Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PELAYANAN KEBUTUHAN SPIRITUAL TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI


DI RUMAH SAKIT WOODWARD

Agustinus Talindong1, Minarsih M.2

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu

Abstrak

Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka. Reaksi emosional pasien yang sering muncul sebelum dilakukan
operasi salah satunya kecemasan. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap manusia. Berdasarkan hasil wawancara langsung yang peneliti lakukan pada tanggal 10 Oktober
2019 di Rumah Sakit Woodward pada pasien yang akan menjalani operasi 3 orang pasien mengalami
kecemasan dari cemas ringan sampai cemas berat. Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh
pelayanan kebutuhan spiritual terhadap tingkat kecemasan pasien pra operasi di Rumah Sakit Woodward.
Jenis penelitian yang digunakan adalah praeksperimen (pre-eksperimental design). Variabel
penelitian adalah pelayanan kebutuhan spiritual dan kecemasan pasien pra operasi. Data yang digunakan
adalah data primer dan sekunder. Dianalisa menggunakan analisis univariat dan bivariat. Populasi
penelitian ini adalah seluruh pasien pra operasi di Rumah Sakit Woodward. Sampel diambil dengan
menggunakan metode non probability sampling, dengan pendekatan total sampling Sampel berjumlah 10
responden.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 10 responden sebelum diberikan pelayanan kebutuhan
spiritual yang mengalami cemas ringan sebanyak (20,0%), cemas sedang (60,0%), dan cemas berat
(20,0%). setelah diberikan pelayanan kebutuhan spiritual menunjukkan sebanyak 3 orang (30,0%)
didapatkan tidak cemas, dan cemas ringan 7 orang (70,0%). Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,004
(nilai p>0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara tingkat kecemasan
pasien pra operasi sebelum dan sesudah diberikan pelayanan kebutuhan spiritual. Diharapkan pemberi doa
agar menerapkan dan memaksimalkan pemberian intervensi khususnya pelayanan kebutuhan spiritual
kepada pasien yang akan menjalani operasi.

Kata Kunci: pelayanan kebutuhan spiritual, kecemasan pasien pra operasi

Pendahuluan operasi mayor. Biasanya pasien yang menjalani


operasi minor dapat pulang pada hari yang sama.
Pembedahan atau operasi merupakan Sedangkan operasi mayor adalah operasi yang
tindakan pengobatan yang menggunakan teknik melibatkan organ tubuh secara luas dan
invasif dengan membuka atau menampilkan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap
bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan kelangsungan hidup klien (Oxorn, 2010)
yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan Data World Health Organization (WHO)
luka (Susetyowati, 2010). Pembedahan dilakukan tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah pasien
karena beberapa alasan seperti diagnostik (biopsi, dengan tindakan operasi mencapai angka
laparatomi, eksplorasi), kuratif (eksisi massa peningkatan yang sangat signifikan. Pada tahun
tumor, pengangkatan apendiks yang mengalami 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah
inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multiple), sakit di dunia, dan pada tahun 2012 data
rekonstruksi dan paliatif. Pembedahan menurut mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa.
jenisnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu bedah Pada tahun 2012 di Indonesia, tindakan operasi
mayor dan minor. Operasi minor adalah operasi mencapai 1,2 juta jiwa dan diperkirakan 32%
pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi
resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan (Kemenkes RI, 2013).

64
Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien, Agustinus Talindong1, Minarsih M.2

