Anda di halaman 1dari 13

KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

PEMELIHARAAN RUANG BAKAR


PADA PLTG UNIT 1

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):


Setelah mempelajari modul ini peserta OST diharapkan memahami cara melakukan
pemeliharaan Ruang Bakar pada PLTG unit 1 dengan benar.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):


1. Peserta OST diharapkan mampu menjelaskan tentang pemeliharaan Combustion
Inspection (CI) Ruang Bakar dengan benar tanpa melakukan kesalahan pada
PLTG.
2. Peserta OST diharapkan mampu menjelaskan tentang pemeliharaan Hot Gas
Path Inspection (HGPI) Ruang Bakar dengan benar tanpa melakukan kesalahan
di PLTG.
3. Peserta OST diharapkan mampu menjelaskan tentang pemeliharaan Major
Inspection (MI) Ruang Bakar dengan benar tanpa melakukan kesalahan pada
PLTG.
4. Peserta OST diharapkan mampu melakukan pemeliharaan Combustion
Inspection (CI) Ruang Bakar dengan benar tanpa melakukan kesalahan di PLTG.
5. Peserta OST diharapkan mampu melakukan pemeliharaan Hot Gas Path
Inspection (HGPI) Ruang Bakar dengan benar tanpa melakukan kesalahan di
PLTG.
6. Peserta OST diharapkan mampu melakukan pemeliharaan Major Inspection
(MI) Ruang Bakar dengan benar tanpa melakukan kesalahan di PLTG.
7. Mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan belajar 2.

Kegiatan belajar 2. 16
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

Lembar informasi 2: Metode Pemeliharaan Ruang Bakar

Perawatan dan pemeliharaan adalah suatu kombinasi tindakan yang dilakukan


dengan tujuan agar ogar operasi berjalan sesuai dengan perencanaan. Metoda
pemeliharaan yang diterapkan dalam pemeliharaan turbin gas khususnya ruang bakar,
yaitu:
 Pemeliharaan Combustion Inspection (CI) dilakukan setiap 6.000 jam operasi.
 Pemeliharaan Hot Gas Path Inspection (HGPI) dilakukan setiap 12.000 jam
operasi.
 Pemeliharaan Major Inspection (MI) dilakukan setiap 24.000 jam operasi.

Dalam melakukan pemeliharan ruang bakar harus memperhatikan hal-hal sebagai


berikut:
a. Menerapkan prosedur pemeliharaan ruang bakar, hal ini dilakukan dengan cara
Prosedur/Instruksi kerja pemeliharaan dan dapat diaplikasikan sesuai dengan
Standar Unit Pembangkit.
b. Mempersiapkan pelaksanaan pemeliharaan ruang bakar, hal ini dilakukan dengan
cara perlengkapan kerja (gambar, instruksi kerja dll.) dan diinterpretasikan sesuai
dengan rencana kerja, material/spare path dipilih sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan dan lokasi kerja disiapkan sesuai dengan keperluan pekerjaan dan
prosedur perusahaan.
c. Memeriksa kondisi bagian dalam ruang bakar, hal ini dapat dilakukan dengan cara
sesuai standar unit pembangkit, komponen-komponen yang rusak dilaporkan
untuk diperbaiki atau bila perlu diganti atau direvisi sesuai rencana kerja.
d. Memperbaiki unjuk kerja/kondisi ruang bakar, hal ini dapat dilakukan dengan cara
sesuai standar unit pembangkit, komponen-komponen yang rusak diperbaiki
sesuai rencana kerja, dan komponen yang rusak bila perlu diganti atau direvisi
sesuai rencana kerja.

Kegiatan belajar 2. 17
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

e. Melaksanakan pengujian ruang bakar, hal ini dapat dilakukan dengan cara hasil
perbaikan/pengukuran alat-alat bagian dari ruang bakar diukur, dan hasil
perbaikan/pengukuran diyakinkan sudah sesuai dengan standar unit pembangkit
pada tabel standar peralatan ruang bakar sesuai dengan spesifikasinya.
f. Membuat laporan pemeliharaan ruang bakar, hal ini dapat dilakukan dengan cara
laporan dibuat sesuai dengan format dan prosedur/instruksi kerja yang ditetapkan
oleh perusahaan.

