Anda di halaman 1dari 52

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR


DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA
KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH-53 SUKARAME
KEC.KUALUH HULU KAB. LABUHANBATU
UTARA T.P 2021/2022

Proposal Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

ADE FITRIANI DALIMUNTHE


NIM. 03.05.18.32.07

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................ ................................................................. i

DAFRTAR TABEL ................................. ................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................ ................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............. ................................................................. 1


B. Identifikasi masalah ..................... ................................................................. 4
C. Batasan Masalah .......................... ................................................................. 4
D. Rumusan masalah ........................ ................................................................. 4
E. Tujuan penelitian ......................... ................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ....................... ................................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI .................. ................................................................. 7

A. KerangkaTeori ............................. ................................................................. 7

1. Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika ............................................... 7


2. Pembelajaran Kooperatif ....... ................................................................. 11
3. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).................................... 14
4. Learning Teams Games Tournamanet(TGT)........................................... 17
5. Materi Bangun Datar Segi Empat ............................................................ 21
B. Kerangka Berpikir ........................ ................................................................. 24
C. Penelitian Yang Relevan. ............. ................................................................. 26
D. Hipotesis ........................................ .................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN ......... ................................................................. 29

A. Jenis Penelitian............................. ................................................................. 29


B. Tempat dan Waktu Penelitian ...... ................................................................. 29

C. Populasi dan Sampel .................... ................................................................. 29

D. Defenisi Operasional .................... ................................................................. 30

E. Teknik Pengumpulan Data ........... ................................................................. 30

F. Instrumen Pengumpulan Data ...... ................................................................. 32


G. Teknik Analisis Data.................... ................................................................. 36
i
DAFTAR PUSTAKA .............................. ................................................................. 40

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika .......................... 32

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ............................ 33

Tabel 3.3 Interval Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kreatif ................................. 36

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah memainkan peran penting dalam menciptakan manusia yang


berkualitas. Sekolah selalu berhubungan dengan orang-orang, dengan pengertian
sebagai pekerjaan sadar untuk menumbuhkan kapasitas manusia yang esensial
seideal mungkin seperti yang ditunjukkan oleh kemampuan mereka.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan


hampir pada setiap bagian dari kehidupan manusia yang membutuhkan berbagai
masalah untuk ditangani melalui upaya untuk mendominasi dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan inovasi lebih lanjut. Memiliki pilihan untuk mengambil
bagian dalam persaingan di seluruh dunia, maka penting untuk mengembangkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat berpikir inovatif mengikuti
perkembangan peristiwa ini. Disengaja atau tidak, kualitas SDM tersebut bisa
dipengaruhi oleh kualitas pendidikannya. SDM yang hebat adalah SDM yang
dapat menggunakan kemampuan berfikir secara kreatif sehingga segala
kemungkinan yang ada di dalamnya akan dieksplorasi.

Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yang tertuang dalam
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 yaitu:

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban


bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

1
BNSP, (2006), Standar Isi : untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, hal.
3.

1
Tingkah laku seseorang yang berpikir kreatif sebagaimana dimaksud di
atas dirasa penting bagi siswa selama dan setelah sistem pembelajaran. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal berperan penting dalam mengembangkan dan
membina kemampuan berfikir kreatif siswa. Salah satu mata pelajaran yang
diberikan di sekolah adalah matematika.

Matematika sebagai ilmu yang tersebar luas yang mendasari peningkatan


teknologi saat ini, memainkan peran penting dalam berbagai kereta dan
memajukan kekuatan ide manusia. Kemajuan pesat di bidang teknologi informasi
dan komunikasi saat ini tergantung pada kemajuan ilmu pengetahuan di bidang
hipotesis bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit,
sehingga pembelajaran di sekolah harus fokus pada pergantian peristiwa, baik
dulu, sekarang dan yang akan datang.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu tujuan pembelajaran


matematika. Indira Sunito mengungkapkan bahwa:

Kreativitas lebih berpusat pada cara berpikir. Seorang individu yang


berpikir secara kreatif akan mengarang pemikiran yang kreatif atau
menarik, suatu kapasitas keseluruhan yang membuat suatu hal baru,
sebagai kapasitas untuk memberikan pemikiran-pemikiran baru yang dapat
diterapkan dalam berpikir kritis, atau sebagai kapasitas untuk melihat
hubungan baru antar komponen sebelumnya.2

Pembelajaran merupakan inti dari pendidikan yang kompleks dan dinamis


dalam suatu instansi, sehingga pengajar, khususnya pendidik, perlu melakukan
teknik pembelajaran.

2
Indira Sunito, (2013), Metaphorming: Beberapa Strategi Berpikir
Kreatif. Jakarta: Indeks, hal. 46.

2
Riyanto berpendapat bahwa “Teknik pembelajaran adalah strategi pendidik dalam
membuat berdaya, efektif, dan meningkatkan kapasitas dan interaksi antara siswa
dan komponen pelajaran dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pengajaran”.3

Pembelajaran matematika yang biasa dilakukan saat ini adalah


pembelajaran berbasis kepada siswa. Siswa diharapkan aktif dan mandiri dalam
membangun wawasannya sendiri, pendidik hanya sebagai fasilitator dan
pendamping.

Berdasarkan survei pada guru SMP Muhammadiyah-53 Sukarame dikelas


VII, bahwa proses pembelajaran matematika yang terjadi saat ini adalah
pembelajaran terfokus pada pengajar, bukan pada siswa. Masih ada pengajar yang
beranggapan bahwa belajar matematika adalah penuangan informasi atau
pemindahan informasi dari otak pendidik ke otak siswa.

Pendidik sebagai pemberi informasi dan siswa menyimak, guru


memberikan contoh soal dan mengerjakannya kemudian, lalu memberikan soal
untuk ditangani oleh siswa yang sama seperti contoh soal yang diberikan oleh
guru. Hal ini membuat siswa tidak dapat untuk mengembangkan kreativitas
mereka, siswa hanya berpikir rendah, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah
berfikir kreatif. Guru harus memiliki pilihan untuk menerapkan model pendidikan
yang berubah-ubah.

Karena dengan menerapkan model mengajar yang berubah-ubah dapat


membantu siswa dalam belajar sehingga siswa secara efektif menyelesaikan soal-
soal latihan dan dapat menguasai materi yang diberikan. Diperlukan solusi yang
tepat dalam mengatasi permasalahan tersebut sehingga dapat diarapkan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika

3
Yatim Riyanto, (2010), Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, hal. 132.

3
secara mandiri, dengan memanfaatkan model pembelajaran yang tepat sesuai
dengan permasalahan yang ada.

Model pembelajaran yang dapat dipilih dan diyakini memiliki pilihan


untuk mengasah kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika
siswa di kelas VII SMP Muhammadiyah-53 Sukarame adalah model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan model
pembelajaran kooperatif Teams Games Competition (TGT). Melalui model
pembelajaran tersebut dapat memberikan solusi dan lingkungan baru yang
menarik yang dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Berdasarkan gambaran di atas, peneliti perlu meneliti apakah terdapat


perbedaan yang besar dalam pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa yang
diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) dan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran tipe Teams Games
Competition ( TGT). Dengan cara ini, peneliti akan melaksanakan penelitian
dengan judul: “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Antara
Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dan Team Games Competition (TGT) di Kelas VII SMP
Muhammadiyah-53 Sukareme Tahun Ajaran 2021/2022"

B. Identifikasi masalah

Sesuai dengan landasan di atas, ada beberapa masalah yang dapat dikenali
sebagai berikut:

1. Kemampuan berfikir kreatif siswa masih kurang

2. Kerangka pembelajaran yang tidak membuka pintu bagi siswa untuk berpikir
kreatif dalam menangani masalah.

4
3. Model pembelajaran yang kreatif jarang digunakan oleh pendidik.

4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.

C. Batasan Masalah

Setiap bagian dari pembelajaran matematika memiliki ruang lingkup yang


sangat luas, sehingga agar tidak terlalu melebar, penting untuk membatasi
masalah dalam penelitian ini untuk lebih fokus. Peneliti hanya akan meneliti
siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) dan Teams Games Competition (TGT) pada kemampuan berfikir kreatif
matematika mereka.

