Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI KELAS

Nama Wali Kelas : Siti Khodijah ,S.Ag


Kelas VII.4
SMPN 01 BPR Ranau Tengah

A. Latar Belakang
Terdapat perbedaan kata Pendidikan dan Pengajaran menurut KHD dalam memahami
arti dan tujuan  Pendidikan. KHD berpendapat, pengajaran (onderwijs) adalah bagian
dari Pendidikan.  Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau
berfaedah untuk  kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan
(opvoeding) memberi  tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar
ia mampu mencapai  keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai
seorang manusia  maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi berdasarkan pendapat KHD
(2009), “pendidikan dan  pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk
segala kepentingan hidup  manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup
berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.
Pendidikan merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat.
KHD  merasa yakin bahwa dalam menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka 
salah satu kunci utama untuk mencapainya adalah melalui pendidikan. Pendidikan
memberikan  ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat
diteruskan atau  diwariskan.
Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Pendidik itu hanya dapat menuntun
tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada  anak-anak, agar dapat
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya  kekuatan kodrat anak.
Guru seperti seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang 
pendidik) yang menanam jagung misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung, ia 
dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, 
membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain 
sebagainya. Budi pekerti, watak, karakter adalah bersatunya (perpaduan harmonis) antara
gerak  pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan
tenaga/semangat. Bermain adalah kodrat anak, Pikiran-Perasaan-Kemauan-Tenaga
(Cipta-Karsa-Karya-Pekerti)  sudah ada pada diri anak, dan permainan anak dapat
menjadi bagian pembelajaran di  sekolah. Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati
mendekati sang anak, bukan untuk meminta  sesuatu hak, melainkan untuk berhamba
pada sang anak. Pokoknya pendidikan harus  terletak di dalam pangkuan ibu bapak
karena hanya dua orang inilah yang dapat “berhamba pada sang anak” dengan semurni-
murninya dan seikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya  kepada anak-anaknya boleh
dibilang cinta kasih tak terbatas. Berdasarkan pemikiran di atas, maka saya ingin
mengimplementasikan Budaya Positif di  sekolah tempat saya bertugas yaitu di SMPN
01 BPR Ranau Tengah. Hal ini sekaligus menguatkan  SMPN 01 BPR Ranau Tengah
sebagai sekolah ramah anak sejak tahun 2020.

B. Deskripsi Aksi Nyata


Aksi nyata ini akan saya terapkan pada seluruh kelas yang saya ampu yaitu Kelas VII.4
Adapun kegiatan aksi nyata akan saya fokuskan pada disiplin positif dan kesepakatan
kelas dalam proses pembelajaran di kelas. Disiplin positif ini disusun bersama antara
guru dengan Murid, dan lebih banyak  Murid sendiri yang menentukan, tentu dengan
arahan guru. Murid diarahkan untuk  memunculkan usulan, ide, dan gagasannya tentang
bagaimana mewujudkan kelas yang  nyaman, sekaligus disiplin, dan mendukung
pencapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan  yang saya lakukan adalah dengan bertanya,
bagaimana bentuk dan isi kegiatan dalam  kelas yang murid inginkan.

C. Hasil Aksi Nyata


 Murid berdisiplin dalam mengikuti pembelajaran, tetapi tetap nyaman dan
merasa  aman.
 Murid menunjukkan sikap religius dengan selalu rajin berdoa setiap akan
memulai kegiatan.
 Murid menunjukkan sikap saling menghargai dan sopan.
 Murid menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan (suku, agama, RAS, ciri fisik,
gender, dll) serta saling membantu dalam kebaikan.
 Murid bersegera mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan.
 Poster Kesepakatan Kelas tentang Budaya Positif diupload di WA grup dan
Ruang  kelas saat sudah luring (tatap muka).
 Poster menjadi sarana membentuk Budaya Disiplin yang disepakai seluruh murid 
dalam kelas.

D. Pembelajaran Yang Didapat Dari Pelaksanaan


Ukuran keberhasilan dalam Aksi Nyata ini adalah jika sekurangnya 80% murid telah 
menunjukkan budaya positif sesuai kesepakatan kelas yang telah disusun bersama. Setiap
pelanggaran yang terjadi akan dibuat catatan untuk refleksi dalam implementasi dan 
penguatan budaya positifnya. Kendala yang masih terjadi adalah, murid mudah
terpengaruh sesama teman dan  lingkungan keluarga, sehingga budaya disiplin positif
yang dibentuk seringkali harus dimulai dari awal lagi, dan sering mengingatkan murid. .

E. Rencana Perbaikan untuk Pelaksanaan di Masa Mendatang


Setiap 3 bulan, butir-butir kesepakatan kelas sebagai acuan pembentukan budaya positif 
akan dievaluasi dan diperbaiki. Jika item budaya positif sudah membudaya, maka diganti 
dengan item lainnya, sehingga akan semakin banyak item-item budaya positif yang dapat 
ditumbuhkan pada murid. Koordinasi atau kolaborasi dengan orang tua dan guru BK 
tampaknya juga penting dilakukan, agar penanaman budaya positif lebih cepat terbentuk, 
serta terawat.

F. Dokumentasi Proses dan Hasil Pelaksanaan


Menjelaskan kepada siswa teknis dalam membuat Keyakinan Kelas.
Menuntun Siswa Membuat Keyakinan Kelas

Siswa Membuat Keyakinan Kelas


Sekretaris Kelas Membcakan Hasil Keyakinan Kelas

Anda mungkin juga menyukai