Anda di halaman 1dari 39

PARTISIPASI WANITA TANI DALAM KEGIATAN

PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK

(Kasus Kelompok Wanita Tani Sawargi di Kecamatan Bogor Barat,

Kabupaten Bogor)

Oleh:

SHINTA ANGGREANY (I351130071)


SITI SAWERAH (I351130081)

Dosen pengampu:

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc


Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc
Dr. Ir. Sri Harijati, MA

SEKOLAH PASCASARJANA
DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wanita (ibu) merupakan bagian integral dalam masyarakat yang memiliki


peranan yang sangat penting, baik dalam keluarga sebagai ruang lingkup terkecil
dalam masyarakat, bangsa dan negara. Selain megurus rumah tagganya wanita
juga ikut serta membantu suami dalam melakukan usaha untuk kepentigan
perekonomian keluarga. Oleh sebab itu wanita harus diberdayakan agar bisa
membantu pendapatan perekonomian keluarga sehingga diperlukan upaya-upaya
peningkatan keterampilan wanita.
Kelompok wanita tani (KWT) Sawargi merupakan kelompok tani yang
dijadikan wadah bagi wanita untuk mengembangkan keterampilannya dan
membantu perekonomian keluarganya. Kelompok wanita tani sawargi bergerak
dalam mengusahakan pengolahan produk makanan yang berbahan baku talas yang
mudah didapatkan di Kabupaten Bogor. Kelompok ini dibentuk dari tahun 1999.
Adapun tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk lebih meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan petani dan keluarganya sebagai subjek pendekatan
kelompok, agar lebih berperan dalam pembangunan. Sementara fungsi kelompok
tani sebagai wadah bagi anggota untuk berinteraksi dalam meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan (kelas wahana belajar), sebagai kesatuan
unit usahatani untuk mewujudkan kerjasama dalam mencapai skala ekonomi yang
menguntungkan (unit produksi usahatani) serta sebagai tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok maupun antara kelompok
dengan pihak lain, sehingga dapat menghadapi berbagai ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan (BPTP, 2011).
Peranan kelompok tani akan semakin meningkat apabila dapat
menumbuhkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki dalam kelompok itu sendiri
untuk dapat menggerakkan dan mendorong perilaku anggotanya kearah
pencapaian tujuan kelompok, sehingga kelompok tani  tersebut akan terus
berkembang. Agar kelompok tani dapat berkembang, maka harus didukung oleh
seluruh kegiatan yang meliputi inisiatif, daya kreasi dan tindakan-tindakan nyata
yang dilakukan oleh pengurus dan anggota kelompok tani dalam melaksanakan
rencana kerja anggota kelompok yang telah disepakati bersama.
Bentuk peranan dari kelompok wanita tani Sawargi dapat dikatakan
berhasil berdasarkan prestasi-prestasi yang telah dicapai. Adapun salah satu
prestasi yang telah dicapai kelompok ini adalah menjadi peraih Rekor Muri kreasi
dodol talas terbesar. Keberhasilan yang dicapai kelompok ini tidak terlepas dari
adanya partisipasi dari anggota kelompok tani.
Partisipasi merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara
aktif dan suka rela, baik karena alasan-alasan dari dalam maupun alasan-alasan
dari luar, dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang mencakup
pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta
pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai (Mardikanto, 2010). Partisipasi
sangat dibutuhkan dalam suatu kelompok untuk mempertahankan
keberlangsungan kelompok. Adanya pencapaian prestasi yang besar oleh
Kelompok Wanita Tani Sawargi disebabkan partisipasi dari anggota kelompok
yang sangat baik. Namun keadaan yang demikian semakin menurun.
Menurut Widjojo (2009), bahwa banyak faktor yang memengaruhi
partisipasi Peranan wanita yang diketahui secara umum seungguhnya ini tidak
hanya mengurusi rumah tangga sehari-hari, tetapi tenaga dan pikirannya juga
terlibat dalam berbagai kegiatan usahatani. Pada dasarnya partisipasi anggota
kelompok menjadi penting dalam proses pengembangan kelompok dan
peningkatan kebersamaan dalam kelompok, sehingga anggota kelompok memiliki
hubungan yang solid dan bisa menjadikan kelompoknya menjadi kelompok yang
bisa memberikan penghasilan bagi setiap aggota kelompok melalui usaha-usaha
bersama yang dialakukan.
Berdasarkan hasil wawancara pada saat observasi yang dilakukan kepada
ketua kelompok tani yaitu ibu Oti, bahwa pada kelompok ini terdapat kendala-
kendala diantaranya kurangnya kerjasama sesama anggota kelompok, serta
semakin menurunnya produksi dan penjualan hasil produk buatan kelompok
berupa dodol talas dan berbagai produk yang dihasilkan kelompok wanita tani
tersebut. Sementara jika melihat berbagai prestasi yang didapatkan seharusnya
kelompok wanita tani Sawargi bisa mempertahankan eksistensi dan produksi hasil
usaha kelompoknya. Dari berbagai fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk
meneliti partisipasi wanita tani dalam kegiatan pengembangan usaha kelompok
tani Sawargi .

Perumusan Masalah

Menurut Mardikanto (2009), salah satu tolok ukur keberhasilan


pembangunan pertanian adalah tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat
(petani) yang hidup di pedesaan. Agar tercapainya kesejahteraan masyarakat maka
kesejahteraan harus masuk pada masyarakat pedesaaan seperti petani dan
keluarganya. Untuk mencapai kesejahteraan petani dan keluarganya diperlukan
partisipasi petani terhadap berbagai program pemerintah ataupun lembaga-sosial
yang memiliki tujuan yang sama yaitu membuat petani menjadi sejahtera.
Menurut Manopo (2009), partisipasi dalam pembanguanan dapat diartikan sebagai
ikut sertanya masyarakat dalam pembagunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan dan
ikut serta dalam memanfaatkan hasil, serta menikmati hasil-hasil pembagunan
yang nyata.
Wanita tani berperan sebagai ibu rumah tangga yang sering kali ikut serta
dalam melakukan usaha untuk memperoleh penghasilan tambahan bagi
keluarganya. Wanita tani juga memiliki kelompok-kelompok sosial dalam hal ini
kelompok wanita tani. Dalam kelompok tersebut wanita tani memiliki berbagai
kegiatan baik itu kegiatan yang bersifat sosial, ekonomi dan kegiatan lainnya.
Kelompok wanita tani sawargi yang ada di Kelurahan Situ Gede
merupakan kelompok wanita yang juga memiliki usaha peningkatan
perekonomian keluarga berupa usaha pembuatan dodol dan aneka makanan
berbahan dasar talas. Kelompok ini beberapa kali memperoleh berbagai
penghargaan atas prestasi-prestasinya di tingkat daerah maupun nasional. Namun
demikian tentu saja ada bebagai persoaalan dalam kelompok dan dalam
mempertahankan keberadaan kelompok, khususnya dalam pengembangan usaha
kelompok. Dari berbagai permasalahan tersebut mengantarkan penulis untuk
melihat partisipasi anggota kelompok dalam kegiatan pengembangan usaha
kelompok.
Tujuan Penelitian

Adapun dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk menganalisis tingkat partisipasi anggota kelompok wanita tani
Sawargi dalam mengikuti kegiatan kelompok?
2 Untuk menganalisis faktor-faktor ekternal dan internal yang
mempengaruhi partisipasi anggota kelompok wanita tani Sawargi dalam
mengikuti kegiatan kelompok?

Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan mengenai partisipasi anggota kelompok dalam kegiatan
kelompok wanita tani.
2. Manfaat Praktis
Bagi kelompok wanita tani Sawargi dapat dijadikan sebagai sumber
informasi awal dalam menentukan strategi-strategi meningkatkan
motivasi dan peran kelompok, serta peningkatan partisipasi anggota
kelompok wanita tani.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menkaji partispasi wanita tani dalam


kegiatan pengembangan usaha kelompok (Kasus Kelompok Wanita Tani Sawargi
di Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor). Pengkajian menganalisis faktor-
faktor ekternal dan internal yang mempengaruhi partisipasi anggota keompok.
faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi meliputi usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat (kelompok),
besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembagunan. Faktor ekternal
meliputi, Bantuan dana dari pemerintah, kegiatan penyuluh pertanian, serta Dinas
Perindustrian dan Perdagangan.
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kelompok Wanita Tani

Menurut Mardikanto (1993), kelompok tani adalah sekumpulan orang-


orang atau petani yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupun petani
taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar
keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan
dipimpin oleh seorang kontak tani. Sedangkan menurut Departemen Pertanian
(2007), kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan
anggota/petani dalam mengembangkan usahanya.
Fungsi dari kelompok tani adalah sebagai Kelas Belajar, wadah belajar
mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani
sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan
yang lebih sejahtera. Kelompok tani sebagai Unit Produksi, Usahatani yang
dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang  sebagai  satu kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi
kuantitas, kualitas maupun kontinuitas, demikian halnya dengan kelompok wanita
tani.
Wanita tani adalah sosok perempuan pedesaan baik dewasa maupun muda.
Wanita tani memiliki peran ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai
tenaga kerja dalam usahataninya. Dengan berbagai peran tersebut wanita tani
masih memiliki keinginan untuk bergabung dalam kelompok tani dan
melaksanakan kegiatan yang terdapat di kelompok tani sebagai upaya membantu
pendapatan keluraga. Wanita tani juga terlibat dalam kegiatan kelompok tani
dengan mengorbankan waktu, mencurahkan pikiran dan tenaganya.
Wanita tani merupakan kaum wanita dalam keluarga petani yang dibagi
berdasarkan statusnya dalam keluarga tani yang terdiri dari: (1) kepala keluarga,
yaitu wanita tani pada kondisi janda (ditinggal suami karena meninggal atau
bercerai), atau wanita tidak menikah hidup mandiri, tidak menjadi tanggungan
orang lain, bahkan sering juga mempunyai tanggungan, (2) istri petani, yaitu
wanita yang menjadi istri petani, (3) wanita dewasa anggota keluarga, yaitu
wanita yang berumur di atas 30 tahun atau yang sudah pernah menikah, yang
tinggal bersama seorang petani (ibu mertua, saudara ipar,anak, dll), (4) pemuda
tani wanita, yaitu wanita berumur 16-30 tahun, belum pernah menikah, dan
tinggal bersama satu keluarga petani (anak, kemenakan, dll), (5) taruna tani
wanita remaja berumur di bawah 16 tahun dan belum pernah menikah, yang
tinggal dan menjadi tanggungan petani.
Wanita tani menurut fungsinya dalam usaha tani terdiri dari: (a) petani
wanita yaitu wanita pengusaha tani yang mengelola usahataninya secara mandiri,
(b) petani wanita sebagai mitra/pembantu usaha tani: yaitu wanita tani yang
membantu pengusahatani dalam keluarganya, tanpa diberi upah/pembagian hasil
secara ekonomi. Mitra usaha petani tersebut berstatus sebagai: istri petani, wanita
dewasa anggota keluarga atau, pemuda/taruna tani wanita (Deptan, 2007).
Wanita tani dalam statusnya sebagai pendamping suami mempunyai
peranan aktif dan ikut bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan usahatani
dan kegiatan Iainnya dalam rangka meningkatkan produksi dan pendapatan
keluarga . Dalam statusnya sebagai istri mempunyai peranan aktif dan ikut
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan rumah tangga (Deptan dalam
Balem 2002). Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dijelaskan bahwa
kelompok tani wanita merupakan sekumpulan wanita-wanita tani yang terikat
secara informal di suatu wilayah kelompok yang terbentuk atas dasar kepentingan
bersama untuk mengembangkan usahataninya.

Konsep Partisipasi

Pengertian partisipasi merupakan suatu bentuk keterlibatan dan


keikutsertaan secara aktif dan suka rela, baik karena alasan-alasan dari dalam
maupun alasan-alasan dari luar, dalam keseluruhan proses kegiatan yang
bersangkutan, yang mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai
(Mardikanto, 2010). Partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan
menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian
saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga
berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan
mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.
Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam
proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk
kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan
atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan
(Sumaryadi, 2010: 46). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) pengertian
partisipasi adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi anggota kelompok
wanita tani dalam penguatan kapasitas kelompok merupakan keikutsertaan
seluruh anggota kelompok wanita tani dalam kegiatan perekonomian kelompok
dan kegiatan-kegitan penunjang keberlanjutan kelompok. Sehingga terlihat jelas
partisipasi anggota kelompok dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kelompok wanita tani Sawargih dan keikutsertaan dalam tersebut. Dalam hal ini
anggota kelompok yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi program-program yang ada dalam kelompoknya.
Jenis-jenis partisipasi menurut Slamet (2003) membagi partisipasi
masyarakat dalam pembangunan menjadi lima jenis, yaitu:
1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input dan
ikut menikmati hasilnya.
2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya.
3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil
pembangunan secara langsung.
4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input
5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya.
Cohen dan Uphoff (1977) membedakan patisipasi menjadi empat jenis:
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Partisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan penentuan
alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang
menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan
keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran,
kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program
yang ditawarkan.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan
Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya
dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi
dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas
sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun
tujuan.
3. Partisipasi dalam pengambilan manfaat.
Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil
pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun
kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi
kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.
4. Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan
pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam
evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah
direncanakan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
partisipasi anggota kelompok merupakan keterlibatan atau keikutsertaan
seseorang dalam kelompok secara aktif dan suka rela, dalam bentuk pernyataan
maupun dalam bentuk pelaksanaan serta evaluasi, selain itu memberikan masukan
berupa pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal atau materi, serta terdapat
pembagian kewenangan, tanggung jawab guna mencapai tujuan bersama dan ikut
menikmati hasil usahanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor internal
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi adalah berasal dari
dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan
kelompok di dalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan
oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan
penghasilan (Slamet,1994:97). Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri
individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan,
keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada
partisipasi (Slamet, 1994:137-143).
Menurut Plumer dalam (Suryawan, 2004:27), beberapa faktor yang
mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah:
1. Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan
mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal ini
membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan
bentuk dari partisipasi yang ada;
2. Pekerjaan masyarakat. Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan
dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikit pun
waktunya untuk berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. Seringkali alasan
yang mendasar pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara
komitmen terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi;
3. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh bagi
keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk
memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada.
4. Jenis kelamin. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat masih
menganggap faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan dan
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki
dan perempuan akan mempunyai persepsi dan pandangan berbeda terhadap
suatu pokok permasalahan;
5. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat dengan tingkat
heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan
menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang
digunakan. Seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan
konsep-konsep yang ada.
Dari berbagai teori diatas dalam penelitian ini konsep yang digunakan
adalah konsep yang dikemukakan oleh slamet (1994) yang meliputi usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat (kelompok),
besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembagunan.
b. Faktor-faktor Eksternal
Menurut Yulianti (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat terdiri dari faktor dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan
dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar
masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada.
Kemampuan masyarakat akan berkaitan dengan stratifikasi sosial dalam
masyarakat. Sehingga dalam hal ini faktor ekternal yang dimaksud dalam
penelitian ini dibatasi dalam 3 faktor yaitu, pendamping kelompok, kegiatan
penyuluh, dan peran serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