2.1 Pemeliharaan Combustion Inspection (CI)


Pemeliharaan Combustion Inspection (CI) dilakukan secara kontinyu dengan
selang waktu pemeliharaan setiap 6.000 jam operasi.
Pemeliharaan Combustion Inspections mencakup:
 Fuel nozzles
 Combustions liners
 Crossfire tubes
 Flame detectors
 Sparking plugs
Beberapa pemeriksaan tambahan yang lain yang mungkin ditunjukkan seperti
penempatan filter cartridge, kebocoran, transition pieces (hanya pemerikasaan
visual), pembersihan, pembersihan dan pemasagan valve pada sistem bahan
bakar, pemeriksaan visual nozzle tingkat pertama, dan pemeriksaan visual
nozzle tingkat kedua.
Tujuan pemeliharaan Combustion Inspection adalah:
a. Memeriksa kebersihan ruang bakar.
b. Menjaga agar karakteristik ruang bakar tidak turun.
c. Mengetahui kelaikan kerja ruang bakar.
d. Menjamin keselamatan operator.

Kegiatan belajar 2. 18
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

2.2 Pemeliharaan Hot Gas Path Inspection (HGPI)


Pemeliharaan Hot Gas Path Inspection (HGPI) dilakukan secara kontinyu
dengan selang waktu setiap 12.000 jam operasi.
Pemeriksaan ini meliputi bagian-bagian pada combustion inspection ditambah
dengan pemeriksaan nozzle tingkat pertama dan tingkat kedua, pemeriksaan
transition pieces, dan pemeriksaan kelonggaran antara turbine bucket tips
dengan shrouds. Beberapa pemeriksaan lainnya yang dianjurkan meliputi:
pemeriksaan nozzle thermocouples, inlet plenum, inlet casing, dan VIGV blades,
exhaust plenum and duct.
Tujuan pemeliharaan Hot Gas Path Inspection adalah:
a. Memperpanjang umur pemakaian.
b. Menjaga agar karakteristik ruang bakar tidak turun.
c. Menjamin keselamatan kerja operator.
d. Menjaga kebersihan ruang bakar.

2.3 Pemeliharaan Major Inspection (MI)


Pemeliharaan Major Inspection (MI) dilakukan setiap 24.000 jam operasi dan
bersamaan dengan overhaul dari mesin gas.
Major Inspections meliputi pekerjaan di luar batas combustion inspections dan
hot gas path inspections. Pemeriksaan ini juga meliputi:
 Bagian-bagian stator dan rotor axial flow compressor
 Turbines buckets (1st and 2nd stages)
 Bearings (bantalan): liner, loaded thrust bearing, dan unloaded thrust
bearing
 Deflectors dan seals.
Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan seperti:
 Starting device
 Accessory coupling assembly
 Load coupling assembly

Kegiatan belajar 2. 19
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

 Load gear box


 Kebocoran
 Pembersihan menyeluruh.
Tujuan pelaksanaan pemeliharaan Major Inspection (MI) adalah:
a. Menjamin kondisi dan keandalan unit turbin gas.
b.Menjaga kondisi dan keandalan unit turbin gas.
c. Menjaga kebersihan unit turbin gas.
d.Memperpanjang life time unit turbin gas.

Lembar Kerja 2 : Melakukan Pemeliharaan Ruang Bakar


2.1 Pemeliharaan Combustion Inspection Ruang Bakar
2.1.1 Alat Kerja:
 Kunci pas ring ¾ “, 15/16 “, 1”, 11/16 “, 11/8 “
 Kunci sock ¾ “, 15/16 “, 1”, 11/16 “, 11/8 “
 Palu 1 kg
 Obeng ( - )
 Tang
 Kunci L ½ “
 Special tool untuk fuel nozzle
 Kunci moment
2.1.2 Bahan/Material:
 Lap majun
 Ember plastic
2.1.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3):
 Ikuti instruksi kerja/job plan pemeliharaan periodik ruang bakar yang
tercantum dalam surat perintah kerja.
 Ikuti safety plan pemeliharaan periodik ruang bakar yang tercantum
dalam surat perintah kerja.
 Pastikan alat kerja dalam keadaan baik.

