Proposal Skripsi
Oleh :
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yang tertuang dalam
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 yaitu:
1
BNSP, (2006), Standar Isi : untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, hal.
3.
1
Tingkah laku seseorang yang berpikir kreatif sebagaimana dimaksud di
atas dirasa penting bagi siswa selama dan setelah sistem pembelajaran. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal berperan penting dalam mengembangkan dan
membina kemampuan berfikir kreatif siswa. Salah satu mata pelajaran yang
diberikan di sekolah adalah matematika.
2
Indira Sunito, (2013), Metaphorming: Beberapa Strategi Berpikir
Kreatif. Jakarta: Indeks, hal. 46.
2
Riyanto berpendapat bahwa “Teknik pembelajaran adalah strategi pendidik dalam
membuat berdaya, efektif, dan meningkatkan kapasitas dan interaksi antara siswa
dan komponen pelajaran dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pengajaran”.3
3
Yatim Riyanto, (2010), Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, hal. 132.
3
secara mandiri, dengan memanfaatkan model pembelajaran yang tepat sesuai
dengan permasalahan yang ada.
B. Identifikasi masalah
Sesuai dengan landasan di atas, ada beberapa masalah yang dapat dikenali
sebagai berikut:
2. Kerangka pembelajaran yang tidak membuka pintu bagi siswa untuk berpikir
kreatif dalam menangani masalah.
4
3. Model pembelajaran yang kreatif jarang digunakan oleh pendidik.
C. Batasan Masalah
D. Rumusan masalah
Dilihat dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah
dalam tinjauan ini, maka permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut:
5
E. Tujuan penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Untuk peneliti
2. Untuk siswa
6
mendorong siswa untuk secara efektif dikaitkan dengan belajar bagaimana
membiasakan diri melakukan keterampilan dalam berpikir kreatif matematika.
5. Untuk pembaca
Sebagai bahan data untuk dibaca atau peneliti lain yang perlu melakukan
penelitian yang sama.
7
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KerangkaTeori
Istilah matematika berasal dari kata latin mathematica, yang pada awalnya
diambil dari kata Yunani mathematike, dan yang berarti “menghubungkan dengan
belajar”. Kata tersebut memiliki akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau
ilmu. "Kata mathematike berhubungan erat dengan kata lain yang sebanding, yaitu
mathanein yang berarti belajari (berpikir)."4 Ini tidak berarti bahwa ilmu-ilmu
yang berbeda tidak diperoleh melalui berpikir, namun dalam matematika itu
menekankan latihan di bidang proporsi (berpikir).
4
Turmudi,(2001),StrategiPembelajaranMatematikaKontemporer,Bandung:JICA, hal. 18.
5
Herman Hudojo, (2005), Pengembangan Kurikulum Dan pembelajaran
Matematika,Malang: Universitas Negeri Malang.Press, hal. 37.
9
Menurut Hamzah “Perwujudan pembelajaran matematika adalah tindakan
psikologis untuk memahami makna dan koneksi dan gambar, kemudian, pada saat
itu, menerapkannya pada situasi nyata”.6
Hal itu dipertegas dalam Al-Qur’an Surah Al-Mujâdilah ayat 11 yang berbunyi:
6
Ibid, hal.130.
7
Nata Abudin, H., (2002) Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, jakarta
8
W.Gulo, (2002), Stategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grasindo
10
pengetahuan matematika”. 9
Pembelajaran matematika harus memiliki pilihan
untuk menginspirasi siswa untuk mengambil bagian secara efektif dan memiliki
pilihan untuk mengembangkan bagian dari perspektif, informasi, dan kemampuan
mereka. Kemajuan ilmu pengetahuan juga perlu menekankan hubungan antara
pendidik, siswa, dan materi pembelajaran dan aset pembelajaran.
9
Suherman,Erman,(2003),EvaluasiPembelajaranMatematika,Bandung:JICA.UPI. hal. 71.
10
Rahayu,(2007), Evaluasi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Departeme Pendidikan
Nasional Universitas Terbuka, hal. 2.
11
1. Penalaran matematika,
2. komunikasi matematika,
6. Berpikir kreatif.1111
11
http://febiana-farrahtan.blogspot.com/2012/04/blog-post.html?=1 (diundu
20 februari 2022).