Kerangka Berfikir

Rumah tangga merupakan bagian kecil yang berperan pada proses


perekonomian karena terdiri dari sejumlah anggota keluarga yang dapat
menyediakan tenga kerja. Setiap aggota keluarga mempunyai peranan masing-
masing. Untuk meningkatkan peran rumah tangga dalam perekonomian
diperlukan usaha-usaha peningkatan produktivitas tujuanya adalah untuk
meningkatkan perekonomian keluarga.
Peranan wanita dapat dilihat sebagai individu dan anggota keluarga yang
merupakan satu unit analisis terkecil dalam masyarakat. Wanita tani sebagai istri
dari petani secara langsung maupun tidak langsung terlibat serta bertanggung
jawab dalam memilih usaha yang akan dilaksanakan oleh keluarga serta egiatan
lain yang menunjang kesejahteraan keluarga. Dalam meningkatkan peran wanita
dalam keluarga diperlukan pelatihan dan pemberian pengetahuan dan keerampilan
agar peran wanita dapat sesuai dengan fungsinya.
Menurut Manoppo (2010) wanita yang berkerja disektor pertanian tidak
dianggap sebagai petani melainkan istri dari seorang anggota petani yang wajib
membantu suami (petani). Salah satu wadah bagi wanita untuk membantu
perekonomian keluarga adalah wadah kelompok. Kelompok wanita tani (KWT)
merupakan sebuah kelompok yang anggotanya terdiri dari para wanita tani dan
melakukan kegiatan usaha, megembangkan keterampilannya untuk membantu
perekonomian keluarga. Peranan kelompok tani akan semakin meningkat apabila
dapat menumbuhkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki dalam kelompok itu sendiri
untuk dapat menggerakkan dan mendorong perilaku anggotanya kearah
pencapaian tujuan kelompok, sehingga kelompok tani  tersebut akan terus
berkembang.
Kelompok wanita tani sawargi bergerak dalam mengusahakan pengolahan
produk makanan yang berbahan baku talas. Dari awal diresmikan peranan
kelompok wanita tani Sawargi ini sudah mencapai kesuksesan. Kesuksesan
tersebut dapat dilihat dari berbagai prestasi-prestasi yang telah dicapai. Salah satu
prestasi besar yang telah dicapai kelompok ini adalah menjadi peraih Rekor Muri
kreasi dodol talas terbesar membentuk tugu kujang Bogor, selain itu aktif di
berbagai pameran yang diadakan dinas-dinas. Kondisi yang demikian pada
kelompok wanita tani Sawargi semakin menurun. Hal ini dilihat dari menurunnya
skala produksi produk talas, semakin menurunnya keaktifan dan peranan anggota
dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut. Kondisi
yang sedang dialami kelompok wanita tani Sawargi ini bertentangan dengan
tujuan kelompok tani yang disebutkan dalam Departemen Pertanian (2007), yaitu
bahwa kelompok tani dibentuk untuk meningkatkan dan mengembangkan anggota
dalam meningkatkan dan mengembangkan usahanya.
Keberhasilan maupun kegagalan dari suatu kelompok tani tidak terlepas
dari partisipasi setiap anggota kelompok tani yang ada di dalamnya. Partisipasi
anggota kelompok tani akan timbul apabila terdapat kesempatan, kemampuan dan
kemauan pada diri anggota kelompok tani tersebut (Slamet, 2003). Menurut
Sjaifudian (2002), mengemukakan bahwa partisipasi merupakan proses ketika
masyarakat sebagai individu, kelompok sosial maupun organisasi mengambil
peran dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan-
kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi anggota
kelompok tani diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kelompok yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.
Ada beberapa faktor yanag mepengaruhi partisipasi wanita tani. Slamet
(1994), menjelaskan bahwa faktor internal yang ada pada diri individu seperti
usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota, besarnya
pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh
pada partisipasi. Selain factor internal yang mempengaruhi partisipasi anggota
kelompok menurut Yulianti (2012) factor eksternal seperti peran aparat dan
lembaga formal yang ada.
Faktor internal dalam penelitian ini yang terdiri dari usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota, besarnya pendapatan. Hal
ini diduga merupakan factor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi anggota
kelompok dalam pengembangan usaha kelompok pada kelompok wanita tani
Sawargi yang ada di Desa Situ Gede. Sementara faktor ekternal yang dimaksud
dalam penelitian ini dibatasi dalam 3 faktor yaitu, pendamping kelompok,
kegiatan penyuluh, dan peran serta Dinas Perindusterian dan Perdagangan.
Faktor internal dan ekternal tersebut diduaga berhubungan tingkat
partisipasi wanita tani dalam kegiatan kelompok. Hubungan antar faktor tersebut
dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut:

Faktor Internal X1
 Usia (X1.1)
 Tingkat Pendidikan (X1.2) Partisipasi Anggota KWT
 Jenis Pekerjaan (X1.3) Dalam Pengembangan Y
 Lamanya menjadi anggota Usaha Kelompok
1. Keaktifan dalam Tingkat
(X1.4) partisipasi dalam
 Tingkat Pendapatan kelompok( pikiran,
tenaga, waktu, kegiatan
Keluarga(X1.5) pengembagan
 Jumlah tanggungan keahlian, modal atau
materi) usaha kelompok
Keluarga (X1.6)
2. Tanggung jawab
dalam pelaksanaan
kegiatan.
Faktor Eksternal X2 3. Menikamati hasil
 Pendamping Kelompok usaha
(X2.1) 4. Pelaksanaan
 Kegiatan penyuluhan (X2.2) evaluasi
 Dinas perindustrian dan
perdagangan (X2.3)