Kegiatan belajar 2. 20
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

2.1.4 Langkah Kerja:


 Koordinasikan dengan atasan terkait tentang pelaksanaan pekerjaan ini.
 Siapkan dan pahami prosedur/instruksi kerja, manual book instruction dan
referensi lain yang mendukung.
 Siapkan dan pahami safety plan dan MSDS.
 Lakukan pengisolasian sesuai dengan prosedur/instruksi kerja yang berlaku
(lock out dan tag out)
 Mengeluarkan PMT dari cubicle.
 Membuang sisa tegangan dengan grounding stick, biarkan grounding stick
terpasang sampai pekerjaan selesai.
 Siapkan peralatan kerja :
- Crane, sling dan shacle untuk mengangkat cover dan exciter
- Kunci ring/pas/kombinasi dan kunci inggris untuk melepaskan baut
pengikat cover dan exciter.
- Obeng plus/minus dan tang kombinasi untuk melepaskan koneksi sikat
arang.
- Lap majun untuk membersihkan kotoran yang menempel pada belitan
stator dan rotor generator
- Ember untuk menempatkan mur dan baut agar tidak berserakan dan juga
menampung lap majun yang sudah dipakai.
- Multimeter untuk mengecek apakah semua area sudah aman dan tidak
bertegangan serta untuk mengecek tegangan tembus ke body/ground.
 Lakukan pemeriksaan dan pengecekan Ruang Bakar serta bagian-bagian
lainnya.
 Setelah pekerjaan selesai, pastikan tidak ada peralatan maupun lap majun yang
tertinggal.
 Pasang kembali cover dan exciter.

Kegiatan belajar 2. 21
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

 Bersihkan lingkungan kerja dan rapikan serta kembalikan peralatan pada


tempatnya.
 Lepas grounding stick dan masukkan kembali PMT kedalam cubicle.
 Lepaskan lock out dan tag out serta laporkan kepada atasan terkait bahwa
pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan peralatan/ siap untuk dioperasikan
 Buat laporan hasil pekerjaan.

A. PEMBONGKARAN
1. Lepas pemipaan atomizing air dari fuel nozzle.
2. Lepas pemipaan bahan bakar dari fuel nozzle. Lepas saluran spark plug
(busi) dan saluran flame detector.
3. Buka dan lepas semua fuel nozzle, dan lakukan tagging (pelabelan)
untuk nomor ruang bakar.
4. Buka baut combustion cover dan lepaskan combustion cover.
5. Lepas spark plug dan flame detector. Lakukan prosedur tagging.
6. Untuk melepas combustion liner, lepaskan retainer crossfire tube dari
ruang bakar yang berdekatan dan ruang bakar yang akan dilepas
combustion linernya. Crossfire tube kemudian bisa didorong dengan
bebas dari liner ke dalam ruang bakar yang berdekatan. Setelah liner
dilepas, dua buah crossfire tube dapat dilepas dari ruang bakar yang
telah kosong tersebut. Setelah liner pertama dilepas, kemudian berturut-
turut lepas liner berikutnya dengan cara yang sama, dorong dan
bebaskan crossfire tube, lepas liner dari ruang bakar kemudian lepas
crossfire tube.
7. Lakukan prosedur tagging untuk liner dan crossfire tube untuk lokasi
ruang bakar. Identifikasi sangat penting agar fuel nozzle dan crossfire
tube bisa tepat dengan liner selama inspeksi, sehingga setiap masalah
dari komponen yang bersangkutan dapat dideteksi dan dilakukan
diagnosis penyebabnya.

Kegiatan belajar 2. 22
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

8. Lakukan inspeksi terhadap fuel nozzle dan catat hasilnya pada form
yang tersedia.
9. Lakukan inspeksi terhadap combustion liner dan catat hasilnya pada
form yang tersedia.
10. Selama kondisi liner dilepas, lakukan visual inspection terhadap
transition piece yang masih memungkinkan terlihat secara visual.
Lakukan visual inspection dengan bantuan lampu sorot yang terang,
perhatikan semua kelainan yang terlihat seperti crack, erosi, ataupun
kerak yang terjadi. Catat hasil inspeksi pada form yang tersedia.

B. PEMASANGAN KEMBALI
1. Bersihkan semua permukaan flens dari material gasket yang
teringgal.
2. Bersihkan dengan sikat semua baut dan mur pada ulirnya untuk
menghilangkan sisa-sisa antiseize.
3. Lockplate yang baru harus dipakai untuk fuel nozzle.
4. Mulai pemasangan combustion liner dengan urutan sebagai berikut:
5. Pasang liner No 5 pada ruang bakar. Pasang crossfire tube dari masing-
masing combustion outer casing yang berdekatan ke dalam liner No 5.
6. Pasang liner No 4 pada ruang bakar. Pasang crossfire tube No 5 pada
posisi antara liner No 5 dan No 4, kemudian kuncilah dengan locking
tab. Lakukan urutan pemasangan untuk ruang bakar selanjutnya.
(Catatan: lubang tambahan pada beberapa liner adalah untuk lokasi
spark plug dan flame detector).
7. Setelah pemasangan semua combustion liner selesai, spark plug dan
flame detector dipasang pada lokasinya, kemudian sambungkan
salurannya kembali.
8. Berilah suplai power pada ignition transformer dan amati melalui
lubang deteksi untuk memastikan semua spark plug bekerja dengan

