untuk masa tertentu
wakaf dapat bermakna objek yang di-
sesuai dengan keinginan pemilik.
wakafkan atau institusi.3
145 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

Dengan kata lain, pemilik harta Terjemahnya:


menahan benda itu dari penggunaan “Hai orang-orang yang beriman,
secara kepemilikan, tetapi mem- ruku’lah kamu, sujudlah kamu,
bolehkan pemanfaatan hasilnya untuk sembahlah Tuhanmu dan
tujuan kebajikan, yaitu pemberian perbuatlah kebajikan, supaya kamu
manfaat benda secara wajar sedang mendapat kemenangan”. (QS. Al-
benda itu tetap milik si wakif. Hajj (22): 77)
Perwakafan itu berlaku untuk suatu
masa tertentu, dan karenanya tidak Kata khair (kebaikan) yang secara
boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal. umum dimaknai salah satunya dalam
Madzhab Syafi’iyah, Hanbaliyah bentuk memberi seperti wakaf, dan
dan sebagian Hanafiyah. Madzhab ini berlaku untuk bentuk-bentuk charity
berpendapat bahwa wakaf adalah atau endowment yang lain yang
mendayagunakan harta untuk diambil bersifat filantropi, tentunya dalam
manfaatnya dengan mempertahankan ajaran Islam.
dzatnya benda tersebut dan memutus
hak wakif untuk mendayagunakan        
harta tersebut. Wakif tidak boleh
melakukan apa saja terhadap harta         
yang diwakafkan. Berubahnya status
kepemilikan dari milik seseorang,
kemudian diwakafkan menjadi milik Terjemahnya:
Allah. Jika wakif wafat, harta yang “Kamu sekali-kali tidak sampai
diwakafkan tersebut tidak dapat di- kepada kebajikan (yang sempurna),
warisi oleh ahli waris. Wakif menyalur- sebelum kamu menafkahkan
kan manfaat harta yang diwakafkannya sebahagian harta yang kamu cintai.
kepada mauquf ‘alaih (orang yang dan apa saja yang kamu nafkahkan
diberi wakaf) sebagai sedekah yang Maka Sesungguhnya Allah menge-
mengikat, di mana wakif tidak dapat tahuinya”. (QS. Ali Imran (3): 92)
melarang menyalurkan sumbangannya Berbeda dengan kata khair
tersebut. Apabila wakif melarangnya, (kebaikan), kata birr (kebaikan) terkait
maka qadhi berhak memaksanya agar erat dengan kata infaq (memberi). Kata
memberikannya kepada mauquf ‘alaih. birr ini terletak antara huruf lan
Karena itu madzhab ini mendefinisikan (mengandung makna tidak untuk
wakaf adalah tidak melakukan suatu selamanya) dan hatta (hingga atau
tindakan atas suatu benda, yang ber- sampai yang berhubungan dengan
status sebagai milik Allah swt, dengan tindakan). Sehingga ada 3 kata kunci
menyedekahkan manfaatnya kepada pada ayat ini sehingga sering kali
suatu kebajikan (sosial). dijadikan dalil utama dalam wakaf
2. Dasar hukum wakaf yang bersumber dari alquran,
(1) kebaikan, (2) tindakan infak, dan
a. Wakaf dalam Alquran (3) harta yang dimiliki adalah paling
dicintai. Psikoanalisis mengatakan
     tidak mungkin orang memberikan harta
yang paling dicintai kepada orang lain
     demi kebaikan. Salah satu analisis
itulah sehingga kebaikan dalam
 konteks kata birr sulit untuk dilakukan.
146 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

‫س‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ٍ ‫ي‬


َ ‫ب َم ًاَّل قَط اَنْ َف‬ َ ‫ِبَْي َب ََلْ أُص‬
Oleh para penafsir model infak seperti
ini, digolongkan sebagai wakaf, bukan
‫ي‬ ‫ي‬ ‫يي ي‬
‫ت‬َ ‫ إي ْن شْئ‬:‫ قَ َال‬,‫ات ُُأْ َم ُربيه‬
َ ‫عْند ْي مْنهُ فَ َم‬
bentuk pemberian yang lain.

:‫َّق يِبَا قَ َال‬


b. Wakaf dalam Hadis
Ada beberapa hadis yang dianalisis َ ‫صد‬ َ َ‫صلَ َها َوت‬ ْ َ‫ت ا‬ ْ ‫َحبَ َس‬
‫ب‬ ‫ي‬ ‫فَتَصد َ ي‬
ُ ‫ إنَّهُ ََّليُبَاعُ َوََّليُ ْوَه‬,‫َّق ِبَاعُ َمَر‬
menjelaskan tentang wakaf. Hadis-
hadis tersebut antara lain: َ
َّ ‫ أ‬:‫َع ْن اَي ِْب ُهَريْ َرةَ َر يضي اهللُ َعْنهَ ُُ قَ َال‬
‫َن‬ ‫َّق يِبَا يِف اْل ُف َقَر ياء َويِف‬ َ ‫صد‬َ َ‫ َوت‬,‫ث‬ ُ ‫َوََّليُ ْوَر‬
َ
‫ي‬ ‫ي‬ ‫اب َويِف َسبيْي يل اهلل َوابْ ين‬ ‫اْل ُقرََب ويِف اليرقَ ي‬
َ ‫ ا َذا َم‬:‫َّب َصلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قال‬
‫ات ابْ ُن‬ ‫الني ي‬ َ ْ
‫ص َدقٍَة‬ ٍ ‫ي ي‬ ‫ي‬ ‫اح َعلَى يم ْن َوليي َها‬ ‫ي‬ ‫َّ ي‬
َ َ‫السبْي يل َوالضَّْيف َوََّل ُجن‬
َ ‫أ ََد َم انْ َقطَ َع َع َملُهُ اََّّل م ْن ثَََلث‬
‫اَ ْن يأْ ُكل يمْن يهابياْلَمعرو ي‬
‫صاي ٍحل‬ ٍ ‫ي‬ ‫ي‬ ٍ
َ ‫َجا يريَة اَْو ع ْل يم يُْنتَ َف ُع بيه اَْو َولَد‬
‫ف َويُطْ َع ُم َغْي َر‬ ْ ُْ َ َ
.6ُ‫يَ ْدعُ ْوا لَه‬ )‫ ( متفق عليه‬7‫متَم يول‬
ََ
Artinya: Artinya:
“Dari Abi Hurairah r.a. Dari Ibnu Umar ra. Bahwasanya
sesunggunya Rasulullah Saw Umar bin Khattab mendapat bagian
berkata: jika seseorang telah sebidang kebun di Khaibar, lalu ia
meninggal dunia, maka terputuslah datang kepada nabi saw. untuk
semua amal dari dirinya kecuali menerima nasehat tentang harta itu,
tiga, yaitu sadakah jariyah, ilmu ia berkata: Ya Rasulallah, sesung-
yang bermanfaat dan anak saleh guhnya aku telah mendapatkan
yang mendoakan kepadanya sebidang tanah di Khaibar yang aku
(kepada orang tuanya)”. belum pernah memperoleh tanah
seperti itu, apa nasehat engkau
Para ahli hadis dan kebanyakan ahli kepadaku tentang tanah itu?.
fiqh mengidentifikasi bahwa wakaf Rasulullah menjawab: Jika engkau
termasuk sadaqah jariyah, kecuali al- mau, wakafkanlah tanah itu dan
Dzahiri. Dalam hadis tersebut bahwa bersedekalah dengan hasilnya.
sadaqah jariyah direalisasikan dalam Berkata Ibnu Umar: Maka Umar
bentuk wakaf yang pahalanya mengalir bin Khattab mewakafkan harta itu
terus menerus kepada si wakif. dengan arti bahwa tanah itu tidak
Hadis yang lebih tegas meng- boleh lagi dijual, dihibahkan dan
gambarkan dianjurkannya wakaf, yaitu diwariskan. Ia menyedekahkan hasil
hadis riwayat Ibn Umar tentang tanah harta itu kepada orang fakir,
khairbar. Berikut bunyi hadis tersebut: kepada kerabat, untuk memerdeka-

