id
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
2. Pembelajaran Kooperatif
Ragam pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning cukup
banyak seperti Learning Together, TGT (Teams Games Tournament), Group
Investigation (GI), Constructive controversy, Jigsaw, Jigsaw I, Jigsaw II.
Berkaitan dengan model-model pembelajaran seperti disampaikan Nesrin
(2004:49) menyatakan bahwa :”Cooperative learning method includes many
technique. Some of these are : Learning Together, Team games-tournaments,
Group investigation, Constructive controversy, Jigsaw producers”.
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerja secara kolaboratif.
Tentunya berhubungan dengan kelompok. Kelompok yang dibentuk hanya
berkisar 4 – 5 orang, berarti kelompok yang dibentuk adalah kelompok kecil.
Tujuan dibentuk kelompok kecil adalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
Selain siswa belajar secara berkelompok dalam pembelajaran
kooperatif (seperti telah diuraikan di atas) terdapat beberapa ciri dari
pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Setiap anggota memiliki peran.
b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara para siswa.
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
anggota sekelompoknya.
d. Guru membantu para siswa untuk mengembangkan keterampilan
interpersonal kelompok.
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
6. Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
Penelitian yang dilakukan oleh Doymus, K. tahun 2007 yang
dipublikasikan dalam jurnal internasional yang berjudul :“Effects of a
Cooperative Learning Strategy and Learning Phases of Matter and One-
Component Phase Diagrams” menyatakan bahwa:
“the results indicate that the instruction based on cooperative learning
yielded significantly better achievement in terms of the Chemistry
Achievement Test (CAT) and Phase Achievement Test (PAT) scores
compared to the test scores of the control group, which was taught
with traditionally designed chemistry instruction”
didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Games
atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen oleh beberapa siswa
yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Siswa memilih
kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat
skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen
atau lomba mingguan.
4. Tournament.
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau
permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir
minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan
kelompok sudah mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Turnamen atau
lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja
turnamen atau lomba. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan
pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai
berikut. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal,
penantang I, penantang II, dan seterusnya dengan cara undian. Kemudian
penantang I mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan
kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan
nomor undian yang diambil oleh penantang I. Selanjutnya soal dikerjakan
secara mandiri oleh pembaca soal, penantang I, penantang II, dan
seterusnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah
waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pembaca soal akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang I
searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban
dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar. Jika
semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan
dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis
dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap
commit todapat
peserta dalam satu meja turnamen user berperan sebagai pembaca soal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
TEAM B TEAM C
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Yang artinya bahwa Numbered Heads Together, salah satu strategi pembelajaran
kooperatif, lebih efektif daripada pengajaran tradisional dalam wilayah akademik
seperti pembelajaran sosial dan sains. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-
sama menggunakan model pembelajaran NHT dan pembelajaran langsung
(tradisional). Perbedaan pada penelitian yang dilakukan Haydon, Maheady dan
Hunter pada pembelajaran sosial dan sains, sedangkan penelitian ini adalah pada
pembelajaran matematika
C. Kerangka Berpikir
1. Kaitan antara model pembelajaran dengan prestasi belajar matematika
Berdasarkan kajian teori di atas dapat dikemukakan kerangka
pemikiran dalam penelitian ini, bahwa keberhasilan proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan pengajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, di antaranya adalah
model pembelajaran dan Kecerdasan Emosional siswa. Pemilihan model
pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi akan dapat menghambat
tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam memilih model pembelajaran
seorang guru harus tahu terlebih dahulu macam-macam model dan kesesuaian
model dengan materi yang akan disampaikan.
Model Pembelajaran kooperatif TGT adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok belajar yang heterogen. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-
sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok
yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok
yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau
menjelaskannya.
Model Pembelajaran kooperatif NHT setiap siswa menjadi lebih siap
ketika guru menyebutkan nomor anggota kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya dan melatih siswa untuk bertanggung jawab
dengan jawaban mereka karena jawaban tersebut adalah jawaban kelompok
commit
bukan jawaban individu. Model to user
pembelajaran kooperatif tipe NHT ini juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran TGT akan memberikan prestasi belajar yang
lebih baik dibandingkan model pembelajaran NHT dan pembelajaran
langsung. Model pembelajaran NHT akan memberikan prestasi belajar yang
lebih baik dibandingkan pembelajaran langsung pada materi operasi bentuk
aljabar.
2. Prestasi belajar siswa dengan Kecerdasan Emosional tinggi akan lebih baik
daripada siswa dengan Kecerdasan Emosional sedang dan rendah, siswa
dengan kecerdasan emosi sedang akan lebih baik dibanding siswa dengan
Kecerdasan Emosional yang rendah.
3. Pada siswa dengan Kecerdasan Emosional tinggi, model pembelajaran
kooperatif tipe TGT, NHT, dan model pembelajaran langsung memberikan
prestasi sama baiknya. Pada siswa dengan Kecerdasan Emosional sedang,
model pembelajaran TGT memberikan prestasi yang lebih baik daripada tipe
NHT dan model pembelajran langsung. Pada siswa dengan Kecerdasan
Emosional sedang, model pembelajaran NHT menghasilkan prestasi yang
lebih baik daripada model pembelajaran langsung. Pada siswa berkecerdasan
Emosional rendah, model pembelajaran TGT memberikan prestasi yang lebih
baik daripada model pembelajaran NHT dan model pembelajaran langsung.
Pada siswa dengan Kecerdasan Emosional rendah, model pembelajaran NHT
akan memberikan prestasi yang lebih baik daripada model pembelajaran
langsung.
4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dengan Kecerdasan
Emosional tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa
dengan Kecerdasan Emosional sedang dan rendah. Siswa dengan Kecerdasan
Emosional sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa
dengan Kecerdasan Emosional rendah. Pada model pembelajaran NHT, siswa
commit
dengan Kecerdasan Emosional tinggitodan
user
sedang mempunyai prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
yang sama baiknya. Siswa dengan Kecerdasan Emosional tinggi dan sedang
akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan
Kecerdasan Emosional rendah. Pada model pembelajaran langsung, siswa
dengan Kecerdasan Emosional tinggi mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada siswa dengan Kecerdasan Emosional sedang dan
rendah. Siswa dengan Kecerdasan Emosional sedang dan rendah mempunyai
prestasi belajar matematika yang sama baiknya.
commit to user