Wakaf Dalam Perspektif Fikhi Dan Hukum N c4733710
Wakaf Dalam Perspektif Fikhi Dan Hukum N c4733710
Abstract: Waqf is one of philanthropy institutions in Islam. Debates on which have been
coloring of dynamical thought of Islam law, occurred since classical Islamic scholar until
modern one. Topics is concerning with existenie of waqif, mauquf ‘alaih (nadzir), mauquf
(object), and sighat (proclamation). Fiqh and Indonesian rule, called UU (red. Act) are
giving deepest attention and analysis. The latest makes combination and accommodation
to reconstruct and widen of the implementation scope of waqf. It is due to reinterpretation
derived from earliest concept, and public welfare reached is as final objeitive of its
philanthropy based on new interpretation. This paper is also going to elaborate some
new issues like cash waqf (waqf al-nuqud) and productive waqf, emerged from lack of
propessionalism and mismanagement of waqf object. Tese elaborations presented to
analysis content substance of the Act 41/2004 as compromised solution conducted by the
Rule.
bahwa tulisan ini tidak akan memper- Menurut istilah meskipun terdapat
bincangkan perdebatan tentang keber- perbedaan penafsiran, disepakati bahwa
adaan istilah fiqh secara umum, tetapi makna wakaf adalah menahan dzatnya
terkonsentrasi pada wacana fiqh klasik benda dan memanfaatkan hasilnya atau
tentang wakaf dan hal-hal yang terkait. menahan dzatnya dan menyedekahkan
Hukum nasional yang dimaksud adalah manfaatnya.4 Adapun perbedaan pen-
semua aturan yang dibuat oleh aparatur dapat para ulama fiqh dalam men-
negara, baik pemerintah maupun Dewan. definisikan wakaf diakibatkan cara
Tetapi fokus hukum nasional yang penafsiran dalam memandang hakikat
dianalisis dalam tulisan ini adalah UU No. wakaf. Perbedaan pendangan tersebut
41 tahun 2004 tentang wakaf, meskipun dapat diuraikan sebagai berikut:5
tidak menutup kemungkinan juga Menurut Abu Hanifah “Wakaf
mengambil aturan hukum nasional yang adalah menahan suatu benda yang
lain. Tulisan ini menggunakan pendekatan menurut hukum, tetap miliki si wakaf
deskriptif referensial dengan nuansa dalam rangka mempergunakan man-
kajian fiqh muamlat dan hukum Islam, faatnya untuk kebajikan”. Berdasarkan
yang selalu mengalami perubahan seiring definisi itu maka pemilikan harta
dengan bersentuhannya institusi wakaf wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan
dengan realitas sehingga keniscayaan ia dibenarkan menariknya kembali dan
munculnya ijtihad baru tak terelakkan. ia boleh menjualnya. Jika si wakif
wafat, harta tersebut menjadi harta
II. PEMBAHASAN warisan buat ahli warisnya. Jadi yang
A. Wakaf dalam perspektif Fikhi timbul dari wakaf hanyalah “menyum-
bangkan manfaat”. Karena itu madzhab
Wakaf dilihat dari sudut fiqh meng- Hanafiyah mendefinisikah “wakaf
alami perbincangan yang sangat menarik, adalah tidak melakukan suatu tindakan
meskipun terkadang objek perbincangan- atas suatu benda, yang berstatus tetap
nya lebih menitik-beratkan pada unsur sebagai hak milik, dengan menye-
wakaf. Menariknya pula baik ulama dekahkan manfaatnya kepada suatu
klasik maupun modern tidak akan lepas pihak kebajikan (sosial), baik sekarang
dari kajian tersebut. Secara sistematis sub maupun akan datang”.
bab ini mengkaji pengertian, dasar Madzhab Maliki berpendapat bahwa
hukum, unsur, bentuk-bentuk wakaf. wakaf itu tidak melepaskan harta yang
1. Pengertian Wakaf diwakafkan dari kepemilikan wakif,
namun wakaf tersebut mencegah wakif
Wakaf, berasal dari bahasa Arab al-
melakukan tindakan yang dapat me-
waqf bentuk masdar dari kata
lepaskan kepemilikannya atas harta
“waqafa-yaqifu-waqfan Kata al-waqf
tersebut kepada yang lain dan wakif
semakna dengan al-habs bentuk
berkewajiban menyedekahkan manfaat-
masdar dari “habasa-yahbisu-habsan”
nya serta tidak boleh menarik hartanya
artinya menahan.2 Dalam bahasa Arab,
untuk digunakan oleh mustahiq
istilah wakaf kadang-kadang bermakna
(penerima wakaf), walaupun yang
objek atau benda yang diwakafkan (al-
dimilikinya itu berbentuk upah, atau
mauquf bih) atau dipakai dalam
menjadikan hasilnya untuk dapat
pengertian wakaf sebagai institusi
digunakan seperti mewakafkan uang.