Operasi atau pembedahan cukup beragam membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang
berdasarkan pada bagian tubuh yang perlu dibedah, Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat
seberapa mendesak pembedahan tersebut, jumlah sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran
sayatan yang pasien butuhkan, serta penggunaan utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual
alat serta tujuan pembedahan. Pembedahan dengan (Hamid, A. 2009).
tindakan spinal anestesi dapat mendatangkan Berdasarkan hasil wawancara langsung yang
ancaman tehadap tubuh, integritas dan jiwa peneliti lakukan pada tanggal 10 Oktober 2019 di
seseorang, selain itu operasi menimbulkan Rumah Sakit Woodward pada pasien yang akan
kecemasan yang menghambat dalam tugas dan menjalani operasi 3 orang pasien mengalami
kehidupan sehari-hari pasien dan menimbulkan kecemasan dari cemas ringan sampai cemas berat,
berbagai gangguan, beberapa gangguan tersebut satu dari sembilan orang pasien tersebut tidak
(takut nyeri, takut terjadinya perubahan fisik, mengalami kecemasan karena operasi sudah sering
menjadi buruk rupa atau tidak berfungsi normal dilakukan dan bukan pengalaman pertama bagi
(body image), takut peralatan pembedahan dan pasien tersebut. Kecemasan tersebut disebabkan
petugas, takut tidak sadar lagi setelah dibius dan karena operasi merupakan pengalaman pertama
takut operasi gagal merupakan respon kecemasan yang mereka hadapi, dan tidak tahu bagaimana
pasien terhadap operasi atau pembedahan (Artini, dengan proses sesudahnya yang mereka hadapi.
2015). Berdasarkan hal itu maka peneliti tertarik
Reaksi emosional pasien yang sering muncul untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
sebelum dilakukan operasi salah satunya pelayanan kebutuhan spiritual terhadap tingkat
kecemasan. Hal ini sebagai respon antisipasi pasien kecemasan pasien pra operasi di Rumah Sakit
terhadap suatu pengalaman yang dianggap sebagai Woodward.
suatu ancaman terhadap peran dalam kehidupan
pasien, integritas tubuh dan bahkan kehidupannya. Metode Penelitian
Pasien merasa cemas karena proses operasi yang
akan dialaminya terlebih pada pasien yang pertama Penelitian menggunakan metode
kali dilakukan tindakan pembedahan. Kecemasan praeksperimen (pre-eksperimental design) yang
preoperasi merupakan suatu respons antisipasi merancang penelitian untuk mencari hubungan
terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap sebab antara variabel bebas dengan variabel terikat.
pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya Metode yang digunakan adalah pendekatan two
dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan group pretest and post-test design. Sebelum
kehidupannya itu sendiri (Brunner & Suddarth, melakukan intervensi berupa pelayanan kebutuhan
2013). spiritual, peneliti melakukan pre-test berupa
Menurut Hamid (2009), pada saat mengalami pengukuran tingkat kecemasan pasien pra operasi
cemas, stres, individu akan mencari dukungan dari (variabel dependent). Setelah pelayanan kebutuhan
keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat spiritual, peneliti melakukan post-test berupa
diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit tingkat kecemasan pasien pra operasi (variabel
klien yang dialami, khususnya jika penyakit dependent) (Nursalam, 2015).
tersebut memerlukan proses penyembuhan yang
lama dengan hasil yang belum pasti seperti pasien Populasi Dan Sampel
yang akan menjalani operasi. Spiritual dan
keyakinan beragama sangat penting dalam Populasi dalam penelitian ini adalah semua
kehidupan manusia karena hal tersebut dapat pasien pra operasi di Rumah Sakit Woodward Palu,
mempengaruhi gaya hidup, kebiasaan dan perasaan dengan jumalh 10 orang.
terhadap kesakitan. Ketika penyakit, kehilangan Penentuan sampel dalam penelitian ini
berdasarkan pasien yang akan menjalani operasi di
atau nyeri mempengaruhi seseorang, energi orang
Rumah Sakit Woodward Palu. Sampel dalam
tersebut menipis, dan spirit orang tersebut penelitian ini akan diambil sebanyak 10 orang
dipengaruhi (Potter & Perry, 2009). responden pre operasi, yang diambil secara non
Asuhan keperawatan yang diberikan perawat probality sampling dengan tekhnik total sampling,
tidak bisa lepas dari aspek spiritual yang yaitu 10 orang responden pre operasi yang
merupakan bagian integral dari integrasi perawat mendapatkan pelayanan kebutuhan spiritual.
dengan klien. Kebutuhan spiritual merupakan
kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap Hasil Penelitian
manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit,
maka hubungan dengan tuhan pun semakin dekat, Hasil penelitian diperoleh dari 10 responden
mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi dan disajikan dalam bentuk analisis univariat
lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu sebagai berikut:

Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 20 No. 1, Februari 2020 (64-72) 65
Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien, Agustinus Talindong1, Minarsih M.2

A. Identitas Responden 3. Pendidikan


Jenjang Pendidikan Menurut Undang-
1. Umur Undang Sistem pendidikan nasional
Umur sampel dalam penelitian ini (Sisdiknas) UU No. 20 Tahun 2003 Bab I,
menurut Depkes RI (2009), yaitu: masa Pasal 1 Ayat 8, bahwa Jenjang pendidikan
remaja awal: 12-16 tahun, masa remaja formal terdiri atas: Pendidikan Dasar.
akhir :17-25 tahun, masa dewasa awal: 26-35 Pendidikan Dasar (SD, SMP, MI, MTs),
tahun, dan masa dewasa akhir: 36-45 tahun, Pendidikan Menengah Atas (SMA, MA,
lansia awal (46-55 tahun), lansia akhir (56-65 SMK, MAK), dan Pendidikan Tinggi
(Diploma, S1, S2, S3), yang diambil dalam
tahun) dan manula (diatas 65 tahun). Umur
penelitian ini adalah pendidikan terakhir
responden dalam penelitian ini dapat dilihat
dapat dilihat dibawah ini:
pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan
Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur pendidikan responden di Rumah Sakit
responden di Rumah Sakit Woodward. Woodward.