‫َع ْن اَيِب عُ َم ْر َر يض َي اهلل َعْنهُ اَ َّن عُ َمَربْ ين‬


kan budak, pada jalan Allah, orang
yang terlantar dan tamu. Tidak ada
‫اب اَصاب أَر ي‬
َّ ‫ فَاَ ََت الني‬,‫ضا ِبَْي َيب‬ ً َ َ َ ‫اْ ََلطَّ ي‬
dosa bagi orang yang mengurusnya
‫َّب‬ (nazir)memakan sebahagian harta
,‫صلَّى اهلل َعلَْي يه َو َسلَّ ْم يَ ْستَأْ َم ُرهُ فيْي َها‬
itu secara patut atau memberi
َ makan asal tidak bermaksud men-
‫ضا‬ ً ‫ت أ ََر‬ ُ ‫َصْب‬َ ‫ يَ َار ُس ْو ُل اهلل إي يِّن أ‬:‫فَ َق َال‬
cari kekayaan.
147 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

Dari hadis inilah muncul berbagai nangan wakif untuk men-tasharuf-kan


penafsiran yang secara substantif harta wakaf sesuai dengan keinginan-
memperbincangkan (1) Esensi wakaf, nya, termasuk menghibahkan, menjual
antara dzat benda dan manfaat benda, dan mewariskan. Ia memandang bahwa
(2) status kepemilikan harta wakaf, wakaf itu seperti ariyah (pinjam
(3) konsekuensi kepemilikan me- meminjam), di mana benda di tangan
munculkan 3 larangan yang meng- peminjam sebagai pihak yang meng-
iringi perlakuan terhadap benda wakaf, ambil manfaat benda tersebut. Menurut-
yaitu tidak boleh dijual, dihibahkan, nya wakaf mempunyai kepastian
dan diwariskan, (4) kemestian adanya hukum hanya dalam tiga hal: (1) wakaf
nadzir, yang memiliki hak konsumsi, masjid, (2) wakaf bila diputuskan oleh
dengan syarat tidak berlebihan dan hakim, (3) bila benda wakaf
tidak bermaksud mengambil alih dihubungkan dengan kematian si wakif
kepemilikan, (5) benda bergerak dan yaitu wakaf wasiat.12 Selain Abu
tidak bergerak, yang belakangan Hanifah, Imam Malik juga berpendapat
memunculkan wacana wakaf tunai, sama bahwa harta wakaf masih milik si
dan (6) wakaf permanen dan wakaf wakif. Pendapat inilah yang mem-
temporal. pengaruhinya hingga ada pembedaan
antara wakaf muabbad dan wakaf
3. Unsur (Rukun) wakaf
muaqqat. Bila muabbad kepemilikan
Wakaf dinyatakan sah apabila putus, maka muaqat kepemilikan
telah terpenuhi rukun dan syaratnya. masih pada wakif.13 Berdasarkan hadis
Rukun wakaf menurut fiqh ada 4 Umar, Imam Malik memandang bahwa
(empat) macam, yaitu (1) waqif (orang tidak ada indikasi dari hadis tersebut
yang mewakafkan), (2) Mauquf‘alaih yang menyuruh wakaf untuk selama-
(pihak yang diserahi wakaf), (3) Mauquf nya, sehingga Imam Malik memuncul-
(harta yang diwakafkan), (4) Shighat kan pembagian tersebut. Selain dua
atau iqrar (pernyataan atau ikrar wakif pendapat tersebut hampir semua
sebagai suatu kehendak untuk mewakaf- sepakat terhadap putusnya kepemilikan
kan).8 antara harta wakaf dengan wakif dan
a. Waqif (orang yang mewakafkan) berpindahnya kepemilikan menjadi
milik Allah. Syafi’i menyamakan
Waqif adalah pihak yang mewakaf- wakaf dengan al-‘itq (pemerdekaan
kan. Wakif harus mempunyai keca- budak). Budak adalah milik tuannya,
kapan hukum atau kamalul ahliyah tetapi bila ia sudah merdeka, ia men-
(legal competent) dalam membelan- jadi milik Allah.14
jakan hartanya (tasharruf al-mal).
Kecakapan tersebut meliputi 4 kriteria,9 b. Mauquf ‘alaih (orang yang
yaitu: (1) Merdeka; (2) Berakal sehat, diberi amanat wakaf)
(3) Dewasa (baligh), (4) tidak dibawah Mauquf ‘alaih dalam literatur fiqh
pengampuan.11 kadang diartikan orang yang diserahi
Berkenaan dengan pelepasan benda mengelola harta wakaf, yang sering
wakaf oleh wakif muncul perbedaan disebut nadzir, kadang juga diartikan
pendapat tentang status kepemilikan peruntukan harta wakaf. Bila diartikan
benda yang sudah diwakafkan. Kepe- mauquf ‘alaih sebagai nadzir, dalam
milikan, hanya Abu Hanifah yang literatur fiqh kurang mendapat porsi
mengatakan bahwa harta yang diwakaf- pembahasan yang detail oleh para ahli
kan adalah tetap milik si wakif. fiqh yang terpenting adalah keberadaan
Pendapat ini berimplikasi pada kewe-
148 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

mauquf ‘alaih mampu mewujudkan kewenangan atas perlakuan wakif ter-


peruntukan benda wakaf (makna lain hadap benda wakaf tersebut yang oleh
dari mauquf ‘alaih). Hal ini ter- hadis riwayat umar memuat tiga tin-
pengaruh oleh unsur tabarru’ dakan yaitu dijual, dihibahkan dan
(kebaikan) yang meliputi peruntukan diwariskan. Terhadap hal tersebut Abu
ibadah dan sosial (umum) kecuali yang Hanifah menyatakan bahwa harta
bertentangan dengan Islam (ideologi) wakaf masih milik wakif, maka wakif
dan maksiat. Pengaruh lain adalah boleh memperlakukan apa saja ter-
karena pemahaman bahwa wakaf hadap harta wakaf seperti menjual,
termasuk akad sepihak yang tidak menghibakan, dan mewariskan ter-
membutuhkan adanya qabul dan salah masukmengagunkanharta benda wakaf.
satu pendapat boleh hukumnya wakaf berbedadenganHanafi,Maliki sekalipun
kepada diri sendiri. menyatakan bahwa harta wakaf milik
Berkenaan dengan keyakinan wakif, tetapi wakif tidak punya hak
nadzir, menurut Nawawi15 sah hukum- untuk mendayagunakan harta wakaf
nya wakaf kepada kafir dzimmi dengan secara pribadi dalam bentuk apapun.
2 syarat, (1) peruntukan objek wakaf Sedangkan Syafi’i dan Hanbali menyata-
yang diamanatkan kepada nadzir tidak kan putusnya kepemilikan harta wakaf
berupa ibadah bagi muslim, seperti dengan wakif sehingga wakif terputus
wakaf Qur’an kepada nadzir kafir haknya terhadap harta wakaf. Kedua,
dzimmi, dan (2) manfaat benda wakaf kelanggengan atau keabadian objek
oleh nadzir tidak untuk kepentingan wakaf yang terkait erat dengan objek
keyakinan si kafir dzimmi seperti wakaf yang bergerak. Oleh karena itu
wakaf untuk pembangunan gereja yang mewakafkan harta bergerak harus
difasilitasi oleh nadzir kafir dzimmi. melekat dengan harta tak bergerak
c. Mauquf (Harta Benda Wakaf) seperti wakaf alat pertanian terkait
dengan sawah, dan sebagainya.16
Perbincangan fiqh mengenai benda Hal yang menarik lagi adalah
wakaf, bertolak pada, pertama, jenis perubahan peruntukan. Jika suatu
harta, apakah benda bergerak atau ketika benda wakaf itu sudah tidak ada
tidak bergerak, atau bisa keduanya. manfaatnya atau sudah berkurang
Madzhab Syafi’iyah dan Hanbaliyah manfaatnya, kecuali ada perubahan
tergolong konservatif dengan hanya pada benda wakaf tersebut, seperti
membolehkan harta tak bergerak menjual, merubah bentuk asal, memin-
sebagai objek wakaf. Sementara dahkan ke tempat lain, atau menukar
Hanafiyah dan Malikiyah cenderung dengan benda lain, bolehkan per-
membolehkan wakaf harta bergerak. ubahan itu dilakukan terhadap benda
Perbedaan ini muncul dari perbedaan wakaf tersebut? Ternyata dalam hal
menafsirkan apakah yang diwakafkan tersebut para ulama fiqh berbeda
adalah dzat benda atau manfaat benda. pendapat.
Bila dzat benda maka cenderung benda Sebagian ulama berpendapat bahwa
tidak bergerak yang ternyata jumlah kalau benda wakaf sudah tidak ber-
jenisnya sedikit, sedangkan bila man- fungsi (tidak dapat dipergunaka) atau
faat benda cenderung benda bergerak kurang berfungsi, maka benda tersebut
yang jumlah jenisnya sangat banyak. tidak boleh dijual, tidak boleh diganti/
Keterkaitan antara status kepemili- tukar, tidak boleh dipindahkan, tapi
kan wakif terhadap benda wakaf benda tersebut dibiarkan tetap dalam
setelah diwakafkan berimplikasi pada keadaannya. Pendapat ini adalah pen-
149 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