12
pemikiran atau item baru, atau campuran dari keduanya yang pada akhirnya akan
melekat pada mereka.12
2. Pembelajaran Kooperatif
12
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, (2010), Strategi Pengembangan
Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, Jakarta: Kencana, hal. 13.
13
Proses pembelajaran pendidik harus memiliki model atau teknik agar siswa
dapat belajar dengan efesien dan efektif, seperti yang ditunjukkan oleh tujuan
yang diharapkan.
13
Wina Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, hal. 126
14
Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 57.
14
terutama berdebat dan berbicara tentang membantu menjelaskan pemikiran yang
pada akhirnya membuat berpikir lebih logis."15
Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Musa ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
15
Ibid, hal, 29.
16
Hajar, bin Ahmad bin Ali, (2001), Fathul Baari, Maktabah Darul Ilmiah.
17
Made Wena, (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,
Jakarta: Bumi Aksara, hal. 189.
18
Trianto, op. cit, hal. 58.
15
untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam sebuah usaha disusun dalam
pembelajaran kooperatif, siswa diarahkan dan diberikan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok,siswa diberikan
kesempatan belajar bersama-sama dan berinteraksi dengan siswa yang berlatar
belakang yang berbeda-beda.
19
Ibid, hal. 59
20
Wina Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran:Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.
16
Adapun komponen penting dan standar dasar dari pembelajaran kooperatif
yang dikemukakan oleh Trianto adalah:
17
bagaimana mereka akan mencapai tujuan terbaik mereka dan membuat hubungan
kerja yang baik.21
2. Pengakuan keragaman.
Bertujuan agar siswa untuk mengakui teman mereka yang memiliki latar
belakang yang berbeda.
21
Trianto.op.cit. , hal. 60-61
22
Istarani, (2012), 58 model pembelajaran inovatif, Medan, hal. 12.
18
Keterampilan yang dimaksud meliputi berbagi tugas, menghargai
pendapat orang lain, mau berpendapat, aktif bertanya, bekerja sama dalam
kelompok, dan sebagainya. Menurut Ibrahim penerapan pembelajaran kooperatif
tipe NHT ada tiga konsep yaitu;
1.Pembentukan kelompok;
2.Pembicaraan masalah;
Tahap 1. Kesiapan
19
Dalam kerja kelompok, pendidik mengedarkan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan untuk dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan menjamin bahwa semua orang mengetahui
jawaban atas pertanyaan yang ada di LKS tersebut atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan mungkin berubah, dari yang bersifat spesifik dan
bersifat umum.
Pada tahap ini, guru memanggil satu nomor dan siswa dari setiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan mereka dan menyiapkan
jawaban mereka di kelas.
Tahap 6. Kesimpulan
Keuntungan:
2. Siswa yang cerdas dan siswa yang lemah keduanya mendapatkan keuntungan
melalui latihan pembelajaran kooperatif.
Kekurangan:
20
1. Siswa yang cerdas akan lebih sering memutuskan sehingga dapat menimbulkan
rasa minder dan pasif pada siswa yang lemah .
2. proses diskusi tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan dengan adanya
siswa yang pada dasarnya hanya menyalin dibuat oleh siswa yang berwawasan
luas tanpa memahami materi.
21
dan latar belakang, kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-
kelompok kecil. Pembelajaran dalam Teams Games Tournament (TGT)
setara dengan STAD dalam setiap hal kecuali satu, daripada tes dan kerangka
penilaian peningkatan tunggal, TGT menggunakan kompetisi permainan
akademik. Dalam turnamen tersebut, siswa bersaing untuk keuntungan
kelompok mereka dengan rekan-rekan lain yang setara dalam pelaksanaan
akademik mereka sebelumnya.
a. Pertunjukan kelas.
22
Menjelang awal pembelajaran pendidik menyampaikan materi dalam
pertunjukan kelas, biasanya dilakukan dengan mengoordinasikan pengajaran atau
pembicaraan, guru mengarahkan percakapan. Saat memperkenalkan kelas ini,
siswa benar-benar fokus dan mendapatkan materi yang diberikan oleh pendidik,
karena akan membantu siswa untuk bekerja lebih baik selama kerja kelompok.