D. Rumusan masalah

Dilihat dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah
dalam tinjauan ini, maka permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika siswa SMP


Muhammadiyah-53 Sukarame di kelas VII yang diajarkan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa SMP Muhammadiyah-53


Sukarame di kelas VII yang diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Competition (TGT) ?

3. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematika antara siswa


SMP Muhammadiyah-53 Sukarame di kelas VII yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Competition (TGT) ?

5
E. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematika siawa SMP


Muhammadiyah-53 Sukarame di kelas VII yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT).
2. Untuk mengetahui kemampuan siswa SMP Muhammadiyah-53 Sukarame
di kelas VII yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Competition (TGT).
3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematika
antara siswa SMP Muhammadiyah-53 Sukarame di kelas VII yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) dan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Competition (TGT).

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitia ini adalah:

1. Untuk peneliti

memberi gambaran atau data tentang perbedaan kemampuan berfikir kreatif


matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Competition (TGT) selama sistem pembelajaran berlangsung.

2. Untuk siswa

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together


(NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Competition
(TGT) selama penelitian pada dasarnya akan memberikan pengalaman baru dan

6
mendorong siswa untuk secara efektif dikaitkan dengan belajar bagaimana
membiasakan diri melakukan keterampilan dalam berpikir kreatif matematika.

3. Untuk Guru Matematika dan sekolah

Memberi pilihan atau ragam model pembelajaran matematika yang akan


diciptakan agar lebih menarik, produktif, kreatif dan inovatif dalam
pelaksanaannya dengan memperbaiki kelemahan atau kekurangannya serta
memperbaiki pelaksanaan hal-hal yang dianggap baik.

4. Untuk Kepala Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran untuk


mengambil pengaturan dalam penggunaan kemajuan pembelajaran baik
matematika ataupun mata pelajaran yang lain sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas sekolah dan kualitas guru.

5. Untuk pembaca

Sebagai bahan data untuk dibaca atau peneliti lain yang perlu melakukan
penelitian yang sama.

7
8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KerangkaTeori

1. Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika

Istilah matematika berasal dari kata latin mathematica, yang pada awalnya
diambil dari kata Yunani mathematike, dan yang berarti “menghubungkan dengan
belajar”. Kata tersebut memiliki akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau
ilmu. "Kata mathematike berhubungan erat dengan kata lain yang sebanding, yaitu
mathanein yang berarti belajari (berpikir)."4 Ini tidak berarti bahwa ilmu-ilmu
yang berbeda tidak diperoleh melalui berpikir, namun dalam matematika itu
menekankan latihan di bidang proporsi (berpikir).

Seperti yang diungkapkan oleh Herman Hudojo mengatakan bahwa "Ilmu


tidak hanya berhubungan dengan angka dan aktivitasnya, tetapi juga komponen
ruangan sebagai tujuannya".5 Objek penelaahan matematika tidak sekedar
kuantitas tetapi ini lebih menegaskan kepada pola, hubungan, struktur dan bentuk
karena pada kenyataannya, dalam matematika sasaran tidak banyak artinya.
Artinya matematika ini bersifat abstrak, berkenaan dengan konsep abstrak dan
penalarannta deduktif. Matematika adalah bidang ilmu yang merupakan alat untuk
berpikir, menyampaikan, alat untuk mengurus berbagai masalah pragmatis, yang
komponennya adalah rasional dan intuisi, penyelidikan dan konstruksi, generalitas
dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar,
geometri, dan analisis.

4
Turmudi,(2001),StrategiPembelajaranMatematikaKontemporer,Bandung:JICA, hal. 18.

5
Herman Hudojo, (2005), Pengembangan Kurikulum Dan pembelajaran
Matematika,Malang: Universitas Negeri Malang.Press, hal. 37.

9
Menurut Hamzah “Perwujudan pembelajaran matematika adalah tindakan
psikologis untuk memahami makna dan koneksi dan gambar, kemudian, pada saat
itu, menerapkannya pada situasi nyata”.6

Berkonsentrasi pada matematika, baik formal maupun non-formal, akan


memperoleh informasi yang sangat membantu selamanya. Islam mewajibkan
setiap orang beriman untuk mendapatkan informasi secara eksklusif untuk bekerja
pada cara hidup mereka.

Hal itu dipertegas dalam Al-Qur’an Surah Al-Mujâdilah ayat 11 yang berbunyi:

Artinya:“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamukerjakan”.7

Para ahli spikologi dan ahli pendidikan memberikan berbagai arti


mendidik. Sebagaimana dikemukakan oleh W. Gulo “Mendidik adalah pekerjaan
memberi informasi dan pekerjaan mempersiapkan kapasitas”.8

Seperti yang dikemukakan oleh Erman Suherman “Belajar aritmatika


sebagai interaksi belajar yang melibatkan siswa secara efektif membangun

6
Ibid, hal.130.

7
Nata Abudin, H., (2002) Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, jakarta

8
W.Gulo, (2002), Stategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grasindo

10
pengetahuan matematika”. 9
Pembelajaran matematika harus memiliki pilihan
untuk menginspirasi siswa untuk mengambil bagian secara efektif dan memiliki
pilihan untuk mengembangkan bagian dari perspektif, informasi, dan kemampuan
mereka. Kemajuan ilmu pengetahuan juga perlu menekankan hubungan antara
pendidik, siswa, dan materi pembelajaran dan aset pembelajaran.

Menurut Rahayu, konsep pembelajaran matematika adalah interaksi yang


sengaja direncanakan untuk menciptakan suasana ekologis yang memungkinkan
seseorang (siswa) untuk melakukan latihan pembelajaran matematika harus
memberikan peluang terbuka bagi siswa untuk mencoba mencari pengalaman
tentang matematika.10

Dalam pandangan konstruktivis, gagasan belajar adalah bahwa seorang


anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah-masalah tertentu
sehubungan dengan perkembangan pengetahuan yang diperolehnya sambil
merenungkan dan anak itu berusaha untuk menyelesaikannya.

Mata pelajaran di kelas, kita sering mengamati bahwa sistem


pembelajarannya kurang kuat. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya
kesiapan siswa belajar, yang mencakup kemajuan keilmuan siswa dan peluang
tumbuhnya siswa yang belum dapat mengolah materi tersebut.

Kemampuan matematis didefenisikan oleh NCTM sebagai, “Mathematical


power includes the ability to explore, conjecture and reason logically to solve
non-routin problems, to communicate about and through mathematics and to
connect ideas within mathematics and between mathematics and other intellectual
activity.” Kemampuan matematika adalah kemampuan untuk menghadapi
permasalahan, baik dalam matematika maupun kehidupan nyata. Kemampuan
matematika terdiri dari:

9
Suherman,Erman,(2003),EvaluasiPembelajaranMatematika,Bandung:JICA.UPI. hal. 71.

10
Rahayu,(2007), Evaluasi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Departeme Pendidikan
Nasional Universitas Terbuka, hal. 2.

11
1. Penalaran matematika,

2. komunikasi matematika,

3. Pemecahan masalah matematika,

4. Pemahaman konsep matematika,

5. Berpikir kritis dan

6. Berpikir kreatif.1111

Berpikir kreatif sebagai proses pengembangan pemikiran yang menggaris


bawahi bagian dari keakraban, kemampuan beradaptasi, rasa ingin tahu, dan
detail. Berfikir kreatif percaya bahwa dorongan untuk memperoleh pengetahuan
baru, metodologi baru, sudut pandang baru, atau pendekatan yang lebih baik
untuk mendapatkan sesuatu.

