“STRUKTUR ATOM”
DISUSUN OLEH :
NIM : 12010725925
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, tanpa pertolongan-Nya
tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Terima kasih penulis ucapkan kepada yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini, sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Penulis berharap
semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca terutama bagi penulis
sendiri. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3
2.1 Struktur Atom ......................................................................................................................... 3
2.2 Spektrum Atom Hidrogen ....................................................................................................... 7
2.3 Teori Atom Bohr.................................................................................................................... 11
2.4 Teori Atom Berdasarkan Mekanika Gelombang ................................................................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 17
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 18
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan spektrum atom.
2) Untuk mengetahui apa saja teori atom yang dikembangkan.
3) Untuk mengetahui apakah kelemahan dari masing masing teori atom.
4) Untuk mengetahui seperti apakah teori atom berdasarkan mekanika gelombang.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1913, Niels Bohr mengajukan model atom untuk menjelaskan
fenomena penampakan sinar dari unsur-unsur ketika dikenakan pada nyala api
ataupun tegangan listrik tinggi. Model atom yang ia ajukan secara khusus
merupakan model atom hidrogen untuk menjelaskan fenomena spektrum garis
atom hidrogen. Bohr menyatakan bahwa elektron-elektron bermuatan negatif
bergerak mengelilingi inti atom bermuatan positif pada jarak tertentu yang
berbeda-beda seperti orbit planetplanet mengitari matahari.
Oleh karena itu, model atom Bohr disebut juga model tata surya. Setiap lintasan
orbit elektron berada tingkat energi yang berbeda; semakin jauh lintasan orbit dari
inti, semakin tinggi tingkat energi. Lintasan orbit elektron ini disebut juga kulit
5
elektron. Ketika elektron jatuh dari orbit yang lebih luar ke orbit yang lebih dalam,
sinar yang diradiasikan bergantung pada tingkat energi dari kedua lintasan orbit
tersebut. (Dr.Yusnidar Yusuf.M.Si. 2018. Modul Kimia Dasar. hlm.17)
d. Teori Mekanika Kuantum
6
2.2 Spektrum Atom Hidrogen
Spektrum atom merupakan spektrum garis dengan warna tertentu.. Sesuai dengan teori
mekanika klasik, spektrum atom seharusnya merupakan spektrum kontinyu sebab pelepasan
radiasi yang menyertai perlambatan gerak elektron berlangsung secara kontinyu.
Tabung sinar hidrogen adalah suatu tabung tipis yang berisi gas hidrogen pada tekanan
rendah dengan elektroda pada tiap-tiap ujungnya. Jika didalam tabung dialirkan tegangan
tinggi (seperti 5000 volt), tabung akan menghasilkan sinar berwarna merah muda yang
terang. Jika sinar tersebut dilewatkan pada prisma atau kisi difraksi, sinar akan terpecah
menjadi beberapa warna. Warna yang dapat dilihat merupakan sebagian kecil dari spektrum
emisi hidrogen. Sebagian besar spektrum tak terlihat oleh mata karena berada pada daerah
infra-merah atau ultra-violet. Pada gambar dibawah ini, menunjukkan bagian dari tabung
sinar katoda, sebelah kanan menunjukkan tiga garis yang paling mudah dilihat pada daerah
tampak (visible) dari spektrum.
7
Spektrum elektromagnetik
Ada lebih banyak lagi spektrum hidrogen selain tiga garis yang dapat dilihat dengan
mata telanjang. Hal ini memungkinan untuk mendeteksi pola garis-garis pada daerah ultra-
violet dan infra-merah spektrum dengan baik. Hal ini memunculkan sejumlah “deret” garis
yang dinamakan dengan nama penemunya. Deret Lyman merupakan deret garis pada daerah
ultra-violet. Perhatikan bahwa garis makin merapat satu sama lain dengan naiknya frekuensi.
Akhirnya, garis-garis makin rapat dan tidak mungkin diamati satu per satu, terlihat seperti
spektrum kontinu. Hal itu terlihat sedikit gelap pada ujung kanan tiap spektrum. Kemudian
pada titik tertentu, disebut sebagai deret limit (limit series), deret terhenti (Beiser, 2003:127-
130).
Setiap zat dapat memberikan spektrum yang khas dengan cara memancarkan energi
radiasi. Spektrum unsur bukan merupakan spektrum kontinu, melainkan tersusun dari satu
atau beberapa warna tertentu. Spektrum itu dipancarkan oleh atom unsur tersebut apabila
8
atom itu memancarkan energi pada saat kembali dari keadaan bereksitasi ke keadaan dasar, .