Kelas dipisahkan menjadi kelompok kecil yang terdiri dari empat atau
lima siswa dengan berbagai kemampun berbeda. Fungsi kelompok adalah untuk
menjamin bahwa semua anggota dari kelompok belajar lebih khusus. Setiap
kelompok terdiri dari siswa dengan kapasitas tinggi, sedang dan rendah. Dalam
kelompok, setiap bagian saling membantu sehingga setiap siswa bisa
mendapatkan materi yang diberikan oleh pendidik.
3. Permainan
23
tanggapan yang berbeda. Skor ini akan dikumpulkan oleh siswa untuk turnamen
atau pertandingan mingguan.
4. Pertandingan (Turnamen)
5. Penghargaan kelompok
24
Ibid, h.166-175.
24
1. Tingkatkan lebih lanjut waktu yang diberikan untuk tugas
3. Dengan waktu yang singkat dapat mendominasi materi luar dan dalam
25
http://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-
pembelajaran-tgt-teams-games-tournament/(diunduh 27 februari 2022)
25
dibatasi oleh empat garis lurus sebagai sisinya.26Bangun
datar segi empat yang akan dibahas meliputi persegi
panjang, persegi.
a. PersegiPanjang
Persegi panjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang
perhadapan sejajar dan sama panjang, serta keempat
sudutnya siku-siku.27Perhatikan gambar (I) Segi empat
ABCD adalah persegi panjang dengan sisi AB sama panjang
dan sejajar dengan DC, sisi AD sama panjang
dan sejajar dengan BC,
A =B =C =D =90Sisi AB dan DC disebut panjang,
26
Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006. Matematika untuk
SMP Kelas VII, Jakarta : Erlangga, h.284.
27
Ibid, h.284.
26
=2(panjang +lebar )
=2(p +l)
L =panjang lebar
=p l
Contoh :
Jawab:
27
Diketahui p =10cm
l =7cm
maka :
K =2(p + l ) L =p l
=34cm =70cm2
a. Persegi
Perhatikan gambar (I) Segi empat ABCD adalah persegi dengan sisi
=4 s = ss
=s2
28
Ibid, h.289.
28
Contoh :
Jawab:
K=4s L =s2
=4 cm =(17cm)2
=68cm =289cm2
B. Kerangka Berpikir
29
menjelaskan pemikiran yang pada akhirnya membuat pemikiran yang lebih
masuk akal."29
29
Trianto, op cit., hal. 29
30
kombinasi data dengan tujuan akhir untuk mengatasi masalah. Tugas-tugas
akademik dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) mengarah pada pemberian kesempatan kepada sekelompok individu untuk
memberikan kontribusi yang berbeda, tidak hanya dimaksudkan untuk
menemukan solusi untuk masalah nyata (apa, siapa, di mana, pasti). sejenisnya).
Adanya sintetid dan analisis dalam pembelajaran tersebut sehingga merangsang
pengalaman dan ilmu pengetahuan siswa untuk mencari hal baru.
31
Berpikir Kreatif adalah interaksi penalaran yang memberikan berbagai
macam tanggapan potensial. Berpikir kritis diterapkan akan menciptakan banyak
pemikiran yang membantu dalam menemukan jawaban untuk masalah.
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif memerlukan pendekatan pembelajaran
yang dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan perspektif mereka.
32
mengetahui Perbedaan Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Team Games
Tournament (TGT) pada materi Perpangkatan dan akar. Metode
penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Populasi dalam
penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IX MTs PP. Tarbiyah Islamiyah
Hajoran Tahun Ajaran 2020/2021. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini yaitu random sampling. Sampel dalam penelitian ini
terdiri dri dua kelas yaitu IX-A berjumlah 40 orang sebagai kelas
eksperimen I (kelas Numbered Head Together) dan siswa kelas IX-B
berjumlah 40 orang sebagai kelas eksperimen II (kelas Team Games
Tournament). Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari soal tes
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berupa tes awal dan
tes akhir.