No Umur responden Frekuensi (f) Persentase (%) No Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Remaja akhir 1 10,0 1 Pendidikan Dasar 4 40,0
2 Dewasa awal 4 40,0 Pendidikan Menen-
2 1 10,0
3 Dewasa akhir 1 10,0 gah Atas
4 Lansia awal 1 10,0 3 Pendidikan Tinggi 5 50,0
5 Manula 3 30,0 Total 10 100,0
Total 10 100,0 Sumber: Data Sekunder, 2019

Sumber: Data Sekunder, 2019 Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa


dari 10 responden sebagian besar pendidikan
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa tinggi (50,0%) dan yang paling sedikit
dari 10 responden lebih banyak yang berusia pendidikan menengah atas (10,0%).
dewasa awal dibanding umur yang lain yaitu
40,0%. 4. Pekerjaan
Klasifikasi pekerjaan dibagi menjadi
2. Jenis Kelamin beberapa bagian yaitu: buruh Mahasiswa,
Jenis kelamin dalam penelitian ini pelajar, pegawai swasta, PNS, Tani, IRT,
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh tidak kerja dan Wiraswasta. Adapun
Hungu (2013) bahwa jenis kelamin (seks) pekerjaan responden ini dapat dilihat
adalah perbedaan antara perempuan dengan tabelnya dibawah ini:
laki-laki secara biologis sejak seseorang
Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan
lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki pekerjaan responden di Rumah Sakit
dan perempuan. Adapun jenis kelamin Woodward.
responden dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel dibawah ini: No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Buruh 1 10,0
Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis 2 IRT 2 20,0
kelamin responden di Rumah Sakit 3 Mahasiswa 1 10,0
Woodward.
4 Pegawai swasta 3 30,0
No Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%) 5 PNS 1 10,0
1 Laki-laki 3 30,0 6 Tdk kerja 1 10,0
2 Perempuan 7 70,0 7 Wiraswasta 1 10,0
Total 10 100,0 Total 10 100,0

Sumber: Data Sekunder, 2019 Sumber: Data Sekunder, 2019


Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa
dari 10 responden lebih banyak yang berjenis dari 10 responden yang lebih banyak yang
kelamin perempuan 70,0% bekerja sebagai pengawai swasta sebanyak
30,0%.
Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 20 No. 1, Februari 2020 (64-72) 66
Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien, Agustinus Talindong1, Minarsih M.2

5. Jenis Operasi Tabel 7. Distribusi frekuensi berdasarkan post test


Klasifikasi operasi dibagi berdasarkan tingkat kecemasan pasien pra operasi di
jenis operasi yang dilakukan. Adapun jenis Rumah Sakit Woodward.
operasi responden ini dapat dilihat tabelnya
dibawah ini: Post test tingkat
No Frekuensi (f) Persentase (%)
kecemasan
Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis 1 Tidak Cemas 3 30,0
operasi responden di Rumah Sakit 2 Cemas Ringan 7 70,0
Woodward. Total 10 100,0
No Jenis operasi Frekuensi (f) Persentase (%)
Sumber: Data Sekunder, 2019
1 Aff Pen 3 30,0
2 App 1 10,0 Berdasarkan tabel 7 menunjukan
bahwa dari 10 responden sebagian besar
3 Op Hidroke 1 10,0
pasien pra operasi memiliki cemas ringan
4 Op Katarak 3 30,0 yaitu sebanyak 70,0%.
5 SC 2 20,0
C. Analisa Bivariat
Total 10 100,0
1. Pengaruh pelayanan kebutuhan spiritual
Sumber: Data Sekunder, 2019 terhadap tingkat kecemasan pasien pra
operasi di Rumah Sakit Woodward.
Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa
dari 10 responden yang lebih banyak yang Tingkat kecemasan pasien pra operasi
operasi katarak dan Aff pen masing-masing sebelum dan sesudah pelayanan kebutuhan
sebanyak 30,0%. spiritual dengan menggunakan nilai rata-rata
(mean) kecemasan pasien pra operasi, dapat
B. Analisis Univariat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 8. Pengaruh pelayanan kebutuhan spiritual


1. Pretest tingkat kecemasan pasien pra operasi terhadap tingkat kecemasan pasien pra
operasi di Rumah Sakit Woodward.
Pretest tingkat kecemasan pasien pra
operasi di Rumah Sakit Woodward dapat Tingkat Perbedaan
dilihat tabelnya dibawah ini: No n Mean P_Value
kecemasan mean
1 Sebelum 10 25,1 0,004
Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan pretest 10,8
α = 0,05
tingkat kecemasan pasien pra operasi di 2 Sesudah 10 14,3
Rumah Sakit Woodward.
Sumber: Data Primer, 2019
Pretest tingkat
No Frekuensi (f) Persentase (%)
kecemasan
Berdasarkan tabel 8 menunjukan
1 Cemas Ringan 2 20,0 tingkat kecemasan pasien sebelum pelayanan
2 Cemas Sedang 6 60,0 kebutuhan spiritual didapatkan rata-rata 25,1
3 Cemas Berat 2 20,0 dan rata-rata tingkat kecemasan sesudah
pelayanan kebutuhan spiritual adalah 14,3
Total 10 100,0 dan nilai perbedaan mean sebanyak 10,8.
Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,004
Sumber: Data Sekunder, 2019 (nilai p>0,05) maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya ada pengaruh yang bermakna
Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa antara tingkat kecemasan pasien pra operasi
dari 10 responden yang sebagian besar sebelum dan sesudah diberikan pelayanan
kebutuhan spiritual.
pasien pra operasi memiliki cemas sedang
yaitu sebanyak 60,0%. Pembahasan
2. Post test tingkat kecemasan pasien pra A. Karakteristik Responden
operasi
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari
Post test tingkat kecemasan pasien pra 10 responden lebih banyak yang berusia dewasa
operasi di Rumah Sakit Woodward dapat awal dibanding umur yang lain yaitu 40,0%.
dilihat tabel 7. Asumsi peneliti bahwa pada usia dewasa awal
spiritual masih belum menjadi perhatian untuk

Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 20 No. 1, Februari 2020 (64-72) 67
Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien, Agustinus Talindong1, Minarsih M.2

tahap perkembangan ini, tetapi seiring rendah karena kurangnya informasi yang
perkembangan dan mengerti tentang agama, didapat. Tingkat pendidikan seseorang atau
individu tersebut akan semakin mengetahui individu akan berpengaruh terhadap kemampuan
konsep agama serta spiritualnya. Menurut berfikir rasional dan menangkap informasi
Hamid (2009) bahwa pada tahap perkembangan termasuk dalam menguraikan masalah baru.
spiritual pada dewasa awal, dewasa Menurut Manjid, dkk (2011), status
pertengahan, dewasa akhir. Pada awalnya pendidikan yang tinggi pada seseorang akan
Spiritual bukan merupakan perhatian utama menyebabkan orang tersebut tidak lebih mudah
pada usia ini, mereka lebih banyak memudahkan mengalami kecemasan dibanding dengan
hidup walaupun mereka tidak memungkiri mereka yang memiliki status pendidikan rendah.
bahwa mereka sudah dewasa tetapi semakin Responden yang tidak mengalami kecemasan
lama atau semakin dewasa mereka semakin dapat menjadi daya dukung terhadap
mengetahui konsep keyakinan agama untuk keberhasilan pembedahan yang akan dijalaninya
kehidupan, mengevaluasi apa yang harus mengingat persiapan mental dan psikologis
dikerjakan terhadap nilai spiritualnya dan sangat dibutuhkan sebelum dilakukan operasi
kemudian akan dapat meningkatkan Menurut Sigmun Freud, (1998) dalam
spiritualitasnya. Menurut Potter and Perry Susetyowati, dkk,. (2010), mengatakan bahwa
(2009) gangguan kecemasan bisa terjadi di kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
semua usia, lebih banyak sering pada usia Faktor tersebut dibagi menjadi 2 faktor yaitu
dewasa dan perempuan. Sebagian besar Faktor internal yaitu usia, intelegensi,
kecemasan terjadi pada umur 36-45 tahun pendidikan; dan Faktor eksternal yaitu informasi
karena merupakan masa peralihan dari dewasa dan lingkungan. Informasi merupakan fungsi
muda menjadi dewasa tua. untuk membantu mengurangi perasaan cemas.
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin Dengan kata lain faktor yang mempengaruhi
lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan kecemasan salah satunya adalah faktor usia dan
70,0%. Asumsi peneliti bahwa didapatkan data pendidikan. Makin tua umur makin bertambah
perempuan lebih cemas dibanding dengan laki- proses berfikir dan pengalaman yang diperoleh.
laki, dikarenakan laki-laki lebih rasional dan Semakin tinggi pendidikan semakin semakin
perempuan lebih sensitif. Kecemasan banyak rendah kecemasan. Sehingga kecemasan pasien
dialami perempuan dibandingkan laki-laki tidak hanya berhubungan dengan tingkat
karena perempuan banyak mengedepankan pengetahuan tentang pre operasi tapi dapat
perasaan, perasaan perempuan yang lebih disebabkan oleh faktor usia dan pendidikan yang
sensitif akibatnya pada saat akan melakukan dimiliki oleh pasien.
operasi akan lebih di fikirkan. Berbeda dengan
laki-laki, laki-laki lebih mengedepankan B. Pretest tingkat kecemasan pasien pra operasi di
pikirannya dibandingkan dengan perasaannya. rumah sakit Woodward.
Hal ini sejalan dengan teori Kuraesin, (2009)
yaitu perempuan cenderung lebih berespon Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa
cemas terhadap kejadian dibandingkan laki-laki. dari 10 responden yang mengalami cemas
Laki-laki mempunyai mental kuat terhadap ringan sebanyak (20,0%), cemas sedang
sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi (60,0%), dan cemas berat (20,0%). Hal ini
dirinya dibandingkan dengan perempuan, laki- berarti bahwa sebagian besar pasien pra operasi
laki cenderung aktif sedangkan perempuan mengalami cemas sedang.
cenderung untuk sensitif terhasap suatu hal yang Menurut asumsi peneliti bahwa pasien
sedang dihadapi. mayoritas mengalami kecemasan sedang
Berdasarkan jenjang pendidikan sebagian sebelum menjalani pembedahan memberikan
besar pendidikan tinggi (50,0%) dan yang paling reaksi emosional yang berbeda-beda, namun
sedikit pendidikan menengah atas (10,0%) dalam penelitian ini pasien banyak yang
sedangkan pendidikan dasar (40,0%). Asumsi mengalami kecemasan sedang bahkan ada yang
peneliti pendidikan yang rendah dapat sampai pada cemas berat, sedangkan yang
menyebabkan seseorang mudah mengalami mengalami kecemasan ringan hampir sama
cemas yang disebabkan karena kurangnya dengan cemas berat jumlah pasiennya. Ada
informasi. Jika seseorang terpapar informasi beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat
lebih jelas, maka pasien dapat tenang dalam kecemasan pasien dengan rencana operasi,
menjalani operasi yang akan dilakukan. Menurut antara lain pengalaman operasi sebelumnya
Pamungkas (2011) kecemasan dan stress mudah serta waktu persiapan yang begitu singkat
terjadi pada orang dengan tingkat pendidikan seperti pada kasus gawat darurat. Hal ini
Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 20 No. 1, Februari 2020 (64-72) 68
Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien, Agustinus Talindong1, Minarsih M.2