Keadaan bereksitasi dicapai apabila atom menyerap energi dari sekitarnya. Oleh karena
spektrum unsur terjadi melalui proses serapan atau pancaran energi yang terjadi dalam atom
maka spektrum unsur juga disebut sebagai spektrum atom.
Contoh yang mudah diamati adalah terjadinya spektrum atom unsur natrium, apabila
garam dapur (NaCl) dipercikkan ke dalam nyala api, cahaya kuning yang terjadi. Seperti
yang juga terjadi dalam lampu natrium, dipancarkan oleh atom natrium yang kembali ke
keadaan dasar dari keadaan bereksitasi. Energi yang digunakan untuk mengeksitasikan atom
natrium itu diperoleh dari energi panas dalam nyala api, atau sebagai energi listrik dalam
lampu natrium.
Spektrum atom hidrogen dapat diperoleh dengan menguraikan cahaya yang dipancarkan
oleh tabung lucutan gas yang terisi dengan gas hidrogen. Pengamatan atas spektrum dapat
dilakukan dengan spektroskop yang dapat digunakan untuk menguraikan cahaya ke dalam
warna-warna penyusunnya, serta mengukur panjang gelombang warna-warna itu.
Spektrum unsur yang diamati merupakan spektrum garis yang dapat tersusun dari satu
atau beberapa garis tertentu. Spektrum garis suatu unsur merupakan ciri khas unsur itu,
artinya tidak ada dua unsur yang menghasilkan spektrum garis yang sama. Dengan demikian
suatu unsur dapat diidentifikasi dengan mengamati spektrum yang dipancarkan.
Apabila suatu unsur selalu memancarkan spektrum garis yang tertentu, yang berarti
spektrum dengan panjang gelombang atau frekuensi tertentu, maka melalui persamaan Max
Planck, E = h. υ = h c/λ dapat dinyatakan bahwa unsur itu selalu memancarkan energi
tertentu. Energi tertentu ini dipancarkan oleh elektron yang terdapat dalam atom tersebut.
Dalam spektroskopi, frekuensi umumnya dinyatakan sebagai bilangan gelombang (υ), di
mana υ = 1/λ m-1 . (Drs. Ucu Cahyana, M.Si. Struktur Atom dan Sistem Periodik. hlm.1.3-
1.5)
Pada tahun 1885, Balmer menunjukkan bahwa bilangan gelombang υ dari setiap garis
dalam spektrum tampak dari atom hidrogen dapat diberikan oleh persamaan empiris
sederhana.
9
di mana R adalah tetapan Rydberg = 109677,76 cm-1 .
Garis-garis yang diamati dalam daerah tampak disebut deret Balmer, tetapi beberapa
deret lainnya dapat diamati dalam daerah-daerah spektrum yang berbeda.
Persamaan serupa ditemukan berlaku untuk garis-garis dalam deret lainnya dalam
spektrum hidrogen.
Berdasarkan pengamatan atas spektrum atom hidrogen, Bohr (1913) menyusun model
atom hidrogen berlandaskan pada tiga postulat berikut.
10
1. Elektron tidak meradiasi energi jika berada dalam satu orbit, dan karena itu tidak
memperlambat gerakannya.
2. Bila elektron berpindah dari satu orbit ke orbit lainnya, elektron meradiasi atau menyerap
energi. Jika elektron berpindah mendekati inti maka energi diradiasi, dan jika elektron
berpindah menjauhi inti maka energi diserap.
3. Untuk elektron yang tetap dalam orbitnya, tarik menarik elektrostatik di antara elektron
dan intinya yang cenderung menarik elektron ke arah intinya harus sama dengan gaya
sentrifugal yang cenderung elektron terlempar dari orbitnya. Untuk sebuah elektron
dengan massa m dan kecepatan v dalam suatu orbit dengan jari-jari r. (Drs. Ucu
Cahyana, M.Si. Struktur Atom dan Sistem Periodik. hlm.1.5-1.8)
11
akurat dan juga lebih umum. Meskipun demikian karena model ini sangat sederhana
dengan hasil yang tepat jika dikenakan pada suatu sistem tertentu maka model atom
Bohr ini sampai sekarang masih tetap diajarkan sebagai dasar pengenalan tentang
mekanika kuantum. Jadi inti dari teori atom Bohr dapat disimpulkan yaitu elektron
harus berada dalam lintasan dan mengelilingi inti atom sama seperti hal-nya planet
berputar mengelilingi Matahari dalam sistem tata surya. (Bambang
Supriadi,Lailatul Nuraini. 2019. FISIKA ATOM Teori dan Aplikasinya hlm.108-
109)
B. Kelemahan Teori Atom Bohr
1) Model ini didasarkan atas spektrum atom yang berlaku untuk benda-benda
yang bersifat makroskopik, bukan untuk partikel yang bersifat mikroskopik.
