Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai jalan memperbaiki kualitas krakter bangsa dan bernegara
yang tangguh, berakhlak mulia, bergotong royong, bermoral, berjiwa patriot
berkembang dinamis berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang di
jiwai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 1. Tidak dapat di sangkal lagi
bahwa pendidikan adalah salah satu jalan dalam memperbaiki moral bangsa2.
Pembukaan UUD 1945 di cantumkan bahwa Tujuan pendidikan Nasional adalah
untuk mencerdaskan kehidudapan bangsa. Bangsa yang cerdas akan mampu
menghadapi berbagai tantangan kehidupan baik yang datang dari bangsa itu
sendiri maupun dari luar bangsa itu sendiri. Proses pendidikan secara mendasar
harus dapat memberikan perubahan terhadap cara berpikir yang kemudian
menjadi prilaku dalam kehidupan. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional mengamanahkan kepada penyelenggara pendidikan untuk
mempu mengembangkan peserta didik baik secara kognitif, psikomotorik dan
afektif sebagai upaya untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan yang baik dan mengikuti cara kerja sistem yang
teratur akan menghasilkan peserta didik yang sesuai dengan cita-cita pendidikan
itu sendiri.
Pendidikan akhlak adalah tujuan utama pendidikan Islam. Rasulullah bersabda
bahwa tujuan dasar Allah Swt mengutus Rasullullah adalah untuk memperbaiki
akhlak3. Dalam ruang lingkup masyarakat, sekolah menjadi lingkungan yang
sangat dominan setelah keluarga terutama pada daerah perkotaan karena
kesempatan intraksi antara orang tua dan anak sangat terbatas. Kedua orang tua
sibuk bekerja mengurangi waktu dan kualitas komunikasi kepada anak-anaknya.
Taransfer prilaku adalah sebuah keharusan yang di laksanakan dengan berbagai
1
Yuniar Mujiwati, “PERANAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA,” Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial 8, no. 2 (February
13, 2018): 165–70.
2
Nanda Ayu Setiawati, “PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PILAR
PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA” (Seminar Nasional Tahunan Pendidikan Ilmu-Ilmu
Sosial, Medan, 2017), 348–52, http://semnastafis.unimed.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/27.-
Nanda-Ayu-Setiawati.pdf.
3
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits: Shahih Al-
Bukhori, Terj. Masyhar dan Muhammad Suhadi (Jakarta: Al-Mahira, 2011), hal. 320.

1
macam metode terutama dalam lingkungan pendidikan. Sekolah Islam Terpadu
menjadi salah satu lembaga pendidikan yang mengedapankan pendidikan akhlak
karena mengandung nilai keagamaan Islam yang sangat kental.
Perkembangan teknologi juga memberikan pengaruh terhadap prilaku peserta
didik terutama dalam hal akhlak. Perubahan prilaku ini dapat mempengeruhi pada
kraktek anak bangsa yang semakin tergerus akibat keterbukaan informasi.
Perubahan tersebut ternyata tidak hanya di pengaruhi perkembangan ilmu dan
teknologi baik secara positif maupun negatif4. Permasalahan yang sedang di
hadapi saat ini terutama pada dunia pendidikan sebagai cerminan dari semakin
berkurangnya dan hilangnya nilai-nilai moral. Akhlak anak bangsa yang semakin
tidak terarah dimana banyak prilaku peserta didik yang keluar dari nilai-nilai
agama Islam dan sangat di kwatirkan akan bernampak pada prilaku atau kebiasaan
mereka dan menjadi krakter. Krisis moral adalah sebagai isu utama yang sedang
di hadapi seluruh sektor pendidikan karena semakin banyak sikap-sikap yang
mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan juga kebangsaan.
Berbagai permasalah yang sedang dihadapai bangsa Indonesia pada aspek
moralitas menjadi indiktor bahwa keadaan moral sedang tidak baik-baik saja. Isu
agama menjadi hal yang sangat menarik di perbincangkan bahkan menariknya
menjadi sebagai isu yang masuk ke ranah politik. Banyak peristiwa yang terjadi
berujung menjadi permasalah SARA yang akhirnya menjadi permasalahan besar
untuk memecah belah bangsa5. Pergeseran krakter bangsa pelan tapi pasti
membawa bangsa Indonesia menuju kehancuran tatanan sosial. Pergeseran moral
dengan mengesampingkan kepedulian, ketidak sopanan, hilangnya rasa
mengahargai sampai tidak memperhatikan keadaan orang lain adalah contoh-
contoh yang sedang berada di hadapan mata saat ini. Buruknya kedisiplinan yang
akhirnya memperburuk kinerja di berbagai sektor sudah menjadi berita yang biasa
di dengar di negeri tercinta ini.
Indonesia adalah negara yang mempunyai warga negara berpenduduk muslim
terbesar di dunia sehingga keterpurukan moral anak bangsa saat ini menjadi
4
Ai Siti Gina Nur Agnia, Yayang Furi Furnamasari, and Dinie Anggraeni Dewi,
“Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Pembentukan Karakter Siswa,” Jurnal Pendidikan
Tambusai 5, no. 3 (December 10, 2021): 9331–35.
5
Dior Simbolon christian, “Isu SARA Berpotensi Memecah Belah Bangsa,” accessed
March 8, 2022, https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/71319/isu-sara-berpotensi-
memecah-belah-bangsa.