seperti yang dipakai dalam perundang-
Wakaf dilakukan dengan mengucapkan
undangan Mesir. Di Indonesia, term
lafadz wakaf untuk masa tertentu
wakaf dapat bermakna objek yang di-
sesuai dengan keinginan pemilik.
wakafkan atau institusi.3
145 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160
dapat yang dikemukakan oleh Syafi’i wakaf. Definisi akad disini adalah
dan Malik. Alasannya adalah hadis suatu bentuk perbuatan hukum
riwayat Ibn Umar, yang tersurat bahwa (tasharruf) yang mengakibatkan
benda wakaf tidak boleh dijual, dihibah- adanya kemestian penataan kepada apa
kan, dan diwariskan. yang dinyatakan dari kehendak per-
Perubahan status, penggantian benda buatan hukum itu oleh pihak yang
dan tujuan wakaf, sangat ketat peng- berkepentingan, kendatipun pernyataan
aturannya dalam madzhab Syafi’i. itu dari sepihak saja. Akad dalam
namun demikian, berdasarkan keadan pengertian kesepakatan dari dua belah
darurat dan prinsip mashlahah, pihak yang berkehendak melakukan
dikalangan para ulama fiqh perubahan suatu perikatan digambarkan dengan
itu dalam dilakukan. Ini disandarkan ijab dan qabul seperti yang terjadi
pada pandangan agar manfaat wakaf dalam jual beli, sewa menyewa, dan
itu tetap terus berlangsung sebagai sebagainya, sehingga tidaklah berlaku
sadaqah jariyah, tidak mubadzir dalam pengertian akad wakaf.19
karena rusak, tidak berfungsi lagi dan Di samping penjelasan tersebut di
sebagainya.17 atas, al-Kabisi lebih dahulu memper-
Imam Ahmad berpendapat bahwa tanyakan apakah wakaf termasuk akad
boleh menjual benda wakaf atau yang menimbulkan tasharruf (perbuatan
menukarnya, menggantinya, memin-
[ hukum) yang menimbulkan prestasi
dahkannya, dan menggunakan hasil akibat hukum yang telah disetujui atau
penjualan tersebut untuk kemudian al-iqa’ (pelimpahan) yang tidak menim-
digunakan lagibagi kepentingan wakaf. bulkan akibat hukum, hanya pelim-
Abu Yusuf, murid Hanafi, berpendapat pahan atau penyerahan yang instrinsik
bahwa benda wakaf tersebubt boleh di dalamnya adalah amanat dan
dijual dan menggunakan hasil pen- tanggung jawab untuk menjalankannya.
jualantersebut. Sedangkan Muhammad, Ia cenderung berpendapat bahwa wakaf
murid Hanafi juga, berpendapat bahwa merupakan akad al-‘iqa’ (pelimpahan)
kalau benda wakaf tersebut sudah tidak karena fokus wakaf adalah pendaya-
berfungsi lagi atau rusak, maka benda gunaan yang sifatnya sosial dengan
tersebut kembali kepada pemilik per- perspektif kebutuhan sosial juga,
tama atau wakif.18 bukan kontraktual.20
d. Shighat (pernyataan atau ikrar
4. Bentuk-bentuk wakaf
wakif)
a. Wakaf Ahli
Shighat atau ikrar adalah pernyataan
penyerahan harta benda wakaf oleh Wakaf ahli yaitu wakaf yang
wakif. Dalam hal ini perbedaan yang ditujukan kepada orang-orang tertentu,
muncul adalah bentuk pernyataan seorang atau lebih, baik keluarga si
apakah lisan, kinayah atau tindakan. wakif atau bukan. Wakaf ahli juga
Sementara dalam hal akad wakaf, sering disebut wakaf dzurri atau wakaf
semua madzhab menyatakan bahwa ‘alal aulad yakni wakaf yang diper-
wakaf adalah akad tabarru’ yaitu untukan bagi kepentingan dan jaminan
transaksi sepihak yang sah sebagai sosial dalam lingkungan keluarga atau
suatu akad yang tidak memerlukan lingkungankerabat sendiri.21
kabul dari pihak penerima dan Dalam satu segi, wakaf ahli ini
dicukupkan dengan ijab si wakif. Akad mempunyai dua aspek kebaikan, yaitu
tidaklah menjadi syarat dalam akad (1) kebaikan sebagai amal ibadah
wakaf, (2) kebaikan silaturrahmi
150 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160
terhadap keluarga yang diberikan harta tentang wakaf dan terkadang mengambil
wakaf. Namun, pada sisi lain wakaf dari aturan hukum nasional lain dengan
ahli sering menimbulkan masalah, porsi seperlunya saja seperti Peraturan
seperti bagaimana jika keturunan yang Pemerintah (PP) atau Instruksi Presiden
ditunjuk sudah tidak ada lagi? Siapa (Inpres). Beberapa peraturan yang
yang berhak mengambil manfaat benda menaungi wakaf dimunculkan dalam
(harta wakaf) itu? Bagaimana jika tulisan ini, karena sesuai dengan bunyi
keturunan si wakif berkembang sangat pasal 70 UU No. 41 tahun 2004, bahwa:
banyak sehingga menyulitkan peme- “Semua peraturan perundang-undangan
rataan dalam pembagian hasil harta yang mengatur mengenai perwakafan
wakaf? Bagaimana bila keturunan masih tetap berlaku sepanjang tidak
wakif tidak bersedia lagi mengurus bertentangan dan/atau belum diganti
harta wakaf, siapa yang berwenang dengan peraturan yang baru berdasarkan
mengemban amanat untuk mengelola undang-undang ini”
harta wakaf? Dan seterusnya. Pembahasan ini diawali dengan
pengertian, tetapi perlu diingat bahwa
b. Wakaf Khoiri pengertian atau definisi wakaf secara
Wakaf khoiri yaitu wakaf yang institusional pun beraga. Keragaman
secara tegas untuk kepentingan ke- definisi ini sebagai akibat dari perbedaan
agamaan atau kemasyarakatan (kepen- penafsiran terhadap institusi wakas
tingan umum).22 Wakaf ini ditujukan sebagaimana yang dilakukan oleh para
untuk kepentingan umum dengan tidak mujtahid dan yang pernah dipraktekkan,
terbatas pada aspek penggunannya dan oleh masyarakat Islam.
