Anda di halaman 1dari 3

NAMA: MUHAMMAD ZHAFRAN

NIM:2032020012

JURUSAN: HUKUM TATA NEGARA

PRODI: FIKIH PRAKTIS

Shalat Jama’

Shalat jama’ artinya shalat yang dikumpulkan. Orang dalam perjalanan boleh mengumpulkan dua shalat
fardhu dalam satu waktu shalat. Shalat jama’ ada dua macam, yaitu:

Jama’ Taqdim, artinya mengumpulkan kemuka, yaitu mengerjakan shalat maghrib dengan isya dalam
waktu maghrib, dan mengerjakan shalat zuhur dan ashar dalam waktu zuhur. Jadi dalam waktu ashar
dan maghrib tidak mengerjakan shalat lagi.

Jama’ Takhir, artinya mengumpulkan kebelakang, yaitu mengerjakan shalat zuhur dan ashar dalam
waktu ashar, dan mengerjakan shalat maghrib dan isya dalam waktu isya. Dalam waktu zuhur dan
maghrib tidak mengerjakan shalat lagi.

Syarat jama’ taqdim, yaitu:

Shalat zuhur lebih dahulu dikerjakan dari shalat ’ashar, dan shalat maghrib lebih dahulu dari shalat isya.

Berniat jama’ dalam shalat yang pertama, yaitu berniat dalam shalat zuhur atau dalam shalat maghrib
menjama’kan shalat. Niat jama’ boleh dilakukan selama belum selesai memberi salam dari shalat yang
pertama.

Shalat yang dijama’ dikerjakan beriring-iringan, tidak boleh lama perpisahan antara keduanya.
Senantiasa dalam perjalanan hingga dimulai takbiratul ihram shalat yang kedua. Jika sebelum takbiratul
ihram yang kedua ia telah sampai di tempat tinggalnya, tidak boleh dijama’kan shalat itu lagi, tetapi
haruslah shalat ashar atau isya dikerjakan dalam waktunya masing-masing.

Perjalanan itu tidak maksiat.

Syarat jama’ takhrir, yaitu:

Berniat mengumpulkan shalat dalam waktu shalat yang pertama, yaitu dalam waktu zuhur atau
maghrib, berniat akan mengumpulkan shalat zuhur dengan ashar atau akan mengumpulkan shalat
magrib dengan isya.

Senantiasa dalam perjalanan hingga selesai shalat tersebut keduanya.

Sekurang-kurang perjalanan sejauh perjalanan dua hari.(± 90 km)

Perjalanan yang tentu tujuannya.

Perjalanan itu tidak maksiat.

Shalat Qashar

Syarat shalat qashar, yaitu:

Sekurang-kurangnya perjalanan yang ditempuh sejauh perjalanan dua hari. Menurut perhitungan Saijid
Ahmad Bek Al Husaini dalam kitab Dalil-ul Musafir, jarak perjalanan dua hari itu 89.040 meter.

Berniat mangqashar shalat dalam takbiratul ihram. Misal niatnya: ”aku sengaja mengerjakan shalat
fardhu zuhur dua rakaat qashar karena Allah”.

Perjalanan itu tidak maksiat.

Perjalanan itu menuju tempat yang tertentu. Orang yang tidak tertentu tujuan perjalanannya, tidak
boleh mengqashar shalat.

Tidak berimam kepada orang yang tidak mengqashar shalatnya.

Senantiasa dalam perjalanan hingga selesai shalat. Orang yang shalat naik kenderaan misalnya, sebelum
memberi salam telah sampai ke tempat tinggalnya, harus menyempurnakan shalatnya itu empat rakaat.

Tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan qashar. Misalnya berniat menetap pada tempat
melakukan qashar sampai empat hari dan empat malam atau lebih. Apabila ia berniat akan menetap di
tempat itu selama waktu tersebut atau lebih, maka mulai dari waktu itu ia tidak boleh melakukan qashar
lagi.
Tidak memilih jalan yang jauh dan meninggalkan jalan yang dekat dengan maksud supaya boleh qashar.
Dan jika ia menempuh jalan itu karena lebih bagus atau lebih aman misalnya, maka boleh
mengqasharnya.

Shalat jama’ dan qashar

Orang yang dalam perjalanan yang tidak maksiat boleh mengumpulkan shalat jama’ dan qashar, yaitu
mengumpulkan dua shalat dan bersama-sama dengan itu memendekkannya pula. Shalat zuhur dan
ashar dipendekkan menjadi dua rakaat lalu dijama’kan dengan jama’ taqdim atau takhrir. Demikian juga
shalat isya dipendekkan menjadi dua rakaat lalu dijama’kan dengan shalat maghrib tiga rakaat dengan
jama’ taqdim atau jama’ takhrir.

Cara mengerjakan shalat jama dengan qasar tidak berbeda dengan mengerjakan shalat jama saja selain
dari jumlah rakaatnya, yaitu pada shalat qasar dikerjakan shalat empat rakaat menjadi dua rakaat.
Sedangkan shalat yang 3 rakaat dan dua rakaat tidak boleh diqashar lagi.

Anda mungkin juga menyukai