2
tamparan keras bagi pemeluk agama Islam kerana menjadi penanda adanya bagian
sistem yang tidak berfungsi dalam proses beragama. Dekadensi moral adalah
alarm bagi ummat islam karena belum mampu melaksanakan dan mengajarkan
pendidikan moral dalam kehidupan. Thomas Hobbes seorang filsuf Inggris
mengatakan bahwa manusia adalah serigala atau pemangsa bagi manusia lainnya
yang di kenal dengan ungkapan “homo homini lupus”. Ungkapan ini di dasarkan
pada prilaku manusia dalam berkompetisi yang sering kali mengahalalkan
berbagai cara untuk memangsa teman sendiri dalam mencapai tujuan yang di
inginkan. Banyak praktek-praktek yang dapat di lihat di sekitar kita bahwa
prkatek yang tidak lumrah sebagai manusai yang beradap tetap terjadi untuk
sebuah tujuan baik kelompok, ataupun individu.
Fenomena sosial selalu berubah dan menunjukkan kualitas moral kearah yang
lebih buruk6. Yang muda tidak lagi memberikan penghormatan kepada yang lebih
tua, rasa persaudaraan yang acap kali tidak menjadi perhatian untuk saling
membantu, rasa kemanusiaan yang semakin hilang. Ini semua pertanda bahwa
pendidikan sebagai sub sistem yang bekerja untuk melakukan pendidikan moral
belum berjalan dengan baik sehingga kejadian-kejadian yang mencerminkan
moralitas yang baik tidak terlaksana. Pendidikan mempuanyai kewajiban yang
sangat mendasar karena menjadi bagian yang di harapkan secara kontiniu dan
berjenjang untuk melakukan perubahan prilaku dan menunjukkan hasil pada aspek
moralitas.
Akhlak menjadi kata yang sering di gunakan sebagai kata yang mewakili
moral dalam bahasa yang umum. Pendidikan akhlak adalah pekerjaan yang tidak
boleh di lihat dari satu aspek saja pekerjaan pemerintah dan sebagai guru
menerima yang sudah di tetapkan oleh pemerintah. Untuk mengatasi
problematikan akhlak harus di lakukan berbagai macam pembahasan yang di
harapkan akan menghasilkan berbagai macam metode dalam proses
pendidikannya. Upaya-upaya yang konfrehensif perlu di rumuskan dengan
menempatkan pendidikan sebagai ujung tombak dalam melakukan perbaikan.
Tanpa adanya perhatian yang serius pada dunia pendidikan sangat mustahil

6
Salmiah, “Krisis Moral Yang Dialami Anak Muda Di Era Milenial | Puspensos,”
accessed March 8, 2022, https://puspensos.kemensos.go.id/krisis-moral-yang-dialami-anak-muda-
di-era-milenial.

3
perubahan akhlak ini dapat di lakukan. Berupaya dalam perubahan terutama yang
berkaitan dengan akhlah artinya berupaya memperbaiki pendidikan dalam
berbagai sektor. Pendidikan menjadi solusi yang sangat pasti dalam memperbaiki
akhlak karena akan bekerja secara sistematik dari seluruh aspek manusia7.
Pendidikan yang di maksud dalam hal ini adalah pendidikan yang bertujuan
memberikan kemerdekaan kepada manusia dalam mempertahankan nilai-nilai
agama Islam sehingga dari nilai tersebut mencerminkan perbuatan yang sesuai
dengan ajaran agama. Pendidikan yang berdasarkan pada nilai-nilai agama Islam
dapat di cerminkan dalam pendidikan akhlak yakni proses pendewasaan diri mulai
dari pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tantangan saat ini dan pada
masa mendatang adalah bagaimana pedidikan mampu menempatkan pendidikan
akhlak sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Kekuatan bangsa menjadi bangsa yang
besar salah satunya adalah kekuatan moralnnya. Berbagai macam teknologi yang
di miliki oleh sebuah negara tidak akan menjadikan sebuah negara menjadi besar
dan berarti bagi megaranya sendiri dan negara lainnya, jika warga negara tidak
mempunyai kualitas moral. Kecanggihan teknologi terebut bahkan akan menjadi
malapetaka bagi negara tersebut dan bagi negara lainnya. sebaliknya jika sebuah
negara mempunyai kemajuan teknologi dan warga negara mempunyai kualitas
akhlak yang berkualitas baik maka akan menjadikan negara terebut menjadi
negara yang kuat dan bermanfaat bagi negara lainnya.
Indonesia sebagai negara yang kaya raya mulai dari sumber daya alam sampai
pada warga negara. Indonesia adalah negara besar karena di dalamnya terdapat
berbagai suku bangsa dan adat istiadat. Setiap wilayah di Indoensia mempunyai
kekayaan budaya dan adat istiadat yang dapat menyatukan sesama warganya.
Kekayaan budaya ini sering di sebut sebagai kearifan lokal (local wisdom) yang
bernilai (local genius)8. Setiap daerah mempunyai nilai-nilai kedaerahan yang
syarat dengan kebiasaan-kebiasaan dan dapat menyatukan mereka dalam ruang
lingkup yang besar. Kota padangsidimpuan dalam hal ini sebagai wilayah
Indonesia yang juga mempunyai kekayaan lokal berupa adat istiadat dan di
7
“Pendidikan Karakter Sebagai Solusi Krisis Moralitas Bangsa Halaman 3 -
Kompasiana.Com,” accessed March 8, 2022,
https://www.kompasiana.com/mfauzan8/5c0354cd12ae9447123fb589/pendidikan-karakter-
sebagai-solusi-krisis-moralitas-bangsa?page=3&page_images=1.
8
Ayatrohaedi, Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius) (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986),
hal. 20.