Berpikir kreatif adalah (ekspresi) dari keunikan orang dalam kolaborasi


mereka dengan keadaan mereka saat ini. Ungkapan kreatif ini mencerminkan
orang tersebut. Ungkapan pribadi yang luar biasa dapat diantisipasi untuk
menghasilkan pemikiran baru dan produk-produk inovatif dan memiliki ciri-ciri:
misalnya, memiliki opsi untuk membimbing diri sendiri ke objek tertentu,
memiliki opsi untuk merinci pemikiran, memiliki opsi untuk menyelidiki
pemikiran dan kualitas pribadi. mampu untuk membuat pemikiran baru dalam
berpikir kritis.

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati mengatakan bahwa “Creativity is a


mental process by which an individual creates new ideas or products, or
recombines existing ideas and product, in fashion that is novel to him or her” "
kreativitas adalah interaksi psikologis yang diselesaikan oleh orang-orang sebagai

11
http://febiana-farrahtan.blogspot.com/2012/04/blog-post.html?=1 (diundu
20 februari 2022).

12
pemikiran atau item baru, atau campuran dari keduanya yang pada akhirnya akan
melekat pada mereka.12

Secara umum, kreativitas adalah gerakan psikologis untuk membuat


hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga
ditemukan campuran yang tepat. Asosiasi kreatif terjadi melalui penalaran
analogis. Hubungan pikiran menyusun pikiran baru. Berfikir kreatif mengabaikan
koneksi yang ditata, dan membuat koneksinya sendiri. Berfikir kreatif adalah
tindakan psikologis untuk mengamati campuran yang belum diketahui
sebelumnya.berpikir kreatif juga dapat dilihat sebagai siklus yang digunakan
ketika suatu proses seorang individul memunculkan atau mendatangkan suatu
pemikiran baru. Pemikiran baru merupakan perpaduan pemikiran masa lalu yang
belum pernah diwujudkan.

Kemampuan berfikir kreatif matematika yang akan dicapai siswa dalam


penelitian ini dapat dilihat dari; Keakraban adalah kemampuan untuk
menghasilkan banyak pemikiran, kemampuan beradaptasi adalah kemampuan
untuk memperkenalkan pengaturan atau cara yang berbeda untuk menangani
masalah, detail atau kerja sama (kolaborasi) adalah kapasitas untuk menambah
keadaan atau masalah sehingga menjadi lengkap. merincinya secara detail yang
didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata, orisinilitas
(originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara
uang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.

2. Pembelajaran Kooperatif

12
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, (2010), Strategi Pengembangan
Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, Jakarta: Kencana, hal. 13.

13
Proses pembelajaran pendidik harus memiliki model atau teknik agar siswa
dapat belajar dengan efesien dan efektif, seperti yang ditunjukkan oleh tujuan
yang diharapkan.

Wina Sanjaya menjelaskan bahwa “Metodologi pembelajaran adalah suatu


kegiatan yang harus diselesaikan oleh pendidik dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan sukses dan efisien.”13 Teknik pembelajaran
adalah sekumpulan bahan dan sistem pembelajaran yang digunakan secara
bersama-sama untuk menciptakan hasil belajar pada siswa.

Beberapa metode pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam sistem


pembelajaran. Salah satunya adalah pembelajaran yang menyenangkan.

Trianto mengungkapkan bahwa “Dalam pembelajaran yang kooperatif siswa


belajar bersama-sama dalam menyelesaikan tugas kelompok untuk mencapai
tujuan bersama dan setiap bagian perkumpulan mempunyai kewajiban yang sama
mengenai pencapaian kelompok.”14

Pembelajaran kooperatif muncul dari gagasan bahwa siswa akan lebih


efektif menemukan dan memahami keterampilan atau materi pembelajaran
dengan melakukan diskusi dengan teman mereka. Siswa mencoba sesuatu yang
sama memberi dan mendapatkan informasi antar individu untuk membuat
pemahaman total terhadap ide-ide tertentu. Hakikat sosial dan pemanfaatan
kelompok pendamping merupakan bagian utama dari pembelajaran kooperatif.

Menurut teori pengembangan Piaget, ia berpendapat bahwa "Kolaborasi


sosial dengan rekan-rekan yang terjadi dalam proses pembelajaran kooperatif,

13
Wina Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, hal. 126

14
Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 57.

14
terutama berdebat dan berbicara tentang membantu menjelaskan pemikiran yang
pada akhirnya membuat berpikir lebih logis."15

Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Musa ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

Artinya : “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah laksana bangunan


yang saling menguatkan bagian satu dengan bagian yang lainnya.” (HR. Bukhari
dan Muslim)”.16

Berdasarkan hadits ini disampaikan bahwa pentingnya kerjasama untuk mencapai


suatu tujuan. Adanya kerjasama diharapkan dapat menciptakan suasana yang
saling mendukung, saling menguatkan dan saling menghargai.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran berkumpul yang


memiliki prinsip-prinsip tertentu. Pedoman dasar pembelajaran kooperatif adalah
bahwa siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran yang kooperatif, siswa yang
pandai mengajari siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa yang
kurang pandai bisa belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak
teman yang membantu dan memacu mereka.17

Trianto menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah strategi


sebuah kelompok pengajaran untuk mencapai tujuan bersama sehingga siswa
dilibatkan bekerja secara bersama-sama ”.18

15
Ibid, hal, 29.

16
Hajar, bin Ahmad bin Ali, (2001), Fathul Baari, Maktabah Darul Ilmiah.

17
Made Wena, (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,
Jakarta: Bumi Aksara, hal. 189.

18
Trianto, op. cit, hal. 58.

15
untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam sebuah usaha disusun dalam
pembelajaran kooperatif, siswa diarahkan dan diberikan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok,siswa diberikan
kesempatan belajar bersama-sama dan berinteraksi dengan siswa yang berlatar
belakang yang berbeda-beda.

Para ahli telah mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooperatif mampu


menumbuhkan kemampuan berfikir kreatif, dan dapat meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik, serta siswa unggul dalam memahami konsep-
konsep yang sulit”.19

Strategi pembelajaran kooperatif disusun siswa bekerja sama


menyelesaikan tugas-tugas akademik sehingga dapat memberikan keuntungan
kepada semua siswa baik siswa kelompok bawah dan siswa kelompok atas.

Sama halnya dengan uraian diatas, Wina Sanjaya mengemukakan dua


pendapat yaitu:

Pertama, penggunaan pembelajaran kooperatif dari


beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa siswa
dapat meningkatkan hasil prestasi belajar, sekaligus
menumbuhkan rasa sikap menerima kekurangan diri dan
orang lain, dan dapat meningkatkan kemampuan
hubungan sosial. Kedua, penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat melaksanakan agar siswa belajar
berpikir, serta memecahkan masalah, dan menyatukan
pengetahuan dengan keterampilan.20

19
Ibid, hal. 59

20
Wina Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran:Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.

Jakarta: Prenada Media Grup, hal. 242.

16
Adapun komponen penting dan standar dasar dari pembelajaran kooperatif
yang dikemukakan oleh Trianto adalah:

a. Asosiasi positif antar bahasa. Dalam pembelajaran kooperatif siswa merasa


bahwa mereka bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama
lain. Seorang pengganti tidak akan efektif kecuali jika semua orang dari
kelompoknya juga produktif. Siswa akan merasa bahwa mereka penting untuk
sebuah pertemuan yang juga menambah keberhasilan pertemuan tersebut.

b. Hubungan antara siswa berkembang. Pembelajaran yang menyenangkan akan


memperluas komunikasi antar siswa. Hal ini, terjadi jika satu siswa akan
membantu siswa yang berbeda dengan sebagai individu dari kelompok tersebut.
Bantuan umum ini akan terjadi secara normal karena kegagalan satu orang dalam
sebuah kelompok mempengaruhi kesuksesan kelompok tersebut. Untuk mengatasi
masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman
sekelompok mereka. Interaksi ini yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif
adalah bertukar pikiran tentang masalah yang sedang dihadapi bersama.

c. Kewajiban individu. Kewajiban individu dalam pembelajaran kelompok dapat


berupa kewajiban siswa dalam hal : (a) membantu siswa yang membutuhkan
bantuan dan (b) siswa tidak bisa begitu saja "membonceng" pada apa yang dibuat
oleh teman-- teman sekelompoknya.