Gambar 1. Kerangka berfikir antar peubah yang berkaitan dengan partisipasi


anggota KWT dalam kegiatan kelompok
Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan beberapa


hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang nyata antara faktor-faktor internal terhadap tingkat
partisipasi anggota kelompok wanita tani dalam kegiatan pengembangan usaha
kelompok.
2. Terdapat hubungan yang nyata antara faktor-faktor eksternal dengan partisipasi
anggota kelompok wanita tani dalam pengembangan usaha kelompok
METODE PENELlITIAN

Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah


yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas yaitu X1
merupakan faktor internal meliputi Usia (X1.1), Tingkat Pendidikan (X1.2), Jenis
Pekerjaan (X1.3), Lamanya menjadi anggota (X1.4) Tingkat pendapatan keluarga
(X1.5). Peubah bebas X2 merupakan faktor eksternal meliputi Pendamping
Kelompok (X2.1) dan kegiatan penyuluhan (X2.2) dan Dinas perindustrian dan
perdagangan (X2.3). Peubah tidak bebas (Y) adalah Partisipasi anggota.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal ini disetujui oleh komisi
pembimbing.. Lokasi di desa situ gede yang bertempat di beberapa di Kecamatan
Bogor Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena kelompok
wanita tani sawargi merupakan kelompok wanita tani yang masih aktif hingga saat
ini dan memiliki berbagai prestasi di tingkat provinsi dan tingkat nasional.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh anggota kelompok wanita tani sawargi


di kecamatan Bogor barat. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik sensus. Sensus merupakan pengumpulan data dengan mengambil seluruh
objek yang menjadi anggota populasi sebagai bahan kajian atau pengamatan.
sehingga dalam penelitian ini seluruh anggota dan pengurus kelompok dijadikan
sampel dalam penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 21 orang
(lampiran 1)
Data dan Instrumentasi

Jenis data dalam penelitian ini terdiri adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara, sedangkan
data sekunder yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan
penelitian ini berupa profil daerah dan profil KWT Sawargi serta laporan-laporan
berupa jurnal maupun dokumentasi.
Instrumentasi merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Kuesioner yang digunakan telah disusun secara terstruktur sehingga dapat
diketahui informasi dari variabel-variabel penelitian.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas instrumen
Validitas instrumen menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut
mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun dan Efendi, 2008). Kerlinger
(2006) menyatakan bahwa suatu alat ukur dikatakan sahih apabila alat ukur
tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya
ingin diukur. Validasi instrument dalam penelitian ini menggunakan validasi
konstruk dimana peneliti menyusun tolok ukur operasional dari kerangka suatu
konsep. Validasi konstruk dilakukan dengan menyusun tolok ukur operasional dan
kerangka suatu konsep dengan cara pemahaman atau logika berfikir didasarkan
pada pengetahuan ilmiah.

Reliabilitas instrumen
Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan ketepatan alat
tersebut untuk mengukur sesuatu yang diukurnya. Kerlinger (2006) reliabilitas
adalah keandalan, kemantapan, konsistensi, preditabilitas atau keteramalan,
kejituan, ketepatan atau akurasi. Selanjutnya menurut Sugiyono (2010)
menyatakan bahwa suatu alat ukur dikatakan memiliki realibilitas yang tinggi
apabila alat ukur tersebut dapat dipergunakan berkali-kali tetap mempunyai sifat
konsisten, stabil, ketepatan, dan menunjukkan suatu gejala yang sama walaupun
dalam waktu yang berbeda. Sehingga dapat dirangkum bahwa reliabilitas
menunjukan kosistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala ynag sama dan
digunakan untuk memantapkan suatu alat ukur dalam penelitian agar hasil yang
didapatkan menjadi konsisten, stabil dan tepat, sesuai dengan tujuan penelitian.
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan melalui ujicoba terhadap
kuesioner yang digunakan terhadap sejumlah responden di tempat yang berbeda
dan waktu yang berbeda, yang memiliki karakteristik sama dengan responden
sesungguhnya. Dalam penelitian ini ujicoba dilakukan kepada 5 orang responden.
Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alfa
Cronbach. Dalam Purwanto (2007), mengemukakan rumus Koefisien realibilitas
instrument, yaitu :

Perhitungan nilai koefisien realibilitas dengan memanfaatkan perangkat


lunak berupa program SPSS (Statistica for the social science). Hasil uji realibilitas
terhadap uji coba kuisioner menunjukan bahwa nilai koefisien realibilitas (α)
intrumen uji coba sebesar 0,943. Nilai ini menandakan bahwa instrument tersebut
memiliki keterandalan yang cukup tinggi.

Analisis Data

Seluruh data yang telah dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis sesuai


dengan kebutuhan penelitian. Data yang telah dikumpulkan dari lapangan
kemudian diberi kode dan skor sesuai dengan metode skoring yang telah
ditetapkan. Hasil skoring tersebut kemudian ditabulasi untuk memudahkan dalam
melakukan analisis. Selanjutnya tingkat pengaruh yang terjadi antar peubah dapat
dijelaskan dan dideskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian.
Alat analisis yang akan digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
ekternal dan internal yang mempengaruhi partisipasi anggota kelompok wanita
tani Sawargi dalam mengikuti kegiatan kelompok, maka akan digunakan alat
analisis regresi, melalui bantuan perangkat lunak yaitu SPSS (Statistica for the
social science).

Analisis Data (persi ane)


Untuk menganalisis tingkat partisipasi anggota kelompok wanita tani
Sawargi dalam mengikuti kegiatan kelompok dianalisis dengan menggunakan
tabulasi dan metode analisis skoring. Tidak ada masalahnya jika masing-masing
kategori diberi skor 1-3 sesuai pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan tersebut
yaitu diberi nilai tertinggi 3, sedang 2 dan terendah 1 (Nazir, 2003: 338).
Tingkat partisipasi diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu
partisipasi tinggi (skor 3), partisipasi sedang (skor 2), partisipasi rendah (skor 1).
Menurut Dajan (1986) dalam Hardiyanto (2009) Cara pengklasifikasian tingkat
partisipasi anggota kelompok menggunakan interval yang formulanya sebagai
berikut :

I=

I = Interval

J = Jarak antara skor maksimal dengan skor minimal

K = banyak kelas / kategori (3)

Untuk Menganalisis faktor-faktor ekternal dan internal yang


mempengaruhi partisipasi anggota kelompok wanita tani Sawargi dalam
mengikuti kegiatan kelompok digunakan uji statistik yaitu analisis Regresi
Berganda yang dibantu menggunakan perangkat statistik Statistical Product and
Service Solutions 17 (SPSS 19).
Definisi Operasional

