Anda di halaman 1dari 14

BERAKHLAK BAIK KEPADA ALLAH SWT

Tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama


Program Studi Kesehatan Masyarakat kelas A-1 Semester I

Dosen Pengampu :

Acep Sukmawijaya, S.Ag, M.Pd.I

Disusun oleh Kelompok 5 :


Febrianti Jelita Putri
Bella Eka Syavitri
Nurjana Hotima

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA


PALEMBANG 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas terselesainya sehingga
makalah yang berjudul “Berakhlak Baik kepada Allah SWT” yang merupakan
salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama.

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
Pendidikan Agama Islam, Tidak lupa kami mengucapkan terimah kasih kepada
bapak Acep Sukmawijaya, S.Ag, M.Pd.I yang telah memberikan tugas ini dan
memberikan pengetahuan kepada kami. Mudah-mudahan dengan adanya makalah
ini, dapat menambah ilmu pengetahuan kami semua.

Kami menyadari adanya kekurangan-kekurangan dalam pembuatan


makalah ini. harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Palembang, Oktober 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….......2
DAFTAR ISI ……………………………………………….......………..............3
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………….................……………....... 4
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………..... 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….................5
1.3 Tujuan ………………………………………………………………....…...... 5
BAB II
PEMBAHASAN………..…………………………..………......................……. 6
2.1. Pengetian akhlak ………….........…………..….............................................................6

2.2 Akhlak Kepada Allah SWT …………………....................................……..…..……...... 6

2.3 Macam – macam akhlak baik kepada Allah SWT ...........................................7


2.3.1 Taat Terhadap Perintah-Nya....................................................................8
2.3.2 Tawakal....................................................................................................8
2.3.3 Memiliki Rasa Tanggung Jawab AtasAmnanah .................................... 9
2.3.4 Ridho terhadap ketentuan AllahSWT..................................................... 9
2.3.5 Senantiasa Bertaubat Kepada-Nya........................................................ 10
2.3.6 ObsesinyaAdalah Keridhoan Illahi........................................................10
2.3.7 Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya .................................................... 11
2.3.8 Banyak Membaca Al-Qur’an................................................................ 11
BAB III
PENUTUP ………………………………………….……………..……............13
3.1 Kesimpulan …………………………………………...…………..................13
3.2 Saran ……………………………………………………..……….….……....13
DAFTAR PUSTAKA………..………………………………..……….....….... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Setiap muslim meyakini, bahwa Allah SWT adalah sember dari segala
sumberdalam kehidupannya. Allah SWT adalah pencipta dirinya, pencipta jagad
raya dengan segala isinya, Allah SWT adalah pengatur alam semesta yang
demikian luasnya. Allah SWT adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam
kehidupan manusia dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini
mengakar dalam diri setiap muslim maka akan terimplementasikan dalam realita
bahwa Allah SWT –lah yang pertama kaliharus dijadikan prioritas dalam
berakhlak.

Jika diperhatikan, akhlak kepada Allah SWT ini merupakan pondasi atau dasar
dalam berakhlak kepada siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak
memiliki akhlak positif terhadap Allah SWT, maka ia tidak akan memiliki akhlah
positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang
karimah terhadap Allah SWT, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju
kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.

Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim harus
mempunyai akhlak kepada Nabi SAW. Karena Nabi Muhammad SAW –lah, satu-
satunya manusia terhebat di dunia ini. Yang telah membawa banyak perubahan
bagi dunia yang fana ini, dan beliaulah cahaya yang menerangi bumi yang dulu
kala gelap gulita. Yang sering dijuluki kekasih Allah SWT. Karena perilakunya
beliau pula lah, yang sangat patut untuk di contoh, ditiru dan di amalkan
kesehariannya oleh kita para umatnya.

4
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu berakhlak kepada Allah SWT ?


2. Mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah SWT ?
3. Mencakup apa sajakah akhlak seorang muslim terhadap Allah SWT dalam
kehidupan sehari-hari ?
4. Adakah landasan yang memerintahkan bahwasanya seorang muslim harus
berakhlak kepada Sang Pencipta ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu berakhlak kepada Allah SWT
2. Untuk mengetahui Mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada
Allah SWT
3. Untuk mengetahui apa saja akhlak seorang muslim terhadap Allah SWT
dalam kehidupan sehari-hari
4. Untuk mengetahui landasan yang memerintahkan bahwasanya seorang
muslim harus berakhlak kepada Sang Pencipta

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengetian akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong


oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang
baik.Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab
yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.