yang mencakup semua aspek untuk Pada mulanya, definisi wakaf di
kepentingan dan kesejahteraan umat Indonesia lebih cenderung kepada definisi
manusia pada umumnya. Kepentingan yang dikemukakan oleh Syafi’iyah. PP
umum tersebut bisa untuk keagamaan, No. 28 tahun 1977 tentang Perwakafan
jaminan sosial, pendidikan, kesehatan, Tanah Milik, pasal 1 (1), berbunyi bahwa:
keamanan dan lain-lain, yang dapat “Wakaf adalah perbuatan hukum
berwujud seperti pembangunan masjid, seseorang atau badan hukum yang
sekolah, jembatan, rumah sakit, panti memisahkan sebagian dari harta kekaya-
asuhan anak yatim dan sarana sosial annya yang berupa tanah milik dan
lainnya. melembagakannya untuk selama-lamanya
Dari tinjauan penggunaannya, untuk kepentingan peribadatan atau
wakaf ini lebih banyak manfaatnya keperluan umum lainnya sesuai dengan
ketimbang wakaf ahli, karena tidak ajaran Agama Islam”.
terbatasnya pihak-pihak yang meng- Sementara dalam Inpres No. 1 tahun
ambil manfaat. Sesungguhnya jenis 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi
wakaf ini yang sesuai dengan hakikat Hukum Islam, pasal 215 (1), berbunyi
wakaf dan secara substansial, wakaf ini bahwa: “Wakaf adalah perbuatan hukum
juga merupakan salah satu cara seseorang atau sekelompok orang atau
membelanjakan (memanfaatkan) harta badan hukum yang memisahkan sebagian
di jalan Allah. dari harta benda miliknya dan melem-
bagakannya untuk selama-lamanya untuk
B. Wakaf Menurut Hukum Nasional kepentingan ibadat atau keperluan umum
lainnya sesuai dengan ajaran Islam”.
Pada sub ini lebih dikonsentrasi Jika membandingkan keduanya antara
dengan menganalisis berbagai hal seputar PP No. 7 tahun 1977 dan Inpres No. 1
wakaf berdasarkan UU No. 41 tahun 2004
151 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160
tahun 1999 terlihat pada jenis benda berjalan mulus; (3) Durasi waktu dimun-
wakaf. Dalam PP disebutkan bahwa culkan mengakomodasi madzhab Maliki
benda wakaf adalah tanah milik. yang menafsirkan adanya wakaf temporal;
Sedangkan dalam Inpres disebutkan (4) kata “keperluan umum” dirubah “kese-
bahwa benda wakaf adalah benda milik. jahteraan umum” mencerminkan sasaran
Dalam Inpres menunjukkan bahwa benda final wakaf adalah masyarakat dapat
yang dapat diwakafkan itu bukan saja menikmati wakaf sebagai salah satu
hanya tanah milik, melainkan juga dapat media yang bisa mensejahterakannya;
berupa benda milik lainnya, yang menurut (5) kata “Agama Islam” atau “Islam“
tafsir terhadap Inpres tersebut bisa benda dirubah menjadi “Syariah“.23
tetap (tak bergerak) yang disebut al-‘aqr, Dalam peraturan perundang-undangan
atau benda bergerak yang disebut al- (hukum nasional), unsur (rukun) wakaf
musya’. tidak jauh berbeda dengan penambahan-
Dinamika sosial, desakan publik dan penambahan tertentu. Mengenai wakif,
perubahan paradigma berpikir yang syarat tidak jauh berbeda dengan uraian
semakin meluas memandang wakaf fiqh, hanya UU No. 41 tahun 2004
”memaksa” lahirnya UU No. 41 tentang menambahkan syarat (1) tidak terhalang
wakaf sebagai payung hukum yang lebih melakukan perbuatan hukum, dan
kuat berskala nasional. UU tersebut (2) pemilik sah harta benda wakaf.24 Dua
mendefiniskan bahwa: “Wakaf adalah syarat tersebut diakomodasi dari berbagai
perbuatan hukum wakif untuk me- pendapat ulama fiqh.
