MAKALAH KOLABORASI Kelompok 5
MAKALAH KOLABORASI Kelompok 5
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Model
Praktik Hirarkis Tipe II” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah KOLABORASI TIM KESEHATAN. Makalah ini ditulis dari hasil
penyusunan data-data yang kami peroleh dari situs blog di internet. Tak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah KOLABORASI TIM KESEHATAN atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan dengan semestinya.
Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Sehingga saya
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menambah kualitas serta mutu dari
makalah tersebut.kami berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita
semua.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
A. Pengertian kolaborasi.......................................................................................................................6
B. Kolaborasi dalam Profesi Kesehatan...............................................................................................6
C. Kolaborasi Perawat - Dokter dan Tenaga Kesehatan Lainnya dan Pasien.......................................7
D. Model Praktik Hierarkis Tipe III.....................................................................................................7
E. Contoh dari model praktik hirarkis tipe II........................................................................................8
F. Hambatan dalam Kolaborasi Dokter dan Perawat............................................................................8
G. Tujuan Kolaborasi...........................................................................................................................9
H. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Kolaborasi...............................................................................9
I. Pentingnya Kolaborasi...................................................................................................................10
BAB III........................................................................................................................................................11
PENUTUPAN..............................................................................................................................................11
A. Kesimpulan....................................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan
dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan,
kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian
kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi
dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint Practice Commision (1977) yang
dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian
ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan.
Koaborasi (ANA, 1992), hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memeberikan
pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan
kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing
bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu
pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.
Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau
ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha
yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai
upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja
dengan tim medis lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek
profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk
pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana
pelayanan diberikan. Kolaborasi interprofesi yang efisien akan memberikan pelayanan yang
holistik kepada pasien sehingga kualitas perawatan dan kepuasan pasien akan meningkat, serta
adanya efisiensi biaya perawatan. Perawat dan tim medis yang lainnya merencanakan dan
4
mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup
praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang
berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kolaborasi ?
2. Apa itu kolaborasi dalam profesi kesehatan?
3. Bagaimana kolaborasi yang dilakukan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan yang
berorientasi kepada pasien?
4. Apa itu model praktik hirarkis tipe III?
5. Apa saja hambatan dalam kolaborasi dokter dan perawat?
6. Apa tujuan kolaborasi?
7. Apa saja yang memperngaruhi sistem kolaborasi?
8. Apa pentingnya kolaborasi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini supaya kita dapat mengerti dan memahami tentang kolaborasi,
model dari kolaborasi, khususnya model praktik hirarkis tipe III, dan contohnya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam
asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab
pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran
pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Kolaborasi
merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan yang
disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi
dalam hubungan yang lama antara tenaga professional.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja
dengan dokter dan tim medis lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup
praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk
pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh pertukaran suatu negara dimana
pelayanan diberikan. Bagi perawat, hubungan kerjasama dengan dokter sangat penting apabila
ingn menunjukkan fungsinya secara independen.
6
Ronde bersama di rumah sakit, diskusi kasus dan pengelolaan kasus bersama akan sangat
bermanfaat bukan hanya untuk profesi atau mahasiswa kesehatan namun juga untuk pasien.
Dengan kerjasama, duplikasi pemeriksaan dan wawancara serta duplikasi tindakan akan dapat
dihindarkan. Melalui kerja tim, pemeriksaan dan tindakan serta monitoring data penting tidak
akan terlewatkan. Dari kegiatan ini calon-calon professional tahu bagaimana menjadikan
pelayanan yang efektif dan efisien yang berfokus pada kebutuhan pasien. Kebutuhan
pembelajaran dilakukan tetap dalam koridor beneficiency dan non maleficiency.
Setiap profesi tenaga kesehatan memiliki keunggulan yang tidak bisa digantikan oleh profesi
lain. Namun dalam beberapa area, setiap profesi memiliki kemiripan dan kedekatan hubungan
yang luar biasa yang seringndikenal sebagai area abu-abu atau gray area. Pada wilayah ini setiap
profesi merasa memiliki kemampuan dan hak untuk menjalankan praktek professionalnya.
Sehingga area abu menjadi daerah yang ‘diperebutkan’. Paradigma perebutan wilayah seperti ini
harus dirubah menjadi paradigm baru yang lebih konstruktif, yaitu menjadikan daerah abu-abu
menjadi area of common interest. Area yang menjadi perhatian bersama para profesi karena
besarnya magnitude area itu dan resiko dampak yang juga luar biasa sehingga harus ditangani
bersama. Area ini bila tidak ditangani dapat menimbulkan potensi bahaya penyakit dan bahaya
social yang sangat besar bagi masyarakat. Contoh masalah ini adalah persalinan normal,
imunisasi dan vaksinasi serta pengobatan rutin masyarakat. Bila karena suatu hal profesi
kesehatan lain tidak ada dan profesi kesehatan lainnya tidak diperkenankan menangani masalah
ini, maka dimanakah nurani para hamba-hamba kesehatan, Apakah persalinan bisa ditunda,
Apakah hanya demam tinggi dan diare yang tidak spesifik harus dirujuk hingga 45 kilometer
atau ditunda hingga dua hari, Bila kesepakatan antar profesi tenaga kesehatan dalam menangani
area of common interest ini dapat dilakukan dengan baik, kehidupan bersama profesi-profesi
kesehatan akan lebih mulia dan dimuliakan oleh masyarakat.
7
kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tidak ada satu pemberi pelayanan yang
mendominasi secara terus menerus. Kolaborasi yang dilakukan dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya semuanya berorientasi kepada pasien. Dalam situasi apapun, praktik
kolaborasi yang baik harus dapat menyesuaikan diri secara sdekuat pada setiap lingkungan yang
dihadapi sehingga anggota kelompok dapat mengenal masalah yang dihadapi pasien, sampai
terbentuknya diskusi dan pengambilan keputusan.
Kolaborasi menurut Hoffart dan Wood (1996), Will Jhonson dan Sailer (1998) (dalam Paryanto,
2006) menekankan sikap saling menghargai antar tenaga kesehatan dan saling memberikan
informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan bersama.
Sifat interaksi antara perawat – dokter menentukan kualitas praktik kolaborasi ANA (1980)
menjabarkan kolaborasi sebagai ”hubungan rekanan sejati, dimana masing-masing pihak
menghargai kekuasaan pihak lain, dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan
tanggung jawab masing-masing yang terpisah maupun bersama, saling melindungi kepentingan
masing-masing dan adanya tujuan bersama yang diketahui kedua pihak”
Dari pengamatan penulis terutama dalam praktek Asuhan Keperawatan perawat belum dapat
melaksanakan fungsi kolaborasi dengan baik khususnya dengan dokter walaupun banyak
pekerjaan yang seharusnya dilakukan dokter dikerjakan oleh perawat, walaupun kadang tidak
ada pelimpahan tugasnya dan wewenang. Hal ini karena masih banyaknya dokter yang
memandang bahwa perawat merupakan tenaga vokasional. Degradasi keperawatan ke posisi
bawahan dalam hubungan kolaborasi perawat-dokter, secara empiris hal ini menunjukkan bahwa
dokter berada di tengah proses pengambilan keputusan dan perawat melaksanakan keputusan
tersebut. Pada tahun 1968, psikiater Leonard Stein menggambarkan hubungan perawat-dokter
pada kenyataanya perawat menjadi pasif.
Perbedaan tingkat pendidikan dan pengetahuan dokter dan perawat secara umum masih jauh
dari harapan hal ini dapat berdampak pada interprestasi terhadap masalah kesehatan pasien yang
berbeda, tentu juga akan berdampak pada mutu asuhan yang diberikan.
8
3. Komunikasi
4. Cara Pandang
Perbedaan antara dokter dan perawat dalam upaya kolaboratif terlihat cukup mencolok.
Dokter dapat menentukan atau memandang kolaborasi dalam perspektif yang berbeda dari
perawat. Mungkin dokter berpikir bahwa kerjasama tersirat dalam tindak lanjut sehubungan
dengan mengikuti perintah /instruksi daripada saling partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Meskipun komunikasi merupakan komponen yang diperlukan, itu saja tidak cukup untuk
memungkinkan kolaborasi terjadi. Gaya maupun cara berkomunikasi juga berpengaruh terhadap
efektivitas komunikasi. Pelaksanaan instruksi dokter oleh perawat dipandang sebagai kolaborasi
oleh dokter sedangkan perawat merasa mereka sedang diperintahkan untuk melakukan sesuatu.
Kemungkinan kedua adalah bahwa perawat tidak merasa nyaman “menantang” dokter dengan
memberikan sudut pandang yang berbeda. Atau, mungkin input yang perawat berikan tidak
dihargai atau ditindaklanjuti, sehingga interaksi tersebut tidak dirasakan oleh perawat sebagai
kolaborasi.
G. Tujuan Kolaborasi
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktis profesional, kolegalitas,
komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien. Kolegasilitas menekankan pada saling
menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalahmasalah dalam tim dari pada
menyalahkanseseorang atau menghindari tanggung jawab. Hensen menyarankan konsep dengan
ari yang sama: mutualitas, dimana dia mengartikan sebagai sutu hubungan yang menfalitasi
suatu proses dinamis antar orang-orang ditandai oleh keinginan maju mencapai tujuan dan
kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adlah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi.
Tanpa rasa percaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindari dari
tanggung jawab, terganggunya komunikasi. Otonom akan ditekan dan koordinasi tidak kan
terjadi.
9
I. Pentingnya Kolaborasi
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk
mencapai tujuan kolaborasi team:
10
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat dapat ditarik kesimpulan bahwa kolaborasi adalah hubungan
kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien dalam
melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling
berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
Model praktik hirarkis tipe III Kolaborasi menekankan sikap saling menghargai antar tenaga
kesehatan dan saling memberikan informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan
bersama.
Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan untuk
meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk mengidentifikasi
cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi dapat optimal, semua
anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.
B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu dalam memberikan asuhan keperawatan perawat
harus berkolaborasi dengan tim medis lainnya, karena jika tidak ada kolaborasi antara perawat
dan tim medis yang lain maka perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepda pasien
tidak akan berjalan dengan baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://infokep.blogspot.com/2018/08/konsep-kolaborasi-dalam-keperawatan.html?m=1
http://bankdata.depkes.go.id/Profil/Indo04/
http://chairulums.wordpress.com/2009/06/30/hubungan-perawat-dokter/
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/14/humaniora/3531067.htm.
www. Kompas.com/kompas-cetak/ 2001. Diskusi Era Baru: Perawat Ingin Jadi Mitra Dokter.
12