berbeda dengan pasien elektif yang memiliki bahwa operasi atau pembedahan baik elektif
waktu lebih banyak dalam persiapan maupun kedaruratan merupakan peristiwa
pelaksanaan pembedahan. Operasi darurat yang kompleks yang menegangkan individu dengan
harus segera dilakukan hanya memiliki waktu masalah perawatan kesehatan yang memerlukan
kurang dari 3 jam persiapan sampai pada intervensi pembedahan biasanya menjalani
pelaksanaan pembedahan di ruang operasi. prosedur pembedahan yang dikenal dengan
Operasi biasanya membawa beberapa istilah keperawatan perioperatif. Mereka yang
derajat resiko bagi pasien yang menjalaninya menjalani operasi akan menjadi cemas dan takut
seperti adanya bagian tubuh yang hilang dan kadang mempunyai banyak pertanyaan yang
sehingga akan terjadi kecacatan dan perubahan tidak terjawab, kecemasan mereka bertambah
bentuk tubuh. Pembedahan juga dapat saat pasien dirawat di rumah sakit dan segera
menimbulkan trauma fisik yang luas, dan resiko dilakukan operasi, ketakutan yang biasanya di
kematiannya sangat serius, misalnya total ekspresikan adalah ketakutan mengenai
abdominal histerektomi, reaksi kolon, dan lain- ketidaktahuan, ketakutan mengenai nyeri,
lain. Resiko tinggi ini menimbulkan dampak ketakutan akan kematian.
atau pengaruh psikologis pada pasien pre Menurut Baradero, M, Dayrid,M, M,
operasi, pengaruh psikologis terhadap tindakan Siswadi,Y,. (2010), banyak orang yang merasa
pembedahan dapat berbeda-beda, namun cemas mendengar kata operasi, berbagai
sesungguhnya selalu timbul rasa ketakutan dan pemikiran berkecamuk dalam benaknya, tidak
kecemasan yang umum diantaranya takut saja bagi pasien tetapi juga keluarga yang
anastesinya (tidak bangun lagi), takut nyeri divonis memerlukan pembedahan sebagai jalan
akibat luka operasi, takut terjadi perubahan fisik menyelesaikan masalah kesehatan yang diderita.
menjadi buruk atau tidak berfungsi normal, takut Jika saja permasalahan biaya dan waktu tidak
operasi gagal, takut mati. menjadi beban untuk berlangsungnya operasi,
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan karena periode sebelum operasi merupakan saat
responden yang mengalami kecemasan berat, hal peningkatan cemas bagi pasien dan keluarganya.
ini mungkin dikarenakan responden belum siap Hal ini juga sesuai dengan teori yang
untuk menghadapi tindakan operasi yang akan dikemukakan oleh Brunner dan Suddarth (2013)
diilakukan pada dirinya sehingga mengakibatkan ansietas preoperasi merupakan suatu respons
perubahan. Selain itu juga dikarenakan adanya antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat
rasa khawatir yang menggejolak didalam hati dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap
responden yang disebabkan adanya ketegangan perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau
terhadap tindakan operasi sehingga bahkan kehidupannya itu sendiri. Pasien yang
menyebabkan responden akan berhati-hati dan menghadapi pembedahan dilingkupi oleh
waspada. ketakutan akan ketidaktahuan, kematian, tentang
Hal ini sesuai dengan teori Stuart dalam anastesia, kekhawatiran mengenai kehilangan
Anwar, (2010) yang mengatakan bahwa cemas waktu kerja dan tanggung jawab mendukung
sedang adalah yang memungkinkan individu keluarga. Cemas adalah kekhawatiran yang tidak
untuk berfokus pada hal yang penting dan jelas dan menyebar yang berkaitan dengan
mengenyampingkan hal yang lain. Gangguan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Cemas
kecemasan sebagaimana dianggap berasal dari merupakan reaksi umum terhadap penyakit
suatu mekanisme pertahanan diri yang dipilih karena penyakit dirasakan sebagai suatu
secara alamiah oleh makhluk hidup bila ancaman yaitu ancaman umum terhadap
menghadapi sesuatu yang mengancam dan kehidupan, kesehatan dan keutuhan tubuh,
berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam ketidaknyamanan akibat nyeri dan keletihan,
situasi semacam itu memberi isyarat kepada perubahan diet, keterbatasan gerakan, isolasi.
mahluk hidup agar melakukan tindakan Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
mempertahankan diri untuk menghindari atau dilakukan oleh Friscilia I. E. B., Mulyadi Dan
mengurangi bahaya atau ancaman. Cemas pada Reginus Malara., (2015), tentang Gambaran
tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di
dari respon normal untuk mengatasi masalah Instalasi Gawat Darurat RSUP. Prof. Dr. R. D.
sehari-hari, bagaimanapun bila kecemasan ini Kandou Manado didapati bahwa pasien dengan
berlebihan dan tak sebanding dengan situasi, tingkat kecemasan ringan lebih banyak yakni 19
maka hal itu bisa di anggap sebagai hambatan responden (63,3%) dan yang memiliki tingkat
dan dikenal sebagai masalah kliniks.
kecemasan berat sebanyak 11 responden
Hal ini sesuai dengan teori yang
(36,7%).
dikemukakan oleh Brunner & Suddart, (2009),
Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 20 No. 1, Februari 2020 (64-72) 69
Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien, Agustinus Talindong1, Minarsih M.2