Partisipasi anggota kelompok wanita tani dalam kegiatan kelompok


1. Partisipasi merupakan keterlibatan anggota kelompok wanita tani dalam
kegiatan kelompok yang berhubungan dengan keaktifan kelompok dalam
mengikuti kegiatan berupa pelatihan, penjualan dan berbagai kegiatan
kelompok lainnya. Keaktifan dalam kelompok( pikiran, tenaga, waktu,
keahlian, modal atau materi)
2. Tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan berupa mempertanggung
jawabkan semua kegiatan, pembukuan, dan pengeluaran.
3. Partisipasi dalam menikmati hasil usaha.
4. Pelaksanaan evaluasi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Kelompok Wanita Tani


dalam Kegiatan Kelompok
Faktor Internal
1. Umur responden dihitung sejak responden dilahirkan sampai saat
dilakukannya wawancara. Satuan umur dinyatakan dalam tahun, dan
dikategorikan muda sedang dan tua.
2. Pendidikan adalah lamanya responden duduk di bangku pendidikan
formal. Indikator pengukuran pendidikan dinyatakan dalam tahun dan
dikelompokkan dalam skala ordinal dengan kategori rendah, sedang dan
tinggi.
3. Jenis pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan selain dari anggota
kelompok wanita tani.
4. Lamanya menjadi anggota, dilihat dari sejak awal gapoktan sawargi
didirikan hingga saat ini.
5. Tingkat pendapatan, Jumlah penghasilan keluarga responden selama satu
bulan yang diperoleh anggota keluarga dari berbagai sumber, baik dari
pekerjaan tetap maupun usaha sampingan yang dinyatakan dalam Rupiah.
Pengukuran dikelompokkan dalam skala ordinal dengan kategori rendah,
sedang dan tinggi.
Faktor Eksternal

1. Pendamping kelompok yang dimaksud adalah orang yang mendapingi


kelompok diluar penyuluh.
2. Penyuluhan, kegiatan penyuluhan mengenai produksi olahan talas, dan
perkembangan produk serta kamasan. kegiatan-kegiatan penyuluhan yang
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan wanita tani agar
produksi olahan talas dan ubi jalar yang lebih baik dan intesif.
3. Dinas Perindusterian dan Perdagangan yang memberikan bantuan berupa
modal dan peralatan produksi, dapat juga berasal dari dinas-dinas terkait
seperti pertanian.
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini antara lain adalah variabel partisipasi dan variable faktor-faktor internal dan ekternal petani.

PARAMETER KATEGORI SKALA SUMBER


NO Variabel INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL PARAMETER
PENGUKURAN PENGUKURAN DATA INFORMASI

1 Partisipasi Keaktifan Partisipasi merupakan Kehadiran dan Kuisioner dan Ordinal Data primer
keterlibatan anggota kelompok Frekuensi kontribusi wawancara diperoleh dari
wanita tani dalam kegiatan kehadiran dalam responden melalui
kelompok yang berhubungan kegiatan kuesioner dan
dengan keaktifan kelompok -Hadir dan wawancara
dalam mengikuti kegiatan memberikan
berupa pelatihan, penjualan dan kontribusi= 3 Data sekunder
berbagai kegiatan kelompok -Hadir saja = 2 juga diperoleh dari
lainnya. Keaktifan dalam -Tidak hadir = 1 laporan-laporan
kelompok ( pikiran, tenaga, berupa jurnal dan
waktu, keahlian, modal atau dokumentasi
Tanggung materi) Tenaga yang Kuisioner dan Ordinal Data primer
jawab dalam Frekuensi diberikan wawancara diperoleh dari
pelaksanaan - Keaktifan dalam kelompok( kehadiran dalam responden melalui
pikiran, tenaga, waktu, kegiatan dan kuesioner dan
keahlian, modal atau materi) bertanggung wawancara
. jawab sampai
kegiatan selesai Data sekunder
-Tanggung jawab dalam -Hadir sampai juga diperoleh dari
pelaksanaan kegiatan yang selesai= 3 laporan-laporan
-Hadir saja= 2 berupa jurnal dan
dimaksud adalah kehadiran -Tidak hadir = 1 dokumentasi
dalam setiap kegiatan dan
Menikmati kemampuan untuk Sesuai tidaknya Kuisioner dan Ordinal Data primer
hasil usaha bertanggung jawab terhadap Pembagaian hasil dengan wawancara diperoleh dari
tanggung jawab yang usaha. kontribusi yang responden melalui
- Sangat sesuai= diberikan kuesioner dan
diembankan.
3 wawancara
- Sesuai=2
- Tidak Data sekunder
sesuai=1 juga diperoleh dari
- Menikamati hasil usaha laporan-laporan
kelompok taninya. Pembagian berupa jurnal dan
hasil usaha yang dilakukan dokumentasi
dalam kelompok
Evaluasi Kuisioner dan Data primer
Frekuensi Banyaknya wawancara diperoleh dari
evaluasi terhadap evaluasi yang responden melalui
kegiatan. dilakukan kuesioner dan
->3 kali = 3 wawancara
-< 3 kali = 2
-Tidak pernah =1 Data sekunder
juga diperoleh dari
-Pelaksanaan evaluasi atas laporan-laporan
usaha yang telah dilakukan, berupa jurnal dan
maupun kegiatan yang dokumentasi
telah dilaksanakan.

Faktor- Faktor internal Faktor-faktor yang Dilakukan Kuisioner dan Ordinal diperoleh dari
faktor meliputi: berhubungan dengan partisipasi dengan cara wawancara responden melalui
yang meliputi faktor internal dan pengkategorian kuesioner dan
berhubung -Umur faktor eksternal. (skala ordinal) wawancara
an dengan -Pendidikan
partisipasi -Tingkat -Faktor internal merupakan ciri -Umur Tahun Data sekunder
petani. pendapatan yang dimiliki oleh seseorang -< 35 tahun = 1 juga diperoleh dari
-jenis yang berhubungan dengan - 35-50= 2 laporan-laporan
pekerjaan semua kehidupan dengan - > 50 = 3 berupa jurnal dan
-Lamanya jadi lingkungannya, meliputi: dokumentasi
anggota -Umur -Pendidikan Tidak tamat SD
kelompok -Pendidikan -Rendah : Tidak atau tidak
- Tingkat -Jenis pekerjaan tamat SD s/d sekolah, SD,
pendapatan - Lamanya jadi anggota Tamat SD = 1 SMP, SMA, dan
keluarga kelompok -Sedang: Tidak perguruan
-Tingkat pendapatan keluarga Tamat SLTP s/d tinggi.
Tamat SLTP =2
-Tinggi: Tamat
SLTA/Akademi/
PT = 3

Jenis pekerjaan
lainnya PNS, URT,
-ibu rumah Swasta
tangga = 1
- swasta = 2
-pegawai negeri=
3

Lamanya menjadi
anggota
kelompok tahun
-< 3 tahun =1
-3-6 tahun =2
->6 tahun =3

Tingkat
Pendapatann
keluarga Rupiah
responden
dengan
pengelompokan
sebagai berikut:
-Rendah: < Rp
1.000.000 = 1
-Sedang: Rp
1.000.000-
Rp2.000.000 =2
-Tinggi: > Rp
2.000.000 = 3

