“Rasulullah saw bersabda, hati-hatilah dengan hawa nafsu karena hawa nafsu itu membutakan dan
membuat tuli.”
Orang yang sedang dimabuk asmara sulit menerima kebenaran dan nasehat karena hawa nafsu telah
membutakan dan membuat tuli mata hati. Rasulallah saw mengingatkan agar umatnya hati-hati dengan
hawa nafsu yang akan menjerumuskannya kedalam kenistaan dan penyesalan.
اخاف على امتي من بعدي ثالثا ضاللة االهواء واتباع الشهوات في البطون والفروج والغفلة مع المعرفة
Aku sangat mengkhawatirkan kepada umatku sepeninggalku tiga hal, pertama, kesesatan hawa nafsu.
Kedua, mengikuti syahwat perut dan seksual. Ketiga, Lalai setelah mengetahui.
Kekhawatiran Rasulullah saw terhadap umatnya sangat beralasan karena ketiga hal tersebut akan
membinasakan dan menghancurkan masa depan manusia.
Orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya selalu cenderung kepada perbuatan yang melampaui
batas. Kejahatan seksual, perselingkuhan, pembunuhan dan sebagainya. Hawa nafsu itu bagaikan api
yang berkobar di dalam dada, apabila diperturutkan akan semakin menggila, bagaikan api yang disiram
bensin, semakin disiram, semakin menyala dan sulit dikendalikan.
Tidak sedikit manusia yang buta mata hatinya dalam memperturutkan hawa nafsunya. Atas nama cinta
mengikuti hawa nafsunya melakuan perzinaan. Setan menghiasi kemaksiatan dengan keindahan. Orang
dalam kondisi seperti ini tidak dapat menerima nasihat karena hanya nasehat setan yang menjadi
pedoman hidupnya.
Apabila Allah hendak menghancurkan suatu negeri, maka akan marak perzinaan.
والقصد في الغنى، والقول بالحق في الرضا والسخط، فتقوى هللا في السر والعالنية: فأما المنجيات، وثالث مهلكات،ثالث منجيات
وإعجاب المرء بنفسه، وهوى متبع، فشح مطاع: وأما المهلكات،والفقر
Ada tiga hal yang menyelamatkan dan tiga hal yang membinasakan. Tiga hal yang menyelamatkan
adalah bertakwa kepada Allah baik dalam keadaan sepi atau ditengah keramaian, berkata yang benar,
baik dalam keadaan senang maupun marah dan hemat, baik dalam keadaan kaya atau miskin. Adapun
tiga yang membinasakan adalah bakhil (pelit) yang ditaati, memperturutkan hawa nafsu dan bangga
terhadap diri sendiri.
Tidak sedikit manusia hancur dan binasa karena selalu mengikuti dorongan hawa nafsunya. Orang yang
mengikuti hawa nafsunya bagaikan minum air laut, semakin diminum semakin haus.
“Rasulullah saw bersabda, setiap manusia akan dikumpulkan bersama yang diikutinya. Siapa yang
mengikuti hawa nafsunya dalam kekafiran, maka dia akan dikumpulkan bersama orang-orang kafir dan
tidak bermanfaat amalnya sedikitpun.”
Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allâh ketika
menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allâh telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-
Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari
manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui
batas. (QS. al-An’ām/6: 119)
Puncak kesesatan para pengikut hawa nafsu adalah menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya.
Argumentasi rasional dibangunnya untuk mempertahankan kesesatannya.
Apabila argumentasinya lemah, maka mereka menggunakan analogi rendahan. Tidak sedikit seorang
yang maksiat berkata, kenapa saya disalahkan dan dihukum, bukankah masih banyak orang lain yang
melakukan kejahatan lebih besar dari saya? Padahal kejahatan dan kemaksiatan besar atau kecil adalah
kejahatan.
Perzinaan sekali atau berulang kali adalah kejahatan. Mencuri sedikit atau banyak adalah kejahatan.
Bukankah pepatah mengatakan, tidak ada orang mati kesandung gunung tetapi orang mati kesandung
kerikil, artinya kehancuran sering kali bukan pada intensitas kejahatan tetapi karena kejahatan itu
sendiri walaupun kecil.
ََاوةً فَ َمنْ يَ ْه ِدي ِه ِمنْ بَ ْع ِد هَّللا ِ ۚ َأفَاَل تَ َذ َّكرُون َ َس ْم ِع ِه َوقَ ْلبِ ِه َو َج َع َل َعلَ ٰى ب
َ ص ِر ِه ِغش َ َأفَ َرَأيْتَ َم ِن ات ََّخ َذ ِإ ٰلَ َههُ َه َواهُ َوَأ
َ ضلَّهُ هَّللا ُ َعلَ ٰى ِع ْل ٍم َو َختَ َم َعلَ ٰى
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah
membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah
Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?(QS. al-Jātsiyah/45: 23)
Rasulullah saw bersabda, orang yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya dan
orang yang lemah adalah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya.
Keinginan yang kuat untuk selalu berada di jalan yang lurus dan memohon pertolongan yang maha
kuasa, akan mengantarkan seorang hamba menjadi pemenang dalam pertarungan batin. Pertarungan
dalam batin seperti pertarungan dua dua orang petinju. Seorang petinju ditutup matanya sedangkan
petinju yang lain tidak ditutup matanya. Manusia dalam bertarung melawan setan seperti petinju yang
ditutup matanya, setan dapat melihat manusia tapi manusia tidak dapat melihat setan, maka
pertahanan yang paling aman adalah berlindung kepada Allah yang Maha kuasa dengan selalu berdzikir
kepada-Nya
Rasulullah saw bersabda, orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengingat kematian dan orang
yang lemah adalah mereka yang selalu memperturutkan hawa nafsunya dan selalu berangan-angan atas
nama Allah.
Dalam perjalanan hidup ini yang pasti hanyalah kematian, dan setiap manusia pasti akan mengalaminya.
Perubahan itu datang dari dalam diri sendiri bukan berharap dari orang lain.
Jihad yang paling utama adalah seseorang yang berjuang melawan dirinya dan hawa nafsunya.
Kedua, murāqabah, sadar bahwa manusia selalu dalam pengawasan Allah Ta’ala
Ketiga, selalu melakukan introspeksi diri terhadap semua perbuatan yang pernah dilakukan pada masa
lalu.
Keempat, ‘mujāhadah al-nafs’, yaitu berjuang melawan diri sendiri yang mengajak kepada perbuatam
dosa dan maksiat.
PENDAHULUAN
Wallhu a’lām