misahkan dan/atau menyerahkan seba- Dalam UU tidak menyebutkan kata
gian harta benda miliknya untuk muslim sebagai syarat wakif, sehingga
dimanfaatkan selamanya atau untuk non muslim pun bisa menjadi wakif.25
jangka waktu tertentu sesuai dengan Pada tanggal 13 September 2004, Panitia
kepentingannya guna keperluan ibadah Kerja Pembahasan RUU Wakaf yang
dan/atau kesejahteraan umum menurut terdiri dari Pemerintah dan DPR RI telah
syariah”.22 menyepakati untuk menghapus syarat
Definisi ini tergolong definisi yang “muslim” sebagai wakif. Penghapusan
cukup longgar dan mengakomodasi muslim sebagai syarat menjadi wakif
perbedaan pendapat dikalangan ahli fiqh bertujuan untuk menghindari sebuah
dan mempertimbangkan pengembangan paradoks, karena dalam sejarah Islam dan
objek wakaf demi kemaslahatan umat. Hadis, bahwa wakaf yang diberikan oleh
Beberapa catatan yang dapat dikemuka- wakaf non muslim sah, artinya wakaf
kan adalah: (1) fleksibilitas bentuk objek tersebut diterima. Hanya saja ada catatan
wakaf dalam Inpres sebenarnya sudah bahwa wakaf yang diberikan oleh wakif
mengakomodir semua pandangan ahli non muslim hendaknya diarahkan untuk
fiqh, tetapi tertutupi oleh pandangan hal-hal yang terkait dengan kemaslahatan
hierarkhi terhadap pandangan hukum di umat bukan diperuntukan untuk tempat-
Indonesia, bahwa Peraturan Pemerintah tempat ibadah.26
(PP) lebih tinggi dari pada Intruksi Penghapusan syarat “muslim” ter-
Presiden (Inpress), sehingga dengan sebut dilakukan oleh Pemerintah dan DPR
lahirnya UU tersebut fleksibilitas tersebut RI serta dari unsur agamawan diwakili
lebih kuat payung hukumnya; (2) Kendala oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
fanatisme madzhab yang kuat di akar Untuk mencapai keputusan tersebut, tim
rumput dalam meyakini objek wakaf tersebut telah melakukan penelitian
adalah tanah (yang ia termasuk barang tak tentang pendapat dari berbagai madzhab,
bergerak), sehingga implementasi belum yang kemudian ditemukan keterangan
152 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160
bahwa wakaf yang berasal dari non No. 41 tahun 200430 membolehkan wakaf
muslim itu bisa diterima.27 dengan harta bergerak maupun harta tak
Sementara, pemaknaan istilah mauquf bergerak. Kategori yang dijelaskan dalam
‘alaih sering disebutkan dengan istilah undang-undang tersebut antara lain:
nadzir sebagai pelaksana dan pengelola (1) Benda Tidak bergerak, meliputi
wakaf. Secara spesifik dalam UU No. 41 (a) hak atas tanah, (b) bangunan/bagian
tahun 2004, pemaknaan mauquf ‘alaih bangunan yang berdiri di atas tanah
dipisahkan lebih tegas dengan men- tersebut, (c) tanaman/benda lain yang
cantumkan nadzir sebagai pengelola dan berkaitan dengan tanah, (d) hak milik atas
dengan tegas disebutkan peruntukan harta satuan rumah susun, (e) benda tidak
benda wakaf, yang konsekuensi menim- bergerak sesuai syariah dan UU;
bulkan ketatnya perubahan terhadap (2) Benda bergerak, seperti uang, logam
peruntukan harta wakaf di kemudian mulia, surat berharga, kendaraan hak atas
waktu.28 kekayaan intelektual, hak sewa dan benda
Disebutkan juga jangka waktu bergerak sesuai syariah dan UU, termasuk
wakaf, unsur ini erat kaitannya dengan mushaf, buku, kitab.