Faktor Kuisioner dan Ordinal diperoleh dari


ekternal -Pendampingan kelompok oleh Pendampingan Ada dan tidak wawancara responden melalui
meliputi perangkat desa atau oleh kegitan kelompok pendampingan kuesioner dan
bebrapa hal, lembaga terkait. dari pihak diluar wawancara
yaitu : kelompok
Data sekunder
- -Tidak ada= 1 juga diperoleh dari
Pendampingan - ada = 2 laporan-laporan
kelompok - selalu= 3 berupa jurnal dan
-Kegiatan dokumentasi
penyuluhan
-Dinas
perindusterian Kegiatan penyuluhan berupa Frekuensi pertemuan Kuisioner dan Ordinal diperoleh dari
dan kegiatan penyuluhan oleh PPL Penyuluhan wawancara responden melalui
perdagangan atau fasilitator kepada kwt. kuesioner dan
-Tidak pernah = wawancara
1
< 3 kali = 2 Data sekunder
>3 kali = 3 juga diperoleh dari
laporan-laporan
berupa jurnal dan
dokumentasi
Dinas perindusterian dan Peran dinas Kuisioner dan Ordinal diperoleh dari
perdagangan perindusteriadn peranserta wawancara responden melalui
dan perdagangan kuesioner dan
wawancara
Tidak berperan =
1 Data sekunder
berperan = 2 juga diperoleh dari
sangat berperan = laporan-laporan
1 berupa jurnal dan
dokumentasi
Kisi kisi persi ane (format terbaru)

NO
Parameter Skala
Variabel Definisi Operasional Indikator Kategori Pengukuran
Pengukuran Data
1. Partisipasi Partisipasi merupakan Keaktifan dalam Frekuensi kehadiran -Hadir dan memberikan kontribusi = 3 Ordinal
keterlibatan anggota kelompok( pikiran, dalam kegiatan -Hadir saja = 2
kelompok wanita tani tenaga, waktu, -Tidak hadir = 1
dalam kegiatan keahlian, modal atau
kelompok yang materi)
berhubungan dengan
keaktifan kelompok
dalam mengikuti
kegiatan berupa
pelatihan, penjualan
dan berbagai kegiatan
kelompok lainnya.
Tanggung jawab Frekuensi kehadiran -Hadir sampai selesai= 3 Ordinal
dalam pelaksanaan dalam kegiatan dan -Hadir saja= 2
kegiatan yang bertanggung jawab - Tidak hadir = 1
dimaksud adalah sampai kegiatan
selesai.
kehadiran dalam
setiap kegiatan dan
kemampuan untuk
bertanggung jawab
terhadap tanggung
jawab yang
diembankan.
Menikmati hasil usaha Tingkat kesesuaian - Pembagaian hasil usaha Sangat Ordinal
dengan kontribusi sesuai= 3
yang diberikan - Pembagaian hasil usaha Sesuai = 2
- Pembagaian hasil usaha tidak
sesuai= 3

-Evaluasi Frekuensi evaluasi ->3 kali = 3 Ordinal


(Pelaksanaan terhadap kegiatan. -< 3 kali = 2
evaluasi atas usaha -Tidak pernah =1
yang telah
dilakukan, maupun
kegiatan yang telah
dilaksanakan)

2. Faktor Factor-faktor dari


Internal dalam individu yang
mempengaruhi
partisipasi, terdiri
dari umur,
pendidikan, jenis
pekerjaan, jumlah
tanggungan dan
lamanya menjadi
anggota KWT
Umur usia responden yang Umur responden Jumlah tahun 1. Belum produktif (jika (< 15 Ordinal
dihitung dari sejak produktif tahun)
lahir hingga saat 2. Produktif (jika 15 – 60 tahun )
penelitian, dan 3. Tidak produktif ( > 60 )
dinyatakan dalam
jumlah tahun
Pendidikan pendidikan formal Pendidikan formal Tingkat pendidikan 1. Redah (SD) Ordinal
yang pernah diikuti yang pernah diikuti formal yang pernah 2. Sedang (SMP)
oleh responden, dan responden tinggi diikuti responden 3. Tinggi (SMA-PT)
dinyatakan dalam
tingkatan SD, SMP,
SMA, dan Perguruan
tinggi.
Pendapatan penghasilan Pendapatan Tingkat 1. Rendah (di bawah UMR) Ordinal
responden yang responden tinggi penghasilan 2. Sedang (sesuai UMR)
diperoleh dari melebihi kebutuhan responden perbulan 3. Tinggi (melebihi UMR)
berbagai sumber baik sehari-hari
dari pekerjaan tetap
maupun yang tidak
tetap, dinyatakan
dalam rupiah sesuai
standar UMR
Jumlah Jumlah anggota Besarnya jumlah Jumlah tanggungan 1. Rendah (0-3) Ordinal
tanggungan keluarga yang tanggungan keluarga 2. Sedang (4-6)
keluarga menetap dan menjadi 3. Tinggi (>6)
tanggungan kepala
keluarga, dinyatakan
dalam Jiwa.
Jenis pekerjaan selain dari Ordinal
pekerjaan anggota kelompok
wanita tani
Lamanya jadi Lamanya Angota kelompok Tingkat lamanya 1. Redah (1) (<1 tahun) ordinal
anggota keikutsertaan anggota sudah lama menjadi menjadi anggota 2. Sedang (2) (1-2 tahun)
dalam KWT dari anggota KWT KWT 3. Tinggi (3) (>2 tahun)
awal bergabung
hingga saan
penelitian, dinyatakan
dalam tahun
3. Faktor Faktor-factor yang
eksternal berasal dari luar
individu, terdiri dari
pendampingan,
kegiatan penyuluhan
dan dinas
perindustrian dan
perdagangan.
Pendampingan -Pendampingan Frekuensi 1. Rendah (1) (jika tidak pernah ordinal
kelompok oleh pendampingan pada ada pendampingan)
perangkat desa atau kelompok 2. Sedang (2) (jika tidak pernah
oleh lembaga terkait. ada pendampingan)
3. Tinggi (3) (jika tidak pernah ada
pendampingan)
Kegiatan penyuluhan Kegiatan Frekuensi kegiatan Tidak pernah = 1 ordinal
berupa kegiatan penyuluhan penyuluhan < 3 kali = 2
penyuluhan oleh PPL >3 kali = 3
atau fasilitator kepada
kwt
Peran dinas Dinas perindusterian Tingkat peranan Tidak berperan = 1 ordinal
perindusteriadn dan dan perdagangan dinas perindustrian berperan = 2
perdagangan dan perdagangan sangat berperan = 1
4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Situ Gede merupakan salah satu desa yang berada di