d. Kemampuan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam pembelajaran


kooperatif, selain diharapkan untuk menguasai materi, seorang siswa diharapkan
dapat mengetahui bagaimana berinteraksi dengan siswa yang berbeda dalam
kelompok tersebut. Bagaimana siswa bertindak sebagai anggota kelompok dan
menyampaikan pemikiran dalam kelompok akan membutuhkan keterampilan
khusus.

e. Proses berkelompok. Pembelajaran kooperatif tidak akan terjadi tanpa adanya


siklus kelompok. Proses kelompok terjadi ketika sekelompok individu memeriksa

17
bagaimana mereka akan mencapai tujuan terbaik mereka dan membuat hubungan
kerja yang baik.21

3. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu perkembangan penyampaian


materi yang melibatkan kelompok sebagai wadah untuk menggabungkan
wawasan/pertimbangan siswa atas pertanyaan yang diajukan oleh pendidik,
yang kemudian akan ditanggungg jawabkan oleh siswa sesuai dengan nomor
kelompok permintaan dari pendidik dan setiap kelompok masing-masing.
Demikian dalam kelompok, siswa diberi nomor sesuai urutan.22

Pembelajaran bermanfaat NHT adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif


yang menekankan sebuahstrukturi khusus yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang ingin dicapai dalam Pembelajaran


yang bermanfaat dengan tipe NHT, yaitu:

1. Hasil belajar akademik struktural.

Bertujuan untuk lebih mengembangkan prestasi akademik.

2. Pengakuan keragaman.

Bertujuan agar siswa untuk mengakui teman mereka yang memiliki latar
belakang yang berbeda.

3. Kemajuan keterampilan sosial.

Bertujuan untuk kemajuan keterampilan sosial siswa.

21
Trianto.op.cit. , hal. 60-61

22
Istarani, (2012), 58 model pembelajaran inovatif, Medan, hal. 12.

18
Keterampilan yang dimaksud meliputi berbagi tugas, menghargai
pendapat orang lain, mau berpendapat, aktif bertanya, bekerja sama dalam
kelompok, dan sebagainya. Menurut Ibrahim penerapan pembelajaran kooperatif
tipe NHT ada tiga konsep yaitu;

1.Pembentukan kelompok;

2.Pembicaraan masalah;

3.pertukaran antar jawaban keompok

Tahapan-tahapan tersebut kemudian dibentuk oleh Ibrahim menjadi enam


tahapan sebagai berikut:

Tahap 1. Kesiapan

Pada tahap ini pendidik menyiapkan ilustrasi rencana dengan membuat


Situasi Belajar (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran bermanfaat tipe NHT. Tahap 2. Pembentukan kelompok

Pengaturan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran bermanfaat


jenis NHT. guru memisahkan siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari
3-5 siswa. guru memberikan nomor kepada setiap siswa dalam suatu kelompok
dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
kombinasi dari landasan sosial, ras, suku, orientasi dan kapasitas belajar. Terlebih
lagi, dalam pengembangan kelompok, nilai pre-test digunakan sebagai alasan
untuk menentukan setiap masinng-masing kelompok.

Tahap 3. Kelompok harus memiliki masing-masing buku panduan atau buku


paket

Pembentukan kelompok. setiap keompok harus masing-masing siswa


memiliki buku panduan atau buku paket, agar memudahkan siswa menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh guru.

Tahap 4. pembicaraan masalah

19
Dalam kerja kelompok, pendidik mengedarkan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan untuk dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan menjamin bahwa semua orang mengetahui
jawaban atas pertanyaan yang ada di LKS tersebut atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan mungkin berubah, dari yang bersifat spesifik dan
bersifat umum.

Tahap 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Pada tahap ini, guru memanggil satu nomor dan siswa dari setiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan mereka dan menyiapkan
jawaban mereka di kelas.

Tahap 6. Kesimpulan

Guru dan siswa menyelesaikan solusi terakhir untuk semua pertanyaan


yang berhubungan dengan materi yang diperkenalkan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Suwarno bahwa pembelajaran model


Numbered Head Together (NHT) memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:

Keuntungan:

1. Acara interaksii antar siswa melalui percakapan/siswa bersama dalam


mengatasi permasalahan yang mereka hadapi.

2. Siswa yang cerdas dan siswa yang lemah keduanya mendapatkan keuntungan
melalui latihan pembelajaran kooperatif.

3. Dengan bekerja dengan baik, peluang pengembangan pengetahuan akan lebih


besar/peluang bagi siswa untuk mencapai hasil akhir yang diharapkan.

4. Dapat membuka pintu bagi siswa untuk menggunakan kemampuan berdiskusi,


keterampilln bertanya, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

Kekurangan:

20
1. Siswa yang cerdas akan lebih sering memutuskan sehingga dapat menimbulkan
rasa minder dan pasif pada siswa yang lemah .

2. proses diskusi tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan dengan adanya
siswa yang pada dasarnya hanya menyalin dibuat oleh siswa yang berwawasan
luas tanpa memahami materi.

3. pengelompokan siswa membutuhkan pengaturan tempat duduk yang berbeda


dan membutuhkan waktu yang khusus.

4. Learning Teams Games Tournamanet(TGT)

Teams Games Tournament (TGT) awalnya dikembangkan oleh


Davied Devries dan Keith Edward, ini adalah strategi perolehan utama dari
Johns Hopkins. "Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah pembelajaran yang
terdiri dari kerangka belajar kelompok dan penilaian yang terdiri dari
permainan, sebagai pertandingan yang dimainkan oleh setiap siswa dalam
kelompok.”23

Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah suatu jenis


atau model pembelajaran yang bermanfaat yang tidak sulit untuk diterapkan,
mencakup latihan semua siswa tanpa perlu membedakan status, termasuk
tugas siswa sebagai pelatih sebaya dan mengandung komponen permainan.
Latihan pembelajaran dengan permainan yang direncanakan dalam Teams
Games Tournament (TGT) memungkinkan bagi siswa untuk belajar lebih
bebas serta mendorong tanggung jawab, kejujuran, partisipasi, persaingan
yang sehat dan inklusi pembelajaran.

Model ini dipisahkan menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri


dari 4 sampai 5 siswa dengan berbagai tingkat kemampuan, jenis kelamin,
23
Ibid, hal. 13.

21
dan latar belakang, kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-
kelompok kecil. Pembelajaran dalam Teams Games Tournament (TGT)
setara dengan STAD dalam setiap hal kecuali satu, daripada tes dan kerangka
penilaian peningkatan tunggal, TGT menggunakan kompetisi permainan
akademik. Dalam turnamen tersebut, siswa bersaing untuk keuntungan
kelompok mereka dengan rekan-rekan lain yang setara dalam pelaksanaan
akademik mereka sebelumnya.

Ciri-ciri pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah


siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 individu yang saling
bekerja sama dan duduk salingg berhadapan, siswa saling membantu dan
heterogen, baik jenis kelamin maupun kapasitas kemampuan. Sistem
pembelajaran terjadi, menggunakan keterampilan kooperatif sehingga siswa
dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok mereka untuk
meningkatkan hubungan kerja sama, selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah untuk membantu teman satu kelompok mereka untuk
mencapai pemenuhan materi yang diperkenalkan oleh guru, siswa harus tidak
mengakhiri pembelajaran sebelum mereka yakin bahwa anggota
kelompoknya menyelesaikan tugas mereka.

Pembelajaran kooperatif Teams Games tournament (TGT) adalah


semacam penemuan bermanfaat yang menempatkan siswa dalam
berkonsentrasi pada kelompok, yang terdiri dari 4-6 orang, yang memiliki
berbagai kapasitas dan mengandung komponen permainan dan kontes.

Pembelajaran kooperatif Teams Games tournament (TGT) dapat


memperluas inspirasi belajar, karena kompetisi yang diadakan menjelang
akhir setiap ilustrasi merupakan penghiburan bagi siswa untuk tampil sebagai
kelompok terbaik.

