Anda di halaman 1dari 7

PEMBARUAN SUMBER DAYA MANUSIA POLRI AGAR BERSINERGI DALAM

SISTEM PENEGAKAN HUKUM

Nabila Feranizar
Sub-Tema: Hukum, Kinerja Penegakan Hukum

Abstrak
Berjalannya waktu, perkembangan hukum di Indonesia harus bisa berubah sesuai dengan
keadaan demi dapat mengatur negaranya. Dengan pemberlakuan sistem ICJS dalam
penegakan hukumnya, para komponen harus saling bahu-membahu agar optimal namun
seringkali terjadi diferensiasi input komponen polisi dengan komponen lain. Maka dari itu,
perlu dilakukannya revitalisasi sumber daya polisi dengan sinkronisasi calon siswa dengan
akademik sebelum direkrut.

RENEWAL OF POLRI HUMAN RESOURCES IN ORDER TO SYNERGIZING IN


THE LAW ENFORCEMENT SYSTEM

Abstract

Over time, the development of law in Indonesia must be able to change according to the
circumstances in order to be able to regulate the country. With the implementation of the
ICJS system in law enforcement, the components must work hand in hand to be optimal,
but often there is differentiation of input from the police component with other
components. Therefore, it is necessary to revitalize police resources by synchronizing
prospective students with academics before being recruited.

Keyword: Penegakan Hukum, ICJS, Polri, Sumber Daya Manusia


1. Pendahuluan
Akan dibawa kemanakah arah perkembangan hukum di indonesia? Seiring jalannya waktu,
dengan perkembangan di segala bidang, hukum di Indonesia dipaksa ikut untuk berubah
menyesuaikan keadaan demi mengatur negerinya. Penegakan hukum merupakan masalah
serius bagi negeri ini karena masih banyak penegak hukum yang kurang dan atau tidak
profesional dan penyalahgunaan wewenang dalam kinerja melayani masyarakat sipil
sehingga tidak sesuai dengan pandangan negara ini terhadap hukum.

Di Indonesia, sistem penegakan hukum pidana menggunakan ICJS (Integrated Criminal


Justice System) dengan 4 komponen penegak hukumnya, yaitu hakim, jaksa, advokat dan
polisi yang dikenalkan oleh Prof. Mardjono Reksodiputro.1 Belakangan ini, masih banyak
kejadian yang membuat masyarakat mempertanyakan kualitas polisi karena seringkali
terjadi kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh polisi.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu polisi
2. Beberapa kasus tentang kinerja polisi yang dianggap tidak sesuai
3. Revitalisasi sumber daya manusia Polri

3. Pembahasan
1. Apa itu polisi?
Menurut Satjipto Rahardjo2 polisi merupakan alat negara yang bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan pengayoman, dan memberikan
perlindungan kepada masyarakat.

Telah diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, fungsi polisi adalah pasal 2 pemelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan
masyarakat dan pasal 3 ayat 1 kepolisian RI dibantu oleh kepolisian khusus,
pegawai negara sipil dan/atau bentuk pengamanan swakarsa.

1
Prof. Mardjono Reksodiputro, Pembaharuan Hukum Pidana
2
Satjipto Raharjo, 2009: 111
Pada UU No. 2 Kepolisian RI pasal 13 memuat tugas-tugas polisi, yaitu:
1. pembinaan masyarakat/pre-emtif, meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam kegiatan sosial, dan sadar akan hukum perundang-undangan.
2. Preventif, mencegah keributan dan kekacauan dalam kegiatan sosial
masyarakat, memelihara keselamatan manusia, benda/barang dan memberi
keselamatan sebagai first responder.
3. Represif, tindakan kontrol sosial yang terjadi setelah pelanggaran atau
peristiwa buruk terjadi dengan dua cara yaitu yustisial dan non yustisial
(pasal 18).

2. Pendapat Publik Terhadap Penegakan Hukum di Indonesia


Sebagai lembaga negara, pemerintah negara mendukung kepolisian dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan mengeluarkan anggaran. Dari
tahun-ketahun, anggaran ini terus meningkat. Tahun ini, DPR berhasil meloloskan
anggaran dana untuk Kepolisian RI sebesar Rp. 112,1 Triliun yang dimana tahun
sebelumnya Rp. 92,6 Triliun.

