Dosen Pembimbing:
Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani, sehingga kita dapat mensyukuri nikmat yang Allah berikan terhadap kita.
Sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita, nabi agung Muhammad saw, yang
telah menuntun kita dari zaman jahiliah menuju zaman islamiyah yakni Addinul Islam.
Dalam makalah ini memuat tentang Hukum keluarga, perkawinan dan kekuasaan
serta perwalian, makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum
Keluarga. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu sehingga
makalah dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Hukum keluarga, perkawinan dan kekuasaan serta perwalian.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan
kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan atau penguraian dalam
makalah kami.
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. .5
B. Perkawinan ................................................................................. 6
D. Perwalian .................................................................................... 8
A. Kesimpulan ................................................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Keluarga Islam sebagai tawaran untuk menyelesaikan beberapa
permasalahan, sebab hukum keluarga dianggap sebagai inti syari’ah. Pada hakikatnya
bukan bermaksud untuk mengajarkan kepada umat islam dalam berumah tangga dapat
mempraktekannya, akan tetapi hukum disini bersifat solutif, artinya hukum islam
memberikan solusi-solusi dalam menyelesaikan permasalahan keluarga yang terjadi.
Akan tetapi terkadang hukum-hukum yang telah ada belum dapat dipahami terkait
hikmah dan filsafatnya sehingga berakibat kepada anggapan hukum islam yang tidak
lagi repsentatif dalam menyelesaikan perkara perdata keluarga islam.
Di Indonesia upaya konkret pembaharuan hukum keluarga islam dimulai
sekitar tahun 1960-an yang kemudian berujung lahirnya Undang-Undang No. 1 Th
1974 tentang perkawinan. Sebelum perkawinan diatur, urusan perkawinan diatur
melalui beragam hukum, antara lain hukum adat, hukum islam tradisional, hukum
perkawinan campuran dan sebagainya sesuai dengan agama dan adat istiadat masing-
masing. Upaya pembaharuan hukum keluarga selanjutnya terjadi pada masa mentri
Agama Munawir Syadzali. Upaya ini ditandai dengan lahirnya Kompilasi Hukum
Islam (KHI) pada tanggal 10 juni 1991 yang materinya mencakup aturan perkawinan,
kewarisan dan pewakafan yang diperuntukan untuk umat islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai pengertian hukum keluarga?
2. Apa yang dimaksud dengan perkawinan?
3. Apa itu kekuasaan orang tua?
4. Apa itu perwalian?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang hukum keluarga.
2. Mengetahui tentang apa itu perkawian
3. Mengetahui tentang kekuasaan orang tua
4. Mengetahui tentang perwalian
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Keluarga
1. Pengertian
Sebelum membahas tentang hukum keluarga kita pahami dulu apa yang
dimaksud dengan keluarga. Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu kula dan
warga (kulawarga) yang berarti “anggota, kelompok atau kerabat”. Keluarga
sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan darah,
terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut. Dan
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dan
saling ketergantungan.
Keluarga dapat dilihat ada keluarga luas dan keluarga inti. Keluarga luas
ditarik atas dasar garis keturunan diatas keluarga aslinya, keluarga ini meliputi
hubungan antara paman dan bibi, keluarga kakek dan keluarga nenek. Sedangkan
keluarga inti yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak mereka.
Ciri-ciri keluarga bersifat universal, artinya ciri-ciri tersebut dapat kita
temukan dalam masyarakat apa saja, seperti berikut:
1. Keluarga yang terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan,
darah atau adopsi. Maksudnya, yang mengikat suami dan istri adalah
perkawinan, yang mempersatukan orang tua dengan anaknya adalah hubungan
darah dan juga melalui adopsi (pengangkatan)
2. Keluarga yang para anggota keluarganya biasanya hidup bersama dalam satu
rumah tangga (household). Kadang-kadang terdiri dari kakek, nenek, anak-
anaknya, serta cucu-cucunya. Dan kadang hanya terdiri dari suami istri tanpa
adanya anak.
3. Keluarga yang mempertahankan suatu kebudayaan bersama, yang sebagian
besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas. Misalnya, kebudayaan
keluarga Batak sama dengan kebudayaan Batak pada umumnya.