Seperti yang dikemukakan oleh Slavin, ada lima bagian pembelajaran


kooperatif TGT, yaitu:

a. Pertunjukan kelas.

22
Menjelang awal pembelajaran pendidik menyampaikan materi dalam
pertunjukan kelas, biasanya dilakukan dengan mengoordinasikan pengajaran atau
pembicaraan, guru mengarahkan percakapan. Saat memperkenalkan kelas ini,
siswa benar-benar fokus dan mendapatkan materi yang diberikan oleh pendidik,
karena akan membantu siswa untuk bekerja lebih baik selama kerja kelompok.

b. Berkonsentrasi pada pembagian kelompok

Kelas dipisahkan menjadi kelompok kecil yang terdiri dari empat atau
lima siswa dengan berbagai kemampun berbeda. Fungsi kelompok adalah untuk
menjamin bahwa semua anggota dari kelompok belajar lebih khusus. Setiap
kelompok terdiri dari siswa dengan kapasitas tinggi, sedang dan rendah. Dalam
kelompok, setiap bagian saling membantu sehingga setiap siswa bisa
mendapatkan materi yang diberikan oleh pendidik.

Ketika waktu diskusi selesai dan siswa akan diberangkatkan untuk


mengikuti turnamen, kelompok tersebut akan berubah menjadi sebuah kelompok
dimana setiap rekan yang akan diutus baru mengetahui tnggung jawab mereka
sebagai wakil dari kelompok mereka masing-masing. Dalam kelompok ini, tidak
ada yang menjadi ketua. Semua rekan kerja memiliki tanggung jawab yang sama
dan mengetahui segala sesuatu yang mereka kelola tanpa ada yang menyuruh
mereka. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menawarkan manfaat terbaik
untuk kelompoknya.

3. Permainan

Permainan ini dimaksudkan untuk menguji pengetahuan siswa yang


berupa soal-soal yang sesuai dengan materi yang diberikan. Permainan ini
dimainkan oleh masing-masing utusan dari setiap kelompok, dengan kemampuan
setara di meja pertandingan. Puncak pertandingan berupa soal atau soal dan kunci
jawaban bernomor. Seorang siswa akan mengambil kartu bernomor dan
membaca pertanyaan dari nomor yang ditarik, dan berusaha menjawab
pertanyaan. Siswa yang berbeda mungkin akan menantang jika mereka memiliki

23
tanggapan yang berbeda. Skor ini akan dikumpulkan oleh siswa untuk turnamen
atau pertandingan mingguan.

4. Pertandingan (Turnamen)

Turnamen atau pertandingan adalah struktur pembelajaran, di mana game


atau permainan terjadi. Umumnya turnamen atau pertandingan diadakan
menjelang akhir minggu atau di setiap unit setelah pendidik membuat pertunjukan
kelas dan pertemuan itu membahas lembar kerja siswa (LKPD). Dalam turnamen
atau pertandingan utama, pendidik memisahkan siswa ke dalam beberapa tabel
turnamen atau pertandingan. Tiga siswa berprestasi tertinggi dikumpulkan di meja
I, tiga siswa berikutnya di meja II, dst.

Perwujudan dari pertandingan ini adalah pertandingan di meja turnamen


yang terdiri dari tiga atau empat anggota dari kelompok yang memiliki
kemampuan seimbang. Menjelang dimulainya pertandingan, diumumkan
pengaturan meja untuk setiap siswa. Setiap meja diturunkan kode angka (sebagai
nomor meja) sehingga siswa tidak mengetahui meja mana yang tinggi dan mana
yang rendah.

5. Penghargaan kelompok

Tindakan mendasar dalam perkembangan ini adalah menghitung poin-poin


yang diperoleh setiap kelompok belajar dari setiap meja pertandingan. Guru
kemudian, melaporkan kelompok kemenangan, masing-masing kelompok akan
mendapatkan hadiah, apabila skor memenuhi model yang telah ditentukan.
Kehormatan diberikan mengingat nilai setiap kelompok, di mana kriteria
penghargaan kelompok yang ditetapkan oleh Slavin.24

Tipe pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) ini memiliki


kelebihan dan kekurangan. Seperti yang diungkapkan Suarjana, kelebihan
pembelajaran TGT antara lain:

24
Ibid, h.166-175.

24
1. Tingkatkan lebih lanjut waktu yang diberikan untuk tugas

2. Berfokus pada penerimaan perbedaan terhadap individu

3. Dengan waktu yang singkat dapat mendominasi materi luar dan dalam

4. Proses pendidikan dan pembelajaran berlangsung dengan keaktifan para siswa

5. mendidik siswa untuk berlatih dalam bergaul dengan orang lain

6. Inspirasi belajar yang lebih tinggi

7. Hasil belajar yang lebih baik

8. Meningkatkan kebajikan, kesadaran, dan toleransi.25

Sedangkan kekurangan dari TGT adalah kesulitan dalam pengelompokan


siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen sampai dengan akademis.
Kekurangan ini dapat diatasi dengan jika pendidik yang berperan sebagai
regulator berhati-hati dalam memutuskan pembagian waktu yang dihabiskan
siswa untuk diskusi hingga melawati waktu yang telah ditentukan. Masalah ini
dapat diatasi dengan jika guru dapat menguasai kelas secara keseluruhan. Masih
ada siswa berkemampuan tinggi yang tidak terbiasa dan sulit untuk
mengungkapkannya kepada siswa lain. Mengatasi kekurangan ini, tugas guru
adalah untuk mengarahkan siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi
dengan tepat agar mereka dapat dan mampu mengkomunikasikan wawasan
mereka kepada siswa yang berbeda.

5. Materi Bangun Datar Segi Empat

Segi empat adalah suatu bidang datar yang dibentuk/

25
http://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-
pembelajaran-tgt-teams-games-tournament/(diunduh 27 februari 2022)

25
dibatasi oleh empat garis lurus sebagai sisinya.26Bangun
datar segi empat yang akan dibahas meliputi persegi
panjang, persegi.

a. PersegiPanjang
Persegi panjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang
perhadapan sejajar dan sama panjang, serta keempat
sudutnya siku-siku.27Perhatikan gambar (I) Segi empat
ABCD adalah persegi panjang dengan sisi AB sama panjang
dan sejajar dengan DC, sisi AD sama panjang
dan sejajar dengan BC,
A =B =C =D =90Sisi AB dan DC disebut panjang,

sisi AD dan BC. disebut lebar, sedangkan AC dan DB disebut diagonal.


Diagonal adalah garis yang ditarik dari satu titik sudut ke titik sudut yang
lain yangberhadapan.

Sifat-sifat persegi panjang, yaitu (a) sisi-sisi yang


berhadapan sama panjang dan sejajar, (a) setiap sudutnya
siku-siku, (c) mempunyai dua buah diagonal yang sama
panjang dan saling berpotongan di titik pusat persegi
panjang. Titik tersebut membagi diagonal menjadi dua
bagian sama panjang, (d) mempunyai 2 sumbu simetri yaitu
sumbu vertikal dan horizontal.

Keliling persegi panjang

K =(2 panjang )+(2 lebar )

26
Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006. Matematika untuk
SMP Kelas VII, Jakarta : Erlangga, h.284.

27
Ibid, h.284.

26
=2(panjang +lebar )

=2(p +l)

Luas persegi panjang

L =panjang lebar

=p l

Contoh :

Tentukan keliling dan luas persegi panjangnya 10 cm dan lebarnya 7


cm.

Jawab:

27
Diketahui p =10cm
l =7cm
maka :

K =2(p + l ) L =p  l

=2(10cm+7cm) =10cm 7cm

=34cm =70cm2

a. Persegi

Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang.

Perhatikan gambar (I) Segi empat ABCD adalah persegi dengan sisi

AB =BC =DC =DA, A=B=C=D=90 Sisi perseginya adalah AB,

BC, CD, dan DA, sedangkan AC dan DB disebut diagonal persegi.