Kecamatan Bogor Barat dengan Luas wilayah sekitar 237,47 Ha. Secara
administrative kelurahan ini berbatasan langsung dengan kelurahan Cisadane pada
sebelah utara, pada sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kali Sindang
Barang, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cikarawang dan sebelah
timur berbatasan dengan Kelurahan Bubulak. Luas wilayah kelurahan Situ Gede
berdasarkan kegiatan pertanahan, penggunaan lahan dikelompokkan menjadi
penggunaan lahan sebagai pemukiman seluas 68 Ha, sarana umum seluas 13,47
Ha, hutan 60 Ha, persawahan/kolam seluas 85 Ha, perkantoran 50 Ha dan sarana
umum lainnya 13, 47 Ha.
Berdasarkan orbitasi (jarak dan pusat pemerintahan kelurahan), jarak
kelurahan Situ Gede dari pusat pemerintahan kecamatan 5 Km, jarak dari
pemerintahan kota 8 Km, sedangkan jarak dari ibukota propinsi 160 Km dan jarak
dari ibukota Negara sejauh 100 Km. Secara topografis ketinggian tanah kelurahan
Situ Gede berada pada 250 M dari atas permukaan laut. Dataran rendah berada
pada 323,47 dan dataran tinggi berada pada 467 di atas permukaan laut.
Berdasarkan klimatologi, wilayah kelurahan Situ Gede memiliki curah curah
hujan rata-rata pertahun 3219 mm dengan suhu udara rata-rata 24,9 0C-25,8 0C.
Secara demografi, Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Situ Gede
sebanyak 4.325 orang yang berjenis kelamin laki-laki, sementara jumlah
penduduk yang perempuan sebanyak 4.103 orang dengan jumlah keluarga
sebanyak 2.297 Kk. Jumlah penduduk berdasarkan usia dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok. Kelompok umur 00-04 tahun terdapat 748 orang, 05-09 tahun
sebanyak 755 orang, 10-14 sebanyak 820 orang, 15-19 tahun sebanyak 744 orang,
20-29 tahun 813 orang, 30-34 tahun sebanyak 845 orang, 35-39 tahun sebanyak
551 orang, 40-44 tahun sebanyak 579, 45-49 tahun sebanyak 558 orang,
kelompok umur 50-54 tahun sebanyak 475 orang dan kelompok usia yang lebih
dari 60 tahun sebanyak 574 orang.
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di kelurahan Situ
Gede hanya berasal dari pendidikan umum, tidak ada penduduk yang
berpendidikan dari sekolah khusus seperti Sekolah Luar Biasa, maupun Home
shoiling. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang berasal dari
sekolah umum terdiri dari lulusan Sekolah Dasar/MI sebanyak 1503 orang,
lulusan SMP/SLTP/MTS sebanyak 820 orang, lulusan SMA/SLTA/ Aliyah
sebanyak 724 orang, sementara lulusan Akademi/D1-D3 hanya sebanyak 146
orang dan lulusan Sarjana atau Perguruan Tinggi yang bberjenjang Strata 1 hingga
Strata 3 sebanyak 715 orang.
Berdasarkan mata pencaharian jumlah penduduk di Kelurahan Situ
Gede terdiri dari PNS, TNI, Polri, karyawan swasta/BUMN/BUMD,
wiraswasta/pedagang, tani, pertukangan, dan buruh tani. Adapun jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian tersebut adalah Karyawan PNS sebanyak
105 orang, anggota TNI sebanyak 9 orang, Polri 11 orang, Swasta/BUMN/BUMD
sebanyak 8 orang, wiraswasta/atau pedagang sebanyak 250 orang, dan penduduk
yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 270 orang.
Kelembagaan yang ada di Kelurahan Situ Gede terdiri dari 34 RT dan
10 RW, dengan jumlah pengurus LPM sebanyak 15 orang dan PSM 10 orang. di
kelurahan ini juga terdapat 1 lembaga pemuda, 6 kelompok tani dewasa dan 1
kelompok wanita tani. Adapun 6 kelompok tani dewasa tersebut adalah kelompok
tani Jafor Florist, Harapan Mekar, Tirta Maju, Salayu, ganda Mekar dan Java 69.
Sementara kelompok wanita tani bernama Sawargi. Kelurahan Situ Gede juga
mempunyai pengurus PKK Kelurahan yang berjumlah 24 orang, dan pengurus
PKK RW sebanyak 40 orang serta pengurus PKK Dasawisma sebanyak 132
orang. selain pengurus PKK, kelurahan ini juga mempunyai kader Posyandu
sebanyak 66 orang.
Sarana-sarana yang terdapat di Kelurahan Situ Gede antara lain adalah
sarana pendidikan yang terdiri 5 Sekolah Dasar, 1 SMP, 1 MA, 2 PAUD, 3 TPA,
1 TK dan 2 Madrasah. Sementara sarana kegiatan keagamaan yang tersedia hanya
ada 10 Masjid, 8 mushala dan 2 pondok pesantren. Banyaknya jumlah masjid di
kelurahan ini disebabkan sebagian besar penduduknya beragama Islam yaitu
sebanyak 7.930 orang, sementara yang beragama Kristen Khatolik hanya
sebanyak 11 orang.
Profil Kelompok Wanita Tani Sawargi
Kelompok wanita tani Sawargi merupakan satu-satunya kelompok wanita
tani yang ada di Kelurahan Situ Gede. Kelompok wanita tani ini berada di lokasi
secretariat RW 05 Desa Situ Gede Kecamatan Kota Bogor Barat Kota Madya DT
II Bogor, di mana kelompok ini dibentuk pada 10 Juni 1997. Dengan jumlah
anggota sebanyak 21 orang. Adapun struktur organisasi kelompok wanita tani ini
adalah sebagai berikut:

No. Nama Jabatan


1. Otih Winarsih Ketua Kelompok
2. Hilda Sopiana Sekretaris
3. Asnawati Bendahara
4. Ida U Seksi Humas
5. Wawat Seksi Sarana Produksi
6. Eith Seksi hama dan penyakit
7. Erat Maryati Seksi Permodalan
8. Muinah Pemasaran
9. Ade Dedeh Anggota
10. Titin Anggota
11. Nenih Anggota
12. Mariam Anggota
13. Riatin Anggota
14. Aat Anggota
15. Komariah Anggota
16. Omah Anggota
17. Isnah Anggota
18. Yanih Anggota
19. Aros Anggota
20. Sarni Anggota
21. Neneng Herniyati Anggota
Jumlah 21 Orang
Tabel 4.1 struktur Organisasi KWT Sawargi.

Struktur organisasi pada Kelompok Wanita Tani Sawargi terdiri dari


pengurus pokok yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan berbagai seksi
pendukung. Pada KWT ini terdapat seksi hama dan penyakit. Hal ini karena pada
awal terbentuknya KWT Sawargi tahun 1997, terfokus pada pengelolaan dan
pemanfaatan tanaman pekarangan. Kegiatan ini dibawah bimbingan Dinas
Pertanian. Namun saat ini hanya terfokus pada pengolahan produk talas.

Seiring semakin berkembangnya KWT ini, banyak mendapatkan berbagai


bantuan dari berbagai dinas-dinas maupun LSM lainnya. Bentuk-bentuk bantuan
yang telah diterima di antaranya adalah sebagai berikut:

Tahun Jumlah
No. Nama Barang Asal Bantuan
Penerimaan (Unit)
1. Siler Deperindag 2007 2
2. Mixer Deperindag 2010 1
3. Oven Listrik Deperindag 2010 1
4. Etalase Deperindag 2010 1
5. Mesin Parut Deperindag 2010 1
6. Mesin Aduk Deperindag 2010 1
7. Timbangan Kue Deperindag 2009 1
8. Mesin tepung Deptan 2007 1
9. Kompor Deperindag 2010 3
10. Baskom Depnaker SOS 2010 10
11. Langseng Depnaker SOS 2010 2
12. Tampah (Nyiru) Depnaker SOS 2010 4
13. Adukan Depnaker SOS 2010 8
Jumlah total 36
Tabel 4.2. Bentuk da nasal bantuan yang diterima KWT Sawargi

Bantuan yang berupa peralatan-peralatan yang dimiliki oleh KWT tidak


semua digunakan. Peralatan yang berskala besar, seperti mesin aduk yang
berkapasitas 10 kg tidak digunakan apabila membuat dodol dalam sekala kecil.
Alat pengering pada produk olahan kerupuk menggunakan oven listrik jika musim
hujan, namun pada musim panas pengeringan kerupuk menggunakan cahaya sinar
matahari langsung, di mana kerupuk yang telah diiris disusun di atas tampah atau
nyiru.