dapat yang dikemukakan oleh Syafi’i wakaf. Definisi akad disini adalah
dan Malik. Alasannya adalah hadis suatu bentuk perbuatan hukum
riwayat Ibn Umar, yang tersurat bahwa (tasharruf) yang mengakibatkan
benda wakaf tidak boleh dijual, dihibah- adanya kemestian penataan kepada apa
kan, dan diwariskan. yang dinyatakan dari kehendak per-
Perubahan status, penggantian benda buatan hukum itu oleh pihak yang
dan tujuan wakaf, sangat ketat peng- berkepentingan, kendatipun pernyataan
aturannya dalam madzhab Syafi’i. itu dari sepihak saja. Akad dalam
namun demikian, berdasarkan keadan pengertian kesepakatan dari dua belah
darurat dan prinsip mashlahah, pihak yang berkehendak melakukan
dikalangan para ulama fiqh perubahan suatu perikatan digambarkan dengan
itu dalam dilakukan. Ini disandarkan ijab dan qabul seperti yang terjadi
pada pandangan agar manfaat wakaf dalam jual beli, sewa menyewa, dan
itu tetap terus berlangsung sebagai sebagainya, sehingga tidaklah berlaku
sadaqah jariyah, tidak mubadzir dalam pengertian akad wakaf.19
karena rusak, tidak berfungsi lagi dan Di samping penjelasan tersebut di
sebagainya.17 atas, al-Kabisi lebih dahulu memper-
Imam Ahmad berpendapat bahwa tanyakan apakah wakaf termasuk akad
boleh menjual benda wakaf atau yang menimbulkan tasharruf (perbuatan
menukarnya, menggantinya, memin-
[ hukum) yang menimbulkan prestasi
dahkannya, dan menggunakan hasil akibat hukum yang telah disetujui atau
penjualan tersebut untuk kemudian al-iqa’ (pelimpahan) yang tidak menim-
digunakan lagibagi kepentingan wakaf. bulkan akibat hukum, hanya pelim-
Abu Yusuf, murid Hanafi, berpendapat pahan atau penyerahan yang instrinsik
bahwa benda wakaf tersebubt boleh di dalamnya adalah amanat dan
dijual dan menggunakan hasil pen- tanggung jawab untuk menjalankannya.
jualantersebut. Sedangkan Muhammad, Ia cenderung berpendapat bahwa wakaf
murid Hanafi juga, berpendapat bahwa merupakan akad al-‘iqa’ (pelimpahan)
kalau benda wakaf tersebut sudah tidak karena fokus wakaf adalah pendaya-
berfungsi lagi atau rusak, maka benda gunaan yang sifatnya sosial dengan
tersebut kembali kepada pemilik per- perspektif kebutuhan sosial juga,
tama atau wakif.18 bukan kontraktual.20
d. Shighat (pernyataan atau ikrar
4. Bentuk-bentuk wakaf
wakif)
a. Wakaf Ahli
Shighat atau ikrar adalah pernyataan
penyerahan harta benda wakaf oleh Wakaf ahli yaitu wakaf yang
wakif. Dalam hal ini perbedaan yang ditujukan kepada orang-orang tertentu,
muncul adalah bentuk pernyataan seorang atau lebih, baik keluarga si
apakah lisan, kinayah atau tindakan. wakif atau bukan. Wakaf ahli juga
Sementara dalam hal akad wakaf, sering disebut wakaf dzurri atau wakaf
semua madzhab menyatakan bahwa ‘alal aulad yakni wakaf yang diper-
wakaf adalah akad tabarru’ yaitu untukan bagi kepentingan dan jaminan
transaksi sepihak yang sah sebagai sosial dalam lingkungan keluarga atau
suatu akad yang tidak memerlukan lingkungankerabat sendiri.21
kabul dari pihak penerima dan Dalam satu segi, wakaf ahli ini
dicukupkan dengan ijab si wakif. Akad mempunyai dua aspek kebaikan, yaitu
tidaklah menjadi syarat dalam akad (1) kebaikan sebagai amal ibadah
wakaf, (2) kebaikan silaturrahmi
150 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

terhadap keluarga yang diberikan harta tentang wakaf dan terkadang mengambil
wakaf. Namun, pada sisi lain wakaf dari aturan hukum nasional lain dengan
ahli sering menimbulkan masalah, porsi seperlunya saja seperti Peraturan
seperti bagaimana jika keturunan yang Pemerintah (PP) atau Instruksi Presiden
ditunjuk sudah tidak ada lagi? Siapa (Inpres). Beberapa peraturan yang
yang berhak mengambil manfaat benda menaungi wakaf dimunculkan dalam
(harta wakaf) itu? Bagaimana jika tulisan ini, karena sesuai dengan bunyi
keturunan si wakif berkembang sangat pasal 70 UU No. 41 tahun 2004, bahwa:
banyak sehingga menyulitkan peme- “Semua peraturan perundang-undangan
rataan dalam pembagian hasil harta yang mengatur mengenai perwakafan
wakaf? Bagaimana bila keturunan masih tetap berlaku sepanjang tidak
wakif tidak bersedia lagi mengurus bertentangan dan/atau belum diganti
harta wakaf, siapa yang berwenang dengan peraturan yang baru berdasarkan
mengemban amanat untuk mengelola undang-undang ini”
harta wakaf? Dan seterusnya. Pembahasan ini diawali dengan
pengertian, tetapi perlu diingat bahwa
b. Wakaf Khoiri pengertian atau definisi wakaf secara
Wakaf khoiri yaitu wakaf yang institusional pun beraga. Keragaman
secara tegas untuk kepentingan ke- definisi ini sebagai akibat dari perbedaan
agamaan atau kemasyarakatan (kepen- penafsiran terhadap institusi wakas
tingan umum).22 Wakaf ini ditujukan sebagaimana yang dilakukan oleh para
untuk kepentingan umum dengan tidak mujtahid dan yang pernah dipraktekkan,
terbatas pada aspek penggunannya dan oleh masyarakat Islam.
yang mencakup semua aspek untuk Pada mulanya, definisi wakaf di
kepentingan dan kesejahteraan umat Indonesia lebih cenderung kepada definisi
manusia pada umumnya. Kepentingan yang dikemukakan oleh Syafi’iyah. PP
umum tersebut bisa untuk keagamaan, No. 28 tahun 1977 tentang Perwakafan
jaminan sosial, pendidikan, kesehatan, Tanah Milik, pasal 1 (1), berbunyi bahwa:
keamanan dan lain-lain, yang dapat “Wakaf adalah perbuatan hukum
berwujud seperti pembangunan masjid, seseorang atau badan hukum yang
sekolah, jembatan, rumah sakit, panti memisahkan sebagian dari harta kekaya-
asuhan anak yatim dan sarana sosial annya yang berupa tanah milik dan
lainnya. melembagakannya untuk selama-lamanya
Dari tinjauan penggunaannya, untuk kepentingan peribadatan atau
wakaf ini lebih banyak manfaatnya keperluan umum lainnya sesuai dengan
ketimbang wakaf ahli, karena tidak ajaran Agama Islam”.
terbatasnya pihak-pihak yang meng- Sementara dalam Inpres No. 1 tahun
ambil manfaat. Sesungguhnya jenis 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi
wakaf ini yang sesuai dengan hakikat Hukum Islam, pasal 215 (1), berbunyi
wakaf dan secara substansial, wakaf ini bahwa: “Wakaf adalah perbuatan hukum
juga merupakan salah satu cara seseorang atau sekelompok orang atau
membelanjakan (memanfaatkan) harta badan hukum yang memisahkan sebagian
di jalan Allah. dari harta benda miliknya dan melem-
bagakannya untuk selama-lamanya untuk
B. Wakaf Menurut Hukum Nasional kepentingan ibadat atau keperluan umum
lainnya sesuai dengan ajaran Islam”.
Pada sub ini lebih dikonsentrasi Jika membandingkan keduanya antara
dengan menganalisis berbagai hal seputar PP No. 7 tahun 1977 dan Inpres No. 1
wakaf berdasarkan UU No. 41 tahun 2004
151 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

