Anda di halaman 1dari 7

Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Otonomi Daerah dan Sistem

Pemerintahan Daerah

Wildan Mukholid

A Malam (semester3)

2065201042

SPD dan OD

mukholidwildan29@gmail.com

Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Otonomi Daerah

Otonomi daerah merupakan bagian sistem pemerintahan Indonesia. Otonomi daerah


bertujuan untuk pengembangan dan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat di daerah.

Sistem pemerintahan di Indonesia mengenal istilah otonomi daerah, desentralisasi, dan


dekonsentrasi. Dalam Konteks negara kesatuan, asas desentralisasi merupakan pemberian
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Di Indonesia, otonomi daerah diselenggarakan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat.


Pemerintah daerah juga melakukan pengembangan yang disesuaikan wilayah masing-masing.

Pengertian Otonomi Daerah


Otonomi daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai undang-
undang.

Otonomi daerah menurut aspirasi masyarakat bisa meningkatkan daya guna dan hasil
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
Dalam buku "Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas X" yang diterbitkan Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, ada beberapa pengertian otonomi
daerah yaitu:

1. Otonomi daerah menurut C.J Franseen


Menurut C.J Franseen, otonomi daerah adalah hak untuk mengatur urusan daerah dan
menyesuaikan peraturan yang sudah dibuat.

2. Otonomi daerah menurut J Wajong


Otonomi daerah merupakan kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan
khusus daerah dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri, serta pemerintahan
sendiri.

3. Ateng Syarifuddin
Menurut Ateng Syarifuddin, otonomi daerah adalah kebebasan atau kemandirian tetapi bukan
kemerdekaan. Kebebasan tersebut merupakan perwujudan dari pemberian kesempatan yang
harus dipertanggungjawabkan.

4. UU Nomor 12 tahun 2008 dan UU nomor 32 tahun 2004


Menurut undang-undang diatas, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Dapat disimpulkan otonomi daerah adalah keleluasaan hak dan wewenang serta kewajiban
dan tanggung jawab pemerintah daerah (Pemda) untuk mengatur dan mengurus rumah tangga
sesuai kemampuan daerah masing-masing.

Prinsip Otonomi Daerah


Ada lima prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah yaitu:

1. Prinsip Kesatuan
Otonomi daerah harus menunjang aspirasi perjuangan rakyat untuk memperkokoh negara
kesatuan dan mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat lokal.
2. Prinsip Riil dan tanggung jawab
Otonomi daerah nyata dan bertanggung jawab untuk kepentingan seluruh masyarakat. Pemda
berperan mengatur proses pemerintahan dan pembangunan daerah.

3. Prinsip Penyebaran
Asas desentralisasi dan dekonsentrasi bermanfaat untuk masyarakat melakukan inovasi
pembangunan daerah.

4. Prinsip Keserasian
Daerah otonom mengutamakan aspek keserasian dan tujuan di samping aspek demokrasi

5. Prinsip Pemberdayaan
Tujuan otonomi daerah adalah bisa meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintah di daerah. Utamanya dalam aspek pelayanan dan pembangunan masyarakat.
Selain itu dapat meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa.

Landasan Hukum Otonomi Daerah di Indonesia


Ada tiga landasan hukum yaitu Undang-undang dasar (UUD), Ketetapan MPR-RI, dan
Undang-Undang (UU). Berikut penjelasannya:

1. Undang-Undang Dasar
Acuan hukum otonomi daerah terdapat pada pasal UUD 1945. Pasal 18 UUD ayat (1) dan (2)
menyebutkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atasprovinsi, kabupaten, dan kota
yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.

2. Ketetapan MPR-RI
Tap MPR-RI No. XV/MPR/1998 menjelaskan Penyelenggaraan Otonomi Daerah antara lain
Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam rangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

3. Undang-Undang (UU)
Ada dua UU yang mengatur yaitu UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. PAda prinsipnya penyelenggaraan
pemerintah daerah mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi.
Dalam UU Nomor 12 tahun 2008 adalah mendorong pemberdayaan masyarakat,
menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran masyarakat, serta
mengembangkan peran dan fungsi DPRD.

Dimensi Otonomi Daerah


Ada dua nilai dasar yang dikembangkan UUD 1945 yang berhubungan dengan pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia, yaitu:

1. Nilai Unitaris
Dimensi ini diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak mempunyai kesatuan
pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara (Eenheidstaat). Kedaulatan melekat pada
rakyat, bangsa, dan NKRI tidak terbagi menjadi kesatuan-kesatuan pemerintah.

2. Nilai dasar Desentralisasi Teritorial


Dimensi ini bersumber dari isi dan jiwa yang tercantum pada pasal 18 UUD NKRI tahun
1945. Pemerintah diwajibkan melaksanakan politik secara desentralisasi dan dekonsentrasi di
bidang ketatanegaraan.

Pengertian Desentralisasi
Secara etimologis, desentralisasi berasal dari bahasa Belanda. De artinya lepas dan centerum
artinya pusat. Pengertian desentralisasi adalah sesuatu hal yang terlepas dari pusat.

Pengertian Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah penyerahan kekuasaan dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian
guna kelancaran pekerjaan semata. Desentralisasi ini memberi kekuasaan pada daerah untuk
mengatur daerah dalam lingkungan untuk mewujudkan asas demokrasi.

Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pada daerah otonom.


Daerah ini menjadi wakil dari pemerintah pusat dalam kerangka negara kesatuan.

Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan


Otonomi daerah di Indonesia bermanfaat untuk pengembangan suatu daerah yang memiliki
potensi dan ciri khas. Selain itu otonomi daerah untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Pelaksanaan otonomi daerah berlandaskan acuan hukum untuk tuntutan globalisasi yang
diberdayakan. Maju atau tidaknya suatu daerah ditentukan berdasarkan kemampuan dan
kemauan Pemda. Pemerintah pusat memberikan kewenangan pada pemerintah daerah untuk
mengurus wilayah masing-masing.

Perkembangan Otonomi Daerah Masa Kini

Kita akan merayakan Hari Otonomi Daerah pada tanggal 25 April 2015, menarik untuk kita kaji
atas perkembangan otonomi daerah saat ini.

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sudah diselenggarakan lebih dari satu dasawarsa.
Otonomi daerah untuk pertama kalinya mulai diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang hingga saat ini telah mengalami
beberapa kali perubahan. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia tersebut telah mengakibatkan
perubahan dalam sistem pemerintahan di Indonesia yang kemudian juga membawa pengaruh
terhadap kehidupan masyarakat di berbagai bidang.

Artikel ini dimaksudkan untuk mengurai sedikit dari sekian banyak hal yang perlu didiskusikan
lebih lanjut terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia.

Konsepsi Pelaksanaan Otonomi Daerah

Secara konseptual, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama
yang meliputi tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan
melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah diantaranya adalah upaya untuk
mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Perwujudan tujuan administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah
adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan serta
pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang
ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan
Indeks pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.

Dalam konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah memiliki peranan
yang penting dalam peningkatan kualitas pembangunan di daerahnya masing-masing. Hal
ini terutama disebabkan karena dalam otonomi daerah terjadi peralihan kewenangan yang pada
awalnya diselenggarakan oleh pemerintah pusat kini menjadi urusan pemerintahan daerah masing-
masing.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pelaksanaan otonomi daerah, terdapat beberapa faktor penting
yang perlu diperhatikan, antara lain : faktor manusia yang meliputi kepala daerah beserta jajaran
dan pegawai, seluruh anggota lembaga legislatif dan partisipasi masyarakatnya. Faktor keuangan
daerah, baik itu dana perimbangan dan pendapatan asli daerah, yang akan mendukung
pelaksanaan pogram dan kegiatan pembangunan daerah. Faktor manajemen organisasi atau
birokrasi yang ditata secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan
pengembangan daerah.

Tantangan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah

Gagasan pelaksanaan otonomi daerah adalah gagasan yang luar biasa yang menjanjikan berbagai
kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Namun dalam realitasnya gagasan
tersebut berjalan tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan. Pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia pada gilirannya harus berhadapan dengan sejumlah tantangan yang berat untuk
mewujudkan cita-citanya. Tantangan dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut datang dari
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Diantaranya adalah tantangan di bidang hukum dan sosial
budaya.

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai segera setelah angin sejuk reformasi
berhembus di Indonesia. Masih dalam suasana euphoria reformasi dan dalam situasi dimana krisis
ekonomi sedang mencekik tingkat kesejahteraan rakyat, Negara Indonesia membuat suatu
keputusan pemberlakuan dan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Selanjutnya UU No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
di Judicial Review dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Judicial review
ini dilakukan setelah timbulnya berbagai kritik dan tanggapan terhadap pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia. Judicial review tersebut dilaksanakan dengan mendasarkannya pada logika
hukum.

Pada gilirannya, pemerintahan daerah berhadapan dengan keadaan dimana mereka harus
memahami peraturan perundang-undangan hasil judicial review. Tanpa adanya pemahaman yang
baik dari aparatur, maka bisa dipastikan pelaksanaan otonomi daerah di Kab/Kota di Indonesia
menjadi kehilangan maknanya. Hal ini merupakan persoalan hukum yang sering terjadi dimana
peraturan perundang-undangan tidak sesuai dengan realitas hukum masyarakat sehingga
kehilangan nilai sosialnya dan tidak dapat dilaksanakan.

Aspek-aspek apa saja yang menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan


otonomi daerah?

Dari berbagai hasil kajian dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah
kelemahan aspek regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
implementasi regulasinya. UU Nomor 32 Tahun 2004 telah berhasil menyelesaikan beberapa
masalah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, namun dalam pelaksanaannya, ketidak
jelasan pengaturan dalam UU ini sering menimbulkan permasalahan baru yang dapat menjadi
sumber konflik antar susunan pemerintahan dan aparaturnya yang pada akhirnya menyebabkan
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah tidak dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Sehingga kita memandang perlu UU ini perlu diubah atau diganti.

Untuk itu, RUU tentang Pemerintahan Daerah (RUU Pemerintahan Daerah) sebagai pengganti
UU Nomor 32 Tahun 2004 yang saat ini sedang dibahas dengan DPR, pada dasarnya mencoba
memperbaiki kelemahan UU Nomor 32 Tahun 2004. RUU Pemerintahan Daerah dimaksudkan
untuk memperjelas konsep desentralisasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
memperjelas pengaturan dalam berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Selain itu, RUU ini juga menambah pengaturan baru sesuai dengan kebutuhan hukum untuk
mengakomodir dinamika pelaksanaan desentralisasi, antara lain pengaturan tentang hak warga
untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, adanya jaminan
terselenggaranya pelayanan publik dan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Anda mungkin juga menyukai