Dengan anggaran dana yang dikeluarkan, apakah kinerja Kepolisian RI sudah


maksimal? Index supremasi hukum/Rule of Law Index yang dirilis oleh World
Justice Project pada tahun 2020 menunjukan bahwa Indonesia berada pada
peringkat 59 dari 128 Negara dan peringkat 9 dari 15 wilayah Asia Timur dan
Pasifik. Apakah itu sebuah kemajuan? Ya, karena sebelumnya Indonesia berada
pada peringkat 62 yang berarti Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1.3%.
Tetapi, apakah masyarakat puas dengan penegakan hukum di Indonesia?
Jawabannya adalah tidak. Dalam data index dari World Justice Project3, peringkat
ketertiban dan keamanan dalam negara pendapatan menengah ke bawah adalah
12/15 dengan nilai 1 sebagai terbaik. Sangat jelas bahwa penegakan hukum demi
ketertiban dan keamanan di Indonesia masih sangat rendah. Dimana kepolisian
masih kurang dalam menjalankan tugasnya.

Indonesia Political Opinion melakukan survei kepada publik untuk menilai kualitas
dan kinerja penegakan hukum dalam negeri dan hasilnya adalah 64% publik tidak
puas dalam penegakan hukum yang ada. Tingginya angka ketidakpuasan publik
3
World Justice Index 2020
terhadap bidang hukum dipicu oleh beberapa faktor, antara lain persepsi publik
terhadap upaya pemberantasan korupsi, independensi penegak hukum,
perlindungan kebebasan berpendapat, kualitas kebijakan, serta beberapa faktor
lainnya yang dinilai tidak menghasilkan kinerja optimal.

Penegakan hukum harus sesuai dengan konsep ideologi negara ini, bagaimana
disebutkan pada sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab juga sila
kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan adalah bagian
dari martabat manusia dan dapat diakses oleh seluruh manusia tanpa diskriminasi.

3. Kasus Kinerja Polisi Yang Tidak Sesuai


Menyinggung ketidakpuasan publik terhadap penegakan hukum yang ada di
Indonesia, berikut adalah beberapa bukti konkret bahwa kinerja Polisi yang
memberikan banyak tanda tanya di mata publik:

a. Driver ojek online yang ditangkap oleh polisi setelah mengantar pesanan
berupa minuman keras. Pengakuan dari driver ojek online, pembeli tidak
segera membayar pesanan melainkan menyuruh driver untuk menunggu
driver lain yang sedang menuju lokasi mengantarkan pesanan. Setelah
driver lain datang, tidak lama kemudian datanglah Tim Sparta dan kedua
driver dibawa ke Mapolresta Surakarta. Driver diperbolehkan pulang
setelah menandatangani Surat Tanda Penerimaan yang menyatakan bahwa
driver adalah tersangka dengan jual beli miras.

Driver melampirkan bukti berupa tangkapan layar dari detail pesanan dan
nomor telepon pembeli yang setelah di cek melalui aplikasi Get Contact
merupakan seorang polisi. Jelas sekali motif yang dilakukan adalah
menjebak driver demi kepentingan sendiri, yaitu mengejar target agar dapat
mendapatkan insentif dan kenaikan pangkat.

Pihak Kapolresta Solo telah memberikan klarifikasi bahwa hasil


pendalaman dan penyelidikan, driver ojek online hanya sebagai jasa kurir,
bukan pembeli. Polresta Solo juga memberikan uang tali asih sebesar Rp.
357.000 kepada driver untuk penggantian rugi. Pihak kemitraan ojek online
juga mengatakan bahwa dalam peristiwa ini, tidak ada yang menjadi
tersangka. Pelanggan juga dilarang untuk memesan dan membeli produk
yang bermuatan negatif agar tidak terjadi kejadian serupa.

b. Oknum polisi di Jombang yang meminta pungli kepada supir truk. Kapolres
Jombang juga mengakui adanya peristiwa pungli ini, peristiwa ini terjadi
saat masa penyekatan di wilayah Jalan Raya Kecamatan Kabuh-Jombang.
Dalam video amatir yang viral itu, polisi secara terang-terangan meminta
uang kepada supir truk, lalu tawar-menawar uang damai. Polisi ini meminta
uang kepada supir yang melakukan pelanggaran jika tidak ingin ditilang.
Dia berdalih bahwa pos check poin kedua tarifnya 2x lipat dari tarif pos cek
poin pertama.

Jelas perlakuan oknum polisi ini bertolak belakang dengan tugas dan fungsi
polisi yang tertulis pada UU Kepolisian RI. Jika memang supir truk
melakukan pelanggaran dan harus ditilang, polisi seharusnya mengayomi
dan membina serta memberi surat tilangan kepada supir. Bukan meminta
pungli dengan nominal yang tidak kecil.

Dari pemaparan contoh kasus yang terjadi, perlu adanya pembenahan sumber daya
polri secepat mungkin agar masyarakat percaya bahwa lembaga penegak hukum
terutama polisi itu bisa diandalkan dan dapat dipercaya.