tahun 1999 terlihat pada jenis benda berjalan mulus; (3) Durasi waktu dimun-
wakaf. Dalam PP disebutkan bahwa culkan mengakomodasi madzhab Maliki
benda wakaf adalah tanah milik. yang menafsirkan adanya wakaf temporal;
Sedangkan dalam Inpres disebutkan (4) kata “keperluan umum” dirubah “kese-
bahwa benda wakaf adalah benda milik. jahteraan umum” mencerminkan sasaran
Dalam Inpres menunjukkan bahwa benda final wakaf adalah masyarakat dapat
yang dapat diwakafkan itu bukan saja menikmati wakaf sebagai salah satu
hanya tanah milik, melainkan juga dapat media yang bisa mensejahterakannya;
berupa benda milik lainnya, yang menurut (5) kata “Agama Islam” atau “Islam“
tafsir terhadap Inpres tersebut bisa benda dirubah menjadi “Syariah“.23
tetap (tak bergerak) yang disebut al-‘aqr, Dalam peraturan perundang-undangan
atau benda bergerak yang disebut al- (hukum nasional), unsur (rukun) wakaf
musya’. tidak jauh berbeda dengan penambahan-
Dinamika sosial, desakan publik dan penambahan tertentu. Mengenai wakif,
perubahan paradigma berpikir yang syarat tidak jauh berbeda dengan uraian
semakin meluas memandang wakaf fiqh, hanya UU No. 41 tahun 2004
”memaksa” lahirnya UU No. 41 tentang menambahkan syarat (1) tidak terhalang
wakaf sebagai payung hukum yang lebih melakukan perbuatan hukum, dan
kuat berskala nasional. UU tersebut (2) pemilik sah harta benda wakaf.24 Dua
mendefiniskan bahwa: “Wakaf adalah syarat tersebut diakomodasi dari berbagai
perbuatan hukum wakif untuk me- pendapat ulama fiqh.
misahkan dan/atau menyerahkan seba- Dalam UU tidak menyebutkan kata
gian harta benda miliknya untuk muslim sebagai syarat wakif, sehingga
dimanfaatkan selamanya atau untuk non muslim pun bisa menjadi wakif.25
jangka waktu tertentu sesuai dengan Pada tanggal 13 September 2004, Panitia
kepentingannya guna keperluan ibadah Kerja Pembahasan RUU Wakaf yang
dan/atau kesejahteraan umum menurut terdiri dari Pemerintah dan DPR RI telah
syariah”.22 menyepakati untuk menghapus syarat
Definisi ini tergolong definisi yang “muslim” sebagai wakif. Penghapusan
cukup longgar dan mengakomodasi muslim sebagai syarat menjadi wakif
perbedaan pendapat dikalangan ahli fiqh bertujuan untuk menghindari sebuah
dan mempertimbangkan pengembangan paradoks, karena dalam sejarah Islam dan
objek wakaf demi kemaslahatan umat. Hadis, bahwa wakaf yang diberikan oleh
Beberapa catatan yang dapat dikemuka- wakaf non muslim sah, artinya wakaf
kan adalah: (1) fleksibilitas bentuk objek tersebut diterima. Hanya saja ada catatan
wakaf dalam Inpres sebenarnya sudah bahwa wakaf yang diberikan oleh wakif
mengakomodir semua pandangan ahli non muslim hendaknya diarahkan untuk
fiqh, tetapi tertutupi oleh pandangan hal-hal yang terkait dengan kemaslahatan
hierarkhi terhadap pandangan hukum di umat bukan diperuntukan untuk tempat-
Indonesia, bahwa Peraturan Pemerintah tempat ibadah.26
(PP) lebih tinggi dari pada Intruksi Penghapusan syarat “muslim” ter-
Presiden (Inpress), sehingga dengan sebut dilakukan oleh Pemerintah dan DPR
lahirnya UU tersebut fleksibilitas tersebut RI serta dari unsur agamawan diwakili
lebih kuat payung hukumnya; (2) Kendala oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
fanatisme madzhab yang kuat di akar Untuk mencapai keputusan tersebut, tim
rumput dalam meyakini objek wakaf tersebut telah melakukan penelitian
adalah tanah (yang ia termasuk barang tak tentang pendapat dari berbagai madzhab,
bergerak), sehingga implementasi belum yang kemudian ditemukan keterangan
152 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

bahwa wakaf yang berasal dari non No. 41 tahun 200430 membolehkan wakaf
muslim itu bisa diterima.27 dengan harta bergerak maupun harta tak
Sementara, pemaknaan istilah mauquf bergerak. Kategori yang dijelaskan dalam
‘alaih sering disebutkan dengan istilah undang-undang tersebut antara lain:
nadzir sebagai pelaksana dan pengelola (1) Benda Tidak bergerak, meliputi
wakaf. Secara spesifik dalam UU No. 41 (a) hak atas tanah, (b) bangunan/bagian
tahun 2004, pemaknaan mauquf ‘alaih bangunan yang berdiri di atas tanah
dipisahkan lebih tegas dengan men- tersebut, (c) tanaman/benda lain yang
cantumkan nadzir sebagai pengelola dan berkaitan dengan tanah, (d) hak milik atas
dengan tegas disebutkan peruntukan harta satuan rumah susun, (e) benda tidak
benda wakaf, yang konsekuensi menim- bergerak sesuai syariah dan UU;
bulkan ketatnya perubahan terhadap (2) Benda bergerak, seperti uang, logam
peruntukan harta wakaf di kemudian mulia, surat berharga, kendaraan hak atas
waktu.28 kekayaan intelektual, hak sewa dan benda
Disebutkan juga jangka waktu bergerak sesuai syariah dan UU, termasuk
wakaf, unsur ini erat kaitannya dengan mushaf, buku, kitab.
pendapat Imam Malik, yang memuncul- Dari segi akadnya, wakaf memang
kan wakaf permanen dan wakaf temporal. diakui sebagai akad sepihak dan termasuk
Unsur jangka waktu ini muncul karena akad tabarru’, yang tidak membutuhkan
perluasan makna objek wakaf sehingga qabul dari nadzir. Tetapi terhadap akad
dibolehkannya wakaf harta bergerak tersebut harus disikapi secara hati-hati
seperti uang, yang dalam istilah modern Nadzir harus dilihat profil, komitmen,
penyalurannya dalam bentuk investasi. reputasi, kredibilitas, kapabilitas dan ter-
Kembali ke konteks mauquf ‘alaih populer adalah track record (rekam jejak)
sebagai nadzir, ada beberapa hal yang sehingga akuntabilitas publiknya dapat
harus dicermati, pertama, Nadzir non diper-tanggungjawabkan. Hal terpen-ting
muslim. Dalam kasus nadzir non muslim, pula terkait dengan akad adalah dimung-
UU No. 41 tahun 2004 menegaskan kinkan timbulnya sengketa yang memer-
bahwa nadzir harus muslim, pertimbangan lukan pembuktian untuk keabsahan se-
adalah persoalan distribusi yang bermuara hingga dipersyaratkan adanya (1) dokumen
pada faktor politis keagamaan, termasuk dan (2) saksi. Keduanya bukan menjadi
di dalamnya nadzir yang berbentuk rukun tetapi alat bukti yang harus ada dan
organisasi maupun badan hukum. Kedua, dapat menguatkan keberadaan adanya
porsi konsumsi nadzir terhadap harta akad (penyerahan) wakaf. Hal inilah yang
benda wakaf. berdasarkan.29 Berdasarkan sering terjadi di masyarakat, dan ini diduga
hadis Umar ibn Khattab ra tentang wakaf adalah pengaruh madzhab Syafi’i.31
tanah Khaibar diperkenankan nadzir
mengkonsumsi hasil harta benda wakaf, C. Wakaf: Institusi Baru dalam
hanya saja batasannya adalah: (1) tidak Praktik
berlebih-lebihan, dan (2) tidak ada niat
untuk menguasai (mengambil alih status 1. Badan Wakaf Indonesia (BWI)
kepemilikan). Dalam UU disebutkan porsi Badan Wakaf Indonesia (BWI)
konsumsi adalah 10 persen dari hasil dari merupakan badan bentukan pemerintah
harta wakaf. untuk melakukan pembinaan dan
Mengenai benda wakaf, di Indonesia pengawasan nadzir dan pengelolaan
terjadi perluasan makna. Pada mulanya harta benda wakaf. Beberapa kasus
terbatas pada tanah yang termasuk terjadi misalnya, para nadzir baik
kategori harta tak bergerak. Dalam UU perorangan maupun lembaga tidak
153 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