Sifat-sifat persegi, yaitu (a) semua sisinya sama panjang

dan sisi-sisi yang berhadapan sejajar, (b) setiap sudut siku-

siku, (c) mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang,

berpotongan di tengah-tengah, dan membentuk sudut siku-

siku, (d) setiap sudutnya dibagi dua sama besat oleh

diagonal-diagonalnya, (e) memiliki 4 sumbu simetri.28

Keliling persegi Luas persegi

K=4sisi L =sisi sisi

=4 s = ss

=s2

28
Ibid, h.289.

28
Contoh :

Tentukan keliling dan luas persegi apabila panjang sisinya 17cm!

Jawab:

Diketahui s =17cm , maka :

K=4s L =s2

=4 cm =(17cm)2

=68cm =289cm2

Materi bangun datar merupakan salah satu mata pelajaran yanglumayan


sulit bagi siswa untuk belajar. Siswa mudah lelah, kurang aktif dalam belajar.
Dengan cara ini, siswa membutuhkan model pembelajaran yang cocok untuk
mereka dalam belajar. Seperti yang saya pikirkan, jenis model pembelajaran
kooperatif tippe Numbered Head Together (NHT) dan Teams Games Tournament
(TGT) lebih cocok digunakan dalam pembelajaran bangun datar.

Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan tipe Teams


Games Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran berkelompok yang
dapat dibuat untuk siswa dalam pembelajaran, karena bekerja secara berkelompok
lebih mudah daripada bekerja sendiri. Bekerja sama dengan teman sekelompok
lebih mudah bagi siswa dan menjadi tempat untuk menggabungkan pikiran.

B. Kerangka Berpikir

Pada saat proses pembelajaran matematika terjadi, seorang pendidik


diandalkan untuk memiliki pilihan untuk memilih model pembelajaran yang pas
dan lebih layak untuk mendapatkan hasil yang ideal, terutama dalam
mengembangkan lebih lanjut kemampuan berpikir kreatif matematika.

Seperti yang dikatakan oleh Piaget tentang teori perkembangan, ia


berpendapat bahwa "Hubungan sosial dengan rekan-rekan yang terjadi dalam
proses belajar kooperatif, terutama bersaing dan belajar membantu dengan

29
menjelaskan pemikiran yang pada akhirnya membuat pemikiran yang lebih
masuk akal."29

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe


Numbered Heads Together (NHT) untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir
kreatif matematika. Penilaian serupa juga dilakukan dalam pembelajaran
kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Hal ini dilakukan untuk melihat
perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang diajar dengan
pembelajarankooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Team Games
Tournament (TGT). Adapun kerangka berpikir pada penelitian ini akan dijabarkan
sebagai berikut:

1. Terdapat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang diajar


dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT).

Berpikir adalah tindakan psikologis yang dialami oleh individu ketika


mereka dihadapkan dengan suatu masalah atau keadaan yang harus diselesaikan.
Seseorang mengerjakan soal matematika, dia tidak dapat dipisahkan dari tindakan
berpikir. Berpikir kreatif adalah sudut pandang yang menciptakan bermacam-
macam respons potensial. Pemecahan masalah sambil menerapkan berpikir kreatif
akan menciptakan banyak pemikiran berguna dalam mnemukan penyelesaian atas
masalah. meningkatkan kemampuan berpikir kreatif membutuhkan pendekatan
penguasaan yang dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan perspektif
mereka.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together


(NHT) dalam sistem pembelajaran kemungkinan akan menghasilkan kemampua
berpikir kreatif siswa dalam matematika. Model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) mendorong kepada perolehan, analisis, dan

29
Trianto, op cit., hal. 29

30
kombinasi data dengan tujuan akhir untuk mengatasi masalah. Tugas-tugas
akademik dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) mengarah pada pemberian kesempatan kepada sekelompok individu untuk
memberikan kontribusi yang berbeda, tidak hanya dimaksudkan untuk
menemukan solusi untuk masalah nyata (apa, siapa, di mana, pasti). sejenisnya).
Adanya sintetid dan analisis dalam pembelajaran tersebut sehingga merangsang
pengalaman dan ilmu pengetahuan siswa untuk mencari hal baru.

2. Terdapat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang diajar


dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament(TGT).

Berpikir Kreatif adalah sudut pandang yang memberikan berbagai macam


tanggapan potensial. Menerapkan berpikir kreatif akan memberikan banyak
pemikiran berharga dalam menemukan jawaban untuk masalah. Meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif membutuhkan pendekatan pembelajaran yang dapat
membangkitkan siswa untuk mengembangkan perspektif mereka.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen


(TGT) dalam sistem pembelajaran kemungkinan akan menghasilkan kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa. Salah satu jenis atau model pembelajaran
kooperatif yang tidak sulit untuk diterapkan, mencakup latihan semua siswa tanpa
perbedaan status, termasuk tugas siswa sebagai tutor sebaya dan berisi komponen
permainan. Aktivitas pembelajaran dengan permainan yang direncanakan dalam
Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa belajar lebih bebas serta
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, partisipasi, kompetisi yang solid dan
keterlibatan belajar.

3. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematika antara


siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT)

31
Berpikir Kreatif adalah interaksi penalaran yang memberikan berbagai
macam tanggapan potensial. Berpikir kritis diterapkan akan menciptakan banyak
pemikiran yang membantu dalam menemukan jawaban untuk masalah.
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif memerlukan pendekatan pembelajaran
yang dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan perspektif mereka.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together


(NHT) dalam sistem pembelajaran mungkin akan membuat kemampuan berpikir
kreatif siswa menjadi lebih baik daripada siswa yang ditunjukkan dengan model
pembelajaran kooperatiif tipe TGT. Model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) mendorong perolehan, penyelidikan, dan
penggabungan data dengan tujuan akhir untuk menangani masalah.

Tugas-tugas akademik dalam model pembelajaran kooperatif tipe


Numbered Heads Together (NHT) model pembelajaran kooperatif mengarah
pada pemberian kesempatan kepada sekelompok individu untuk memberi
kontribusi yang berbeda, tidak hanya dimaksudkan untuk menemukan solusi
untuk masalah nyata (apa, siapa, di mana, pasti). sejenisnya). Adanya persatuan
dan penelitian dalam pembelajaran tersebut sehingga merangsang kapasitas
keilmuan dan pengalaman siswa untuk menemukan hal yang benar-benar baru
dibandingkan siswa yang diberikan jenis model pembelajaran kooperatif tipe TGT
yang layak untuk menunjukkan pembelajaran yang bertujuan dengan satu
jawaban yang benar. Dengan demikian hal ini menyatakan bahwa kemampuan
berpikir kreatif siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif siswa menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.

C. Penelitian Yang Relevan.

1. Hasil belajar matematika siswa salah satunya ditentukan oleh


kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa dapat dibentuk dengan baik
melalui penerapan model pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk

32
mengetahui Perbedaan Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Team Games
Tournament (TGT) pada materi Perpangkatan dan akar. Metode
penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Populasi dalam
penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IX MTs PP. Tarbiyah Islamiyah
Hajoran Tahun Ajaran 2020/2021. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini yaitu random sampling. Sampel dalam penelitian ini
terdiri dri dua kelas yaitu IX-A berjumlah 40 orang sebagai kelas
eksperimen I (kelas Numbered Head Together) dan siswa kelas IX-B
berjumlah 40 orang sebagai kelas eksperimen II (kelas Team Games
Tournament). Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari soal tes
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berupa tes awal dan
tes akhir.
Berdasarkan pengujian hipotesis statistik dengan uji-t pada taraf
signifikan 0,05 didapat hasil -thitung lebih kecil dibandingkan -ttabel (-
2,7111< -2,0210), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
ini menunjukkan: terdapat perbedaan model pembelajaran Kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dan Team Games Tournament
(TGT) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di
kelas IX MTs PP. Tarbiyah Islamiyah Hajoran Tahun Ajaran
2020/2021.
2. Pengaruh Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa (Penelitian Eksperimen Pada SD Markus
Medan). Hasil penelitian ini menunjukkan Kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah lebih baik
dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi
pembelajaran konvensional.