Kegiatan belajar 2. 23
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

baik. Cek semua ruang bakar untuk memastikan pemasangan liner sudah
tepat.
9. Pasanglah gasket baru pada combustion cover. Rekatkan gasket pada
alurnya, untuk memudahkan oleskan sedikit grease pada dua titik.
Jangan gunakan pressure sensitive tape (scotch tape) untuk melekatkan
gasket, karena dapat terbakar sesaat setelah penyalaan, dan
menyebabkan kebocoran pada gasket.
10. Pasanglah combustion cover. Perhatikan ada dua baut yang lebih besar
untuk baut flens. Kedua baut tersebut harus dipasangkan pada dua
lubang terbesar pada cover dan casing.
11. Pasanglah fuel nozzle, jangan keraskan baut-bautnya terlebih dulu.
12. Pasanglah pemipaan bahan bakar, dan setelah posisinya pas dengan
flens nozzle, keraskan baut pada nozzle dan pasang lockplatenya.

C. INSPEKSI PADA CROSSFIRE TUBE


Crossfire tube harus diinspeksi untuk melihat overheating sepanjang
tube. Pada ujung-ujung mungkin terlihat berkerut karena material yang
terbakar. Perbaikan mungkin dilakukan dengan pengelasan dan machining
untuk mengembalikan ke dimensi aslinya. Crossfire tube harus overlap
dengan crossfire tube collar dalam liner paling sedikit 1/8“ pada saat kondisi
dingin. Kurang dari itu, maka pemasangan tidak sempurna dan akan
menurunkan crossfiring ability atau liner blowout characteristic.

D. INSPEKSI PADA FUEL OIL NOZZLE


D.1. Inspeksi pressure mechanical atomizers
Umur dari pressure atomizers tergantung dari kualitas (kebersihan)
bahan bakar. Nozzle harus diganti pada interval yang ditentukan dari
operasi tiap mesin. Umumnya nozzle harus diganti dan diinspeksi
setelah 100 jam pertama operasi. Bila nozzle bersih, interval inspeksi

Kegiatan belajar 2. 24
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

bisa ditingkatkan sampai terjadi 50% penyumbatan pada screen atau


bila pembacaan pressure mengindikasikan variasi yang besar pada
tekanan nozzle.
Frekuensi inspeksi bisa dijadwalkan berdasarkan suatu program yang
didasarkan pada catatan:
 Penyumbatan screen nozzle
 Kualitas (kebersihan) bahan bakar
 Data tekanan pada fuel oil nozzle
D.2. Inspeksi secara umum
Setiap deviasi tekanan dari fuel oil nozzle atau pada exhaust
temperature harus segera dilakukan penyelidikan segera, sebab hal
tersebut bisa menjadi tanda dari kerusakan pada fuel oil nozzle.
Asap yang berlebihan bisa merupakan tanda dari penyumbatan pada
fuel oil nozzle, perubahan dari kualitas bahan bakar ataupun dari
tekanan bahan bakar (terlalu tinggi atau terlalu rendah).

E. INSPEKSI PADA COMBUSTION LINER


E.1. Kerusakan
Bagian-bagian pada sistem combustion bisa mengalami kerusakan
dikarenakan 3 faktor yaitu aus, oksidasi (korosi), dan cracking.
1. Aus
Keausan bisa disebabkan oleh vibrasi yang ditimbulkan oleh sebab
aerodinamik dan mekanik. Keausan juga bisa disebabkan oleh
gesekan antar bagian karena ekspansi thermal transient pada saat
start dan saat perubahan beban.
2. Oksidasi (korosi)
Oksidasi terjadi karena overheating, biasanya setelah terjadi
deformasi awal yang disebabkan thermal gradient, steady-state