2
Istilah Hukum Keluarga berasal dari terjemahan kata Familierecht (Belanda)
atau law of familie (Inggris). Berikut beberapa pengertian hukum keluarga:
Ada beberapa asas hukum yang dapat diterapkan dalam hukum keluarga di
Indonesia, yaitu:
1. Asas Monogami, yaitu seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri,
demikian pula sebaliknya. (pasal 27 KUHPerdata dan pasal 3 UU No. 1 Th
1974)
2. Asas Konsensual, yaitu suatu asas bahwa perkawinan atau perwalian dikatakan
sah apabila terdapat persetujuan atau konsensus antara suami-istri yang akan
3
melangsungkan perkawinan atau keluarga (Pasal 28 KUHPerdata dan Pasal 6
UU No. 1 Th 1974)
3. Asas Proporsional, yaitu suatu asas dimana hak dan kedudukan istri adalah
seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalah kehidupan rumah tangga dan
dalam pergaulan masyarakat ( Pasal 31 UU No. 1 Th 1974)
4. Asas persatuan bulat, yaitu suatu asas dimana antara suami istri terjadi persatuan
harta benda yang dimilikinya ( Pasal 119 KUHPerdata).
3. Dasar Hukum Keluarga
4
terjalin dalam waktu yang panjang dan melibatkan aspek ekonomi, sosial,
tanggung jawab pasangan, kedekatan fisik, serta hubungan seksual.
Menurut Stinnett (dalam Turner & Helms, 1987) terdapat berbagai alasan
seseorang melakukan perkawinan, diantaranya:
5
Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, dalam kekuasaan orang tua
harus mencerminkan kesadaran akan kewajiban mereka untuk bertindak atas
kepentingan anak-anaknya dan mempertahankan keseimbangan antara hak dan
kewajiban mereka untuk mensejahterakan anak-anaknya.
Mengenai kekuasaan orang tua diatur didalam KUHPerdata Buku 1 Titel XIV
Pasal 298-329, dan UU No. 1 Tahun 1974 LN 1974-1 Pasal 45 sampai dengan
pasal 49. Menurut Pasal 45 (1) UU No. 1/1974, kedua orang tua wajib memelihara
dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Kewajiban ini didalah
KUHPerdata diatur dalam pasal 298.
Ketika anak sudah dewasa (mencapai usia 21 tahun), maka ia wajib untuk
memelihara orang tuanya dan keluarganya menurut garis lurus keatas didalam
keadaan tidak mampu (vide Pasal 231 KUHPerdata Pasal 47 UU No. 1 Tahun
1974). Ketentuan mengenai memelihara orang tua dan keluarganya menurut garis
lurus keatas tersebut tidak terkecuali bagi anak-anak menantu laki-laki atau
perempuan (Pasal 322) ataupun anak-anak luar kawin dan diakui menurut UU
(Pasal 328) sebatas kemampuan.
Meskipun demikian kekuasaan orang tua ada batasnya yaitu tidak boleh
memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang milik anaknya yang belum
berumur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan. Kecuali apabila
kepentingan anak itu menghendakinya ( Pasal 48). Kekuasaan salah seorang atau
kedua orang tua terhadap anaknya dapat dicabut untuk waktu tertentu apabila ia
sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya atau berkelakuan buruk sekali.
2. Dasar Hukum Kekuasaan Orang Tua
Dasar hukum mengenai kekuasaan orang tua yang menjadi sumber utama
yakni:
6
3. Pencabutan dan pembebasan kekuasaan orang tua
D. Perwalian
1. Pengertian
Perwalian dalam istilah bahasa adalah wali yang berarti menolong
yang mencintai. Perwalian secara etimologi ( bahasa ), memiliki beberapa
arti , diantaranya adalah kata perwalian berasal dari kata wali , dan jamak
dari awliya. Kata ini berasal dari bahasa Arab yang berarti teman, klien,
sanak atau pelindung. Dalam literatur fiqih Islam perwalian disebut dengan
7
al-walayah ( alwilayah ), (orang yang mengurus atau yang mengusai
sesuatu), seperti kata ad-dalalah yang juga bisa disebut dengan ad-di lalah.
Perwalian menurut hukum Islam ( fiqih ) merupakan tanggung jawab
orang tua terhadap anak. Dalam hukum Islam diatur dalam ( hadlanah ),
yang diartikan “ melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, laki-
laki atau perempuan, atau yang sudah besar, tetapi belum tamyiz, dan
menyediakan sesuatu yang menja dikan kebaikannya, menj aganya dari
sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan
akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul
tanggung jawabnya. Dalam hal ini, kedua orang tua wajib memelihara
anaknya, baik pemeliharaan mengenai jasmani maupun rohaninya.
Keduannya bertanggung jawab penuh mengenai perawatan, pemeliharaan,
pendidikan, akhlak, dan agama anaknya.