D. Hipotesis

33
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan kerangka pikir di
atas, maka hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

1) Hipotesis Pertama

Ho: Tidak terdapat kemampuan berpikir kreatif


matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
kelasVII.
Ha: Terdapat kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
kelasVII.
2) Hipotesis Kedua

Ho: Tidak terdapat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang


diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelasVII.
Ha: Terdapat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelasVII.

3) Hipotesis Ketiga

Ho: Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematika


antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelasVII.
Ha: Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematika antara
siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelasVII.

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memutuskan perbedaan antara kedua


model pembelajaran tersebut pada kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
kelas VII SMP Muhammadiyah-53 Sukarame T.A. 2021/2022 pada materi segi
empat. Penelitian ini merupakan penelitian eskperimen dengan jenis penelitiannya
adalah quasi eksperiment (eksperimen semu) karena kelas yang digunakan sudah
terbentuk sebelumnya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah-53 Sukarame yang


terletak di Jalan Abdul Wahid, Desa sukarame,Dusun kp.Baru Timur, kec.Kualuh
Hulu,Kab.Labuhanbatu Utara. Adapun alasan memilihan sekolah ini sebagai
tempat penelitian adalah:

1. Menerapkan pradigma pembelajaran yang baru menyadari bahwa selama


ini pembelajaran yang dilakukan masih pada umumnya dan belum pernah
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

2. Sekolah tersedia untuk diteliti agar dapat memperbaiki dan


mengembangkan pembelajaran.

Penelitian dilakukan pada semester II Tahun Pelajaran 2021/2022.


Kepastian rencana penelitian disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan
oleh kepala sekolah. Topik yang dipilih dalam penelitian ini adalah: “Segi Empat”
yang merupakan materi pada jadwal kelas VII yang sedang dipelajari pada
semester tersebut.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

35
Menurut Sugiono "Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari:
objek/subyek dengan karakteristik tertentu yang tidak sepenuhnya ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian mencapai kesimpulan."30Sementara
"sampel adalah dari populasi tersebut oleh jumlah dan karakteristik yang
dimiliki."31

Daerah populasi dalam penelitian ini tidak seluruhnya bersifat tetap,


khususnya SMP yang berada di Desa Sukarame. peneliti memilih populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiya-53.

Ditetapkan siswa kelas VII berdasarkan dari pertimbangan, antara lain:


siswa kelas VII adalah siswa baru yang sedang dalam masa peralihan dari SD/MI
ke SMP/MTs sehingga lebih mudah diarahkan. Sementara untuk siswa kelas VIII,
dapat dibayangkan bahwa gaya belajar mereka telah terarah dan telah dibentuk
sehingga lebih sulit untuk membimbing mereka. Sementara itu, kelas IX sedang
mempersiapkan UN sehingga tidak mugkin diteliti.

2. Sampel

Sampel sangat bagian dari jumlah dan karakteristik dari populasi.


Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel berkelompok, karena
contoh diambil dengan kelompok, bukan perorang. Subyek yang diteliti biasanya
berkelompok.

Peneliti tidak boleh sembarangan mengambil siswa untuk membentuk


kelas lain, jadi peneliti mengambil unit sampling terkecil adalah kelas. Satu kelas
dipilih dari tiga kelas SMP Muhammayidah-53 Sukarame. Satu kelas untuk
model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai eksperimen pertama, dan satu

30
Sugiono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, hal.117.

31
Ibid, hal.118.

36
kelas lagi untuk model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai eksperimen
kedua.

Kelompok model pembelajaran kooperatif tipe NHT dibagi menjadi


kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat hingga lima orang. Orang-orang
dari kelompok heterogen terdiri dari siswa yang cerdas, sedang dan lemah.
Metode penentuan kelmpok tergantung pada manfaat yang diperoleh dari hasil
yang diperoleh dari masing-masing pengajar kelas. Pada model pembelajaran
kooperati tipe TGT dibagi menjadi beberapa kelompok kecil sebanyak 5 individu.
Orang-orang dari kelompok heterogen terdiri dari siswa yang cerdas, sedang dan
lemah.

D. Defenisi Operasional

Untuk menghindari berbagai pemahaman tentang penggunaan istilah


dalam penelitian ini, penting untuk memberikan defenisi operasional pada
variabel penelitian sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT (A1) merupakan model


pembelajaran yang terdiri dari empat tahap, yaitu penomoran, pengajuan
pertanyaan, berpikir bersama, dan menawarkan tanggapan.

2. Model Pembelajaran kooperatif tipeTGT (A2) merupakan model


pembelajaran yang menyangkut lima tahapan pokok, yaitu: (1)
Pertunjukan kelas, (2) Pembagian keompok, (3) Permainan, (4) Turnamen
(Kompetisi), dan (5 ) Penghargaan kelompok.

3. Kemampuan berpikir kreatif (B1) adalah kemampuan yang dapat


menghasilkan pemikiran sendiri dengan menggabungkan atau mereaksikan
pemikiran yang ada atau kemampuan siswa dalam menciptakan berbagai
potensi tanggapan dan cara mengatasi masalah. Secara fungsional,
kreativitas dapat dicirikan sebagai kemampuan yang mencerminkan
kelancaran (fleksibilitas) dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan
untuk memperluas, mencipta, memajukan, merinci suatu pemikiran.

37
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang tepat untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berpikir


kreatif matematika adalah melalui tes. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan tes melibatkan tes kemampuan berpikir kreatif matematika. Tes
tersebut diberikan kepada semua siswa pada kelompok eskperimen pertama dan
eksperimen kedua. Semua siswa menyelesaikan atau menjawab dengan aturan
yang ditetapkan oleh peneliti pada awal atau lembar utama tes untuk pengumpulan
data. Teknik pengumpulan data adalah sebagai pertanyaan dalam bentuk uraian
materi segi empat sebanyak 5 pertanyaan. Teknik pengumpulan data ada
bermacam-macam yaitu:

1. Memberikan pre-tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelas


eksperimen satu dan eksperimen dua.

2. Memberikan pos-tes untuk mengetahui hasil tes kemampuan berpikir


kreatif matematika siswa pada kelas eksperimen satu dandua.

3. Melakukan analisis data pos-tes yaitu uji normalitas, uji homogenitas pada
kelas eksperimen satu dan kelas eksperimendua.

4. Melakukan analisis data pos-tes yaitu uji hipotesis dengan menggunakan


Uji T.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, jadi instrumen


yang digunakan dalam ulasan ini adalah bentuk tes. "Tes adalah serentetan
pertanyaan atau kegiatan dan perangkat berbeda yang digunakan untuk mengukur
kemampuan, informasi wawasan, kapasitas atau bakat yang digerakkan oleh orang

38
atau kelompok."32 Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk
kemampuan berpikir kreatif matematika bentuk uraian berjumlah 10 soal. 5 soal
berbentuk pra-tes dan 5 soal adalah pertanyaan pasca-tes dari kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa.

Tes tersebut akan digambarkan sebagai berikut

1) Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (Instrumen - I dan Instrumen II)

Data tentang hasil kemampuan bepikir kreatif diperoleh melalui


penyusunan tes tertulis, yaitu post-test. Tes diberikan kepada kelompok percobaan
setelah perlakuan. Instrumen ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa dalam menguasai materi segiempat pada siswa kelas VII
SMP Muhammadiyah-53 sukarame.

Tes diberikan setelah perlakuan selesai. Tujuannya adalah untuk melihat


kemampuan berpikir kreatif mtematika siswa. Instrumen yang digunakan oleh
peneliti tersebut diambil dari tesis Dinda Puteri Rezeki yang telah diujicobakan
sebelumnya dan telah memenuhi kriteria perangkat penilaian yang baik, yang
memiliki opsi untuk mencerminkan kemampuan sebenarnya dari tes yang sedang
dinilai.