pendapat Imam Malik, yang memuncul- Dari segi akadnya, wakaf memang
kan wakaf permanen dan wakaf temporal. diakui sebagai akad sepihak dan termasuk
Unsur jangka waktu ini muncul karena akad tabarru’, yang tidak membutuhkan
perluasan makna objek wakaf sehingga qabul dari nadzir. Tetapi terhadap akad
dibolehkannya wakaf harta bergerak tersebut harus disikapi secara hati-hati
seperti uang, yang dalam istilah modern Nadzir harus dilihat profil, komitmen,
penyalurannya dalam bentuk investasi. reputasi, kredibilitas, kapabilitas dan ter-
Kembali ke konteks mauquf ‘alaih populer adalah track record (rekam jejak)
sebagai nadzir, ada beberapa hal yang sehingga akuntabilitas publiknya dapat
harus dicermati, pertama, Nadzir non diper-tanggungjawabkan. Hal terpen-ting
muslim. Dalam kasus nadzir non muslim, pula terkait dengan akad adalah dimung-
UU No. 41 tahun 2004 menegaskan kinkan timbulnya sengketa yang memer-
bahwa nadzir harus muslim, pertimbangan lukan pembuktian untuk keabsahan se-
adalah persoalan distribusi yang bermuara hingga dipersyaratkan adanya (1) dokumen
pada faktor politis keagamaan, termasuk dan (2) saksi. Keduanya bukan menjadi
di dalamnya nadzir yang berbentuk rukun tetapi alat bukti yang harus ada dan
organisasi maupun badan hukum. Kedua, dapat menguatkan keberadaan adanya
porsi konsumsi nadzir terhadap harta akad (penyerahan) wakaf. Hal inilah yang
benda wakaf. berdasarkan.29 Berdasarkan sering terjadi di masyarakat, dan ini diduga
hadis Umar ibn Khattab ra tentang wakaf adalah pengaruh madzhab Syafi’i.31
tanah Khaibar diperkenankan nadzir
mengkonsumsi hasil harta benda wakaf, C. Wakaf: Institusi Baru dalam
hanya saja batasannya adalah: (1) tidak Praktik
berlebih-lebihan, dan (2) tidak ada niat
untuk menguasai (mengambil alih status 1. Badan Wakaf Indonesia (BWI)
kepemilikan). Dalam UU disebutkan porsi Badan Wakaf Indonesia (BWI)
konsumsi adalah 10 persen dari hasil dari merupakan badan bentukan pemerintah
harta wakaf. untuk melakukan pembinaan dan
Mengenai benda wakaf, di Indonesia pengawasan nadzir dan pengelolaan
terjadi perluasan makna. Pada mulanya harta benda wakaf. Beberapa kasus
terbatas pada tanah yang termasuk terjadi misalnya, para nadzir baik
kategori harta tak bergerak. Dalam UU perorangan maupun lembaga tidak
153 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160
ض اب َواْل ُكَر ياع َواْلعُُرْو ي َّو ي ي menjadi tuan tanah terlebih dahulu.
َ اب َوقْف الد ُ َب Kedua, melalui wakaf uang, aset-aset
ت وقَ َال ال يذه ير ي يواْ َّ ي ي yang berupa tanah-tanah kosong bisa
ف َ ْي فْي َم ْن َج َع َل أَل ُ ْ َ لصام mulai dimanfaatkan dengan pembangunan
ي ي ي
ُديْنَا ٍر ي ِْف َسبيْي يل اهلل َوَدفَ َع َها ا ََل غُ ََليم لَه
gedung atau diolah untuk lahan pertanian.
Ketiga, dana wakaf tunai juga bisa
دق َُةَ َُ ليْل َم َسا
َ ص ي ي
َ ُت َُاج ٍر ِبَا َو َج َع َل يرْْبَه َ
membantu sebagian lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang cash flow-nya
ْي َه ْل ليَّر ُج يل أَ ْن يَأْ ُك َل يم ْن يربْ يح
َ ْ ْي َواَّْلَقْ َربيكي ْ ي terkadang kembang kempis dan menggaji
civitas akademika alakadarnya. Keempat,
ف َشْيئُا َواي ْن ََلْ يَ ُك ْن َج َع َل يرْْبَ َها ك اَّْلَلْ ي ي
َ َذال
pada gilirannya, Insya Allah, umat Islam
dapat lebih mandiri dalam mengem-
س لَهُ اَ ْن يَأْ ُك َل يي َ ي
َ ص َدقَةُ ِف اْملَ َساك ْْي قَ َال لَْي
bangkan dunia pendidikan tanpa harus
terlalu tergantung pada anggaran pen-
37
يمْن َها didikan negara yang memang semakin
lama semakin terbatas.