4
dalamnya terdapat nilai-nilai yang sangat luhur dan dapat mempersatukan mereka
tanpa memandang golongan dan jabatan. Lembaga pendidikan sebagai sektor
utama yang mempunyai peran dalam melakukan pendidikan akhlah harus di
kuatkan. Tumbuhnya sekolah Islam di kota padangsidimpuan sebagai angin segar
untuk melaksanakan proses pendidikan akhlak terutam akhlak Islami yang
berlandaskan Al-qur an dan Hadist tanpa mengesampingkan kearfian lokal yang
ada dan sudah di ketahui oleh peserta didiknya.
Pendidikan akhlak yang menyatukan antara antara ajaran Agama dengan
kearifan lokal mejadi kajian yang sangat menarik karena ada aspek proses
mengintegrasikan antara keduanya. Manusia di lahirkan dan bergaul di
lingkungan masyarakat mempunyai kebiasaan yang sudah ada secara turun
temurun sehingga sudah menjadi ciri masayarakat tersebut. Pendidikan harus
melihat peluang ini sebagai salah satu solusi pendidikan yang harus di
kembangkan dan di jadikan sebagai proses pembelajaran yang mengedepankan
nilai sosial kemasyarakatan. Penelitian ini akan mencoba melihat bagaimana
metode pendidikan yang di lakukan oleh sekolah Islam Terpadu dalam pendidikan
akhlak sebagai salah satu solusi pendidikan saat ini.
B. Fokus penelitian
Kajian tentang atau penelitian yang berkaitan dengan pendidikan akhlak
merupakan kajian yang sangat penting apalagi jika di kaitkan dengan kearifan
loka pada sebuah daerah. Kearifan lokal menjadi tempat kembali dari berubahnya
tatanan kehidupan sosial dan tergerusnya budaya bangsa. Sekolah Islam terpadu
(SIT) hadir dengan harapan mampu menempatkan pendidikan Islam dalam titah
yang sebenarnya tanpa mengesamping kearfian lokal yang ada di daerha tersebut.
Dengan menghubungkan pendidikan akhlak dalam satu bingkai kearfian lokal
dapat menjadikan kearifan lokal tersebut menjadi sesuatu yang sangat berarti
karena pendidikan Islam tetap berjalan sembari kearfian lokal tetap terjaga.
Melihat kajian yang berkaitan dengan pedidikan akhlak yang begitu luas serta
kearfian lokal yang begitu banyak maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada
Sekolah Islam Terpadu Nurul Ilmi Kota Padangsidimpuan. Dengan
dilaksanakannya penelitian ini nanti di harapkan penelitia akan menemukan
bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak dalam bingkai kearifan lokal kota
padangsidimpuan atau kearifan lokal daerah Angkola Sumatra Utara.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini di tujukan untuk mengetahui bagaimana metode pendidikan
akhlak dalam bingkai kearifan lokal yang dilaksanakan di sekolah Islam Terpadu

5
kota padangsidimpuan, mulai dari konsep pelaksanaan, model pelaksanaan, dan
hambatan-hambatan yang di hadapi.
D. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui tujuan penelitian ini peneliti perlu di buat rumusan
masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apa metode pendidikan akhlak dalam bingkai kearifan lokal di sekolah
Islam Terpadu kota padangsidimpuan?
2. Aspek kearifan lokal apa sajakah yang dapat di bingkai dalam pendidikan
akhlak sekolah Islam Terpadu kota padangsidimpuan?
3. Bagaimana penerapan metode pendidikan akhlak dalam bingkai kearifan
lokal di sekolah Islam Terpadu kota padangsidimpuan ?
E. Manfaat penelitian
Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan kajian bagi pelajar dan mahasiswa tentang pendidikan
melalui kearfian lokal
2. Sebagai tambahan rujukan dalam melakukan pembahasan dalam hal
pendidikan akhlak dalam kearfian lokal
3. Sebagai informasi bagi kepala sekolah, dan guru tentang pelaksanaan
pendidikan akhlak dengan bingkai kearfian lokal pada Sekolah Islam
Terpadu
4. Bagi peneliti sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pada Pascasarjana
IAIN Padangsidimpuan

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode pendidikan

6
Metode dalam dunia pendidikan bukanlah menjadi kata yang asing, karena
kata ini sudah menjadi yang sangat familiar sebagai bagian dari sistem
pendidikan. Metode adalah jalan yang di lalui 9. Kata metode dalam bahasa Arab
mempunyai banyak kata diantaranya adalah At-thoriqoh, manhaj, al-wasilah. At-
thoriqoh berarti jalan, manhaj berarti sistem, dan wasilah berarti perantara atau
media. Dari kata-kata diatas yang paling tepat adalah thoriqoh10. Metode dalam
bahasa Yunani berarti methodos. Kata ini berasal dari dua kata yaitu metha dan
hodos yang berarti jalan atau cara11. Dalam bahasa Indonesia metode di sebut
sebagai cara yan teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Segala
cara yang di gunakan dalam proses pendidikan secara bahasa disebut dengan
metode. Setiap guru atau pengajar tentunya mempunyai cara tersendiri dalam
menyampaikan atau melaksanakan proses pendidikan atau pengajaran maka
semua itu di sebut dengan metode.
Dari pengertian diatas maka dapat di pahami bahwa metode dalam hal ini
berarti cara atau jalan yang harus di tempuh untuk mencapai suatu tujuan. Selain
itu metode juga di artikan sebagai sarana untuk menemukan, menguji dan
menyusun data yang di perlukan dalam pengembangan disiplin ilmu12. Ada
beberapa pendapat dari para ahli terkait dengan metode yaitu berarti jalan untuk
mencapai tujuan, dimana jalan untuk mencapai tujuan tersebut bermakna sebagai
jalan untuk menemukan sebuah cara untuk menguji atau mengembangkan ilmu
pengetahuan secara sistematis13.
Pengertian metode dari sudut pandang bahasa meupakan hal sangat luas
karena belum terikat dengan sebuah kegiatan sehingga menjadi pengertian
tersebut di khususkan atau di arahakan pada sebuah kegiatan, misalnya kegiatan
pendidikan yang akhirnya menjadi metode pendidikan. Metode pendidikan dalam
tinjaun Islam adalah sekumpulan prosedur umum dalam menyampaikan materi
untuk mencapai tujuan pendidikan di dasarkan atas asumsi tertentu tentang

9
Muzayyin Arifn, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 89.
10
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2006), hal. 144.
11
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hal. 40.
12
Imam Barnanib, Filsafat Pendidikan: Sistem Dan Metode (Yogyakarta: Andi Offset,
2007), hal. 85.
13
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al-
Ma’arif, 1980), hal. 185.