Kegiatan belajar 2. 25
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

atupun thermal transient pada saat start ataupun saat perubahan


beban.
3. Cracking
Cracking bisa disebabkan oleh vibrasi atau oleh thermal stress,
steady state ataupun thermal transient.
Temperatur dari komponen dipengaruhi oleh temperatur dari gas
turbin, tipe bahan bakar yang digunakan dan efisiensi dari sistem
pendinginannya. Vibrasi dan keausan merupakan fungsi waktu,
sedangkan thermal cracking merupakan fungsi dari jumlah start
dan perubahan beban.
E.2. Inspeksi
Liner harus dilepas dari mesin dan diinspeksi untuk mengetahui
keausan, overheating, pengerakan, dan crack. Keausan pada
combustion liner akan terjadi pada area kontak mekanik, seperti pada
spring seal, crossfire tube collar, atau pada fuel nozzle collar.
Kondisi yang membahayakan karena overheating pada metal
sering terjadi pada pangkal crossfire tube collar. Crack antara louver-
louver umumnya sering terjadi pada daerah ini. Pengecekan dan
pengukuran lubang bukaan louver tidak umum dianjurkan, kecuali
untuk louver-louver yang telah dilakukan perbaikan.
Lubang bukaan louver-louver yang telah diperbaiki sebaiknya dalam
batasan dari lubang bukaan aslinya, dengan
mempertahankan 0,350”-0,375” untuk minimum lubang bukaan
louver. Lubang bukaan louver sangat berpengaruh pada pressure
drop dan emisi gas buang dari gas turbin.
Spring seal yang mengalami keausan atau crack harus diganti.
Bila terjadi deformasi termasuk pembengkokan pada lubang
bukaan louver-louver sepanjang liner sleeve, maka sebaiknya
dilakukan penggantian liner. Pengecualian bisa dilakukan bila terjadi

Kegiatan belajar 2. 26
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

pembengkokan ringan pada saat melepas liner, dan liner bisa


diluruskan kembali tanpa crack ataupun deformasi. Crack yang
terjadi antara louver-louver ataupun antara louver dengan lubang bisa
dilakukan perbaikan dengan pengelasan bila kodisi liner masih baik.
Catatan: perbaikan bisa dilakukan oleh pihak Alsthom Atlantique
dengan garansi kondisi seperti part baru.

F. PEMELIHARAAN SISTEM BAHAN BAKAR


Dua hal yang umum terjadi pada sistem bahan bakar adalah kebocoran
atau sistem tidak bisa mengalirkan bahan bakar dari tangki ke turbin.
Kebocoran umumnya mudah dalam perbaikannya dengan mengeraskan baut-
baut flens atau mengganti gasket. Sistem yang tidak bisa mengalirkan bahan
bakar akan lebih susah untuk didiagnosa, tapi sekali penyebabnya diketahui,
maka perbaikannya biasanya mudah.
Dua hal yang penyebab dari gagalnya pompa bahan bakar adalah adanya
udara yang masuk ataupun penyumbatan pada suction strainer.
Masuknya udara ke dalam pompa biasanya disebabkan adanya
kebocoran pada saluran hisap pompa. Karena pipa saluran hisap dalam
banyak sistem dioperasikan di bawah tekanan atmosfir, udara akan masuk ke
dalam pipa bila sambungan-sambungan pemipaan tidak kencang, dan udara
akan secara langsung masuk ke dalam pompa. Untuk mengatasi masalah
tersebut, pertama temukan dan perbaiki kebocoran, kemudian buang udara
yang terjebak dari pompa. Bila strainer pada saluran hisap tersumbat,
bersihkan elemen screennya.
Bagian terakhir dari sistem bahan bakar yang sangat penting dalam
keandalan operasi mesin turbin dan sewaktu-waktu harus mendapat perhatian
serius adalah filter bahan bakar. Filter cartridge harus diganti bila drop
tekanan melalui filter mencapai 15 psi (1,05 kg/cm2). Hal ini umumnya
terjadi setelah sekitar 350 jam operasi. Bagaimanapun juga, hal ini akan

Kegiatan belajar 2. 27
KEGIATAN BELAJAR 2 UBP BALI

dipengaruhi oleh kualitas bahan bakar dari sisi jumlah dan karakter kotoran
yang terkandung di dalam bahan bakar. Sehingga aktual jam operasi sampai
tercapai differential pressure 15 psi (1,05 kg/cm2) tidak selalu tepat 350 jam.
Filter cartridge harus diganti berdasarkan differential pressure yang terjadi,
bukan berdasarkan jam operasi. Akan tetapi elemen filter harus diganti
minimal sekali dalam setahun, walaupun differential pressure yang terjadi
belum mencapai 15 psi (1,05 kg/cm2).

G. PEMBUATAN LAPORAN
1. Hasil pekerjaan combustion inspection yang dilakukan dilaporkan
sesuai dengan format yang telah ditentukan.
2. Penyimpangan yang terjadi selama combustion inspection agar dicatat
dalam laporan sehingga dapat dikonsultasikan kepada bagian yang
terkait.

Langkah-langkah pada pemeriksaan Combustion Inspection di atas juga


dilakukan pada waktu pemeliharaan Hot Gas Path Inspection (HGPI) dengan
selang waktu yang berbeda.

Kegiatan belajar 2. 28

Anda mungkin juga menyukai