Menjamin validasi isi dilakukan dengan menyusun kerangka soal tes


kemampuan berpikir kreatif matematika sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika

32
Suharsimi Arikunto, (2010), Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 193.

39
Jenis Kemampuan No.
Indikator Yang Diukur Materi
Berpikir Kreatif Soal

Fluency Menuliskan banyak cara dalam

(Kelancaran) menjawab soal.

Menjawab soal lebih dari satu

jawaban

Fleksibilitas Menjawab soal secara


Segi
(Keluwesan) beragam/bervariasi 1,2,3,4,5
Empat
Elaborasi Mengembangkan atau

(Kejelasan) memperkaya gagasanjawaban

suatu soal

Originality Memberikan cara penyelesaian

(Keaslian) lain dari yang sudah biasa.

(Sumber: Dinda Puteri Rezeki, 2012)

Penilaian untuk jawaban-jawaban kemampuan berpikir

kreatif matematika siswa disesuaikan dengan kondisi soal-

soal yang diberikan. Adapun pedoman penyekoran

didasarkan pada pedoman penilaian rubrik untuk

kemampuan berpikir kreatif matematika sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

40
Aspek Yang Dinilai Indikator Skor

Fluency Seluruh jawaban benar dan beberapa 5

pendekatan/caradigunakan

Paling tidak dua jawaban benar diberikan dan 4

dua cara digunakan

Paling tidak satu jawaban benar diberikan dan 2

satu cara digunakan untuk memecahkan soal

Jawaban tidak lengkap atau cara yang dipakai 1

tidak berhasil

Skor Maksimal 5

Fleksibilitas Memberi jawaban yang beragam dan benar 5

Memberi jawaban yang beragam tetapi salah 4

Memberi jawaban yang tidak beragam tetapi 2

benar

Memberi jawaban yang tidak beragam dan 1

salah

Tidak menjawab 0

41
Aspek Yang Dinilai Indikator Skor

Skor Maksimal 5

Elaborasi Langkah-langkah pemecahan yang akurat dan 4

benar

Langkah-langkah pemecahan yang akurat 3

tetapi hasilsalah

Langkah-langkah pemecahan yang tidak 2

akurat tetapi hasilbenar

Langkah-langkah pemecahan yang tidak 1

akurat tetapi hasilsalah

Sedikit atau tidak ada penjelasan 0

Skor Maksimal 4

Originality Cara yang dipakai berbeda dan menarik. Cara 6

yang hanya dipakai oleh satu atau dua siswa

Cara yang dipakai tidak biasa dan berhasil. 5

Cara digunakan oleh sedikit siswa

Cara yang dipakai merupakan solusi soal, 3

tetapi masih umum

Cara yang digunakan bukan merupakan solusi 1

42
Aspek Yang Dinilai Indikator Skor

Persoalan

Skor Maksimal 6

Total Skor 20

(Sumber: Dinda Puteri Rezeki, 2012)

G. Teknik Analisis Data


1. Analisis Deskriptif

Data dari hasil post-test kemampuan berpikir kreatif dibedah secara


deskriptif sepenuhnya dimaksudkan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa setelah pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Penetapan kriteria kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa berpedoman pada Sudijono dengan kriteria sebagai berikut: “Sangat Kurang
Baik, Kurang Baik, Cukup, Baik, Sangat Baik”, sedangkan penentuan standar
minimal kemampuan berpikir kreatif berpedoman oleh Kriteria Ketuntusan
Minimal (KKM ) 65. Mengingat Dari pandangan ini, hasil dari pasca-percobaan
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap akhir sistem pembelajaran
dapat diperkenalkan dalam interval kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interval Kriteria Skor


Kemampuan Berpikir Kreatif

No Interval Nilai Kategori Penilaian

1 0 SKBK <45 Sangat Kurang Baik

2 45 SKBK <65 Kurang Baik

3 65 SKBK <75 Cukup Baik

4 75 SKBK <90 Baik

43
5 90 SKBK 100 Sangat Baik

(Sumber: Dinda Puteri Rezeki, 2012 )


Keterangan : SKBK = Skor Kemampuan Berpikir Kreatif

Berdasarkan kriteria diatas, suatu kelas dikatakan


telah menguasai kemampuan berpikir kreatif secara kriteria
apabila 80% terdapat siswa berada pada kategori minimal
“Cukup Baik”
2. Analisis Statistik Inferensial
Setelah data diperoleh kemudian diolah dengan teknik
analisis data sebagai berikut:
(a) Menghitung rata-rata skor denganrumus:

∑𝑋
𝑋̅= 𝑁

(b) Menghitung standardeviasi

Standar deviasi dapat dicari dengan rumus:

∑ 𝑿𝟐 ∑𝑿 2
SD=√ −( )
𝑵 𝑵

Dimana :

SD = Standar Devisi

∑ 𝑿𝟐
= Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N.
𝑵

∑𝑿
( 𝑵 ) 2 = semua skor dijumlahkan dibagi N kemudian dikuadratkan.

3. Uji Normalitas

Menguji apakah sampel berdistribusi normal atau tidak digunakan uji


normalitas liliefors. Langkah-langkah sebagai berikut:

44
a. Mencari bilangan baku
Mencari bilangan baku, digunakan rumus
𝑋1−𝑋
̅
Z1=
𝑆
Dimana:
𝑋̅ = rata-rata sampel
𝑆 = Simpangan Baku
b. Menghitung peluang S(𝑧1 )
c. Menghitung selisih F (𝑧1 ) - S (𝑍1 ), kemudian
d. Mengambil L0, yaitu harga paling besar diantara harga mutlak. Dengan
kriteria H0 ditolak jika L0˃L
4. Uji Homogenitas

Mengetahui vaian sampel digunakan uji homogenitas


menggunakan uji Barlet. Hipotesisstatistik yang di uji dinyatakan sebagai
berikut:

H0 : 𝜎12 = 𝜎22 = 𝜎32 = 𝜎42 = 𝜎52

H1 : Paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku formul yang digunakan
untuk uji Barlet.33

X2 = (In 10) {B – Ʃ (db). Log si2 }

B = (Ʃ db) log s2

Keterangan :

db = n – 1

n = banyaknya subyek setiap kelompok

33
Indra Jaya. 2010. Statistik Penelitian Untuk Pendidikan.
Bandung: Citapustaka Media Perintis. h. 206.

45
si2 = Variansi dari setiap kelompok

s2 = Variansi gabungan

Dengan ketentuan :

➢ Tolak H0 jika X2hitung ˃ x2 tabel (Tidak Homogen)


➢ Terima H0 jika X2hitung ˂ x2tabel (Homogen)

X2 tabel merupakan daftar distribusi chi-kuadrat dengan db = k – 1 (banyaknya


kelompok) dan 𝛼 – 0,05

5. Uji Hipotesis

Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif

matematika antara siswa yang diajar dengan model

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi segi empat

dilakukan dengan Uji Tuckey karena jumlah sampel setiap

kelas sama. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui

perbedaan model Pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap

kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.

Rumus Uju T :

𝑥̅ 1−𝑥̅2
t=𝑠 1 1
√𝑛 +𝑛
1 2

𝑥1 = rata-rata sampel 1
̅̅̅

𝑥2 = rata-rata sampel 2
̅̅̅

𝑆 = varians

46
DAFTAR PUSTAKA

B Uno, Hamzah. 2011. Strategi Pembelajaran Menciptakan proses belajar


mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

BNSP.2006. Standar Isi: untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.


Jakarta: Kemendikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat


Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran


Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Istarani, 2013. model pembelajaran inovatif. Medan.

Jaya, Indra. 2010. Statistik Penelitian Untuk Pendidikan. Bandung: Citapustaka


Media Perintis.

Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pembangunan. Vol 1. No 2 Februari


2016.

Rachmawati, Yeni. dan Kurniati, Euis. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas


Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

47
Sukino dan Simangunsong, Wilson. 2006. Matematika untuk SMP Kelas VII.
Jakarta : Erlangga.

Turmudi. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :


JICA. Toha, Anggoro dkk. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit UT
Depdiknas

48

Anda mungkin juga menyukai