4. Revitalisasi Sumber Daya Manusia Polisi RI


Indonesia mendaulat sebagai negara hukum, oleh karena itu cita-cita negara hukum
bergantung berat kepada penegakan hukumnya.Namun, penegakan hukum tidak
akan bisa berjalan bila berdiri sendiri, ada faktor pendukung berhasilnya penegakan
hukum yaitu, undang-undang, pelanggar, masyarakat dan aparat. Hubungan
keempatnya memang menopang satu sama lain, mutualisme.

Penegakan hukum yang demokratis harus berlandaskan kepada prinsip dan nilai
demokratis. Penegak hukum juga harus dapat memberikan rasa keadilan bagi
publik. Pembenahan dari sistem rekrutmen merupakan bentuk revitalisasi sumber
daya manusia dalam rangka reformasi birokrasi (Dwiyanto, 2011: 187). Polisi
diharapkan tidak lagi memaknai hukum secara tekstual, melainkan berdasarkan
nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Kesamaan cara pandang antara
polisi dengan aktor ICJS lainnya akan berdampak pada output kinerja aktor ICJS,
sehingga tujuan ICJS menciptakan keterpaduan dan kesatuan lembaga peradilan
pidana akan tercapai.

Secara sistemik, untuk mencapai output dalam sistem peradilan pidana haruslah
melibatkan beberapa aktor, antara lain lembaga kepolisian, kejaksaan, lembaga
peradilan dan lembaga advokat dengan fungsi yang berbeda-beda. Seperti misalnya,
kepolisian sebagai penyidik. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pola pendidikan
yang baik dapat membentuk polisi dengan pemikiran dan kinerja yang handal,
karenanya input pendidikan penegak hukum sangat berpengaruh terhadap output
penegakan hukum.

Diferensiasi pendidikan antara calon perwira polisi pada Akpol dengan aktor ICJS
lainnya menghasilkan beberapa implikasi, yaitu:
1. Perbedaan cara pandang hukum.
2. Penegakan hukum kurang demokratis.

Aktivitas utama polisi dalam upaya menjaga keamanan adalah melalui proses
penegakan hukum. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari sistem penegakan hukum di
Indonesia dalam ICJS yang bekerja secara simultan. Bertolak pada pemikiran
tersebut, sudah seharusnya Polri mulai berbenah diri dengan meredefinisi tujuan
pendidikan polisi. Saat ini polisi melalui jalur pendidikan polisi dididik dengan
ilmu kepolisian, yang terdiri dari teknik kepolisian, manajemen kepolisian, dan
hukum kepolisian. Sungguh jauh dari substansi ilmu hukum sebagai bekal dasar
penyidik dalam menjalankan fungsinya. Dengan bekal ilmu kepolisian seperti saat
ini, polisi hanya akan menjadi non-scientific occupation, yaitu menjadi “tukang”,
dan bukan “ahli”.

Demi mewujudkan pelaksanaan ICJS yang selaras maka perlu dilaksanakan


sinkronisasi tujuan pendidikan polisi, sinkronisasi peserta didik pendidikan polisi
dan sinkronisasi kurikulum pendidikan polisi.
DAFTAR PUSTAKA

Alaydrus, Hadijah. “Menilik Anggaran Jumbo Polhukam Di APBN 2021, Polri Dan
Kementerian Prabowo Juaranya: Ekonomi.” Bisnis.com, October 14, 2020.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20201014/9/1304826/menilik-anggaran-jumbo-polh
ukam-di-apbn-2021-polri-dan-kementerian-prabowo-juaranya#:~:text=Bisnis.com%2
C%20JAKARTA%20%2D%20Dewan,6%20triliun%20pada%20tahun%20ini.

“WJP Rule of Law Index 2020.” World Justice Project. Accessed June 19, 2021.
https://worldjusticeproject.org/our-work/research-and-data/wjp-rule-law-index-2020.

Khairina. “Driver Ojol Ditangkap Polisi Karena Antar Miras Pelanggan, Kapolresta
Solo: Saya Sudah Klarifikasi Halaman 2.” KOMPAS.com. Kompas.com, June 14,
2021.
https://regional.kompas.com/read/2021/06/14/212415378/driver-ojol-ditangkap-polis
i-karena-antar-miras-pelanggan-kapolresta-solo?page=2.

Khairina. “Driver Ojol Ditangkap Polisi Karena Antar Miras Pelanggan, Kapolresta
Solo: Saya Sudah Klarifikasi Halaman 2.” KOMPAS.com. Kompas.com, June 14,
2021.
https://regional.kompas.com/read/2021/06/14/212415378/driver-ojol-ditangkap-polis
i-karena-antar-miras-pelanggan-kapolresta-solo?page=2.

Anda mungkin juga menyukai