7
hakikat Islam sebagai suprasistem. Muhammad athiyah Al-abrasy mengartikan
metode sebagai cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan,
kebiasaan, cara berpikir serta cinta kepada ilmu, guru dan sekolah 14. Teknik
merupakan pengejawantahan dari metode sedangkan metode menjadi jabaran dari
asumsi-asumsi dasar dari pendekatan.
Dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah
bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya
dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman
yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT.. Di samping itu,
pendidik pun perlu memahami metode-metode instruksional yang aktual yang
ditujukan dalam Al-Qur'an atau yang dideduksikan dari Al-Qur'an, dan dapat
memberi motivasi dan disiplin atau dalam istilah Al-Qur'an disebut dengan
pemberian anugerah (tsawab) dan hukuman ('iqab)15. Selain kedua hal tersebut,
bagaimana seorang pendidik dapat mendorong peserta didiknya untuk
menggunakan akal pikirannya dalam menelaah dan mempelajari gejala
kehidupannya sendiri dan alam sekitarnya (QS. Fushshilat: 53, al-Ghasyiyah: 17-
21), mendorong peserta didik untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya dan
mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam kehidupan sehari-hari
(QS. al-Ankabut: 45, Thaha: 132, al-Baqarah: 183). Seorang pendidik pun perlu
mendorong peserta didik untuk menyelidiki dan meyakini bahwa Islam
merupakan kebenaran yang sesungguhnya, sertamemberi peserta didik dengan
praktik amaliah yang benar serta pengetahuan dan kecerdasan yang cukup16.
Apabila metode dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
metode mempunyai fungsi ganda, yaitu yang bersifat lipolipragmatis dan
monopragmatis.9 Polipragmatis bilamana metode menggunakan kegunaan yang
serba ganda (multipurpose), misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi-
kondisi tertentu dapat digunakan untuk merusak, dan pada kondisi yang lain bisa
digunakan membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat bergantung pada si
pemakai atau pada corak, bentuk, dan kemampuan dari metode sebagai alat.

14
Al-Syaibani Omar Muhammad al-Thaumi, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan
Bintang, 2003), hal. 552.
15
Abd Rahman Shaleh ’Abd Allah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,
Terj. Arifin HM (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 198.
16
Muhammad Arifin, Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Aksara, 2000), hal. 118.

8
Sebaliknya, monopragmatis bilamana metode mengandung implikasi bersifat
konsisten, sistematis, dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya, mengingat
sasaran metode adalah manusia, sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati
dalam penerapannya. Adapun pengertian pendidikan dapat ditinjau dari dua aspek
yaitu aspek etimologis dan aspek terminologis.
Menurut mu'jam (Kamus) kebahasaan sebagaimana dikutip Ramayulis, kata
tarbiyat memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu:
a. ‫ تربية‬-‫و‬SS‫ يرب‬-‫ا‬SS‫ رب‬: yang memiliki arti tambah (zad) dan berkembang
(nama). Pengertian ini didasarkan atas Q.S. al-Rum ayat 39.
b. ‫ يربي‬-‫ تربية‬-‫ ربي‬: yang memiliki arti tumbuh (nasya’) dan menjadi besar
(tara ra'a).
c. ‫ تربية‬-‫ربي‬SSSS‫ ي‬-‫ رب‬: yang memiliki arti memperbaiki (ashalaha),
menguasai urusan, memelihara, merawat, menunaikan, memperindah,
memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur dan menjaga
kelestarian dan eksistensinya17.
Kata tarbiyah ditemukan dalam tiga akar kata yaitu: pertama, raba – yarbu,
yang artinya bertambah dan tumbuh. Ini di dasarkan kepada surat Ar Rum: 39.
Kedua, rabiya-yarba,' dengan wazn (bentuk) khafiya yakhfa, artinya menjadi
besar. Ketiga, rabbayarubbu, dengan wazn (bentuk) madda yamuddu, berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara 18. Menurut
Imam Baidowi; ar-Rab itu bermakna tarbiyah, yang makna lengkapnya adalah
menyampaikan. sesuatu hingga mencapaikesempurnaan. Kemudian kata itu
dijadikan sifat Allah SWT sebagai mubalaghah (penekanan).
Zahara Idris telah mengumpulkan definisi pendidikan menurut para tokoh
pendidikan19. Ahmad D. Marimba memberi pengertian pendidikan sebagai
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama 20.
Syaiful Bahri Djamarah, memberi pengertian juga, pendidikan adalah usaha sadar

17
Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2002), hal. 2.
18
Abdurrahman An-nakhlawi, Prinsip-Prinsip Dan Metoda Pendidikan Islam Dalam
Keluarga, Di Sekolah, Dan Di Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal. 30.
19
Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan (Bandung: Angkasa, 2002), hal. 9.
20
Ahmad. D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Al-Ma’arif, 1998), hal.
20.

9
dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan
yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses
yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan21. Sedangkan
dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan, yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara22.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
untuk mewujudkan manusia seutuhnya dengan selalu mengembangkan potensi
yang ada pada setiap anak didik. Semuanya bermuara kepada manusia, sebagai
suatu proses pertumbuhan dan perkembangan secara wajar dalam masyarakat
yang berbudaya. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa pendidikan adalah
suatu proses alih generasi, yang mampu mengadakan transformasi nilai-nilai ilmu
pengetahuan dan budaya kepada generasi berikutnya agar dapat menatap hari esok
yang lebih baik. Adapun pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut Arifin, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses
kependidikan yang bersifat progresif menuju ke arah kemampuan optimal anak
didik yang berlangsung di atas landasan nilai-nilai ajaran Islam. Sementara
Achmadi memberi pengertian, pendidikan Islam adalah segala usaha untuk
memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang
ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan
norma Islam. Abdur Rahman Saleh memberi pengertian juga tentang pendidikan
Islam yaitu usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak
dengan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya agar mampu
mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam
pengabdiannya kepada Allah23.

21
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), hal. 22.
22
UU No. 20 Tentang SISDIKNAS, Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: UU N0. 20,
2003).
23
An-nakhlawi, Prinsip-Prinsip Dan Metoda Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Di
Sekolah, Dan Di Masyarakat, hal. 3.