bertanggung jawab atas harta benda Badan Arbitrase Syariah Nasional


wakaf yang dikelola, perubahan per- (BASYARNAS)
untukan harta benda wakaf dikare- Terkait dengan persoalan sengketa
nakan salah satunya, misalnya ada wakaf, keberadaan dokumen (ser-
perubahan tata ruang kota, sehingga tifikat) dan saksi menjadi persoalan
harus digusur atau dipindahkan. BWI terpenting yang tidak bisa diabaikan,
diposisikan layaknya Badan Amil mengingat kultur sosial yang meng-
Zakat Nasional (BAZNAS) dalam hal atasnamakan ibadah semuanya serba
zakat, namun hal yang masih lisan. Sengketa yang muncul kemudian
diperdebatkan adalah mengenai status (diharapkan tidak muncul) dapat meng-
BWI, apakah struktural, koordinatif ajukan dokumen dan saksi sebagai alat
atau konsultatif.32 bukti untuk menyelesaikan sengketa,
meskipun proses penyelesaiannya mung-
2. Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
kin tidak sederhana.
Diakomodasinya wakaf dalam
bentuk benda bergerak, geliat wakaf D. Wakaf Tunai dalam Literatur
tunai menjadi marak dari perbincangan Fiqh dan Implikasinya
sampai ke aksi. Namun, masalah wakaf
Dewasa ini, muncul perbincangan
uang, amanat UU menyebutkan
seputar wakaf tunai yang tidak lagi set
pengelola (nadzir) adalah hanya lem-
back pada kajian fiqh semata, tetapi
baga keuangan syariah. Hal ini
perbincangan lebih luas pada bagaimana
menimbulkan dua implikasi yang
institusi wakaf tidak hanya sebagai
serius. Pertama, LKS adalah lembaga
ritualitas keagamaan tetapi bisa menyen-
profit dan komersial, boleh jadi (dan
tuh aspek kemanusiaan dengan member-
kemungkinan besar) menggunakan
dayakan potensinya untuk kesejahteraan
dana wakaf menjadi suntikan dana
publik semaksimal mungkin. Dari situlah
likuiditas maupun dana investasi sektor
kemudian muncul ide pendekatan
riil, yang melupakan esensi dari wakaf
ekonomi dalam mengkaji wakaf, sehingga
uang untuk kemaslahatan dan ke-
seluruh unsur wakaf harus diberdayakan
sejahteraan umat, kedua, tereduksinya
produktivitasnya baik wakif, nadzir
potensi kemandirian dalam rangka
maupun objek wakafnya serta menata
pemberdayaan umat yang boleh jadi
sistem administrasi sebagai wujud akunta-
secara manajemen keuangan lebih baik
bilitas dan transparansi sebagai tuntutan
dan akuntabel ketimbang LKS, sebagai
manajemen modern.
contoh Dompet Dhuafa Republika, dan
lembaga yang lain.33 1. Wakaf Uang Tunai
Wakaf tunai (cash waqf atau waqf
3. Sengketa Wakaf al-nuqud) merupakan salah satu wakaf
Penyelesaian sengketa wakaf benda bergerak yang dispesifikasi berupa
ditempuh dengan beberapa tahapan uang.35 Wakaf tunai adalah wakaf yang
yang dilakukan secara stratifikatif:34 dilakukan seseorang, kelompok orang,
1) Musyawarah untuk mencapai lembaga atau badan hukum dalam bentuk
mufakat, 2) Mediasi, (mediasi yang uang tunai, termasuk dalam pengertian
dimaksud adalah penyelesaian seng- uang adalah surat berharga.36 Wakaf tunai
keta dengan bantuan pihak ketiga merupakan bentuk wakaf produktif
(mediator) yang disepakati oleh para dengan mekanisme investasi dana wakaf
pihak yang bersengketa), dan 3) Arbitrase dan menyalurkan hasil dari pokok modal
(Arbitrase yang dimaksud adalah yang diinvestasikan. Membandingkannya
154 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

dengan wakaf tanah misalnya, wakaf Di Indonesia, wakaf tunai (cash


tanah hanya dinikmati oleh masyarakat waqf) juga telah dikuatkan dengan diter-
yang berdomisili di sekitar harta wakaf bitkannya keputusan fatwa Majelis Ulama
tersebut berada. Sementara masyarakat Indonesia tentang Wakaf Uang, yang
miskin berdomisili di berbagai tempat, pokok putusannya berisi:39 “Wakaf uang
sehingga dibutuhkan sumber pendanaan (cash waqf atau waqf al-nuqud) adalah
baru yang tidak terikat tempat dan wakaf yang dilakukan seseorang,
wakatu. Sebab uang bersifat fleksibel dan kelompok orang, lembaga atau badan
tidak mengenal batas wilayah pendistri- hukum dalam bentuk uang tunai.
busian. Termasuk ke dalam pengertian uang
Dalam sejarahnya, wakaf tunai telah adalah surat-surat berharga. Wakaf uang
dijalankan sejak awal abad kedua hijriyah. hukumnya jawaz (boleh).
Bukhari meriwayatkan bahwa Imam Az- Dari segi kemanfaatannya, menurut
Zuhri (w. 124 H.) salah seorang ulama Antonio40, wakaf uang dewasa ini mem-
terkemuka dan peletak dasar tadwin al- punyai empat manfaat utama, pertama,
hadis telah menetapkan fatwa itu. wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi
Sebagaimana ditulis dalam Shahih sehingg seseorang yang memiliki dana
Bukhari juz 9 halaman 330 sebagai terbatas sudah bisa mulai memberikan
berikut: dana wakafnya tanpa harus menunggu