2) Pernyataan yang dikatakan oleh Bohr berseberangan dengan Schrodinger
dimana Bohr menyatakan bahwa elektron berputar mengelilingi inti pada jarak
yang tetap, dan menurut Schrodinger elektron dapat berputar di sekitar inti
pada jarak berapapun. 119
3) Model atom ini tidak dapat menjelaskan spektrum atom multi-elektron.
4) Model atom Bohr ini tidak dapat menjelaskan mengenai spektrum halus.
5) Teori atom Bohr ini tidak sesuai dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg.
6) Pada teori ini tidak dapat menjelaskan garis spektrum yang terpisah menjadi
kelompok garis halus di bawah pengaruh efek Zeeman dan di bawah pengaruh
listrik yang disebut efek Stark. (Bambang Supriadi,Lailatul Nuraini. 2019.
FISIKA ATOM Teori dan Aplikasinya hlm.118-119)
Teori atom yang dikemukakan oleh Rutherford dan Bohr menjelaskan atom sebagai
suatu inti pusat yang dikelilingi oleh elektron-elektron dalam orbit-orbit tertentu. Jadi,
elektron karenanya dipandang sebagai suatu partikel. Pada tahun 1924, de Broglie
mengajukan postulat bahwa kedua karakter yang sama ditunjukkan oleh elektron, kadang-
kadang bersifat sebagai partikel, dan pada saat yang lain bersifat sebagai gelombang.
Bukti bukti eksperimen bahwa elektron bersifat gelombang dapat diamati pada gejala
12
difraksi dan interferensi cahaya. Menurut Broglie bahwa elektron dapat bersifat sebagai
gelombang yang panjang gelombangnya dinyatakan sebagai:
h = tetapan Planck, m = massa partikel dan v = kecepatan partikel. Dari persamaan ini
terlihat bahwa gelombang de Broglie suatu partikel akan makin panjang, jika massanya
makin kecil. Dengan demikian sifat gelombang dari partikel-partikel subatom seperti
elektron, proton akan makin nyata.
(∆x)(∆p) ≥ h / 4π
Orbital adalah volume dalam ruang di mana terdapat probabilitas tinggi menemukan
elektron. Bentuk dan ukuran orbital tergantung pada fungsi gelombang.
Bila elektron berada dalam keadaan dasar, atau orbital energi terendah, dari suatu atom
hidrogen menyerap suatu kuantum energi tertentu, elektron itu naik ke orbital dengan energi
yang lebih tinggi. Dalam mekanika gelombang, selisih dari energi dua orbital itu
dikuantisasikan. Pancaran energi terkuantisasikan oleh suatu atom H yang tereksitasi, yang
semula diterangkan menurut atom Bohr (sebagai elektron yang jatuh dari suatu lintasan tinggi
ke lintasan rendah), sekarang dalam teori atom mekanika gelombang diperhitungkan sebagai
suatu perubahan dari orbital berenergi tinggi ke orbital berenergi rendah.
13
magnetik (m) dan bilangan kuantum spin (s). Bilangan kuantum utama (n), menentukan
ukuran kabut orbital dan menyatakan dalam tingkatan energi utama di mana elektron itu
berada. Makin besar harga n maka makin besar ukuran orbital yang dihuni elektron itu, n
mempunyai harga
n = 1, 2, 3, ...
Orbital S
Nilai l pada umumnya disimbolkan dengan abjad s, p, d, f, .... Jika n = 1, hanya dapat
mempunyai harga l = 0. Artinya hanya ada satu tipe orbital yaitu orbital 1s, untuk tingkat
energi utama pertama. Bila n =2, l mempunyai harga 0 dan 1. Jadi, terdapat dua subtingkatan
dan dua jenis orbital yang berkaitan dengan tingkat energi utama kedua. Kedua subtingkat
energi itu disebut subtingkat energi 2s dan 2p, dan orbitalnya ialah orbital 2s dan 2p. Bila n =
3, l mempunyai harga 0, 1 dan 2, bila n = 4, harga l ialah 0, 1, 2, dan 3.
Jadi, tingkat energi utama ketiga mempunyai tiga macam dan tingkat energi utama
keempat mempunyai empat macam orbital. Huruf s, p, d dan f berasal dari istilah
spektroskopi sharp, principle, diffuse dan fundamental, yang digunakan untuk menguraikan
garis-garis spektra atom.
Bila l = 0, orbitalnya ialah orbital s, bila l = 1, orbital ditandai sebagai orbital p, untuk l =
2 dan l =3, orbitalnya masing-masing ditandai sebagai orbital d dan f.