10
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi, pendidikan Islam adalah penataan
individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk, taat pada Islam
dan menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan individu dan
masyarakat. Pendidikan Islam merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat
melaksanakan Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Berdasarkan
makna ini, maka pendidikan Islam mempersiapkan diri manusia guna
melaksanakan amanat yang dipikulkan kepadanya. Ini berarti, sumber-sumber
Islam dan pendidikan Islam itu sama, yakni yang terpenting, al-Qur'an dan
Sunnah Rasul24. Dilihat dari konsep dasar dan operasionalnya serta praktek
penyelenggaraannya, maka pendidikan Islam pada dasarnya mengandung tiga
pengertian: Pertama, pendidikan Islam adalah pendidikan menurut Islam atau
pendidikan Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari
ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu
al-Qur'an dan al-Sunnah.
B. Pendidikan akhlak
Pendidikan akhlak adalah pendidikan yang di tujukan untuk menjaga dan
membimbing prilaku anak didik. kata akhlak sendiri berasal dari bahasa arab
merupakan jama’ dari kata khuluqun yang mempunyai arti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. Kata akhlak dalam bahasa Arab mempunyai kitan dengan
khalik yang berarti pencipta dan makhluk yang di ciptakan. Dari asal kata akhlak
ini dapat di pahami bahwa pendidikan akhlak adalah untuk mengatur gubungan
manusia kepada khaliknya dan makhluk lainnya25. Kalimat akhlak juga di
samakan dengan kata kesusilaan, sopan santun, dan tata krama. Akhlak adalah
gambaran keadaan hati yang lurus yang di wakilkan dengan tampilan raut wajah
memancarkan kelembutan dan keindahan.
Secara terminologi, pengertian akhlak di jelaskan dalam berbagai pendapat
pada ahli pendidikan Islam, diantaranya adalah sebagai berikut26:
1. Iman Al-gazali menjelaskan bahwa hay’at atau sifat yang tertanam dalam
jiwa sebagai sumber lahirnya perbuatan-perbuatan secara spontan tanpa
memerlukan pertimbangan dan pemikiran lebih dahulu. Sebuah tindakan
24
An-nakhlawi, hal. 41.
25
Zulkarnain, Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam, Manajemen Berorientasi Link
and Match (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 16.
26
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 14.

11
yang di perbuat adalah terpuji menurut ketentuan akal, norma dan agama
maka ia dinamakan akhlak yang baik (mahmuda), dan jika perbuatan
tersebut adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan akal, norma dan agama
maka ia sebagai akhlak yang buruk (mazmuma).
2. Ibnu Miskawih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa melalui pertimbangan
atas apa yang akan di perbuat. Keadaaan ini di bagi atas dua bagian yaitu
mungkin saja berasal dari tabiat asli yang sedang memperbuatnya atau
karena kebiasaan-kebiasaan yang berulang-ulang.
3. Menurut Muhyiddin Ibnu Arabi perbuatan yang dilakukan atas dorongan
jiwa yang lahir secara spontan.
4. Al-faidh Al-Kasyani mengungkapkan akhlak adalah keadaan jiwa yang
darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan
perenungan terlebih dahulu.
Dari berrbagai pengertian di atas dapat di pahami bahwa pendidikan akhlak adalah
upaya yang di lakukan baik langsung atau tidak langsung untuk menjaga prilaku
pada peserta didik agar selalu melakukan atau melahirkan perbuatan-perbuatan
yang terpuji. Yatimin Abdullah mengatakan bahwa pendidikan akhlak merupakan
perbuatan atau cara mendidik dalam memelihara (latihan-latihan) badan, batin dan
jasmani27. Dalam proses pendidikan tersebut tentunya harus melakulan proses-
proses yang dapat menjadikan peserta didik tetap untuk memelihara dirinya dari
hal-hal yang keluar dari perintah Allah Swt dan berupa perbuatan yang sia-sia.
C. Kearifan lokal
Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata:
kearifan (wisdom) berarti kebijaksanaan dan lokal (local) yang artinya setempat.
Jadi local wisdom adalah sebagai gagasan atau pandangan hidup yang tertanam
dan di ikuti oleh anggota masyarakat 28. Dalam Kamus Inggris Indonesia John M.
Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan)
sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan

27
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Jakarta: Amzah, 2007),
hal. 21.
28
“Kearifan Lokal: Pengertian, Ciri-Ciri, Fungsi, dan Bentuknya di Indonesia,” kumparan,
accessed March 9, 2022, https://kumparan.com/berita-hari-ini/kearifan-lokal-pengertian-ciri-ciri-
fungsi-dan-bentuknya-di-indonesia-1vLD9fw7Ln9.

12
setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan
serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan
mereka.
Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat
“local wisdom” atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan
setempat “local genious”. Kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi
atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal memiliki kandungan nilai kehidupan
yang tinggi dan layak terus digali, dikembangkan, serta dilestarikan sebagai
antitesa atau perubahan sosial budaya dan modernitasi. Kearifan lokal produk
budaya masa lalu yang runtut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup,
meskipun bernilai local tapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap sangat
universal. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat
setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas29.
Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini
merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para
antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini. Antara lain
Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity,
identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu
menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri.
Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi), mengatakan bahwa unsur budaya
daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk
bertahan sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah:
a. mampu bertahan terhadap budaya luar memiliki kemampuan
mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
b. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam
budaya asli d. mempunyai kemampuan mengendalikan
c. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
D. Sekolah Islam Terpadu
29
“Pengertian Kearifan Lokal oleh Para Ahli,” suara.com, January 7, 2021,
https://www.suara.com/news/2021/01/07/130125/pengertian-kearifan-lokal-oleh-para-ahli.