‫ض‬ ‫اب َواْل ُكَر ياع َواْلعُُرْو ي‬ ‫َّو ي‬ ‫ي‬ menjadi tuan tanah terlebih dahulu.
َ ‫اب َوقْف الد‬ ُ َ‫ب‬ Kedua, melalui wakaf uang, aset-aset
‫ت وقَ َال ال يذه ير ي‬ ‫يواْ َّ ي ي‬ yang berupa tanah-tanah kosong bisa
‫ف‬ َ ْ‫ي فْي َم ْن َج َع َل أَل‬ ُ ْ َ ‫لصام‬ mulai dimanfaatkan dengan pembangunan
‫ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬
ُ‫ديْنَا ٍر ي ِْف َسبيْي يل اهلل َوَدفَ َع َها ا ََل غُ ََليم لَه‬
gedung atau diolah untuk lahan pertanian.
Ketiga, dana wakaf tunai juga bisa
‫دق َُةَ َُ ليْل َم َسا‬
َ ‫ص‬ ‫ي ي‬
َ ُ‫ت َُاج ٍر ِبَا َو َج َع َل يرْْبَه‬ َ
membantu sebagian lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang cash flow-nya
‫ْي َه ْل ليَّر ُج يل أَ ْن يَأْ ُك َل يم ْن يربْ يح‬
َ ْ ‫ْي َواَّْلَقْ َربي‬‫كي ْ ي‬ terkadang kembang kempis dan menggaji
civitas akademika alakadarnya. Keempat,
‫ف َشْيئُا َواي ْن ََلْ يَ ُك ْن َج َع َل يرْْبَ َها‬ ‫ك اَّْلَلْ ي‬ ‫ي‬
َ ‫َذال‬
pada gilirannya, Insya Allah, umat Islam
dapat lebih mandiri dalam mengem-
‫س لَهُ اَ ْن يَأْ ُك َل‬ ‫يي‬ ‫َ ي‬
َ ‫ص َدقَةُ ِف اْملَ َساك ْْي قَ َال لَْي‬
bangkan dunia pendidikan tanpa harus
terlalu tergantung pada anggaran pen-
37
‫يمْن َها‬ didikan negara yang memang semakin
lama semakin terbatas.
Ulama madzhab Hanafi memboleh- Bila kemudian wakaf tunai hendak
kan wakaf uang dinar dan dirham sebagai diterapkan dalam dunia pendidikan, masih
pengecualian atas dasar istihsan bi al-‘urf, menurut Antonio, ada tiga filosofi dasar
berdasarkan atsar Abdullah ibn Mas’ud yang harus ditekankan. Pertama, alokasi
ra: “apa yang dipandang baik oleh kaum cash waqf harus dilihat dalam bingkai
muslimin maka dalam pandangan Allah “proyek yang terintegrasi”, bukan bukan
adalah baik, dan apa yang dipandang bagian-bagian dari biaya yang terpisah.
buruk oleh kaum muslimin maka Contohnya adalah anggapan dana wakaf
pandangan Allah pun buruk”.38 Hanya akan habis bila dipakai untuk membayar
madzhab ini yang secara tegas mem- gaji guru atau upah bangunan, sementara
bolehkan praktek wakaf tunai sebagai wakaf harus abadi. Kedua, asas kesejah-
implikasi dari dibolehkannya wakaf benda teraan nadzir. Sering kali nadzir diposisi-
bergerak secara tegas pula. kan kerja asal-asalan atau lillahi ta’ala,
155 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

sebagai akibatnya seringkali pula kinerja Kuatnya pengaruh bahwa wakaf


nadzir asal-asalan juga. Inilah saatnya identik dengan wakaf harta benda tak
menjadikan nadzir sebagai profesi yang bergerak khususnya tanah dan
memberikan kesejahteraan dan harapan bangunan. Hal ini dipengaruhi oleh 2
masa depan. Ketiga, asas transparansi dan aspek (1) keyakinan ajaran (madzhab)
accountability, di mana badan wakaf dan yang dianut yakni mayoritas madzhab
lembaga yang membantunya harus Syafii, (2) budaya lokal (local culture/
melaporkan setiap tahun tentang proses community image). Hal tersebut yang
pengelolaan dana kepada umat dalam secara implikatif mempengaruhi proses
bentuk aMdited finaniial report.41 sosialisasi konsep wakaf tunai pada
Di dunia pendidikan, tidak dapat masyarakat, apalagi masyarakat cen-
dipungkiri bahwa nama-nama lembaga derung patuh terhadap figur ketika
Islam terkemuka seperti al-Azhar memutuskan untuk mengikuti sebuah
University Cairo, Universitas Zaituniyyah ajaran keagamaan yang tergolong tidak
di Tunisia dan ribuan Madaris Imam familier.43Juga terasa aneh kedengaran-
Lisesi di Turki, Universitas Nizamiyah di nya, sadaqah yang sudah lazim berupa
Baghdad, dan lain sebagainya bukanlah uang saja sulit untuk melaksanakan
lembaga pendidikan yang fully profit apalagi sadaqah atas nama wakaf
oriented. Mereka merupakan lembaga berupa uang.
yang bercorak sosial. Secara operasional
c. Model Peruntukan
tidak mungkin lembaga tersebut akan
bertahan hingga sekarang bila meng- Tidak mudah memang mengelola
harapkan subsidi pemerintah, dan tidak investasi untuk disalurkan pada sektor
mungkin hanya mengandalkan sum- riil. Namun demikian bidang-bidang
bangan masyarakat. Anehnya lembaga- tertentu bisa dijadikan lahan untuk
lembaga tersebut bisa memberikan bea- menyalurkan manfaat wakaf tunai agar
siswa bagi jutaan mahasiswa di seluruh bisa cepat dirasakan oleh masyarakat.
dunia. Pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial,
Di Indonesia, Pondok Modern usaha kecil menengah, dan bidang-
Gontor Ponorogo, Badan Wakaf bidang potensial lainya bisa menjadi
Universitas Islam Indonesia (UII) lahan garapan dalam pengembangan
Yogyakarta, dan Pesantren Tebuireng wakaf tunai, hanya saja kendala teknis
Jombang, merupakan beberapa potret di lapangan tidak mudah. Misalnya,
pelembagaan wakaf yang dikembangkan dalam hal usaha kecil mikro,
dalam bentuk investasi yang manfaatnya peruntukan dana wakaf sedianya untuk
dipergunakan untuk pengembangan pen- masyarakat kecil, namun sayangnya
didikan.42 Tidak heran bila beberapa mereka tidak bisa menunjukkan
lembaga pendidikan yang berbasis wakaf kelayakan usaha yang hendak dibantu.
di Indonesia tidak bisa berkembang Sasaran akhirnya adalah kemandirian,
mandiri dan selalu bergantung pada sementara atas nama wakaf, masya-
subsidi pemerintah dan donasi masya- rakat selalu bergantung sebagai amal
rakat. Hal ini memang tidak terlepas dari jariyah cuma-cuma.44
kendala-kendala yang melekat guna c. Nadzir hanya Lembaga Keuangan
pengembangan wakaf tunai ke depan. Syariah
Adapun kendala pengembangan wakaf
tunai dintaranya: Berdasarkan UU No. 41 tahun 2004,
bahwa untuk kasus wakaf tunai nadzir
a. State of mind yang diberi wewenang untuk
156 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