C. Post test tingkat kecemasan pasien pra operasi di bedah dan petugas, takut mati saat dilakukan
Rumah Sakit Woodward. anastesi, dan takut akan gagal.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hasil penelitian setelah diberikan Wahyu (2012), mendapati tingkat kecemasan
pelayanan kebutuhan spiritual menunjukkan pasien pre operasi di rumah sakit daerah dr.
sebanyak 3 orang (30,0%) didapatkan tidak Soebandi Jember yang mengalami cemas ringan
cemas, dan cemas ringan 7 orang (70,0%), 18 responden (66,7%) dan sebanyak 9
cemas sedang dan berat tidak lagi didapatkan. responden (33,3%) mengalami cemas sedang.
Hasil tersebut menunjukkan masih terdapat
pasien yang mengalami cemas setelah dilakukan D. Pengaruh pelayanan kebutuhan spiritual
pelayanan kebutuhan spiritual yaitu cemas terhadap tingkat kecemasan pasien pra operasi
ringan. Hal tersebut disebabkan karena pasien di Rumah Sakit Woodward.
masih merasa cemas akan jenis operasi yang
akan dijalaninya. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon
Asumsi peneliti bahwa responden yang didapatkan nilai p = 0,004 (nilai p>0,05) maka
tidak mengalami kecemasan berarti telah Ho diterima dan Ha ditolak, artinya ada
memiliki mekanisme koping yang sangat baik. pengaruh yang bermakna antara tingkat
Hal tersebut juga didasari pada tingginya tingkat kecemasan pasien pra operasi sebelum dan
pendidikan responden sehingga penerimaan atas sesudah diberikan pelayanan kebutuhan
intervensi yang diberikan juga lebih maksimal. spiritual.
Sedangkan yang masih cemas ringan Asumsi peneliti bahwa pelayanan
dikarenakan adanya rasa khawatir yang kebutuhan spiritual yang diberikan kepada
menggejolak didalam hati responden yang pasien pra operasi berupa dukungan spiritual
disebabkan adanya ketegangan terhadap yang dilakukan melalui beberapa kegiatan
tindakan operasi. seperti ritual berdoa, mendampingi pasien
Kecemasan ringan yang terjadi pada pasien sebelum operasi, bimbingan rohani,
pra operasi mengindikasikan pasien lebih siap memberikan dukungan dan motivasi kepada
secara psikologis untuk menghadapi prosedur pasien mendatangkan pemuka agama. Kegiatan-
operasi. Kecemasan ringan juga menunjukkan kegiatan ini berfungsi sebagai membentuk
bahwa koping yang digunakan oleh pasien pra mekanisme koping untuk mengurangi ataupun
operasi tersebut efektif. Koping yang dimaksud memberi rasa nyaman dan ketenangan terhadap
adalah dukungan spiritual yang diberikan pasien agar menimbulkan sikap positif pada
perawat. Penggunaan mekanisme koping pasien. Pemenuhan kebutuhan spiritual pada
menjadi efektif bila didukung oleh kekuatan lain pasien pra operasi diperlukan, tetapi dalam
dan adanya koping yang digunakan dapat pelaksanaannya kurang efisien dan kadang tidak
mengatasi kecemasannya. dilakukan. Padahal pada pasien pra operasi
Seseorang dengan keadaan megalami diperlukan pemenuhan kebutuhan spiritual
kecemasan terjadi karena individu terlalu dengan efektif untuk mengurangi kecemasan.
memikirkan hal yang sedang menimpa dirinya. Penurunan tingkat kecemasan setelah
Kecemasan ini bervariasi ada yang ringan, dilakukan pelayanan kebutuhan spiritual akan
sedang, hingga berat. Pada orang dengan berdampak pada kelancaran jalannya proses
kecemasan ringan individu biasanya sudah operasi. Pasien yang tidak mengalami cemas
pasrah dengan keadaan yang terjadi, individu akan cenderung memiliki denyut nadi, tekanan
sudah memberikan kepercayaannya dengan tim darah, suhu tubuh dan daya tahan tubuh yang
medis yang menanganinya, sehingga tingkat normal sehingga operasi dapat berjalan dengan
kecemasan pasien tidak mengalami kecemasan lebih efisien dibandingkan dengan pasien yang
sedang ataupun berat. mengalami kecemasan.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang Hal ini sesuai dengan teori Hamid, (2009)
dikemukakan oleh Perry dan Potter, (2009), yang menyatakan bahwa kebutuhan spiritual
bahwa ada berbagai alasan yang dapat merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
menyebabkan kecemasan pasien dalam oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam
menghadapi tindakan pembedahan antara lain keadaan sakit, maka hubungan dengan
yaitu takut nyeri setelah pembedahan, takut Tuhannya pun semakin dekat, mengingat
terjadi perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan seorang dalam kondisi sakit menjadi lemah
tidak berfungsi mengalami kondisi yang sama, dalam segala hal, tidak ada yang mampu
takut mengahadapi ruang operasi, peralatan membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali
Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan,
Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 20 No. 1, Februari 2020 (64-72) 70
Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien, Agustinus Talindong1, Minarsih M.2