Bantuan pertama kali yang diperoleh oleh KWT Sawargi ini berasal dari
Disperindak pada tahun 2001. Bentuk bantuan yang diberikan berupa perabotan
dan sejumlah uang. Pada pertama kali mendapat bantuan ini, anggota kelompok
KWT Sawargi dibagi menjadi 5 regu, yang beranggotakan _+ 5 orang. Bantuan
yang berupa uang tersebut dibagikan pada setiap regu sebanyak 1.500.000. Tujuan
pemberian seperti ini adalah agar setiap regu mengembangkan usaha yang
direncanakan dan dapat terlaksana secara maksimal.

Bantuan kedua yang diterima KWT Sawargi juga berasal dari Disperindak
pada tahun 2001, bantuan berupa mesin dodol, open dan mesin parut. Bantuan
yang paling besar diterima oleh KWT Sawargi pada tahun 2012, di mana bantuan
tersebut berasal dari Dinas Ketahanan Pangan, dalam rangka pengembangan
usaha ekonomi produksi. Besarnya bantuan yang diterima dalam bentuk uang
sebesar 40.000.000 rupiah dan beberapa bantuan peralatan pengolahan produk
talas lainnya. Bantuan yang berbentuk uang tersebut, oleh pengurus KWT
Sawargi digunakan untuk membuat rumah produksi pengolahan berbagai produk
talas. Pembuatan rumah produksi tersebut menghabiskan _+ 20.000.000 rupiah.
Sisa bantuan uang tersebut sebesar 20.000.000 digunakan untuk proses
pengembangan kegiatan kelompok dan sebagai modal usaha.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh tim KWT Sawargi yang semakin


berkembang. Beberapa kegiatan yang dilakukan di antaranya adalah:

a. Mengadakan kegiatan pelatihan pembuatan produk olahan dodol talas


b. Sebagai pembicara/ pemateri dalam pelatihan kewirausahaan
c. Produsen produk olahan talas
d. Peserta pameran produk olahan talas.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh KWT Sawargi tidak terlepas dari
penyebarluasan pengalaman dalam pengolahan berbagai produk talas. Salah satu
kegiatannya adalah sebagai pemateri dalam program pelatihan teknologi
pengolahan umbi-umbian. Kegiatan yang dilakukan oleh KWT Sawargi banyak
berkaitan dengan berbagai dinas, maupun lembaga kemasyarakatan lainnya
sehingga KWT Sawargi sering diminta agar menjadi pemateri mengenai
pengolahan produk talas. Kegiatan pelatihan oleh KWT ini juga meliputi kegiatan
pelatihan yang melibatkan peserta pelatihan dari luar negeri yaitu beraasal dari
Negara Jepang.
Kegiatan yang dilakukan selain dalam KWT Sawarg ini sendiri, Ibu Oti
selaku ketua dan penggagas kelompok sangat aktif dalam berbagai kegiatan
lainnya. Keaktifan tersebut dapat terlihat dari berbagai organisasi lain yang diikuti
oleh Bu Oti sebagai ketua kelompok KWT Sawargi. Keterlibatan Ibu Oti dalam
aktivitas lain di antaranya adalah terlibat dalam Kelompok Kontak Tani Nelayan
Andalan (KTNA) dan berbagai lainnya.
8. Rencana kegiatan Kelompok Wanita Tani Sawargi

No. Tanggal Kegiatan Lokasi Jumlah Sumber Dana Petugas Pem


Peserta
1. 8-1-2010 Pelatihan dalam negeri tentang Ciko Resort Bogor 30 orang JICA Departemen
teknologi proses pengolahan
umbi-umbian
2. 28-6-2010 Pelatihan dalam rangka program Warung Kondang 22 orang Pemerintah Dinsos Nake
peningkatan kualitas dan Bogor
produktivitas tenaga kerja
3. 29-6-2010 Teori pelatihan pembuatan dodol Rumah Produksi 22 orang Pemerintah Ketua dan
talas & kerupuk talas Jl. Tambakan Kel Situ Sawargi/ Din
Gede
4. 30-6-2010 Praktek pembuatan dodol talas Rumah Produksi 22 orang Pemerintah Ketua S
dan keripik Jl. Tambakan Kel Situ Nakertrans
Gede
5. 07-09- Sosialisasi Cara Pembuatan Kebun Raya Bogor 20 orang Ibu-ibu Ketua SA
2011 Kerupuk Talas (Gues House) Dharma Dharma Wan
Wanita, Lipi
Bogor
6. Januari- Pertemuan Anggota Kelompok Rumah Produksi Seluruh KAS KWT
desember wanita Tani Sawargi 1 x Jl. Tambakan Kel Situ Anggota Sawargi
2012 perbulan Gede
Memproduksi produk olahan Rumah Produksi Seluruh KAS KWT
talas Jl. Tambakan Kel Situ Anggota Sawargi
Gede
Rumah Produksi Seluruh KAS KWT
Jl. Tambakan Kel Situ Anggota Sawargi
Gede
DAFTAR PUSTAKA

Belem, Wery. 2002. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Wanita Tani
Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan[Tesis].Bogor. Institut Pertanian
Bogor.
Cohen, Uphoff. 1977. Rural Development Participation Concep and Measure for
Project Design Implementation and Evaluation. Cornell University New
York
DEPTAN. 2007. “Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.
273/KPTS/OT.160/5/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan
Petani.” Jakarta: Deptan RI.
Mardikanto, totok. 2010. Komunikasi Pembangunan. UNS Press. Surakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka
Cipta. Jakarta.
[BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2011. Pembinaan Kelompoktani
dalam Pengembangan Kelembagaan Tani. Jakarta (ID): BPTP
Sjaifudian H. 2002. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Bandung: The
Ford Foundation

Slamet,M.2003. meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan


pedesaan. IPB Press. Bogor:
Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.

Sumaryadi, Nyoman., 2010, Sosiologi Pemerintahan. Penerbit: Ghalia


Indonesia, Bogor.

Sunarti. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan secara


Kelompok. Jurnal Tata Loka. Planologi UNDIP. Semarang.

Syah M. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Purwanto. 2007. Instrument Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan


Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yulianti, Yoni. 2012. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan


Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan di Kota Solok. Program Pascasarjana Universitas Andalas
Padang, [diunduh 2014 Maret 26]. Tersedia pada
https://www.academia.edu/

Anda mungkin juga menyukai