mengelola adalah lembaga keuangan Perlunya rekonstruksi konsep fiqh


syariah yang ditunjuk oleh menteri.45 wakaf, diamati oleh Uswatun Hasanah,
Pemerintah menyatakan bahwa pengelo- staf pengajar Program Pascasarjana
laan wakaf tunai melalu lembaga Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
keuangan syariah ini atas dasar didasarkan salah satunya pada pengelo-
pertimbangan keuangan. Mestinya laan wakaf di Indonesia yang sangat
penyerahan dan pengelolaan wakaf memprihatinkan. Ia menunjukkan bahwa
tunia tak hanya diserahkan kepada karena faktor ketidakprofesionalan dalam
lembaga keuangan syariah, karena ada penanganan harta benda wakaf, banyak
lembaga lain yang mampu mengelola yayasan pendidikan yang berasal dari
wakaf tunai tersebut dengan pro- harta benda wakaf terlantar. dan tidak
fesional dan diyakini mampu menjaga berkembang atau bahkan “gulung tikar“.
keamanan wakaf. Ada dua hal yang Yayasan semacam ini, di Indonesia
dicermati dari penyerahan dan jumlahnya sangat banyak. Inilah salah
pengelolaan wakaf tunai oleh lembaga satu ide dasar munculnya istilah wakaf
keuangan syariah, (1) lembaga keuangan produktif.
syariah adalah lembaga profit dan Kesadaran masyarakat untuk meng-
komersial, ia juga harus memikirkan amalkan tingkat religiusitasnya dengan
pendayagunaan sosial wakaf, yang cara wakaf memang cukup tinggi. Namun
ditakutkan adalah dana wakaf tersebut sayangnya, banyak aset wakaf yang
justru menyokong kegiatan komersial- tingkat pendayagunaannya stagnan, dan
nya sendiri, sehingga bahwa wakaf itu tidak sedikit yang tidak berkembang sama
harus diberikan manfaat ekonomi bagi sekali. Penyebabnya adalah umat Islam
umat, ddan (2) tereduksinya peran dan pada umumnya mewakafkan tanah,
pemberdayaan masyarakat dalam hal- namun kurang memikirkan biaya opera-
hal produktif, sementara intinya adalah sional sekolah, sehingga yang harus
kapabilitas, kredibilitas, profesionalitas dilakukan adalah pengembangan wakaf
dari nadzir, bukan status nadzir yang produktif untuk mengatasi hal tersebut.
akan mengelola wakaf tunai.46 Pilihan menganut manajemen modern
d. Perangkat aturan hukum menjadi niscaya dan harus dilakukan serta
kelaziman bahwa harta benda wakaf
Sebagai acuan bertindak dalam adalah hanya harta benda tak bergerak
masalah wakaf di Indonesia, UU No. harus segera diubah bahwa harta benda
41 tahun 2004 belum memiliki aturan wakaf bergerak juga bisa diwakafkan dan
turunan dalam bentuk Peraturan potensial untuk dikembangkan. Keteri-
Pemerintah (PP) sebagai petunjuk pelak- katan dengan pemahaman yang diyakini
sana (juklak) operasional. Beberapa dan kualitas nadzir yang tidak futuristik
pasal yang disebutkan bergantung pada dalam mengelola aset wakaf menyebab-
kehadiran Peraturan Pemerintah, misal- kan potensi harta wakaf tidak berkembang
nya tentang detail mengenai ketentuan semestinya.48
wakaf benda bergerak berupa uang.45 Dua hal yang dilakukan adalah
Namun demikian, spirit religiusitas (1) manajemen kenadziran. Hal yang
harus mengalahkan segalanya demi harus diperhatikan pula adalah profesiona-
kepentingan sosial dan yang terpenting litas nadzir, baik mengenai (1) kredibilitas
adalah prinsip kemaslahatan harus terkait dengan kejujuran, (2) profesionalitas
selalu dikedepankan, sesuai dengan terkait dengan kapabilitas, maupun
koridor hukum yang berlaku. (3) kompensasi terkait dengan upah pen-
2. Wakaf Produktif dayagunan sebagai implikasi profesionali-
157 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

tasnya, (2) peruntukan aset wakaf. Kemung- mewujudkannya sesegera mungkin dilaku-
kinan alih fungsi (rubah peruntukan)dan kan transformasi yang meliputi
relokasi menjadi kemestian yang harus (1) transformasi paradigma relijiusitas
dilakukan untuk pengembangan aset dalam bentuk aksi yang diawali dengan
wakaf yang boleh jadi juga terpengaruh tidak hanya statis pada keyakinan ajaran
oleh mekanisme pasar yang mempenga- yang dipegangi tetapi dengan membuka
ruhi kebutuhan peruntukan aset wakaf horizon pemahaman yang lebih luas,
agar lebih produktif. (2) transformasi relijius menjadi aksi
Pengelolaan dan pengembangan sosial, (3) transformasi harta tak bergerak
harta benda wakaf dilakukan secara diperluas untuk barang yang bergerak,
produktif dapat dilakukan dengan ber- (4) transformasi peruntukan yang stagnan
bagai cara. Kategori produktif47 yang menjadi dinamis ke arah produktif.
dapat dilakukan antara lain: cara pengum-
pulan, investasi, penanaman modal, DAFTAR PUSTAKA
produksi, kemitraan, perdagangan, agro-
bisnis, pertambangan, perundustrian, Abil Mawahib bin Ahmad Abdul Wahab
pengembangan teknologi, pembangunan (t.t.). Mizan al-Kubro. Mesir: Dar
gedung, apartemen, rumah susun, pasar Ahya al-Kutub al-‘Arabiyyah.
swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana
pendidikan, sarana kesehatan, usaha- Abu Zahrah (1971). Mhadharat fi al-
usaha yang tidak bertentangan dengan Waqo. Beirut: Dar al-Fikr al-‘Arabi.
syariah. Akh. Minhaji (2005). “Nation State dan
Dalam hal pengelolaan dan pengem- Implikasinya Terhadap Pemikiran
bangan harta benda wakaf diperlukan dan Implementasi Hukum Wakaf”,
penjamin, maka diperlukan lembaga Kata Pengantar dalam Abdul Ghofur
penjamin syariah. Lembaga tersebut Anshori, Hukum dan Praktik Per-
adalah badan hukum yang menyeleng- wakafan di Indonesia. Yogyakarta:
garakan kegiatan penjamin atas suatu Pilar Media.
kegiatan usaha yang dapat dilakukan
Al-Baijuri (t.t.). Hasyiyah al-Baijuri.
antara lain melalui skim asuransi syariah
Beirut: Dar al-Fikr, II.
atau skim lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang Ali Fikri (1938). Al-Mu’amalat al-
berlaku. Maliyah wa al-Adabiyah. Mesir:
Pengembangan dan pengelolaan Mushthafa al-Babi al-Halabi.
fungsi aset wakaf secara produktif Asy-Syarbini (t.t.). Mugni al-Muhtaj.
merupakan upaya menghidupkan kembali Kairo: Musthafa Halabi.
harta wakaf yang statis atau cenderung
mati. Pengembangan wakaf ini juga bisa Bukhari (t.t.). Shahih Bukhari. Mesir: Dar
ditopang dengan dikembangkannya konsep al-Fikr al-Mu’ashir.
wakaf tunai. Chaidar S. Bamualim & Irfan Abubakar
(ed.) (2005). Revitalisasi Filantropi
III. KESIMPULAN Islam: Studi Kasus Lembaga Zakat
dan Wakaf di Indonesia. Jakarta:
Wakaf sebagai salah satu ajaran
PBB UIN Syahid.
agama sejatinya harus segera membumi
sehingga amanat UU dengan kata Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
“kesejahteraan umum” yang menihilkan tentang Wakaf Uang.
sekat keyakinan cepat terwujud. Untuk Harian Umum Republika.
158 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