perawat sebagai petugas kesehatan harus pemberi asuhan keperawatan, misalnya pemberi
memiliki peran utama dalam memenuhi doa, maupun dari penerima asuhan spiritual
kebutuhan spiritual. Kebutuhan spiritual
mempertahankan atau mengembalikan Daftar Pustaka
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama,
serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf dan Artini, N.M. 2015. Hubungan Terapeutik Perawat-
pengampunan, mencinati, menjalin hubungan Pasien terhadap tingkat kecemasan pasien
penuh rasa percaya dengan Tuhan. pre operasi di IRNA C RSUP Sanglah
Muttaqin & Sari (2013) mengemukakan Denpasar. Bali: Universitas Udayana
bahwa persiapan mental dan psikologi Denpasar. Jurnal publikasi. Diakses tanggal
merupakan hal yang penting juga dalam proses 24 Mei 2019
persiapan pembedahan, karena ketika mental
siap dapat berpengaruh terhadap peningkatan Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
kondisi fisik pasien yang akan menjalani Pendekatan Pratik. (Edisi Revisi). Rineka
operasi. Cipta. Jakarta
Dalam penelitian Fanada (2012),
menyatakan bahwa pelaksanaan asuhan Baradero, M, Dayrid,M, M, Siswadi,Y,. 2010.
keperawatan dengan pendekatan spiritual yang Prinsip dan Praktek Keperawatan
baik dapat menurunkan kecemasan pada pasien Perioperatif. EGC. Jakarta.
diruang rawat inap dengan p < 0.05. Penelitian
Virgianti (2012), juga menyatakan bahwa Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar
terpenuhinya kesehatan spiritual pasien akan Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
dapat membantu mereka beradaptasi dan volume 2. Jakarta EGC.
melakukan koping terhadap sakit yang
dideritanya. Data Rumah Sakit Woodward Palu. 2019. Data
Hasil penelitian ini didukung oleh Rumah Sakit Woodward tahun 2019. RS
Woodward Palu. Sulawesi Tengah.
penelitian yang dilakukan oleh Nataliza (2011)
meneliti tentang pengaruh pelayanan kebutuhan
Departemen Kesehatan RI. 2013. Profil Dinas
spiritual terhadap kecemasan pasien pre operasi
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Palu.
di ruang rawat RSI Siti Rahmah Padang. Hasil
dari penelitian ini terdapat pengaruh yang
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2015.
signifikan pelayanan kebutuhan spiritual
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
terhadap kecemasan pasien pre operasi. Tahun 2015. Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah.
Kesimpulan Dan Saran
Dharma KK., 2015, Metodologi Penelitian
Berdasarkan tujuan maka dapat diambil Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan
kesimpulan bahwa ada pengaruh pelayanan Menerapkan Hasil Penelitian, Penerbit
kebutuhan spiritual terhadap tingkat kecemasan Trans Info Media, Jakarta.
pasien pra operasi di Rumah Sakit Woodward,
dengan hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p = Fanada, Mery. 2012. Perawat dalam penerapan
0,004. therapi psikoreligius untuk menurunkan
Berdasarkan manfaat penelitian, peneliti tingkat stress pada pasien halusinasi
menyarankan: pendengaran di rawat inap bangau rumah
Bagi Rumah Sakit Woodward diharapkan sakit ernaldi bahar palembang. Badan
hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan Diklat Provinsi Sumatera Selatan. Diakses
informasi kepada perawat holistik agar menerapkan tanggal 24 Mei 2019.
dan memaksimalkan pemberian intervensi
khususnya pelayanan kebutuhan spiritual kepada Friscilia I. E. B., Mulyadi Dan Reginus Malara.,
pasien yang akan menjalani operasi agar 2015. Hubungan Pemberian Informed
mendukung dalam keberhasilan pelaksanaan Consent Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
operasi baik minor maupun mayor. Preoperasi Kategori Status Fisik I-Ii
Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini Emergency American Society Of
diharapkan bisa menjadi acuan dalam melakukan Anesthesiologists (ASA) di Instalasi Gawat
penelitian lain. Diperlukan penelitian lebih lanjut Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
mengenai faktor faktor lain terkait dengan Manado. Jurnal Penelitian. Diakses 27
pelayanan kebutuhan spiritual baik dari segi Oktober 2019.

Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 20 No. 1, Februari 2020 (64-72) 71
Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien, Agustinus Talindong1, Minarsih M.2

Hamid, A.Y.S. 2009. Bunga Rampai Asuhan Notoatmodjo., 2013. Pendidikan dan Perilaku
Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Jakarta:
Oxorn, Harry dan Forte William. 2010. Ilmu
Hamid, Yani, Achir. 2009. Aspek Spiritual Dalam Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.
Keperawatan. Widya Medika. Jakarta. Yogyakarta : YEM

Hawari D,. 2011. Manajemen Stres Cemas Dan Panggabean P., Sirait, E,. Wartana K,I,. Subardin.,
Depresi. Penerbit FKUI. Jakarta. Rasiman, N.B,. Pelima, R.V., 2017.
Pedoman Penulisan Proposal Skripsi. STIK-
Hidayat, A. Aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan IJ. Palu.
Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Salemba Medika. Permenkes No 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Jakarta. Atas Permenkes No 148 Tahun 2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Hidayat, A.A.A. 2011. Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Potter P., A., & Perry. 2009. Buku Ajar
Salemba Medika. Jakarta. Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. EGC. Jakarta.
Ibrahim, A, S. 2012. Panik Neurosis dan
Gangguan Cemas. Jelajah Nusa. Susetyowati, dkk,. 2010. Keperawatan Medikal
Tanggerang. Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Jitowiyo, Sugeng & Kristiyanasari, Weni. 2010.
Asuhan Keperawatan Post Operasi. Nuha Stuart, G.W. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa,
Medika. Yogyakarta. ed 5. EGC. Jakarta

Kemenkes RI. 2013. Standar Pelayanan Minimal Syamsuhidayat, R.,& Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu
Rumah Sakit. Kemenkes. Jakarta. Bedah. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Kuraesin 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Undang Undang Republik Indonesia No 38 Tahun
Dengan Tingkat Kecemasan Yang Akan 2014 Tentang Keperawatan. Laksana. Jakarta.
Menjalani Operasi Di RSUP Fatmawati.
Jurnal penelitian, Diakses tanggal 04 Virgianti Nur Faridah. 2012. Pengaruh
November 2019 keperawataan spiritual emotional freedom
technique (seft) islami terhadap tekanan
Liu, T. T., Raju, A., Boesel, T., Cyna, A. M., & darah penderita hipertensi usia 45-59 tahun
Tan, S. G. M. (2013). Chronic pain after di rsud dr. soegiri lamongan. Surya Jurnal
caesarean delivery: an Australian cohort. Media Komunikasi Ilmu Kesehatan. Vol.02,
Anaesthesia And Intensive Care, 41(4), 496- No.XII ISSN : 1979-9128. Diakses tanggal 24
500. Diakses tanggal 24 Mei 2019. Mei 2019.
Mochtar, R., 2013, Sinopsis Obstetri. Edisi 3.
Wahyu, Qur‟ana. 2012. Hubungan Pemenuhan
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Kebutuhan Spiritual Dengan Tingkat
Nataliza. 2011. Pengaruh pelayanan kebutuhan Kecemasan Pasien Pra Operasi Di Rumah
spiritual oleh perawat terhadap tingkat Sakit Daerah dr. Soebandi Jember. Jurnal
kecemasan pasien pre operasi di ruang Penelitian. Diakses 27 Oktober 2019. http://
rawat RSI Siti Rahmah Padang. Jurnal repository.unej.ac.id/
penelitian, Diakses tanggal 04 November handle/123456789/3244
2019
WHO (2013), „World Health Statistic 2013‟, WHO
Nursalam, 2015, Metodologi Penelitian Ilmu Library Cataloguing-in-Publication Data hal.
Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3, 96-98, Diakses tanggal 24 Mei 2019.
Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

Notoatmodjo, S .2010. Metodologi Penelitian


Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 20 No. 1, Februari 2020 (64-72) 72

Anda mungkin juga menyukai