13
Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang
mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan AlQur’an dan As
Sunnah. Konsep operasional SIT merupakan akumulasi dari proses pembudayaan,
pewarisan dan pengembangan ajaran agama Islam, budaya dan peradaban Islam
dari generasi ke generasi. Istilah “Terpadu” dalam SIT dimaksudkan sebagai
penguat (taukid) dari Islam itu sendiri. Maksudnya adalah Islam yang utuh
menyeluruh, Integral, bukan parsial, syumuliah bukan juz’iyah. Hal ini menjadi
semangat utama dalam gerak da’wah dibidang pendidikan ini sebagai
“perlawanan” terhadap pemahaman sekuler, dikotomi, juz’iyah30.
Dalam aplikasinya SIT diartikan sebagai sekolah yang menerapkan
pendekatan penyelenggaraan denganmemadukan pendidikan umum dan
pendidikan agamamenjadi satu jalinan kurikulum. Dengan pendekatan ini, semua
mata pelajaran dan semua kegiatan sekolah tidak lepas dari bingkai ajaran dan
pesan nilai Islam. Tidak ada dikotomi, tidak ada keterpisahan, tidak ada
“sekularisasi” dimana pelajaran dan semua bahasan lepas dari nilai dan ajaran
Islam, ataupun “sakralisasi” dimana Islam diajarkan terlepas dari konteks
kemaslahatan kehidupan masa kini dan masa deepan. Pelajaran umum, seperti
matematika, IPA, IPS, bahasa, jasmani/kesehatan, keterampilan dibingkai dengan
pijakan, pedoman dan panduan Islam. Sementara dipelajaran agama, kurikulum
diperkaya dengan pendekatan konteks kekinian dan kemanfaatan, dan
kemaslahatan.
SIT juga menekankan keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga
dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan konotif. Implikasi dari
keterpaduan ini menuntut pengembangan pendekatan proses pembelajaran yang
kaya, variatif dan menggunakan media serta sumber belajar yang luas dan luwes.
Metode pembelajaran menekankan penggunaan dan pendekatan yang memicu dan
memacu optimalisasi pemberdayaan otak kiri dan otak kanan. Dengan pengertian
ini, seharusnya pembelajaran di SIT dilaksanakan dengan pendekatan berbasis
(a) problem solving yang melatih peserta didik berfikir kritis, sistematis, logis dan
solutif (b) berbasis kreativitas yang melatih peserta didik untuk berfikir orsinal,

30
“Pengertian Sekolah Islam Terpadu - Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT)
INDONESIA,” accessed March 7, 2022, https://jsit-indonesia.com/sample-page/pengertian-
sekolah-islam-terpadu/.

14
luwes (fleksibel) dan lancer fan imajinatif. Keterampilan melakukan berbagai
kegiatan yang bermanfaat dan penuh maslahat bagi diri dan lingkungannya.
SIT juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah, dan jasadiyah. Artinya,
SIT berupaya mendidik peserta didik menjadi anak yang berkembang kemampuan
akal dan intelektualnya,meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada
Allah SWT, terbina akhlak mulia, dan juga memiliki kesehatan, kebugaran dan
keterampilan dalam kehidupannya sehari – hari. SIT memadukan keterlibatan dan
partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu: sekolah, rumah dan masyarakat. SIT
berupaya untuk mengoptimalkan dan sinkronisasi peran guru, orang tua dan
masyarakat dalam proses pengelolaan sekolah dan pembelajaran sehingga terjadi
sinergi yang konstruktif dalam membangun kompetensi dan karakter peserta didik
. orang tua dilibatkan secara aktif untuk memperkaya dan memberi perhatian yang
memadai dalam proses pendidikan putra – putri mereka. Sementara itu, kegiatan
kunjungan ataupun interaksi keluar sekolah merupakan upaya untuk mendekatkan
peserta didik terhadap dunia nyata yang ada ditengah masyarakat31.
Dengan sejumlah pengertian diatas, dapatlah ditarik suatu pengertian umum
yang komprehensif bahwa SIT adalah Sekolah Islam yang diselenggarakan
dengan memadukan secara Integratif nilai dan ajaran Islam dalam bangunan
kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan pelibatan yang
optimal dan koperatif antara guru dan orangtua, serta masyarakat untuk membina
karakter dan kompetensi peserta didik. Demikian pengertian Sekolah Islam
Terpadu menurut Kebijakan Standar Konsep Jaringan Sekolah Islam Terpadu
(JSIT). Hal ini kami paparkan agar orang tua mengetahui sejak awal konsep yang
kami terapkan, dan mempersiapkan diri dan siswa dengan konsekwensi-
konsekwensi yang ada. Misalkan nantinya siswa diwajibkan menambah hafalan
Al Quran, mengikuti mukhoyam/perkemahan, mabit, atau kegiatan sekolah lain.
Ataupun juga konsekwensi bagi orang tua, yang tidak melepas kewajiban secara
mutlak pendidikan kepada sekolah, akan tetapi merupakan keterpaduan dan
kerjasama yang saling membangun dalam mendidik putra/putrinya.
Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang
mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan Al-Qur’an dan As
31
“Pengertian Sekolah Islam Terpadu - Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT)
INDONESIA.”

15
Sunnah. Dalam aplikasinya sekolah Islam Terpadu diartikan sebagai sekolah yang
menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum
dan pendidikan agama menjadi suatu jalinan kurikulum. Sekolah islam terpadu
juga menekankan keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat
mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan konatif atau Psikomotorik. Sekolah
Islam Terpadu juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah.
Dalam penyelenggaraannya memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif
lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah dan masyarakat32.
Dengan sejumlah pengertian di atas dapatlah ditarik suatu pengertian umum
yang komprehensif bahwa sekolah Islam Terpadu adalah sekolah Islam yang
diselenggarakan dengan memadukan secara integrative nilai dan ajaran Islam
dalam bangunan kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan
pelibatan yang optimal dan koperatif antara guru dan orang tua, serta masyarakat
untuk membina karakter dan kompetisi murid.
E. SIT Nurul Ilmi
Yayasan Perguruan Islam BM Muda Nurul 'Ilmi (YPI) BM Muda Nurul ‘Ilmi
didirikan pada 01 Juli 1995 oleh Drs. Pintor Siregar, dan saudara-saudaranya.
Nama “BM Muda” yang diusung diambil dari nama tokoh pendidikan Baginda
Mangarajo Muda atau kemudian lebih dikenal dengan nama BM Muda yang juga
merupakan ayahanda para pendiri yayasan. BM Muda merupakan tokoh
pendidikan yang memiliki peran besar dalam menggerakan pendidikan di
Sumatera Utara umumnya dan Tabagsel khususnya. Teladan tokoh BM Muda
yang berfikiran maju, disiplin, berjiwa nasionalis dan konsern dalam
pembentukan karakter dan aqidah menjadi inspirasi dan spirit dalam pembentukan
lembaga pendidikan YPI BM Muda Nurul ‘Ilmi. Spirit dan inspirasi dari tokoh
BM Muda sebagai faktor kuat yang melatarbelakangi Drs. Pintor Siregar dan
saudara-saudaranya mendirikan sekolah Nurul ‘Ilmi.
Drs. Pintor Siregar yang merupakan anak keempat pasangan H. BM Muda dan
Hj. Siti Mariam Lubis pada sebuah pertemuan keluarga besar usai acara Pesta
Adat yang dirayakan pada 25 Mei 1995 di Padangsidimpuan melontarkan
gagasannya untuk mendirikan sekolah.  Pernyataan spontan untuk mendirikan
32
“Makna ‘TERPADU’ Pada SIT - Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) INDONESIA,”
October 3, 2016, https://jsit-indonesia.com/sample-page/makna-terpadu-pada-sit/.