Inpres No. 1 tahun 1999 tentang Sayyid Sabiq (1977). Fiqhu as-Sunnah.
Kompilasi Hukum Islam. Lebanon: Dar al-‘Arabi.
Juhaya S. Praja (1995). Perwakafan di Tuti A. Najib & Ridwan al-Makassary
Indonesia: Sejarah, Pemikiran, (ed.). (2006). Wakaf, Tuhan dan
Hukum dan Perkembangannya. Agenda Kemanusiaan: Studi tentang
Bandung: Yayasan Piara. Wakaf dalam Perspektif Sosial di
M. Dawam Rahardjo (2004). Indonesia. Jakarta: CRCS UIN
“Menegakkan Syariat Islam di Syahid.
Bidang Ekonomi” dalam Adiwarman UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Azwar Karim, Bank Islam: Analisis
Wahbah Zuhaili (1985). Al-Fiqh al-
Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
Islamiy wa ‘Adillatuhu. Mesir: Dar
Rajawali Press.
al-Fikr al-Mu’ashir.
Mohammad Daud Ali (1988). Sistem
Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf. Catatan akhir:
Jakarta: UI Press. 1
Akh. Minhaji (2005). “Nation State dan
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi Implikasinya Terhadap Pemikiran dan
(2004). Hukum Wakaf: Kajian Implementasi Hukum Wakaf”, Kata Pengantar
dalam Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik
Kontemporer Pertama dan Terleng- Perwakafan di Indonesia, (Yogyakarta: Pilar
kap tentang Fungsi dan Pengelolaan Media), hlm. xxi.
Wakaf serta Penyelesaian atas Seng- 2
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, juz 3. Bairut:
keta Wakaf, Terj. Ahrul Sani Dar al-Fikr, tt., h. 515.
Faturrahman & Rekan KMCP. 3
Juhaya S. Praja (1995). Perwakafan di
Jakarta: Dompet Dhuafa Republika & Indonesia: Sejarah, Pemikiran, Hukum dan
IIMaN. Perkembangannya. (Bandung: Yayasan Piara),
hlm. 6.
Muhammad ibn Bakar ibn Mandzur al- 4
Mishri (1301 H). Lisan al-‘Arab. Abu Zahrah (1971). Muhadharat fi al-Waqf.
(Beirut: Dar al-Fikr al-‘Arabi), hlm. 41
Bulaq: Al-Mishriyah, Jilid 11. 5
Wahbah Zuhaili. Al-Fiqh al-Islamiy, hal.
Muhammad Syafii Antonio (2004). “Kata 7599-7502; Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi
Pengantar” dalam Muhammad Abid (2004). Hukum Wakaf: Kajian Kontemporer
Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf: Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan
Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas
Kajian Kontemporer Pertama dan Sengketa Wakaf, Terj. Ahrul Sani Faturrahman &
Terlengkap tentang Fungsi dan Rekan KMCP. (Jakarta: Dompet Dhuafa
Pengelolaan Wakaf serta Penye- Republika & IIMaN), hlm. 38-60.
lesaian atas Sengketa Wakaf, Terj. 6
Al-Syaukani, Nailul al-Autar, juz 6, Mesir:
Ahrul Sani Faturrahman & Rekan Mustafa Baby al- Halaby, tt., h. 24. Lihat juga
KMCP. Jakarta: Dompet Dhuafa Muslim (t.t.). Shahih Muslim. (Mesir: Dar al-Fikr
Republika & IIMaN. al-Mu’ashir), Juz 8, hlm. 405
7
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 3, Bairut:
Muslim (t.t.). Shahih Muslim. Mesir: Dar Dar Al-Fikr, tt., h. 196. Muslim, Shahih Muslim,
al-Fikr al-Mu’ashir. juz 2, Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al- Arabiyah,
tt., h. 14
Nawawi (t.t.). al-Raudhah. Beirut: Dar al-
Kutub al-‘Ilmiah, Juz IV.
8
Asy-Syarbini (t.t.). Mughni al-Muhtaj,
(Kairo: Mushthafa Halabi), Juz II, hlm. 376.
PP No. 28 tahun 1977 tentang Perwakafan 9
Ibid
Tanah Milik 10
Di bawah pengampuan menurut al-Bajuri
meliputi 2 jenis yaitu (1) orang yang berhutang,
159 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

dan (2) orang yang sedang sakit parah (penyakit mengalami kontekstualisasi makna. Lihat M.
cenderung mematikan). Lihat al-Baijuri (t.t.). Dawam Rahardjo (2004). “Menegakkan Syariat
Hasyiyah al-Baijuri. (Beirut: Dar al-Fikr), II, hlm. Islam di Bidang Ekonomi” dalam Adiwarman
44. Azwar Karim. Bank Islam: Analisis Fiqih dan
11 Keuangan. (Jakarta: Rajawali Press), hlm. xx.
Wahbah Zuhaili. Al-Fiqh al-Islamiy, hlm.
23
153. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
12 pasal 8 ayat (1).
Pandangan ini yang dijadikan dasar dalam
24
UU No. 41 Tahun 2004 yang membolehkan wakaf Ibid
untuk jangka waktu tertentu atau muaqqat.
Republika, Jum’at, 17 September 2004,
25
13
Wahbah Zuhaili. Al-Fiqh al-Islamiy, hlm. “Panja RUU Wakaf sepakat, Non-Muslim bisa
7599-7502; Al-Kabisi. Hukum Wakaf, hlm. 38-60; jadi Wakif”.
Abu Zahrah. Muhadharat fi al-Waqf, hlm. 34; Ali 26
Ibid
Fikri (1938). Al-Mu’amalat al-Maliyah wa al-
27
Adabiyah. (Mesir: Mushthafa al-Babi al-Halabi), Harta benda wakaf tidak boleh dijadikan
hlm. 311. jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan,
14 ditukar, atau dialihkan dalam bentuk hak lainnya.
Nawawi (t.t.). al-Raudhah. (Beirut: Dar al-
Terhadap harta benda wakaf yang ditukar baik
Kutub al-‘Ilmiah), Juz IV, hlm. 379
status, fungsi dan fisiknya atas persetujuan Badan
15
Tuti A. Najib & Ridwan al-Makassary (ed.) Wakaf Indonesia dengan salah satu
(2006). Wakaf, Tuhan dan Agenda Kemanusiaan: pertimbangannya adalah kepentingan umum
Studi tentang Wakaf dalam Perspektif Sosial di menyesuaikan Rencana Umum Tata Ruang
Indonesia. (Jakarta: CRCS UIN Syahid), hlm. 39. (RUTR) sesuai dengan UU dan tidak bertentangan
16 dengan syariah. UU No. 41 Tahun 2004 tentang
Mohammad Daud Ali (1988). Sistem
Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Wakaf pasal 40, 41.
28
Press), hlm. 93 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
17 dimaksud dalam pasal 11, nadzir dapat menerima
Sayyid Sabiq (1977). Fiqhu as-Sunnah.
(Lebanon: Dar al-‘Arabi), hlm. 387; Abil imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan
Mawahib bin Ahmad Abdul Wahab (t.t.). Mizan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya
tidak melebihi 10% (sepuluh persen). UU No. 41
al-Kubro. (Mesir: Dar Ahya al-Kutub al-
Tahun 2004 tentang Wakaf pasal 12.
‘Arabiyyah), hlm. 228.
29
17 UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Abu Zahrah. Muhadharat fi al-Waqf, hlm.
51-52. pasal 16.
30
19 Juhaya S. Praja. Perwakafan di Indonesia,
Al-Kabisi. Hukum Wakaf, hlm. 95
hlm. 3.
20
Ibid
Republika, Jum’at, 10 September 2004,
31
21
UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf “Menimbang Badan Wakaf Indonesia”.
pasal 1 ayat (1). 32
Lihat Chaider S. Bamualim dan Irfan
22
Menurut Dawam Rahardjo, pengertian Abubakar. Revitalisasi Filantropi Islam.
Syariah itu tidak identik dengan Syariah itu 33
UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
sendiri. Syariah dalam pengertian kedua adalah
wahyu Tuhan itu sendiri dan Sunnah rasul yang pasal 62 dan penjelasannya.
34
pengertiannya sama dengan thariq, sabil, dan UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
manhaj, yaitu jalan (way). Sedangkan Syariah pasal 28-31.
dalam arti kedua masih memerlukan penjelasan 35
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan interpretasi. Setelah berbentuk interpretasi tentang Wakaf Uang.
dalam bentuk Syariah yang pertama, maka ia telah
36
menjadi ilmu yang kebenarannya relatif dan Bukhari (t.t.). Shahih Bukhari. (Mesir: Dar
karena itu beragam. Di sinilah Syariah yang al-Fikr al-Mu’ashir), Juz 9, hlm. 330.
pertama telah mengalami rasionalisasi menurut 37
Wahbah Zuhaili. Al-Fiqh al-Islamiy, hlm.
metode ilmiah. Hasilnya adalah konsep bank 162
Syariah. Sementara istilah “bank Syariah“ sendiri 38
sebenarnya adalah khas Indonesia yang tidak Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dijumpai di negara-negara lain, yang seringnya tentang Wakaf Uang.
dengan sebutan “bank Islam” (Islamic bank). Hal
inilah yang menunjukkan bahwa bank Islam telah
160 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160

Muhammad
39
Syafii Antonio. “Kata 44
UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Pengantar” dalam Al-Kabisi. Hukum Wakaf, hlm. pasal 28.
xiv 45
Republika, Jum’at, 01 Oktober 2004,
40
Ibid., hlm. xv. “Pengelolaan Wakaf Tunai Hanya oleh Lembaga
41 Keuangan Syariah”.
Chaidar S. Bamualim & Irfan Abubakar
46
(ed.). Revitalisasi Filantropi Islam, hlm. 217-296. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
42 pasal 31.
Tim Penyusun Buku (2007). Strategi
Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia. Republika, 30 April
47
2004, “Perlu
(Jakarta: Depag RI), hlm. 7-8 Rekonsepsi Fikih Wakaf”.
43 48
Ibid., hlm. 72. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
pasal 43 ayat (2) dan penjelasannya.

Anda mungkin juga menyukai