Berdasarkan pengujian hipotesis statistik dengan uji-t pada taraf
signifikan 0,05 didapat hasil -thitung lebih kecil dibandingkan -ttabel (-
2,7111< -2,0210), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
ini menunjukkan: terdapat perbedaan model pembelajaran Kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dan Team Games Tournament
(TGT) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di
kelas IX MTs PP. Tarbiyah Islamiyah Hajoran Tahun Ajaran
2020/2021.
2. Pengaruh Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa (Penelitian Eksperimen Pada SD Markus
Medan). Hasil penelitian ini menunjukkan Kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah lebih baik
dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi
pembelajaran konvensional.
D. Hipotesis
33
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan kerangka pikir di
atas, maka hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
1) Hipotesis Pertama
3) Hipotesis Ketiga
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Populasi
35
Menurut Sugiono "Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari:
objek/subyek dengan karakteristik tertentu yang tidak sepenuhnya ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian mencapai kesimpulan."30Sementara
"sampel adalah dari populasi tersebut oleh jumlah dan karakteristik yang
dimiliki."31
2. Sampel
30
Sugiono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, hal.117.
31
Ibid, hal.118.
36
kelas lagi untuk model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai eksperimen
kedua.
D. Defenisi Operasional
37
E. Teknik Pengumpulan Data
3. Melakukan analisis data pos-tes yaitu uji normalitas, uji homogenitas pada
kelas eksperimen satu dan kelas eksperimendua.
38
atau kelompok."32 Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk
kemampuan berpikir kreatif matematika bentuk uraian berjumlah 10 soal. 5 soal
berbentuk pra-tes dan 5 soal adalah pertanyaan pasca-tes dari kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa.
32
Suharsimi Arikunto, (2010), Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 193.
39
Jenis Kemampuan No.
Indikator Yang Diukur Materi
Berpikir Kreatif Soal
jawaban
suatu soal
40
Aspek Yang Dinilai Indikator Skor
pendekatan/caradigunakan
tidak berhasil
Skor Maksimal 5
benar
salah
Tidak menjawab 0
41
Aspek Yang Dinilai Indikator Skor
Skor Maksimal 5
benar
tetapi hasilsalah
Skor Maksimal 4
42
Aspek Yang Dinilai Indikator Skor
Persoalan
Skor Maksimal 6
Total Skor 20
43
5 90 SKBK 100 Sangat Baik
∑𝑋
𝑋̅= 𝑁
∑ 𝑿𝟐 ∑𝑿 2
SD=√ −( )
𝑵 𝑵
Dimana :
SD = Standar Devisi
∑ 𝑿𝟐
= Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N.
𝑵
∑𝑿
( 𝑵 ) 2 = semua skor dijumlahkan dibagi N kemudian dikuadratkan.
3. Uji Normalitas
44
a. Mencari bilangan baku
Mencari bilangan baku, digunakan rumus
𝑋1−𝑋
̅
Z1=
𝑆
Dimana:
𝑋̅ = rata-rata sampel
𝑆 = Simpangan Baku
b. Menghitung peluang S(𝑧1 )
c. Menghitung selisih F (𝑧1 ) - S (𝑍1 ), kemudian
d. Mengambil L0, yaitu harga paling besar diantara harga mutlak. Dengan
kriteria H0 ditolak jika L0˃L
4. Uji Homogenitas
H1 : Paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku formul yang digunakan
untuk uji Barlet.33
B = (Ʃ db) log s2
Keterangan :
db = n – 1
33
Indra Jaya. 2010. Statistik Penelitian Untuk Pendidikan.
Bandung: Citapustaka Media Perintis. h. 206.
45
si2 = Variansi dari setiap kelompok
s2 = Variansi gabungan
Dengan ketentuan :
5. Uji Hipotesis
Rumus Uju T :
𝑥̅ 1−𝑥̅2
t=𝑠 1 1
√𝑛 +𝑛
1 2
𝑥1 = rata-rata sampel 1
̅̅̅
𝑥2 = rata-rata sampel 2
̅̅̅
𝑆 = varians
46
DAFTAR PUSTAKA
47
Sukino dan Simangunsong, Wilson. 2006. Matematika untuk SMP Kelas VII.
Jakarta : Erlangga.
48