16
sekolah langsung disambut baik oleh saudara-saudaranya yang disusul kemudian
pada 27 Mei 1995 dilaksanakan peletakan batu pertama berdirinya sekolah Nurul
‘Ilmi di lahan tanah warisan BM Muda yang sekarang terletak di Jl. BM Muda
No. 5 Padangmatinggi, Padangsidimpuan.
Langkah strategis berikutnya menyusul sudah adanya peletakan batu pertama,
maka Drs. Pintor Siregar menemui notaris untuk penyelesaian akte pendirian
Yayasan Perguruan Islam “Nurul ‘Ilmi” bersama Nyonya Dumasari Siregar, dr.
Bajora Siregar, Drs. Todung Siregar dan Ir. Doli Djapari Siregar.  Lembaga
Pendidikan BM Muda yang berkedudukan di Jakarta yang pada waktu itu
dituliskan juga dengan cabang-cabang dan perwakilan-perwakilan di tempat-
tempat lain menurut keputusan Badan Pengurus setelah di setujui oleh rapat
Badan pendiri. Pendirian YPI Nurul ‘Ilmi dinyatakan dalam akte tersebut pada 1
Juli 1995 dan berlaku untuk waktu yang tidak ditentukan. Menyusul telah
berjalannya SMA Swasta Nurul ‘Ilmi, maka pada 27 Maret 1998 ditetapkan di
Medan oleh Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Sumatera Utara ijin
pendirian dengan Nomor; 225/I05/KEP/1998 SLTP Swasta Nurul 'Ilmi masih di
bawah naungan Yayasan Perguruan Rakyat Institut Pendidikan BM Muda.
Pada awalnya SMP dan SMA YPI BM Muda hanya mendidik siswa yang
tidak mampu namun memiliki bakat dan potensi yang tinggi yang diakomodasi
sistem asrama tanpa mengutip bayaran baik keperluan pendidikan dan juga
keperluan hidup lainnya. Seiring dengan prestasi yang dicapai sekolah  SMP dan
SMA yang membanggakan dan mengharumkan nama Padangsidimpuan
khususnya dan Tabagsel umumnya dimana banyak siswa lulusan SMA yang
diterima di PTN terkemuka di Pulau Jawa, maka minat masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di sekolah Nurul Ilmi semakin besar . Minat masyarakat
yang sangat besar ini mendorong yayasan membuka sistem sekolah full day. Sejak
dibukanya full day school, maka SMP dan SMA Nurul Ilmi menjalankan system
boarding dan full day hingga sekarang.
SMP Swasta dan SMA Swasta Nurul 'Ilmi selanjutnya dengan cepat
berkembang menjadi sekolah unggul yang dibuktikan dengan berbagai prestasi
yang diraih dalam berbagai even baik di tingkat Kota maupun di tingkat Propinsi
bahkan Nasional dan Internasional menjadikan sekolah Nurul ‘Ilmi menjadi

17
sekolah yang diminati oleh masyarakat yang ingin anaknya sukses meraih masa
depan. Hingga sekarang lulusan SMA Nurul 'Ilmi banyak yang berhasil masuk di
berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama yang membuktikan SMA
Swasta Nurul ‘Ilmi merupakan sekolah unggul.
Sukses yang diraih SMP dan SMA Nurul 'Ilmi dan meningkatnya
kebutuhan masyarakat Padangsidimpuan yang semakin tinggi adanya sekolah
bermutu untuk tingkat Sekolah Dasar, maka Yayasan Perguruan Islam Nurul ‘Ilmi
mendirikan sekolah dasar. SD Swasta Nurul ‘Ilmi kemudian mulai melaksanakan
layanan pendidikan pada tahun 2005 hingga kini. Pada masa kini SDIT, SMP, dan
SMA Nurul ‘Ilmi menjadi salah satu sekolah kebanggaan masyarakat Tabagsel
khususnya dan Sumatera Utara umumnya yang terus menerus melakukan
peningkatan mutu layanan dan program pendidikan yang diarahkan untuk
mengantarkan peserta didik meraih sukses dengan visi menjadi lembaga yang
mencetak generasi shaleh, berilmu pengetahuan dan siap menjadi pemimpin masa
depan. 