Ulama madzhab Hanafi memboleh- Bila kemudian wakaf tunai hendak
kan wakaf uang dinar dan dirham sebagai diterapkan dalam dunia pendidikan, masih
pengecualian atas dasar istihsan bi al-‘urf, menurut Antonio, ada tiga filosofi dasar
berdasarkan atsar Abdullah ibn Mas’ud yang harus ditekankan. Pertama, alokasi
ra: “apa yang dipandang baik oleh kaum cash waqf harus dilihat dalam bingkai
muslimin maka dalam pandangan Allah “proyek yang terintegrasi”, bukan bukan
adalah baik, dan apa yang dipandang bagian-bagian dari biaya yang terpisah.
buruk oleh kaum muslimin maka Contohnya adalah anggapan dana wakaf
pandangan Allah pun buruk”.38 Hanya akan habis bila dipakai untuk membayar
madzhab ini yang secara tegas mem- gaji guru atau upah bangunan, sementara
bolehkan praktek wakaf tunai sebagai wakaf harus abadi. Kedua, asas kesejah-
implikasi dari dibolehkannya wakaf benda teraan nadzir. Sering kali nadzir diposisi-
bergerak secara tegas pula. kan kerja asal-asalan atau lillahi ta’ala,
155 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160
tasnya, (2) peruntukan aset wakaf. Kemung- mewujudkannya sesegera mungkin dilaku-
kinan alih fungsi (rubah peruntukan)dan kan transformasi yang meliputi
relokasi menjadi kemestian yang harus (1) transformasi paradigma relijiusitas
dilakukan untuk pengembangan aset dalam bentuk aksi yang diawali dengan
wakaf yang boleh jadi juga terpengaruh tidak hanya statis pada keyakinan ajaran
oleh mekanisme pasar yang mempenga- yang dipegangi tetapi dengan membuka
ruhi kebutuhan peruntukan aset wakaf horizon pemahaman yang lebih luas,
agar lebih produktif. (2) transformasi relijius menjadi aksi
Pengelolaan dan pengembangan sosial, (3) transformasi harta tak bergerak
harta benda wakaf dilakukan secara diperluas untuk barang yang bergerak,
produktif dapat dilakukan dengan ber- (4) transformasi peruntukan yang stagnan
bagai cara. Kategori produktif47 yang menjadi dinamis ke arah produktif.
dapat dilakukan antara lain: cara pengum-
pulan, investasi, penanaman modal, DAFTAR PUSTAKA
produksi, kemitraan, perdagangan, agro-
bisnis, pertambangan, perundustrian, Abil Mawahib bin Ahmad Abdul Wahab
pengembangan teknologi, pembangunan (t.t.). Mizan al-Kubro. Mesir: Dar
gedung, apartemen, rumah susun, pasar Ahya al-Kutub al-‘Arabiyyah.
swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana
pendidikan, sarana kesehatan, usaha- Abu Zahrah (1971). Mhadharat fi al-
usaha yang tidak bertentangan dengan Waqo. Beirut: Dar al-Fikr al-‘Arabi.
syariah. Akh. Minhaji (2005). “Nation State dan
Dalam hal pengelolaan dan pengem- Implikasinya Terhadap Pemikiran
bangan harta benda wakaf diperlukan dan Implementasi Hukum Wakaf”,
penjamin, maka diperlukan lembaga Kata Pengantar dalam Abdul Ghofur
penjamin syariah. Lembaga tersebut Anshori, Hukum dan Praktik Per-
adalah badan hukum yang menyeleng- wakafan di Indonesia. Yogyakarta:
garakan kegiatan penjamin atas suatu Pilar Media.
kegiatan usaha yang dapat dilakukan
Al-Baijuri (t.t.). Hasyiyah al-Baijuri.
antara lain melalui skim asuransi syariah
Beirut: Dar al-Fikr, II.
atau skim lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang Ali Fikri (1938). Al-Mu’amalat al-
berlaku. Maliyah wa al-Adabiyah. Mesir:
Pengembangan dan pengelolaan Mushthafa al-Babi al-Halabi.
fungsi aset wakaf secara produktif Asy-Syarbini (t.t.). Mugni al-Muhtaj.
merupakan upaya menghidupkan kembali Kairo: Musthafa Halabi.
harta wakaf yang statis atau cenderung
mati. Pengembangan wakaf ini juga bisa Bukhari (t.t.). Shahih Bukhari. Mesir: Dar
ditopang dengan dikembangkannya konsep al-Fikr al-Mu’ashir.
wakaf tunai. Chaidar S. Bamualim & Irfan Abubakar
(ed.) (2005). Revitalisasi Filantropi
III. KESIMPULAN Islam: Studi Kasus Lembaga Zakat
dan Wakaf di Indonesia. Jakarta:
Wakaf sebagai salah satu ajaran
PBB UIN Syahid.
agama sejatinya harus segera membumi
sehingga amanat UU dengan kata Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
“kesejahteraan umum” yang menihilkan tentang Wakaf Uang.
sekat keyakinan cepat terwujud. Untuk Harian Umum Republika.
158 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160
Inpres No. 1 tahun 1999 tentang Sayyid Sabiq (1977). Fiqhu as-Sunnah.
Kompilasi Hukum Islam. Lebanon: Dar al-‘Arabi.