8
3. Syarat-syarat Wali dan yang Berhak menjadi Wali
1. Syarat-Syarat Wali
a. Orang Mukallaf
b. Muslim
c. Baligh dan berakal sehat,
d. Adil
e. Laki-laki
2. Yang Berhak Menjadi Wali
a. Jika anak tersebut sudah dapat memilih atau sudah tidak lagi
membutuhkan pelayanan perempuan, maka orang yang ditunjuk
menjadi wali untuknya diambil dari keluarganya sesuai dengan
urutan tertib hukum waris, yaitu siapa yang berhak mendapat
warisan terlebih dahulu.
b. Jika anak tersebut belum dapat memilih, para ahli fiqih
berpendapat bahwa kerabat ibu lebih didahulukan dari kerabat ayah
dan urutannya sebagai berikut:
1) Nenek dari pihak ibu
2) Kakek dari pihak ibu
3) Saudara perempuan sekandung dari anak tersebut
4) Saudara perempuan se ibu
5) Saudara perempuan se ayah
9
6) Keponakan perempuan sekandung
7) Keponakan perempuan ibu se ibu
8) Saudara perempuan ibu sekandung
9) Saudara perempuan ibu se ibu
10) Saudara perempuan ibu se ayah
11) Keponakan perempuan ibu se ayah
12) Anak perempuan saudara laki-laki sekandung
13) Anak perempuan saudara laki-laki se ibu
14) Anak perempuan saudara laki-laki se ayah
15) Bibi dari ibu sekandung
16) Bibi dari ibu se ibu
17) Bibi dari ibu se ayah.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum keluarga mengatur hubungan hukum atau peraturan-peraturan baik
tertulis maupun tidak yang berkaitan dengan keluarga yang sedarah dan keluarga
karena perkawinan. Hal ini meliputi perkawinan, perceraian, harta benda dalam
perkawinan, kekuasaan orang tua, pengampuan, perwalian, dan lain yang
berhubungan dengan keluarga.
pengertian perkawinan sebagai ikatan yang bersifat kontrol sosial antara pria
dan wanita didalamnya diatur mengenai hak dan kewajiban, kebersamaan
emosional, juga ativitas seksual, ekonomi, dengan tujuan untuk membentuk
keluarga serta mendapatkan kebahagiaan dan kasih berdasarkan tuhan YME.
kekuasaan orang tua ada batasnya yaitu tidak boleh memindahkan hak atau
menggadaikan barang-barang milik anaknya yang belum berumur 18 tahun atau
belum pernah melangsungkan perkawinan. Kecuali apabila kepentingan anak itu
menghendakinya ( Pasal 48). Kekuasaan salah seorang atau kedua orang tua
terhadap anaknya dapat dicabut untuk waktu tertentu apabila ia sangat melalaikan
kewajibannya terhadap anaknya atau berkelakuan buruk sekali.
kewajiban dan hak-hak wali terhadap anak dan harta yang berada di bawah
perwaliannya, disamping itu orang yang lemah akalnya dalam melakukan
perbuatan hukum harus malalui walinya. Wali tidak boleh menyerahkan harta (
yang dalam perlindungannya ) kepada yang belum sempurna akalnya. Berikanlah
kepada mereka belanja dan pakaian secukupnya serta perlakukan mereka dengan
baik. Allah SWT memerintahkan kepada para wali untuk mereka dari waktu
kewaktu mengecek dan menguji anakanak yang di bawah asuhannya sampai
mereka cukup umur untuk kawin. Jika didapati mereka cukup cerdas dan cakap
serta pandai untuk menjaga hartanya sendiri, maka hendaklah diserahkan harta
mereka yang ada di bawah kekuasaan sang wali kepada mereka untuk diurusnya
sendiri.
11
DAFTAR PUSTAKA
]L.J. van Apeldoarn, Pengantar Ilmu Hukum (terjemahan: Mr. Oetarid Sadino),
Jakarta: Pradnya Paramita. 1980, hlm. 233.
Algra, dkk, Esiklopedi Indonesia, tt, 1347, Bandung Bina Cipta, 1983, hal. 134
https://www.academia.edu/38229020/Kekuasaan_Orang_Tua
https://www.muisumut.com/blog/2019/10/14/hukum-keluarga/
http://www.papekanbaru.go.id/images/stories2017/berkas2017/Makalah%20Say
uti.%20Perwalian.pdf
https://tirto.id/hukum-nikah-dalam-islam-dan-penjelasannya-sesuai-fikih-ekwo
12