Orbital P
14
Bilangan kuantum magnetik (m) menunjukkan orientasi orbital dalam ruang relatif
terhadap inti dan orbital khusus mana yang dihuni oleh elektron dalam suatu subtingkat
energi.
Dalam semua tingkat energi utama kecuali dalam tingkat pertama, terdapat lebih dari satu
subtingkat energi dan karenanya lebih dari satu macam orbital. Banyaknya orbital dalam
suatu jenis subtingkat energi sama dengan banyaknya harga ml yang mungkin untuk
subtingkatan itu. Untuk suatu harga l bilangan kuantum magnetik ini mempunyai harga.
m = -l - (+l)
untuk subtingkat s, l = 0, m = 0; satu tipe orbital s
untuk subtingkat p, l = 1, m = -1, 0, +1; tiga tipe orbital p
untuk subtingkat d, l = 2, m = -2, -1, 0, +1, +2; lima tipe orbital d
untuk subtingkat f, l = 3, m = -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3; tujuh tipe orbital f
Dengan demikian untuk setiap harga l terdapat 2 l + 1 harga m, yang berbeda, atau
dengan kata lain terdapat 2 l + 1 orbital dengan orientasi yang berbeda dalam ruang. Karena
itu untuk orbital s (l = 0) hanya mempunyai satu bentuk orbital yang digambarkan sebagai
permukaan bola. Untuk orbital p (l = 1) mempunyai tiga bentuk orbital yang dinyatakan
sebagai orbital px (m = + 1), orbital py (m = 0) dan orbital pz (m = -1).
Bilangan kuantum spin (s) menunjukkan adanya perputaran elektron pada sumbunya.
Perputaran suatu benda pada sumbunya sendiri dapat mempunyai dua arah. Oleh karena itu,
bilangan kuantum spin diberi harga + ½ atau -½. Dengan demikian dalam suatu orbital
terdapat maksimum dua elektron.
15
Dengan demikian kombinasi mengenai orbital atom dapat dirangkum pada tabel di bawah
ini.
Orbital-orbital atom
banyaknya elektron
16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sebelum permulaan abad 19, konsep atom dianggap sebagai „mitos‟ , karena gagasan
yang diajukan oleh para filosof Yunani hanya dilandasi pemikiran tentang fenomena
alam. Perkembangannya menjadi „sains‟ normal‟ setelah Dalton
mengkonseptualisasikan kembali berdasarkan kajian-kajian empirik. Periode „sains
normal‟ di bawah paradigma Dalton berlangsung hampir satu abad lamanya (ahir
abad 19).
2. Akumulasi anomali yang menggugurkan paradigma Dalton antara lain gejala
kelistrikan dan radoaktifitas.
3. Perubahan model atom Thompson, Rutherford, Bohr hingga model atom mekanika
kuantum masih berada dalam satu paradigma yang meyakini bahwa atom memiliki
sub partikel ; inti atom dan elektron. Perubahan model difokuskan pada penentuan
susunan elektron dalam atom
4. Namun ditinjau dari landasan filosofisnya, perubahan Model Atom Bohr ke Model
atom mekanika Kuantum dianggap sebagai perubahan paradigma deterministik
menjadi Uncertainity Principle (prinsip ketikpastian)
5. Penemuan partikel elementer quark , belum dapat dianggap suatu anomali , karena
model quark tidak mengubah paradigma namun melengkapinya
6. Adanya perkembangan pemikiran konsep atom menunjukkan bahwa tidak ada
kebenaran yang mutlak dalam IPA, bahkan melalui konsep atom faham determinisme
dapat dibantah dengan argumentasi mekanika kuantum. Kemunculan model quark
tidak lagi dianggap sesuatu guncangan bagi kebenaran ilmiah, namun dianggap dapat
melengkapi khazanah ilmu pengetahuan. Hal ini karena para ilmuwan kini
mempunyai pandangan bahwa kebenaran sains bersifat tentatif dan relatif.
3.2 Saran
Saran untuk para pembaca :
Bacalah setiap isi makalah yang telah tersajikan dengan cermat dan seksama.
Tandai kalimat/bagian yang menimbulkan datang nya pertanyaan.
Pahami isi nya,agar ilmu nya tersampaikan dan bisa bermanfaat bagi pembaca.
Sampaikan lah kekurangan dalam penyusunan makalah ini kepada kelompok penyaji.
Kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, A., 2003. Concepts of Modern Physics. 6th ed. North America: McGraw-Hill, Inc.
Singh, R. B., 2009. Introduction to Modern Physics. 2nd ed. Daryaganj: New Age International
(P) Limited, Publishers.
18