Juhaya S. Praja (1995). Perwakafan di Tuti A. Najib & Ridwan al-Makassary
Indonesia: Sejarah, Pemikiran, (ed.). (2006). Wakaf, Tuhan dan
Hukum dan Perkembangannya. Agenda Kemanusiaan: Studi tentang
Bandung: Yayasan Piara. Wakaf dalam Perspektif Sosial di
M. Dawam Rahardjo (2004). Indonesia. Jakarta: CRCS UIN
“Menegakkan Syariat Islam di Syahid.
Bidang Ekonomi” dalam Adiwarman UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Azwar Karim, Bank Islam: Analisis
Wahbah Zuhaili (1985). Al-Fiqh al-
Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
Islamiy wa ‘Adillatuhu. Mesir: Dar
Rajawali Press.
al-Fikr al-Mu’ashir.
Mohammad Daud Ali (1988). Sistem
Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf. Catatan akhir:
Jakarta: UI Press. 1
Akh. Minhaji (2005). “Nation State dan
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi Implikasinya Terhadap Pemikiran dan
(2004). Hukum Wakaf: Kajian Implementasi Hukum Wakaf”, Kata Pengantar
dalam Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik
Kontemporer Pertama dan Terleng- Perwakafan di Indonesia, (Yogyakarta: Pilar
kap tentang Fungsi dan Pengelolaan Media), hlm. xxi.
Wakaf serta Penyelesaian atas Seng- 2
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, juz 3. Bairut:
keta Wakaf, Terj. Ahrul Sani Dar al-Fikr, tt., h. 515.
Faturrahman & Rekan KMCP. 3
Juhaya S. Praja (1995). Perwakafan di
Jakarta: Dompet Dhuafa Republika & Indonesia: Sejarah, Pemikiran, Hukum dan
IIMaN. Perkembangannya. (Bandung: Yayasan Piara),
hlm. 6.
Muhammad ibn Bakar ibn Mandzur al- 4
Mishri (1301 H). Lisan al-‘Arab. Abu Zahrah (1971). Muhadharat fi al-Waqf.
(Beirut: Dar al-Fikr al-‘Arabi), hlm. 41
Bulaq: Al-Mishriyah, Jilid 11. 5
Wahbah Zuhaili. Al-Fiqh al-Islamiy, hal.
Muhammad Syafii Antonio (2004). “Kata 7599-7502; Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi
Pengantar” dalam Muhammad Abid (2004). Hukum Wakaf: Kajian Kontemporer
Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf: Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan
Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas
Kajian Kontemporer Pertama dan Sengketa Wakaf, Terj. Ahrul Sani Faturrahman &
Terlengkap tentang Fungsi dan Rekan KMCP. (Jakarta: Dompet Dhuafa
Pengelolaan Wakaf serta Penye- Republika & IIMaN), hlm. 38-60.
lesaian atas Sengketa Wakaf, Terj. 6
Al-Syaukani, Nailul al-Autar, juz 6, Mesir:
Ahrul Sani Faturrahman & Rekan Mustafa Baby al- Halaby, tt., h. 24. Lihat juga
KMCP. Jakarta: Dompet Dhuafa Muslim (t.t.). Shahih Muslim. (Mesir: Dar al-Fikr
Republika & IIMaN. al-Mu’ashir), Juz 8, hlm. 405
7
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 3, Bairut:
Muslim (t.t.). Shahih Muslim. Mesir: Dar Dar Al-Fikr, tt., h. 196. Muslim, Shahih Muslim,
al-Fikr al-Mu’ashir. juz 2, Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al- Arabiyah,
tt., h. 14
Nawawi (t.t.). al-Raudhah. Beirut: Dar al-
Kutub al-‘Ilmiah, Juz IV.
8
Asy-Syarbini (t.t.). Mughni al-Muhtaj,
(Kairo: Mushthafa Halabi), Juz II, hlm. 376.
PP No. 28 tahun 1977 tentang Perwakafan 9
Ibid
Tanah Milik 10
Di bawah pengampuan menurut al-Bajuri
meliputi 2 jenis yaitu (1) orang yang berhutang,
159 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160
dan (2) orang yang sedang sakit parah (penyakit mengalami kontekstualisasi makna. Lihat M.
cenderung mematikan). Lihat al-Baijuri (t.t.). Dawam Rahardjo (2004). “Menegakkan Syariat
Hasyiyah al-Baijuri. (Beirut: Dar al-Fikr), II, hlm. Islam di Bidang Ekonomi” dalam Adiwarman
44. Azwar Karim. Bank Islam: Analisis Fiqih dan
11 Keuangan. (Jakarta: Rajawali Press), hlm. xx.
Wahbah Zuhaili. Al-Fiqh al-Islamiy, hlm.
23
153. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
12 pasal 8 ayat (1).
Pandangan ini yang dijadikan dasar dalam
24
UU No. 41 Tahun 2004 yang membolehkan wakaf Ibid
untuk jangka waktu tertentu atau muaqqat.
Republika, Jum’at, 17 September 2004,
25
13
Wahbah Zuhaili. Al-Fiqh al-Islamiy, hlm. “Panja RUU Wakaf sepakat, Non-Muslim bisa
7599-7502; Al-Kabisi. Hukum Wakaf, hlm. 38-60; jadi Wakif”.