2.2 Akhlak Kepada Allah SWT

Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki cirri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana
telah disebut dalam latar belakang tadi. Sekurang-kurangnya ada empat alasan
mengapa manusia perlu berakhlak kepada AllahSWT. Pertama, karena Allah
SWT –lah yang menciptakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air
yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang rusuk, hal ini sebagaimana
difirmankan AllahSWT dalam surat At-Thariqayat5-7, sebagai berikut:
ِ ‫ ْل‬FFFF‫الص‬
ِ ‫ب َوالتَّ َرآِئ‬
)۷( ‫ب‬ ًّ ‫ ُر ُج ِم ْن بَي ِْن‬FFFF‫) يَ ْخ‬۶( ‫ق‬ َ FFFFِ‫انُ ِم َّم ُخل‬FFFF‫فَ ْالــيَ ْنظُ ِر اِإْل ْن َس‬
َ FFFFِ‫) ُخل‬۵( ‫ق‬
ٍ FFFFِ‫آ ٍء دَاف‬FFFF‫ق ِم ْن َم‬
Artinya : “(5). Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan?, (6). Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang
terpancar dari tulang sulbi (punggung) dan tulang dada”.
Kedua, karena Allah SWT –lah yang telah member perlengkapan panca indera,
berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping
anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT
dalamsyratAn-Nahlayat78:
َ‫ا َر َواَأْل ْفِئ َدة‬FFFF‫ْص‬ َّ ‫ َل لَ ُك ُم‬FFFF‫ َو َج َع‬, ‫ ْيًئا‬FFFF‫وْ نَ َش‬FFFF‫اتِ ُك ْم الَ تَ ْعلَ ُم‬FFFFَ‫وْ ِن ُأ َّمه‬FFFFُ‫خـ َر َج ُك ْم ِم ْن بُط‬
َ ‫ ْم َع َواَأْلب‬FFFF‫الس‬ ْ ‫ َوهللاُ َأ‬,
)۷۸( َ‫لَـ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬

6
Artinya : “(78). Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan DIa memberikan kamu pendengaran,
penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”. Ketiga, karena Allah SWT –lah yang
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air,
udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah SWT dalam surat Al-Jasiyah
ayat12-13:
ْ َ‫وْ ا ِم ْن ف‬FFFF‫َأ ْم ِر ِه َولِتَ ْبتَ ُغ‬FFFFِ‫ ِه ب‬FFFFْ‫ك فِي‬
)۱۲( َ‫ ُكرُوْ ن‬FFFF‫لِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم ت َْش‬FFFF‫ض‬ ُ FFFF‫ي ْالفُ ْل‬
َ ‫ ِر‬FFFFْ‫ َر لِتَج‬FFFFْ‫ َّخ َر لَ ُك ُم ْالبَح‬FFFF‫هللاُ الَّ ِذيْ َس‬
)۱۳( َ‫وْ ٍم يَتَفَ َّكرُوْ ن‬FFFَ‫ات لِق‬FFFَ‫كَ آِل ي‬FFFِ‫ ِإ َّن فِى َذال‬, ُ‫ه‬FFF‫ا ِم ْن‬FFFً‫ض َج ِم ْيع‬ ِ ْ‫ا فِى اَأْلر‬FFF‫ت َو َم‬ َّ ‫ا فِى‬FFF‫ َّخ َر لَ ُك ْم َم‬FFF‫َو َس‬
ِ ‫ َما َوا‬FFF‫الس‬
Artinya : “(12). Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal
dapat berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, (13).
Dan Dia menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu
semuanya (sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berfikir.
Keempat, Allah SWT –lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa’ ayat 70:
ِ ‫ت َوفَض َّْلنَاهُ ْم َعلَى َكثِب ٍْر ِم َّم ْن َخلَ ْقنَا تَ ْف‬
( ً‫ض ْيال‬ ِ ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ْي أ َد َم َو َح َم ْلنَاهُ ْم فِى ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َر َز ْقنَاهُ ْم ِمنَ الطَّيِّبَا‬
)٧٠
Artinya : “(70) Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan
Kami angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan
dengan kelebihan yang sempurna”.

Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak
kepada Allah SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan
terdapat perintah Allah SWT di dalamnya bahwa kita sebagai seorang muslim
memang diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.

7
2.3. Macam – macam Akhlak Baik Kepada Allah SWT
2.3.1.Taat Terhadap Perintah-Nya
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada
Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah –Nya., padahal
Allah SWT –lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur’an suratAn-Nisaayat65 : Artinya : “Maka demi
Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau
(Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga)
kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang
engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.

Kendati demikian, taat keada Allah SWT merupakan konsekwensi


keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini
merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam Sebuah hadits,
Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan bersabda:
“Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga hawa nafsunya
(keinginannya) mengikuti apa yang telah dating dariku (Al-Qur’an dan Sunnah)”.
(HR. Abi Ashim Al-Syaibani)

2.3.2.Tawakal
Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat Al-
Mulk ayat 15 di jelaskan, bahwa manusia di syariatkan berjalan di muka bumi
utuk mecari rizki dengan berdagang, bertani dan lain sebagainya. Sahl AtTusturi
mengatakan, “Barang siapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah
melncela sunatullah (ketetentuan yang Allah SWT ciptakan). Barang siapa
mencela tawakal (tidak mau bersandar pada Allah SWT) maka dia telah
meninggalkan keimanan”.