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang
di lakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang di peroleh langsung
dari responden dan mengamti secara langsung objek penelitian. Penelitian ini
adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif karena untuk mengetahui metode

18
pendidikan Akhlak dengan bingkai kearfian lokal di Sekolah Islam Terpadu Nurul
Ilmi Kota Padangsidimpuan. Sebagaimana yang di jelaskan Whitney dalam Moh.
Nazir bahwa penelitian diskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat33. sebagaiman penelitian ini mempelajari tentang metode pendidikan akhlak
dalam bingkai kearifan lokal termasuk segala yang berkaitan dengan kegiatan,
sikap, pandangan-pandangan mereka secara valid. Kemudian penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif karena menggunakan pendekatan post
positivisme karena menggunakan populasi tertentu atan sampel tertentu.
B. Waktu dan lokasi Penelitian
lokasi penelitian adalah tempat akan di laksanakannya sebuah penelitian atau
tempat pengambilan data. Adapun lokasi penelitian ini adalah pada Sekolah Islam
Terpadu Nurul Ilmi kota Padangsidimpuan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan April sampai Mei tahun 2022
C. Sumber Data Penelitian
sumber data penelitian adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi mengenai kebutuhan data. Berdasarkan sumbernya data di bedakan
menjadi dua yaitu sumber data primer dan sekunder.
1. Data primer yaitu data yang di ambil peneliti untuk menyelesaikan
masalah penelitian terhdap masalah yang sedang di kaji. Data primer di
ambil dari kepala Sekolah, guru dan siswa di Sekolah Islam Terpadu Nurul
Ilmi Kota Padangsidimpuan.
2. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan untuk mselain menyelesaikan
masalah penelitian yang di teliti. Data yang di maksud adalah literatur,
jurnal dan data terkait baik cetak maupun elektronik.
D. populasi dan Sampel
1. populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek yang mempunyai
kualitas dan krakteristik tertentu yang telah di tetapkan oleh seorang peneliti untuk
di palajri dan kemudian di tarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah
seluruh guru dan siswa yang ada di SIT Nurul Ilmi yang di anggap dapat
memberikan informasi penelitian.

33
Moh Nazir, Metode Penelitian (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 54.

19
2. sampel
sampel adalah sebagian jumlah dan krakterisrik yang di miliki populasi. Teknik
sampling di lakukan dengan metode purposive sampling yaitu pengambilan
sampling berdasarkan pertimbangan peneliti atau perorangan. Pengambilan
sampling dengan model ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan
peneliti sendiri sehingga dapat menwakili populasi.
E. metode pengumpulan data
adapun metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, studi
dokumen dan observasi. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru dan
siswa dan observasi di laksanakan untuk mengamati aktivitas pembelajaran
dengan menegdepankan kearifan lokal.
F. teknik analisa data
teknik analisa data penelitian ini adalah dengan metode analsis deskriptif atau
riangulasi data yaitu setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan, di
tafsirkan untuk menarik kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA
’Abd Allah, Abd Rahman Shaleh. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-
Qur’an, Terj. Arifin HM. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an. Jakarta: Amzah,
2007.
Agnia, Ai Siti Gina Nur, Yayang Furi Furnamasari, and Dinie Anggraeni Dewi.
“Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Pembentukan Karakter Siswa.”
Jurnal Pendidikan Tambusai 5, no. 3 (December 10, 2021): 9331–35.

20
Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Ensiklopedia Hadits: Shahih
Al-Bukhori. Terj. Masyhar dan Muhammad Suhadi. Jakarta: Al-Mahira,
2011.
An-nakhlawi, Abdurrahman. Prinsip-Prinsip Dan Metoda Pendidikan Islam
Dalam Keluarga, Di Sekolah, Dan Di Masyarakat. Jakarta: Gema Insani
Press, 1996.
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Arifin, Muhammad. Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara, 2000.
Arifn, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Ayatrohaedi. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya,
1986.
Barnanib, Imam. Filsafat Pendidikan: Sistem Dan Metode. Yogyakarta: Andi
Offset, 2007.
christian, Dior Simbolon. “Isu SARA Berpotensi Memecah Belah Bangsa.”
Accessed March 8, 2022.
https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/71319/isu-sara-berpotensi-
memecah-belah-bangsa.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru Dan Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta, 2000.
Hasan Langgulung. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Bandung:
Al-Ma’arif, 1980.
Idris, Zahara. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Angkasa, 2002.
kumparan. “Kearifan Lokal: Pengertian, Ciri-Ciri, Fungsi, dan Bentuknya di
Indonesia.” Accessed March 9, 2022. https://kumparan.com/berita-hari-
ini/kearifan-lokal-pengertian-ciri-ciri-fungsi-dan-bentuknya-di-indonesia-
1vLD9fw7Ln9.
“Makna ‘TERPADU’ Pada SIT - Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT)
INDONESIA,” October 3, 2016.
https://jsit-indonesia.com/sample-page/makna-terpadu-pada-sit/.
Marimba, Ahmad. D. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Al-Ma’arif, 1998.
Mujiwati, Yuniar. “PERANAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA.” Jurnal Ilmiah Edukasi &
Sosial 8, no. 2 (February 13, 2018): 165–70.
Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2006.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Omar Muhammad al-Thaumi, Al-Syaibani. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang, 2003.
“Pendidikan Karakter Sebagai Solusi Krisis Moralitas Bangsa Halaman 3 -
Kompasiana.Com.” Accessed March 8, 2022.
https://www.kompasiana.com/mfauzan8/5c0354cd12ae9447123fb589/pen
didikan-karakter-sebagai-solusi-krisis-moralitas-bangsa?
page=3&page_images=1.
suara.com. “Pengertian Kearifan Lokal oleh Para Ahli,” January 7, 2021.
https://www.suara.com/news/2021/01/07/130125/pengertian-kearifan-
lokal-oleh-para-ahli.

21
“Pengertian Sekolah Islam Terpadu - Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT)
INDONESIA.” Accessed March 7, 2022.
https://jsit-indonesia.com/sample-page/pengertian-sekolah-islam-terpadu/.
Ramayulis. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 2002.
Salmiah. “Krisis Moral Yang Dialami Anak Muda Di Era Milenial | Puspensos.”
Accessed March 8, 2022. https://puspensos.kemensos.go.id/krisis-moral-
yang-dialami-anak-muda-di-era-milenial.
Setiawati, Nanda Ayu. “PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PILAR
PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA,” 348–52. Medan, 2017.
http://semnastafis.unimed.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/27.-Nanda-
Ayu-Setiawati.pdf.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
UU No. 20 Tentang SISDIKNAS. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: UU N0.
20, 2003.
Zulkarnain. Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam, Manajemen Berorientasi
Link and Match. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

22

Anda mungkin juga menyukai