Abu Zahrah. Muhadharat fi al-Waqf, hlm. 34; Ali 26
Ibid
Fikri (1938). Al-Mu’amalat al-Maliyah wa al-
27
Adabiyah. (Mesir: Mushthafa al-Babi al-Halabi), Harta benda wakaf tidak boleh dijadikan
hlm. 311. jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan,
14 ditukar, atau dialihkan dalam bentuk hak lainnya.
Nawawi (t.t.). al-Raudhah. (Beirut: Dar al-
Terhadap harta benda wakaf yang ditukar baik
Kutub al-‘Ilmiah), Juz IV, hlm. 379
status, fungsi dan fisiknya atas persetujuan Badan
15
Tuti A. Najib & Ridwan al-Makassary (ed.) Wakaf Indonesia dengan salah satu
(2006). Wakaf, Tuhan dan Agenda Kemanusiaan: pertimbangannya adalah kepentingan umum
Studi tentang Wakaf dalam Perspektif Sosial di menyesuaikan Rencana Umum Tata Ruang
Indonesia. (Jakarta: CRCS UIN Syahid), hlm. 39. (RUTR) sesuai dengan UU dan tidak bertentangan
16 dengan syariah. UU No. 41 Tahun 2004 tentang
Mohammad Daud Ali (1988). Sistem
Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Wakaf pasal 40, 41.
28
Press), hlm. 93 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
17 dimaksud dalam pasal 11, nadzir dapat menerima
Sayyid Sabiq (1977). Fiqhu as-Sunnah.
(Lebanon: Dar al-‘Arabi), hlm. 387; Abil imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan
Mawahib bin Ahmad Abdul Wahab (t.t.). Mizan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya
tidak melebihi 10% (sepuluh persen). UU No. 41
al-Kubro. (Mesir: Dar Ahya al-Kutub al-
Tahun 2004 tentang Wakaf pasal 12.
‘Arabiyyah), hlm. 228.
29
17 UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Abu Zahrah. Muhadharat fi al-Waqf, hlm.
51-52. pasal 16.
30
19 Juhaya S. Praja. Perwakafan di Indonesia,
Al-Kabisi. Hukum Wakaf, hlm. 95
hlm. 3.
20
Ibid
Republika, Jum’at, 10 September 2004,
31
21
UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf “Menimbang Badan Wakaf Indonesia”.
pasal 1 ayat (1). 32
Lihat Chaider S. Bamualim dan Irfan
22
Menurut Dawam Rahardjo, pengertian Abubakar. Revitalisasi Filantropi Islam.
Syariah itu tidak identik dengan Syariah itu 33
UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
sendiri. Syariah dalam pengertian kedua adalah
wahyu Tuhan itu sendiri dan Sunnah rasul yang pasal 62 dan penjelasannya.
34
pengertiannya sama dengan thariq, sabil, dan UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
manhaj, yaitu jalan (way). Sedangkan Syariah pasal 28-31.
dalam arti kedua masih memerlukan penjelasan 35
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan interpretasi. Setelah berbentuk interpretasi tentang Wakaf Uang.
dalam bentuk Syariah yang pertama, maka ia telah
36
menjadi ilmu yang kebenarannya relatif dan Bukhari (t.t.). Shahih Bukhari. (Mesir: Dar
karena itu beragam. Di sinilah Syariah yang al-Fikr al-Mu’ashir), Juz 9, hlm. 330.
pertama telah mengalami rasionalisasi menurut 37
Wahbah Zuhaili. Al-Fiqh al-Islamiy, hlm.
metode ilmiah. Hasilnya adalah konsep bank 162
Syariah. Sementara istilah “bank Syariah“ sendiri 38
sebenarnya adalah khas Indonesia yang tidak Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dijumpai di negara-negara lain, yang seringnya tentang Wakaf Uang.
dengan sebutan “bank Islam” (Islamic bank). Hal
inilah yang menunjukkan bahwa bank Islam telah
160 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 143-160
Muhammad
39
Syafii Antonio. “Kata 44
UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Pengantar” dalam Al-Kabisi. Hukum Wakaf, hlm. pasal 28.
xiv 45
Republika, Jum’at, 01 Oktober 2004,
40
Ibid., hlm. xv. “Pengelolaan Wakaf Tunai Hanya oleh Lembaga
41 Keuangan Syariah”.
Chaidar S. Bamualim & Irfan Abubakar
46
(ed.). Revitalisasi Filantropi Islam, hlm. 217-296. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
42 pasal 31.
Tim Penyusun Buku (2007). Strategi
Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia. Republika, 30 April
47
2004, “Perlu
(Jakarta: Depag RI), hlm. 7-8 Rekonsepsi Fikih Wakaf”.
43 48
Ibid., hlm. 72. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
pasal 43 ayat (2) dan penjelasannya.