8
2.3.3.Memiliki Rasa Tanggung Jawab Atas Amnanah

Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT,
adalah memiliki rasa tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan padanya.
Karena pada hakekatnya, kehidupan ini-pun merupakan amanah dari Allah SWT.
Oleh karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah SWT
berikan padanya, maka itu meruakan amanah yang kelak akan diminta
pertanggung jawaban dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda. Dari ‘UmarR.A, Rasulullah SAW bersabda: “Setia kalian adalah
peminpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.
Seorang Amir (presiden/imam/ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan
pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia
bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah
pemimpin, dan bertanggujng jawab atas aa yang dipimpinnya”. (HR. Muslim).

2.3.4.Ridho terhadap ketentuan AllahSWT.

Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah


SWT, adala ridla terhadap segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada
dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun
keluarga yang kurang mampu, bentuk fisik yang Allah SWT berikan padanya,
atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa
yakin terhadap apaun yang Allah SWT berikan padanya. Baik yang berupa
kebaikan, atau berupa keburukan. Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh
mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah dipandang
baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu
bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa
musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik
bagi dirinya.” (HR. Bukhari). Apalagi terkadang sebagai seorang manusia,
pengetahuan atau pendangan kita terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa

9
jadi, sesuatu yang kita anggap baik, justru buruk, sementara sesuatu yang
dipandang buruk ternyata malah memiliki nilai kebaikan bagi diri kita.

2.3.5.Senantiasa Bertaubat Kepada-Nya.

Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat
lalai dan lupa. Karena hal ini merupakan sifat dan tabiat manusia. Oleh karena
itulah, etika kita kepada Allah SWT manakala kita sedang terjerumus kedalam
“kelupaan” sehingga berbuat kemaksiatan kepada –Nya adalah dengan segera
bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
“Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunterhadap dosa-
dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui”.

2.3.6.Obsesinya Adalah Keridhoan Illahi.

Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki


obsesi dan orientasi dalam segala aktifitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia
tidak beramal dan beraktifitas untuk mencari keridloan atau pujian atau apapun
dari manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai keridloan Allah SWT tersebut,
“terpaksa” harus mendapatkan “ketidaksukaan” dari para manusia lainnya. Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita :
“Barang siapa yang mencari keridloan Allah dengan adanya kemurkaan manusia,
maka Allah akan memberikan keridloan manusia juga. Dan barang siapa mencari
keridloan manusia dengnan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan
kebencian-Nya pada manusia”. (HR. Tirmidzi Al-Qodlo’i dan Ibnu Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam
dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang
dicarinya tentulah hanya keridloan manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah
menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang

10
2.3.7.Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya

Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang mulim


terhadap Allah SWT adalah merealisasikan ibadah kepada Allah SWT. Baik
ibadah yang bersifat mahdloh, ataupun ibadah yang ghairu mahdloh. Karena, pada
hakekatnya seluruh aktivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. Dalam
AlQur’an Allah SWT berfirman :“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia,
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Oleh karenanya, sebagai
aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain sebagainya merupakan ibadah
yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT. Sehingga ibadah tidak
hanya yang memiliki skup mahdloh saja, seperti puasa, shalat, haji dan lain
sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting untuk dilakukan pada saat
ini adalah beraktifitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat menerakpak hukum
Allah SWT di muka bumi ini. Sehingga islam menjadi pedoman hidup yang
direalisasikan oleh masyarakat islam pada khhususnya dan juga oleh masyarakat
dunia pada umumnya.

2.3.8.Banyak Membaca Al-Qur’an

Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan oleh seorang muslim
terhadap Allah SWT adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi
ayat-ayat, yang merupakan firman-firman –Nya. Seseorang yang mencintai
sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan
mukmin yang mecintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut asma
–Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman –Nya. Apalagi manakala
kita mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an yang demikian besarnya. Dalam
sebuahhaditsRasulullah SAWmengatakankepadakita:“Bacalah Al-Qur’an, karena
sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafa’at di hari kiamat kepada
para pembacanya”. (HR.Muslim)Adapun bagi mereka yang belum bisa atau
belum lancar dalam membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya
hingga dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata
dalam membaca Al-Qur’an tersebut, maka Allah SWT –pun akan memberikan

11
pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :
“Orang (mu’min) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam membacanya,
maka ia akan bersama malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mu’min yang
membaca Al-Qur’an sedang ia terbata-bata membacanya, lagi berat (dalam
mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat”. (HR.
BukhoriMuslim).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam berakhlak baik kepada allah, adalah suatu hal yang menjadi
prioritas ketika kita telah berikral menjadi seorang muslim yaitu tidak lain
beragama Islam dan bertuhankan Allah SWT.

3.2 Saran
Kita sebagai umat Islam memang selayak nya harus beraklak baik kepada
allah karena allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang
sempurna. untuk itu akhlak kepada allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak
yang buruk, seperti kalau kita diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada allah.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://miftassyumaisyah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/

http://ppmalimangendeng.blogspot.co.id/p/aklaq-kepada -allah.html?=1

Kementrian Agama Republik Indonesia 2013, Al-qur’an dan Terjemahannya,


Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an.

Ilyas,Yunahar, Dr.H,Lc,MA 2007, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Lembaga


Pengkajian dan Pengamalan Islam. 2007

Mashyur, Kahar 2010, Membina Moral Dan Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai