Abstraksi :
Persamaan di depan hukum merupakan pengakuan universal atas hak asasi manusia. Kita
bisa tahu apakah dari deklarasi universal atas hak asasi manusia di PBB, dimana salah satu
pasalnya berisi bahwa setiap manusia memiliki posisi yang sama dalam hukum, tanpa diskriminasi .
Seperti dalam konstitusi Indonesia, Undang - Undang Dasar 1945 di pasal 27 juga mengakui
kesetaraan setiap warga negara dalam hukum dan pemerintahan, tanpa pengecualian. Namun
dalam kenyataannya, banyak konstitusi yang seharusnya mengikuti prinsip negara konstitusi,
sebenarnya masih belum mencerminkan persamaan didepan hukum .
1
Alamat Korespondensi : sentot_patrikha@yahoo.com
92 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov.2015 Hal. 91 - 102
tertangkap tangan, diatur oleh pasal 111 mengatur tata cara penyidikan terhadap
ayat (1) KUHAP, yang menyatakan Anggota Legislatif. Ketentuan tersebut
“Dalam hal tertangkap tangan setiap adalah:
orang berhak, sedangkan setiap orang 1. Dalam hal Anggota MPR, DPR,
yang mempunyai wewenang dalam tugas dan DPD diduga melakukan
ketertiban, ketentraman, dan keamanan perbuatan Pidana maka
umum wajib, menangkap tersangka guna pemanggilan (termasuk sebagi
diserahkan beserta atau tanpa barang saksi) harus mendapat persetujuan
bukti kepada Penyelidik atau Penyidik”. tertulis secara langsung dari
Untuk hal ini setelah menerima Presiden. Dalam hal ini
penyerahan Tersangka sebagaimana mengandung pengertian bahwa
dimaksud pada ayat 1 tersebut diatas, tidak ada substitusi atau
Penyelidik atau Penyidik wajib segera pendelegasian wewenang kepada
melakukan pemeriksaan dan tindakan lain pejabat lain.
dalam rangka penyidikan, untuk itu 2. Dalam hal Anggota DPRD
Penyelidik dan Penyidik harus segera Propinsi diduga melakukan
datang ketempat kejadian. Ditempat perbuatan pidana maka
kejadian tersebut pada Pasal 111 ayat (3) pemanggilan terhadapnya harus
Penyelidik dan Penyidik dapat melarang mendapat persetujuan tertulis
setiap orang untuk meninggalkan tempat secara langsung dari Menteri
itu selama pemeriksaan yang dilakukan Dalam Negeri atas nama Presiden.
belum selesai. Bagi mereka yang Dalam hal ini mengandung
melanggar larangan tersebut dapat pengertian bahwa tidak ada
dipaksa tinggal ditempat itu sampai substitusi atau pendelegasian
pemeriksaan tersebut selesai dilakukan. wewenang kepada pejabat lain.
3. Dalam Anggota DPRD Kabupaten
4. Penangkapan Terhadap Pejabat atau Kota diduga melakukan
Tertentu perbuatan pidana pemangillannya
a. Penangkapan terhadap Anggota Badan atau tindakan hukum selanjutnya
Legislatif harus mendapat persetujuan tertulis
Pada Pasal 106 UU Nomor 22 secara langsung dari Gubernur atas
tahun 2003 tentang Susunan dan nama Menteri Dalam Negeri.
kedudukan MPR, DPR, DPD, dan Dalam hal ini mengandung
DPRD memuat ketentuan yang pengertian bahwa tidak ada
96 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov.2015 Hal. 91 - 102
diancam dengan pidana mati, atau ayat (4), Jaksa yang diduga
tindak pidana kejahatan terhadap melakukan tindak pidana, maka
keamanan negara. pemanggilan, pemeriksaan,
Pada Pasal 17 ayat (2) penggeledahan, penangkapan
menyebutkan pelaksanaan dan penahanan terhadap Jaksa
penangkapan atau penahanan tersebut yang bersangkutan hanya dapat
dalam ayat (1 huruf a dan b) selambat- dilakukan atas ijin Jaksa
lambatnya dalam waktu dua kali dua Agung.”
puluh empat jam harus dilaporkan
kepada Jaksa Agung. Selanjutnya pada bagian
Hal-hal yang berhubungan penjelasan terhadap pasal 8 ayat (5)
dengan penangkapan terhadap Ketua, tersebut diterangkan:
Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim “Ketentuan dalam ayat ini
Anggota Mahkamah Agung ini untuk memberikan
menurut hemat penulis agak perlindungan kepada Jaksa
menyimpang dari asas equality before yang telah diatur dalam
the law. Sebagaimana Pasal 27 ayat (1) Guidelines On The Role Of
UUD 1945, walaupun karena Prosecuters dan Internasional
kedudukannya pejabat dengan Association Of Prosecutors
kualifikasi kedudukan tertentu tersebut yaitu negara akan menjamin
memang harus mendapatkan bahwa Jaksa sanggup untuk
perlindungan hukum. Namun dengan menjalankan profesi mereka
batasan-batasan yang harus mendapat tanpa intimidasi, gangguan,
ijin Presiden itu proses dan godaaan, campur tangan yang
prosedurnya terlalu banyak memakan tidak tetap atau pembeberan
waktu sehingga tidak efektif dalam hal yang belum diuji kebenarannya
penanganan tindak pidana. baik terhadap
d. Penangkapan terhadap Jaksa pertanggungjawaban perdata,
Penangkapan terhadap Jaksa pidana maupun pertanggung-
diatur dalam Pasal 8 ayat (5) UU jawaban lainnya.”
Nomor 16 tahun 2004 yang secara Hal-hal yang berhubungan
lengkap menyebutkan: dengan proses penanganan dugaan
“Dalam hal melaksanakan tugas tindak pidana yang dilakukan oleh
sebagaimana dimaksud pada Jaksa tidak mudah dilaksanakan karena
Pratikha, Tindakan Upaya Hukum Paksa Pada Sistem Peradilan Pidana Yang Memerlukan
Ijin Presiden 99
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Kuffal. H.M.A., 2007, Upaya paksa,
UMM Press, Malang.
Mukthie Fadjar, 2005, Tipe Negara
Hukum, Bayu Media Publishing,
Malang.
Padmo Wahyono, 1986, Indonesia
Negara Berdasarkan Atas
Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Sadjijono, 2006, Hukum Kepolisian,
Laks Bang, Yogyakarta.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003
susunan kedudukan DPR dan MPR,
Undang-Undang nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2003
tentang Mahkamah Agung,
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004
tentang Kejaksaan,
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1986
tentang Kekuasaan Kehakiman,